• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Farmasi Klinik

Dalam dokumen Laporan PKPA RS (Halaman 42-47)

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

5. Puaskan pasie

3.5 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan profesional yang bertanggungjawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai dengan indikasi serta efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan,

keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta kerja sama dengan pasien dan profesional kesehatan lainnya. Pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung diantaranya:

a. Dispensing

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan atau meracik obat, memberikan label atau etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi. Dalam proses dispensing, staf instalasi RSMB memiliki tanggung jawab masing-masing untuk menjalankan tugasnya. Proses validasi resep dilakukan oleh petugas IFRS yang berwenang, validasi tersebut harus menegaskan nama pasien sehingga obat tidak diberikan pasien yang salah. Proses interpretasi resep dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker yang berpengalaman untuk mencegah kesalahan dalam pembacaan resep. Penyimpanan, peracikan, dan pemberian label atau etiket dilakukan oleh asisten apoteker sedangkan distribusi obat ke pasien dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker.

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan informasi obat di instalasi farmasi RSMB dilakukan kapada pasien ketika obat akan diserahkan. Informasi yang diberikan meliputi cara penggunaan obat, waktu konsumsi obat serta tempat penyimpanan bila diperlukan. Selain kepada pasien, pelayanan informasi obat juga diberikan kepada staf kesehatan lainnya seperti dokter atau perawat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan obat yang rasional di rumah sakit Muhammadiyah Bandung.

c. Konseling

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelasaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Pasien yang mendapatkan konseling adalah pasien rujukan dokter. Konseling dilakukan pada ruangan khusus dekat dengan ruang penyerahan.

d. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan terapi obat adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Sama seperti pada umumnya, kegiatan PTO yang dilakukan di RSMB adalah mencakup

pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. PTO dapat diakukan ketika pemberian obat dosis unit. Pemantauan terapi obat ini mensyaratkan apoteker untuk memahami data pasien dan secara terus menerus mengkaji manfaat terapi yang diharapkan atau efek merugikan yang dihasilkan dari suatu terapi obat. Pemantauan terapi obat yang dilakukan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment dan Plan). e. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi penggunaan obat adalah suatu proses jaminan mutu yang terstruktur, dilaksanakan terus-menerus dan diotorisasi rumah sakit, ditunjukan untuk memastikan bahwa obat-obatan digunakan dengan tepat, aman, dan bermanfaat. Dalam melaksanakan EPO di RSMB, apoteker IFRS RSMB memiliki peranan penting dalam menyediakan informasi obat, penetapan kriteria penggunaan obat dan berpartisipasi dalam pelaksanaan perbaikan penggunaan obat, sehingga penggunaan obat di lingkungan rumah sakit menjadi rasional dan dapat mengurangi kesalahan dalam pengobatan.

f. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Aspek yang perlu diperhatikan dalam pemakaian obat adalah keamanan, efektifitas, mutu, rasional, dan harga. Monitoring efek samping obat (MESO) dutujukan untuk dapat memperhatikan reaksi yang tidak diinginkan selama pemakaian. Palaksanaan MESO di RSMB masih belum rutin dilaksanakan. MESO diakukan jika ada pelaporan dari perawat dan pasien. Terjadinya MESO dapat diketehui dengan adanya “order signal” yaitu permintaan obat yang menandakan reaksi obat merugikan.

g. Profil Pengobatan Penderita (P3)

Bagi setiap pasien baru selalu disediakan kartu farmasi dan kartu Profil Pengobatan Penderita (P3). Dalam kartu P3 dituliskan mengenai identitas dari pasien, yaitu nama, usia, nomor kamar, nomor Medical Record, keluhan yang dialami hingga masuk rumah sakit, diagnosa, dan catatan riwayat penggunaan obat pasien. Maanfaat dari pencatatan P3 antara lain:

a. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien. b. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum.

c. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan 3.6 Panita Farmasi dan Terapi RSMB

Panitia farmasi dan terapi di rumah sakit Muhammadiyah Bandung diresmikan dengan adanya surat keputusan direktur RSMB Nomor 84/SK/Dir-RSMB/III/2001 tentang pembentukan panitia farmasi dan terapi. Rumah sakit Muhammadiyah Bandung. Panitia farmasi dan terapi RSMB adalah suatu kelompok penasihat bagi staf medik yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dan secara organisasi bertindak sabagai garis komunikasi atau penghubung antara staf medik dan instalasi farmasi yang beranggotakan dokter dan apoteker.

Tugas dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebgai berikut:

1. Mengambangkan kebijakan mengenai evaluasi, pemilihan, penggunaan obat, dan memberikan rekomendasi berkaitan dengan penggunaan obat di RSMB.

2. Memutuskan dan mengadakan program pendidikan yang memenuhi kebutuhan akan pengetahuan mutakhir tentang obat dan penggunaan obat bagi profesional kesehatan, terutama bagi staf medik, perawat, dan apoteker.

Selain pelaksanaan tugas, PFT di RSMB juga memiliki fungsi yaitu: 1. Malaksanakan sistem formularium

2. Membuat dan merevisi formularium

3. Sebagai penasihat bagi staf medik dalam semua hal yang berkaitan dengan penggunaan obat

4. Memantau dan mengevaluasi reaksi obat merugikan di rumah sakit dan mambuat rekomendasi yang sesuai untuk mencegah kejadiannya kembali 5. Memberikan saran kapada Instalasi Farmasi di RSMB untuk menerapkan

prosedur pengendalian distribusi obat yang efektif. 3.6.1 Struktur Organisasi PFT

Panitia farmasi dan terapi di RSMB terdiri dari dokter dan apoteker. Ketua PFT adalah seorang dokter senior yang disegani dan dihormati karena pengabdian, prestasi ilmiah dan dapat berprilaku sabagai panutan. Pemilihan ketua ini harus disetujui oleh pimpinan rumah sakit. Sekertaris PFT adalah seorang apoteker

senior, yang juga dihormati karena pengabdiannya, prestasi ilmiah dan memiliki sikap yang menjadi panutan.

Anggota PFT lainnya adalah perwakilan Staf Medik Fungsional (SMF) yang terdiri dari perwakilan SMF kesehatan anak yaitu dokter spesialis anak, perwakilan SMF Obstetri dan Ginekologi yaitu dokter Obstetri dan Ginekologi. Struktur organisasi farmasi dan terapi RSMB dapat dilihat pada Lampiran 3 Gambar III.6

BAB IV

Dalam dokumen Laporan PKPA RS (Halaman 42-47)

Dokumen terkait