• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kesehatan 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Kesehatan 2012"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS KESEHATAN KOTA

TANJUNGPINANG

JL. D.I. PANJAITAN KM.6 TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Telp. (0771) 8080415, Fax. (0771) 8080416 Email. dinkeskotatanjungpinang@gmail.com

Profil Kesehatan

2012

(2)

i

Sesuai Visi dari Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri

dan Berkeadilan”. Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang telah menentukan Visi Kesehatan disesuaikan dengan Visi dari Pemerintahan Kota Tanjungpinang yaitu “Mewujudkan Masyarakat yang Sehat dan Mandiri Tahun 2013” . Untuk itu perencanaan dan kegiatan pembangunan kesehatan di Kota Tanjungpinang selain program pokok yang telah ditentukan oleh pusat ada beberapa program pengembangan yang diharapkan dapat menunjang keberhasilan dalam mewujudkan Visi ”Mewujudkan Masyarakat yang Sehat dan Mandiri Tahun 2013”.

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 ini merupakan realisasi pelaksanaan suatu Rencana Kerja Tahunan. Dan pada hakekatnya merupakan gambaran bahwa visi organisasi akan tercapai atau tidak pada masa yang telah ditentukan. Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 ini juga menggambarkan efektifitas dan efisiensi dari suatu program kegiatan yang telah dilaksanakan. Suatu kegiatan dikatakan efektif bila mampu mencapai atau melebihi target yang telah ditentukan, dan dikatakan efisien bila sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai target tersebut seminimal mungkin.

Syarat untuk mengukur keberhasilan suatu program kegiatan adalah ketersediaannya data dasar. Sebab suatu program tahunan dikatakan berhasil atau tidak, tergantung pada hasil perbandingan dengan data dasar sebelumnya. Untuk itu, maka dalam Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 ini juga dimasukkan data-data kinerja pada tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 sebagai pembanding.

Tanjungpinang, Agustus 2012 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA

TANJUNGPINANG

H. AHMAD YANI, S.Sos., MM., M.Kes.

PEMBINA TK I,

(3)

ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 4 1.3 Sistematika Penulisan 4

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 Geografis 7

2.2 Kependudukan 9

2.3 Pendidikan 10

2.4 Sosial Ekonomi 11

2.5 Lingkungan 11

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

3.1. Mortalitas 13

3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 14

3.1.2 Angka Kematian Balita (AKABA) 16

3.1.3 Angka Kematian Ibu (AKI) 17

3.1.4 Angka Harapan Hidup 20

3.2. Morbiditas 20

3.2.1 Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas 20

3.2.2 Status Gizi 21

3.3.3 Penyakit Menular 23

3.3.4 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi 29

3.3.5 Penyakit Potensial KLB / Wabah 30

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1. Pelayanan Kesehatan Dasar 32

4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 33

4.1.2 Pelayanan Keluarga Berencana (KB) 33

4.1.3 Pelayanan Imunisasi 34

(4)

iii

4.2.2 Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat 48

4.3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 49

4.3.1 Pengendalian Penyakit Polio 49

4.3.2 Pengendalian TB Paru 51

4.3.3 Pengendalian Penyakit ISPA 53

4.3.4 Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS 54

4.3.5 Pengendalian Penyakit DBD 55

4.3.6 Pengendalian Penyakit Malaria 56

4.3.7 Pengendalian Penyakit Kusta 58

4.4. Perbaikan Gizi Masyarakat 58

4.4.1 Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil 58

4.4.2 Pemberian Kapsul Vitamin A 59

4.4.3 Cakupan Pemberiaan ASI Eksklusif 60

4.4.4 Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) 62

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

5.1 Sarana, Prasarana & Tenaga Kesehatan 63

5.1.1 Sarana 63

5.1.2 Prasarana 63

5.1.3 Sumber Daya Manusia 64

5.2. Keuangan & Penyusunan Program 65

5.2.1 Belanja 65

5.2.2 Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan 63

BAB VI KESIMPULAN 68

(5)

iv

Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR,

RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN

Tabel 3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK

UMUR

Tabel 4 PRESENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG

MELEK HURUF MEURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN

Tabel 5 PERSENTASE PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERUSIA 10

TAHUN KE ATAS MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DAN KECAMATAN

Tabel 6 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN

PUSKESMAS

Tabel 7 JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 8 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN,

DAN PUSKESMAS

Tabel 9 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) DAN AFP RATE (NON POLIO)

MENURUT KECAMATAN

Tabel 10 JUMLAH KASUS BARU TB PARU DAN KEMATIAN AKIBAT TB PARU

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 11 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 12 JUMLAH KASUS DAN KESEMBUHAN TB PARU BTA+ MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 13 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 14 JUMLAH KASUS BARU HIV, AIDS, DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL

(6)

v

Tabel 16 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 17 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 18 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 19 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 20 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 21 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN

IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 22 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH IMUNISASI

(PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 23 JUMLAH KASUS DBD MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS

Tabel 24 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 25 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 26 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 27 STATUS GIZI BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS

Tabel 28 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG

TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 29 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 30 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1, FE3

(7)

vi

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 32 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI, ANAK BALITA, DAN

IBU NIFAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 33 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI

PER KECAMATAN

Tabel 34 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI,

PER KECAMATAN

Tabel 35 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN

Tabel 36 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 37 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 38 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KECAMATAN DAN

PUSKESMAS

Tabel 39 CAKUPAN IMUNISASI DPT, HB, DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 40 CAKUPAN IMUNISASI BCG DAN POLIO PADA BAYI MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 41 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKLUSIF MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 42 PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA 6-23 BULAN

KELUARGA MISKIN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 43 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 44 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 45 CAKUPAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN

(8)

vii

Tabel 47 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 48 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 49 PERSENTASE SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN

PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR) LEVEL I

Tabel 50 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS

KLB

Tabel 51 DESA/KELURAHAN TERKENA KLB YANG DITANGANI <24 JAM

MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 52 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 53 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN

SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS

Tabel 54 JUMLAH KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

Tabel 55 CAKUPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRA BAYAR

MENURUT JENIS JAMINAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 56 CAKUPAN PELAYANAN RAWAT JALAN MASYARAKAT MISKIN (DAN

HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 57 CAKUPAN PELAYANAN RAWAT INAP MASYARAKAT MISKIN (DAN

HAMPIR MISKIN) MENURUT STRATA SARANA KESEHATAN JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 58 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN

KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN

KESEHATAN

Tabel 59 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

Tabel 60 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

Tabel 61 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN

(9)

viii

Tabel 63 PERSENTASE RUMAH/BANGUNAN BEBAS JENTIK NYAMUK AEDES

MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 64 PERSENTASE KELUARGA MENURUT JENIS SARANA AIR BERSIH

YANG DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 65 PERSENTASE KELUARGA MENURUT SUMBER AIR MINUM YANG

DIGUNAKAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS

Tabel 66 PERSENTASE KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA

SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 67 PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN

(TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 68 PERSENTASE INSTITUSI DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA

MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS

Tabel 69 KETERSEDIAN OBAT MENURUT JENIS OBAT

Tabel 70 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT

KEPEMILIKAN

Tabel 71 SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES

DAN MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR

Tabel 72 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN

PUKESMAS

Tabel 73 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)

MENURUT KECAMATAN

Tabel 74 JUMLAH TENAGA MEDIS DI SARANA KESEHATAN

Tabel 75 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN

Tabel 76 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DAN GIZI DI SARANA KESEHATAN

Tabel 77 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI

SARANA KESEHATAN

Tabel 78 JUMLAH TENAGA TEKNIS MEDIS DAN FISIOTERAPIS DI SARANA

KESEHATAN

(10)

1

LAMPIRAN TABEL

PROFIL KESEHATAN KOTA TANJUNGPINANG

TAHUN 2012

(11)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan dan harus diperhitungkan secara seksama dengan berbagai dampak positif maupun negatif dari setiap kegiatan

terhadap kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan

diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif, serta mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan komitmen yang tinggi terhadap kemanusiaan dan etika, yang dilaksanakan dengan semangat pemberdayaan serta kemitraan yang tinggi.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta harus diselenggarakan secara adil dan merata. Sebagaimana diamanatkan dalam amandemen UUD 1945 pasal 28 ayat 1 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan. Jaminan pemeliharaan kesehatan

dikembangkan terus untuk menjamin terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu serta dengan harga yang terkendali.

Pembangunan kesehatan di Indonesia terus ditingkatkan dengan melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Reformasi bidang kesehatan terus digalakkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif, efisien dan terjangkau masyarakat. Berbagai terobosan baru dilaksanakan pemerintah baik di pusat maupun daerah dengan mengarahkan pembangunan kesehatan yang langsung mendidik sasaran yang menjadi permasalahan

(12)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

kesehatan. Pelayanan langsung yang menyentuh kebutuhan masyarakat menjadi perhatian utama. Hal ini dapat kita lihat dengan program-program pemerintah yang memberi jaminan pelayanan

kesehatan kepada semua lapisan masyarakat, khususnya

masyarakat dengan kemampuan ekonomi kurang mampu dengan sistem asuransi kesehatan masyarakat miskin yang saat ini namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Pelayan Persalinan (Jampersal). Begitu juga Pemerintah Kota Tanjungpinang yang memberikan pelayanan kesehatan gratis yang dinamakan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) bagi masyarakat miskin yang tidak dicakup oleh Jamkesmas sebagai bukti kepedulian pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau.

