• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Revisi Formularium

Dalam dokumen Laporan PKPA RS (Halaman 55-61)

BAB IV TUGAS KHUSUS

REVISI TEKNIS PENYUSUNAN FORMULARIUM EDISI V TAHUN 2014-2016 RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

4.4 Prosedur Kunjungan Perwakilan Industri Farmasi di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung(6)

4.3.4 Proses Revisi Formularium

1. Data DUR tahun 2013 (Drug use review) diperoleh dari total penggunaan obat di rumah sakit muhammadiyah selama satu tahun. Dalam data DUR tersebut terdiri dari nama obat generik maupun obat dengan nama dagang, komposisi zat aktif, nomor kelas terapi dalam formularium, dan total jumah penggunaan dalam satu tahun.

2. Dari data DUR tersebut, diklasifikasi berdasarkan kelas farmakologi kemudian dikelompokkan berdasarkan komposisi zat aktif dan berdasarkan merek dagang.

3. Obat dari masing-masing kelas terapi farmakologi yang sudah diurutkan sesuai dengan zat aktifnya kemudian dirangking berdasarkan jumlah penggunaan obat terbanyak selama tahun 2013.

4. Dari seluruh masing-masing kelas terapi farmakologi yang sudah dirangking, diambil 4 obat yang rangkingnya paling teratas. Masing-masing zat aktif diabil 4 obat dengan nama dagang dan satu obat generik.

5. Setiap golongan zat aktif dilengkapi dengan dosis penggunaan, kontraindikasi, dan bentuk sediaan.

6. Setiap Obat yang masuk dalam formularium ditentukan pabrik yang memproduksinya. Untuk mengetahui produk obat yang paling banyak digunakan di rumah sakit Muhammadiyah Bandung.

Hasil revisi formuarium diserahkan kepada kepala instalsi farmasi untuk diperiksa dan diperbaiki jika ada kesalahan. Sebelumnya kepala instalasi farmasi telah mengedarkan surat rekomendasi kepada dokter mengenai obat-obatan yang akan dimasukan dalam formularium. Dari semua daftar rekomendasi obat yang diperoleh dari dokter, dikumpukan dan kemudian dikaji dalam rapat PFT. Dalam rapat PFT ditentukan obat mana saja yang akan dimasukkan atau dihapuskan dari formularim.

BAB V PEMBAHASAN

Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (RSMB) mempunyai tujuan yaitu memberikan pelayanan kesehatan paripurna secara profesional, berkualitas, menjunjung kode etik rumah sakit. RSMB merupakan rumah sakit swasta kelas C. Rumah sakit ini berafiliasi dengan organisasi keagamaan yang tujuan utamanya bukan bermaksud untuk mencari laba, tetapi nirlaba. Hal ini tertuang dalam visi, misi dan tujuan rumah sakit yang berlandaskan ajaran agama Islam. Dimana salah satu misi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah Mengelola rumah sakit yang berkualitas, profesional, otonom, Islami memiliki akuntabilitas, kredibilitas yang tinggi serta dapat mengevaluasi diri yang dilandasi iman dan amal saleh dalam rangka ibadah kepada Allah dan Ikhsan terhadap sesama hamba Allah.

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di RS Muhammadiyah meliputi pelayanan pasien rawat jalan, pelayanan kesehatan rawat tinggal, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan penunjang medik. Disamping sebagai sarana pelayanan kesehatan kepada masyarakat, RSMB juga berfungsi sebagai sarana bagi pendidikan dan pelatihan. Hal ini terlihat dari adanya jalinan kerja sama dengan beberapa afiliasi pendidikan. Selain itu RSMB pun menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan, asuransi dan instansi dalam bentuk pelayanan fasilitas dan pelayanan kesehatan pada karyawan perusahaan dan instansi tersebut.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung berperan aktif dalam Panitia Farmasi Terapi (PFT). Wujud dari adanya PFT ini yaitu dengan adanya sistem formularium rumah sakit. Keuntungan dari adanya sistem formularium yaitu pasien menerima obat sesuai dengan penyakit yang dideritanya dan dari segi pendidikan yaitu memberi pendidikan bagi staf dokter, apoteker, asisten apoteker mengenai penggunaan obat yang tepat dan rasional. Hal ini juga bermanfaat dalam pengadaan obat (perbekalan farmasi), dimana dengan adanya formularium ini dapat diminimalisasi terjadinya penumpukan obat atau kekosongan obat. Sistem formularium tiap rumah sakit berbeda-beda tergantung dari kebijakan dan

kesepakatan yang terjadi pada saat perumusan rapat bersama PFT (Panitia Farmasi Terapi). Sistem formularium ini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. Perubahan sistem formularium dapat dilakukan dengan mengajukan surat permohonan perubahan formularium.

Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan melakukan perencanaan dan berdasarkan atas permintaan barang (defecta), setelah ditentukan obat apa saja yang persediaannya kosong di gudang lalu dilakukan pengecekan oleh staf yang bertugas dalam pengadaan untuk ditentukan apakah barang yang kosong tersebut perlu dipesan atau tidak ke PBF (Pedagang Besar Farmasi). Dibuat perencanaan pemesan yang kemudian diperiksa oleh kepala bagian logistik untuk di setujui dan kemudian dilakukan pemesanan ke PBF. Barang yang datang diperiksa dahulu oleh staf bagian penerimaan untuk di cek, meluputi: jumlah dan kesesuaian obat yang dipesan, experid, no batch, dan dilihat dari kondisi barang yang dipesan. Barang yang sudah lewat pemeriksaan langsung ditempatkan pada gudang penyimpanan perbekalan farmasi.

Untuk pemesanan obat golongan narkotika dan psikotropik pemesanannya berbeda dengan obat lain. Untuk obat golangan narkotik dan psikotropik surat pemesanan harus dibuat terlebih dahulu kemudian barang datang. Surat pemesanan obat golongan narkotik dan psikotropik harus ada tandatangan apoteker rumah sakit. Penyimpanannya langsung ditempatkan pada lemari khusus.

Perbekalan farmasi di RSMB disimpan pada gudang khusus penyimpanan perbekalan farmasi. Ruangan dijaga oleh staf faramasi, selain menjaga ruangan staf tersebut bertugas dalam administrasi di gudang meliputi pembuatan surat pemesanan dan menginput laporan pembelian. Penyimpanan obat di gudang berdasarkan abjad dan mengikuti prinsip FEFO (Firsh expired firsh out) dan FIFO (Firsh in firsh out). Untuk penyimpanan infus dan alkes ditempatkan terpisah dari obat-obatan. Sistem udara dan cahaya di ruangan cukup baik, terdapat pendingin udara yang suhunya dapat diatur.

Sistem distribusi perbekalan kesehatan di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dilaksanakan dengan sistem distribusi obat resep individual untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat tinggal menggunakan sistem distribusi kombinasi antara resep individual dan persediaan di ruangan. Khusus untuk ruangan Dewi Sartika (VIP) diberlakukan sistem distribusi kombinasi antara dosis unit dan persediaan lengkap di ruangan. Setiap hari ada asisten apoteker yang menyiapkan obat untuk pasien, mulai dari pemberian etiket sampai pengaturan jam minum obat. Obat disimpan satu per satu untuk sekali minum dan ditempatkan sesuai dengan waktu minum obatnya. Keuntungan dari penggunaan sistem distribusi dosis unit ini penggunaan obat bisa lebih mudah diamati dan penggunaan obat secara rasional untuk pasien. Hambatan dalam sistem distribusi dosis unit yaitu kurangnya staf farmasi yang bertugas dalam pelaksanaan unit dosis sehingga persiapan obat untuk pasien membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaginya menjadi dosis sekali minum dalam sehari. Sehingga hanya satu ruangan yang diberlakukan sistem distribusi unit dosis.

Di RSMB juga ada sistem persediaan di ruang. Pada sistem ini semua obat yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruangan tersebut. Sediaan farmasi yang ada di ruangan diantaranya sediaan infus, injeksi (contohnya atropin sulfat, morfin, adrenalin), dan alat-alat kesehatan seperti sarung tangan, peralatan injeksi, set infus, dan lain-lain. Adanya sistem persediaan di ruangan ini dapat memberikan keuntungan yaitu obat yang diperlukan segera oleh pasien dapat segera diberikan. Namun resiko kehilangannnya tinggi sehingga hanya obat dan alat kesehatan yang relatif murah yang ada disini. Persediaan farmasi yang telah terpakai pada hari sebelumnya akan diganti pada hari berikutnya oleh petugas depo dari IFRS sehingga jumlah persediaannya akan tetap setiap harinya. Pengecekan dan penggantian kembali obat dan alat kesehatan yang dipakai dilakukan pada pagi hari setiap harinya.

Pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh IFRS masih terbatas. Pelayanan informasi obat kepada pasien dilakukan saat penyerahan obat yang terdiri dari khasiat obat, cara pemakaian obat, waktu pemakaian, penyimpanan obat, interaksi

obat dengan makanan, atau interaksi obat dengan obat jika ada. IFRS juga belum melaksanakan kunjungan khusus ke ruang perawatan pasien untuk melakukan pelayanan informasi obat kepada dokter dan perawat. Namun jika dokter membutuhkan informasi mengenai obat biasanya melalui telepon atau langsung datang ke IFRS.

BAB VI

Dalam dokumen Laporan PKPA RS (Halaman 55-61)

Dokumen terkait