• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

2.6.1 Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

2.6.1.2 Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian yang lebih berorientasi kepada pasien daripada orientasi kepada produk dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual.

Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat, karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan keamanan terapi obat.

Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek samping obat.

Pelayanan farmasi klinik meliputi : 1. Pengkajian dan pelayanan resep

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).

Tujuan : untuk menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan : Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetis, persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi :

- Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan serta tinggi badan pasien - Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

- Tanggal resep

- Ruangan/unit asal resep Persyaratan farmasetik meliputi :

- Nama obat, bentuk, kekuatan sediaan - Dosis, jumlah obat

- Aturan dan cara penggunaan Persyaratan klinis meliputi :

- Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

- Duplikasi pengobatan

- Alergi, dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) - Kontraindikasi

- Interaksi obat

2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.

Tujuan :

- Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik /

pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan obat

- Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh

tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan

- Mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat yang tidak

dikehendaki (ROTD)

- Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat

- Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan

- Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan

- Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang

digunakan

- Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat

- Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat

- Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu

kepatuhan minum obat (concordance aids)

- Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa

sepengetahuan dokter

- Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan

alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien Kegiatan :

- Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya

- Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien

Informasi yang harus didapatkan :

- Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat

- Reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi

- Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang

tersisa)

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini, dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain diluar rumah sakit

Tujuan :

- Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain diluar rumah sakit

- Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan obat/perbekalan farmasi, terutama bagi Komite/Sub Komite Farmasi dan Terapi

- Menunjang penggunaan obat yang rasional

Kegiatan :

- Menjawab pertanyaan

- Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter

- Menyediakan informasi untuk bagi Komite/Sub Komite Farmasi dan

Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit

- Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien

rawat jalan dan rawat inap

- Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan

tenaga kesehatan lainnya

- Melakukan penelitian

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan :

- Sumber daya manusia

- Tempat

4. Konseling

Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/ keluarga pasien yang dilakukan sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. Tujuan khusus :

- Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien

- Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien

- Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat

- Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat

dengan penyakitnya

- Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan

- Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat

- Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal

terapi

- Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan

- Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga

dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien

Kegiatan :

- Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien

- Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat

melalui Three Prime Questions

- Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada

pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat

- Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan obat

- Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman

pasien

- Dokumentasi

Faktor yang perlu diperhatikan : - Kriteria pasien :

- Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal, ibu hamil dan menyusui)

- Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dll)

- Pasien yang menggunakan obat – obatan dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering downloff)

- Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi yang sempit (digoksin, phenytoin)

- Pasien yang mneggunakan banyak obat (polifarmasi) - Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan yang rendah

- Sarana dan prasarana :

- Ruangan atau tempat konseling

- Alat bantu konseling (Kartu pasien/catatan konseling)

5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)

Kegiatan :

- Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)

- Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat - Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat Tahapan Pemantauan Terapi Obat :

- Pengumpulan data pasien

- Identifikasi masalah terkait obat

- Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat

- Pemantauan

- Tindak lanjut

Faktor yang harus diperhatikan :

- Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini

dan terpercaya

- Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat)

6. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.

Tujuan :

- Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang

- Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah

dikenal dan yang baru saja ditemukan

- Mengenal semua faktor yang mungkin dapat

menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat

- Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki - Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki Kegiatan pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO) : - Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki

- Mengidentifikasi obat – obatan dan pasien yang mempunyai resiko

tinggi mengalami ESO

- Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo

- Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Komite/Sub Komite

- Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional Faktor yang perlu diperhatikan :

- Kerjasama dengan Komite Farmasi dan Terapi dan ruang rawat

- Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

7. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif

Tujuan :

- Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan

- Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu

- Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat

- Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat Kegiatan praktek Evaluasi penggunaan Obat :

- Mengevaluasi penggunaan obat secara kualitatif (algoritme Gyssen)

- Mengevaluasi penggunaan obat secara kuantitatif (metode ATC/DDD)

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan : - Indikator peresepan

- Indikator pelayanan - Indikator fasilitas 8. Dispensing sediaan khusus

Dispensing sediaan khusus steril harus dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas

produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian

Tujuan :

- Menjamin sterilitas dan stabilitas produk

- Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya - Mengindari terjadinya kesalahan pemberian obat 1. Pencampuran obat suntik

Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan

Kegiatan :

- Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus

- Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut

yang sesuai

- Mengemas menjadi sediaan siap pakai

Faktor yang perlu diperhatikan :

- Ruangan khusus

- Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet

- HEPA Filter

2. Penyiapan nutrisi parenteral

Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai

Kegiatan :

- mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan

- mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi

Faktor yang perlu diperhatikan :

- Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, dan ahli gizi - Sarana dan prasarana

- Ruangan khusus

- Lemari pencampuran Bilogical Safety Cabinet

- Kantong khusus untuk nutrisi parenteral 3. Penanganan sediaan sitotoksik

Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelidung diri yang memadai

Kegiatan :

- Melakukan perhitungan dosis secara akurat

- Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai

- Mengemas dalam kemasan tertentu

- Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku

Faktor yang perlu diperhatikan :

- Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai

- Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet

- HEPA Filter

- Alat pelindung diri

- Sumber Daya Manusia yang terlatih

- Cara pemberian obat kanker

Protap pencampuran obat kanker :

1) Petugas pencampuran obat kemoterapi menerima obat dan protocol terapi dari petugas depo farmasi satu hari sebelum pelaksanaan kemoterapi.

2) Apoteker meneliti protokol terapi dan menghitung dosis obat

kebutuhan pasien

3) Keesokan harinya petugas pencampuran mencek keberadaan

pasien yang akan dikemoterapi

4) Bila ada pasiennya petugas membuat label dan kelengkapan wadah

5) Petugas memakai kelengkapan pencampuran.

6) Petugas menyiapkan obat yang akan dicampur.

7) Petugas melakukan pencampuran dilemari pencampuran.

8) Apoteker memeriksa kesesuaian obat, label, dan order.

9) Bila sudah sesuai, petugas memasukkan obat yang telah diperiksa ke wadah pengiriman.

10) Petugas membawa obat yang telah direkonstitusi ke ruang rawat pasien

11) Petugas melakukan serah terima dengan perawat dan saling

menandatangani buku serah terima. 12) Petugas mengarsipkan protokol terapi Persyaratan ruangan pencampuran :

Ruangan pencampuran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Mencampur obat harus diruangan terpisah (clean room) 2) Ukuran clean room tergantung besarnya kegiatan

3) Lantai terdiri dari vinyl atau epoxy yang dapat dicuci bersih dan tidak menyimpan debu

Sterilitas ruangan :

Untuk mempertahankan sterilitas ruangan perlu dilakukan beberapa cara sebagai berikut :

1) Foging ruangan dengan sinar ultra violet dilaksanakan satu kali dalam dua minggu

2) Permukaan bagian dalam dan bagian luar lemari pencampuran di

swep dengan alcohol 70% setiap akan memulai dan selesai melaksanakan pencampuran obat.

3) Membersihkan dan membilas lantai, dinding, pintu, peralatan,

setiap hari menggunakan larutan klorin (3 tablet germisep dilarutkan dalam 1 liter air bersih)

Protap pengiriman obat ke ruangan pasien:

Bak plastik atau wadah lain yang sesuai dan telah berisi obat kanker yang sudah direkonstruksi harus diberi label (label harus jelas terlihat dari luar). Pada label obat tertulis nama pasien / rekam medik, ruangan, nama obat, konsentrasi, nama pelarut, tanggal/ bulan/tahun rekonstruksi, waktu stabilitas obat (expire date). Bak plastik atau wadah lain yang sesuai dibawa dengan troley tertutup. Petugas yang mengantarkan obat harus menggunakan baju pelindung dan sarung tangan (digunakan sesuai dengan protap). Kemudian petugas melaksanakan serah terima obat dengan perawat, mengisi buku serah terima obat antara lain jam diterima, paraf perawat serta paraf petugas yang menyerahkan. Sebelum pemberian obat kepada pasien, perawat akan mengecek kembali label obat yang ditulis oleh petugas pencampuran obat kanker.

9. Pemantauan kadar obat dalam darah

Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter

Tujuan :

- Mengetahui kadar obat dalam darah

- Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat

Kegiatan :

- Memisahkan serum dan plasma darah

- Memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan

- Membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan Faktor – faktor yang perlu diperhatikan :

- Alat Therapeutic Drug Monitoring / instrumen untuk mengukur kadar

obat

- Reagensia sesuai obat yang diperiksa

Dokumen terkait