Namun demikian, walaupun sudah banyak kemajuan yang dicapai tetapi bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, keadaan kesehatan masyarakat Indonesia masih tertinggal. Angka kematian ibu dan anak misalnya, Indonesia berada diurutan atas diantara negara-negara anggota South East Asia Medical Information

Center (SEAMIC).

Indikator yang digunakan dalam menilai pencapaian Indonesia Sehat 2013 dan juga Kota Tanjungpinang Sehat meliputi (1) Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir yang terdiri dari indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas dan nutrisional gizi; (2) Indikator hasil yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup, akses dan mutu pelayanan kesehatan; serta (3) Indikator proses dan masukan yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.

Evaluasi pencapaian pelaksanaan untuk mengetahui

perkembangan derajat kesehatan masyarakat perlu dilakukan setiap tahunnya. Hal ini untuk mengetahui manfaat dan dampak dari penyelenggaraan program dan kegiatan pembangunan kesehatan

(13)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

yang tepat guna dan tepat sasaran. Selain untuk evaluasi hasil, juga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat pencapaian hasil pembangunan kesehatan yang diharapkan.

Peranan data dan informasi dalam bidang kesehatan semakin memegang peranan penting. Informasi yang tepat waktu akan memungkinkan untuk dapat mengambil keputusan dan kebijakan yang tepat waktu dan tepat sasaran. Informasi yang kurang akurat dan lambat dapat dipastikan akan memperlambat pengambilan keputusan. Akibatnya permasalahan kesehatan akan semakin menumpuk dan berbagai penyakit sudah menyebar luas di

masyarakat. Pentingnya data dan informasi ini ditegaskan dalam

strategi utama pembangunan kesehatan, dimana salah satunya adalah peningkatan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan. Profil kesehatan Kota Tanjungpinang sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan sebagai jendela untuk melihat

pencapaian derajat kesehatan Kota Tanjungpinang dan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang kesehatan. Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta

dilengkapi dengan analisis deskriptif. Keterbatasan dalam

menganalisis ini sebagian besar karena kesulitan memperoleh data yang akurat dan konsisten.

Sistematika penyusunan Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang ini mengacu pada Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011 dan SKN yang meliputi aspek (1) demografi dan geografi; (2) derajat kesehatan meliputi angka kematian, kesakitan dan nutrisional gizi masyarakat; (3) penyelenggaraan sistem kesehatan, meliputi upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan.

(14)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penyusunan Profil Kesehatan Kota

Tanjungpinang Tahun 2012 adalah diperolehnya gambaran derajat kesehatan masyarakat Kota Tanjungpinang yang merupakan keluaran dari pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kota Tanjungpinang Tahun 2012.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diperolehnya gambaran umum keadaan geografis,

kependudukan, tingkat pendidikan dan lingkungan di Kota Tanjungpinang Tahun 2012.

2. Diketahuinya Visi, Misi, Kebijakan serta program-program Pembangunan Kesehatan di Kota Tanjungpinang Tahun 2012. 3. Diketahuinya pencapaian pembangunan kesehatan di Kota

Tanjungpinang Tahun 2012.

4. Diketahuinya situasi sumber daya kesehatan di Kota Tanjungpinang Tahun 2012.

5. Diketahuinya permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kota

Tanjungpinang Tahun 2012.

6. Terdokumentasikannya data dan informasi derajat kesehatan masyarakat Kota Tanjungpinang Tahun 2012.

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 ini mengacu kepada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Adapun susunan penulisannya adalah sebagai berikut :

(15)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 dan sistematika dari penyajiaannya.

BAB II : GAMBARAN UMUM

Bab ini berisi tentang gambaran umum Kota Tanjungpinang Tahun 2012. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga membahas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi dan lingkungan.

BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.

BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kota Tanjungpinang Tahun 2012.

BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

(16)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 BAB VI : KESIMPULAN

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, pada bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

LAMPIRAN

Pada lampiran ini berisi resume / angka pencapaian Kota Tanjungpinang Tahun 2012 dan 79 tabel data yang merupakan gabungan tabel indikator Kota Tanjungpinang sehat dan indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

(17)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Geografis

Secara geografis Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan,

dengan posisi koordinat berada pada 0051’ sampai dengan 0059’

Lintang Utara dan 104023’ sampai dengan 104034’ Bujur Timur, dan

berada pada elevasi ± 70 m di atas permukaan air laut (mean sea

level). Adapun batas-batas wilayah Kota Tanjungpinang sebagai

berikut:

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Teluk Bintan Kecamatan

Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Selat Karas Desa

Mantang Baru Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan.

