• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Imunisasi

Dalam dokumen Profil Kesehatan 2012 (Halaman 52-56)

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1.3. Pelayanan Imunisasi

Bayi dan anak – anak memiliki risiko yang lebih tinggi

terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti : Difteri,

Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru – paru dan

masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi.

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Pada saat pertama kali kuman (antigen) masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.

4.1.3.1. Imunisasi Dasar pada Bayi

Program imunisasi dasar lengkap (LIL / Lima Imunisasi dasar Lengkap) pada bayi yang dicanangkan pemerintah meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak.

Di antara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan yang disepakati dalam pertemuan dunia mengenai anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Diseluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan pada bayi umur 9 -11 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi diantara imunisasi wajib lainnya.

Pada tahun 2012, Kota Tanjungpinang telah mencapai cakupan imunisasi campak sebesar 89,86%. Dengan demikian Kota Tanjungpinang belum mampu mencapai target imunisasi

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

campak yang telah ditetapkan oleh WHO. Data mengenai cakupan imunisasi dasar pada bayi menurut puskesmas tahun 2012 terdapat pada Lampiran table 39.

Pencapaian Universal Child immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Desa UCI merupakan gambaran desa / kelurahan dengan ≥ 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Target Standar Pelayanan Minimal (SPM) menetapkan target 100% desa / kelurahan UCI pada tahun 2010 untuk setiap kabupaten / kota.

Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap

penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat

optimal. Namun kenyataannya, sebagian anak tidak mendapatkan

imunisasi dasar secara lengkap. Anak – anak inilah yang disebut

dengan drop out imunisasi. Imunisasi DPT-HB1 adalah jenis imunisasi yang pertama kali diberikan pada bayi. Sebaliknya, imunisasi campak adalah imunisasi dasar yang terakhir diberikan pada bayi. Diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Untuk itu maka drop out rate imunisasi bayi dihitung berdasarkan persentase penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT-HB1. Drop out rate cakupan imunisasi DPT-HB1-Campak tahun 2012 adalah 3,82%.

4.1.3.2. Imunisasi pada Ibu Hamil

Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium Tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia.

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang

tinggal di daerah – daerah terpencil berada dalam kondisi yang

masih jauh dari kondisi steril saat persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun bayinya terkena tetanus.

Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)

merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan

imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3)

penyelenggaraan surveilans.

Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam dan cakupan iminisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4.

Pada tahun 2012, cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2+ sebesar 127,93%. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Cakupan ibu hamil yang mendapat imunisasi TT2+ pada tahun 2011 sebesar 118,87%.

Beberapa langkah yang perlu segera dilakukan adalah sosialisasi ke seluruh petugas lapangan agar mengacu pada kriteria Ante Natal Care (ANC) berkualitas, yang salah satunya dengan imunisasi TT dan semua sistem pencatatan dalam pelaksanaan imunisasi TT WUS termasuk ibu hamil memakai sistem pencatatan yang sama, yaitu T1-T5.

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 4.1.4. Ketersediaan Obat

Program peningkatan ketersediaan obat dan vaksin dilaksanakan sebagaimana amanat yang tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Obat adalah salah satu

kebutuhan dasar dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan merupakan barang publik yang perlu dijamin ketersediaannya dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan. Dalam rangka mendukung program tersebut dilakukan pengadaan

buffer stock obat untuk menjamin ketersediaan obat, pemerataan

pelayanan dan terjaminnya mutu obat dan pembekalan kesehatan sampai ke masyarakat.

Dalam hal perencanaan dan penyusunan kebutuhan obat

(RKO) buffer stok diperlukan data kebutuhan dari masing – masing

puskesmas. Dalam perhitungan tersebut, tingkat kecukupan obat harus dapat tersedia untuk kurun waktu minimal selama 18 bulan dengan asumsi 12 bulan untuk pemenuhan kebutuhan obat selama 1 tahun anggaran dan 6 bulan untuk pemenuhan kebutuhan selama waktu tunggu proses pengadaan obat di tahun anggaran selanjutnya. Daftar obat yang disertakan dalam perhitungan tersebut terdiri dari 34 jenis obat. Pada lampiran tabel 69 dapat dilihat tingkat ketersediaannya obat di Kota Tanjungpinang.

Dalam dokumen Profil Kesehatan 2012 (Halaman 52-56)

Dokumen terkait