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Karas, Kecamatan

Galang Kota Batam dan Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Bintan Timur,

(18)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Gambar 2.1

Peta Kota Tanjungpinang

Kota Tanjungpinang terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 18 (delapan belas) kelurahan diantaranya:

1. Kecamatan Tanjungpinang Barat yang terdiri dari 4 (empat) kelurahan, yaitu : Kelurahan Tanjungpinang Barat, Kelurahan Kemboja, Kelurahan Kampung Baru, dan Kelurahan Bukit Cermin

2. Kecamatan Tanjungpinang Timur yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan, yaitu: Kelurahan Melayu Kota Piring, Kelurahan Kampung Bulang, Kelurahan Air Raja, Kelurahan Batu IX, dan Kelurahan Pinang Kencana 3. Kecamatan Tanjungpinang Kota yang terdiri dari 4 (empat) kelurahan,

yaitu: Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kelurahan Kampung Bugis, Kelurahan Senggarang, dan Kelurahan Penyengat

(19)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

4. Kecamatan Bukit Bestari yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan, yaitu: Kelurahan Tanjungpinang Timur, Kelurahan Dompak, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kelurahan Sei Jang, dan Kelurahan Tanjung Unggat.

2.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan pada pertengahan April 2012 sampai dengan pertengahan Mei 2012, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang melakukan pengelolaan data sebagai persiapan penyajian data Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) untuk pelaksanaan Pemilihan Walikota Tanjungpinang.

Dalam pengelolaan data tersebut, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang melakukan penghapusan terhadap data ganda, penduduk yang sudah tidak berdomisili lagi di Tanjungpinang dan penduduk yang sudah meninggal belum dilaporkan ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Jadi penurunan jumlah penduduk Kota Tanjungpinang tidak berarti bahwa tidak ada pertumbuhan penduduk di Kota Tanjungpinang.

Jumlah penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun 2012 adalah 229.396 jiwa, yang terdiri dari 116.728 jiwa penduduk laki-laki, dan 112.668 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 66.010 rumah tangga, dengan anggota KK rata-rata 4 orang. Sedangkan kepadatan penduduk Kota Tanjungpinang

(20)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 LAKI-LAKI PEREMPUAN

Grafik 2.1

Piramida Penduduk Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Sebaran penduduk di Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut; 59.546 jiwa penduduk Kecamatan Tanjungpinang Barat, 23.490 jiwa penduduk Kecamatan Tanjungpinang Kota, 62.970 jiwa penduduk Kecamatan Bukit Bestari, dan 83.390 jiwa penduduk Kecamatan Tanjungpinang Timur.

Prediksi kelompok sasaran utama penduduk pada tahun 2012 adalah; 6.652 ibu hamil, 6.354 ibu bersalin, 6.053 ibu menyusui, 6.053 bayi, 21.288 anak balita usia 1-4 th, dan 27.341 balita.

2.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di atas usia 10 tahun di Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut; 2,01% tidak / belum pernah sekolah; 11.01% belum/tidak tamat SD; 25.61% berpendidikan SD/MI;

17.06% berpendidikan SMP/MTs; 35.35% berpendidikan

SMA/SMK/MA; 3,37% berpendidikan Akademi/Diploma; dan 5.59%

(21)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

berpendidikan DIV/S1/S2/S3. Prasarana pendidikan di Kota

Tanjungpinang, terdiri dari; 69 buah SD/MI, 27 SLTP/MTS, 26

SLTA/MA/SMK.

2.4 Sosial – Ekonomi

Tiga sektor unggulan Pembangunan ekonomi Kota

Tanjungpinang yaitu perdagangan, industri dan transportasi. Ketiga sektor tersebut diharapkan akan mampu dan dapat merangsang perkembangan serta pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi berada pada level 7,07 persen. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 sedikit mengalami perlambatan yaitu sebesar 6,97 persen. Namun di tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang kembali mengalami peningkatan yaitu berada pada level 7,08 persen. Sedangkan pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang sebesar 7,06 persen. Dimana laju pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang berada diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, dimana angka pertumbuhan ekonomi

nasional berada pada 6,5 persen (Profil Perkembangan

Kependudukan Kota Tanjungpinang Tahun 2012).

2.5 Lingkungan

Kota Tanjungpinang berbatasan dengan Kota Batam, negara tetangga Singapura dan Malaysia. Dan merupakan kawasan Segitiga Pengembangan SIJORI (Singapura, Johor, dan Riau).

Geografis Kota Tanjungpinang merupakan kawasan pesisir, berbukit-bukit dengan batuan bouksit, beberapa kawasan pantainya masih terdapat rawa dan hutan bakau.

(22)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Saat ini Kota Tanjungpinang dijadikan sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Riau dan masih ada sebagian dinas-dinas Kabupaten Bintan yang menempati kantor di wilayah Kota Tanjungpinang.

Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan baik Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan, Kota Tanjungpinang juga memiliki tiga buah Rumah Sakit (RSUD Kota Tanjungpinang, RSAL, dan RSUD Provinsi Kepulauan Riau) yang juga sebagai pusat rujukan dari beberapa Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

(23)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan dan ketersedian sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.

Situasi derajat kesehatan masyarakat di Kota Tanjungpinang dapat dilihat dari beberapa indikator yang meliputi situasi mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat. Pada bab ini situasi derajat kesehatan Kota Tanjungpinang digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu(AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit.

3.1 Mortalitas

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat (Budi Utomo, 1985).

Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita sebagian besar disebabkan oleh BBLR dan Asfiksia. Faktor gizi buruk juga

(24)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan kematian. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga yang mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat.

Angka kematian dapat digunakan sebagai salah satu indikator

dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan serta

menggambarkan perkembangan derajat kesehatan masyarakat. Berikut yang akan dijabarkan meliputi Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu Maternal.

3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi, dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal yaitu kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan. Umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka kematian bayi merupakan indikator penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat karena bayi yang baru lahir sangat sensitif dengan keadaan lingkungan tempat tinggal orang tua si bayi dan sangat erat kaitannya dengan keadaan sosial ekonomi orang tuanya. Angka kematian bayi selain berguna untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan

(25)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

program di bidang kesehatan, juga dapat dimanfaatkan sebagai alat ukur situasi demografi dan sebagai masukan dalam melakukan perhitungan proyeksi penduduk. Juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perencanaan program.

Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan Angka Kematian Bayi sebesar dua per tiga dari angka di tahun 1990 atau menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai instansi terkait, mulai dari pemerintah pusat maupun daerah, LSM dan masyarakat pada umumnya. Pada tahun 2012, jumlah kelahiran di Kota Tanjungpinang sebanyak 5.885 kelahiran. Dari kelahiran tersebut terjadi kelahiran mati sebanyak 30 kasus. Sedangkan dari yang lahir hidup dilaporkan bahwa sebanyak 40 bayi meninggal. Jika dikonversikan secara langsung dengan perhitungan angka kematian bayi di Kota Tanjungpinang tahun 2012 sebesar 6,83 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2011 dapat dilihat bahwa jumlah kematian bayi secara angka absolut mengalami penurunan yaitu dari 45 bayi pada tahun 2011 menjadi 40 bayi pada tahun 2012, tetapi secara persentase mengalami peningkatan yaitu 6,82 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi 6,83 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Penyebab utama kematian bayi di Kota Tanjungpinang yaitu BBLR dan Aspiksia.

(26)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 8 5.6 6.14 6.82 6.83 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008 2009 2010 2011 2012

3.1.2 Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0 - 4 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penyuluhan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah 5 tahun.

Kejadian kematian anak balita di Kota Tanjungpinang secara absolut menunjukkan adanya penurunan yaitu 5 kematian pada tahun 2011 menjadi 3 kematian pada tahun 2012, namun secara persentase juga terjadi penurunan yang signifikan dimana pada tahun 2011 angka kematian anak balita sebesar 0,76 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 0,51 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Sedangkan untuk kejadian kematian balita di Kota Tanjungpinang secara absolut menunjukkan adanya penurunan yaitu 50 kematian pada tahun 2011 menjadi 43 kematian pada tahun 2012 dan secara persentase juga mengalami penurunan.

TAHUN P er 1. 000 p d d k

Grafik : 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012

(27)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 9.07 6.17 6.8 7.58 7.34 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2008 2009 2010 2011 2012

Pada tahun 2011 angka kematian balita sebesar 7.58 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 7.34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan SDKI 2007 dimana secara nasional angka kematian balita sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup, maka kondisi Angka Kematian Balita di Kota Tanjungpinang sudah jauh dibawah angka nasional. Kondisi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik lagi mengingat masa balita merupakan masa pertumbuhan emas (golden age growth) karena pada masa ini pertumbuhan dan pembentukan organ-organ vital anak mengalami pertumbuhan yang pesat termasuk pertumbuhan otak. Jika kondisi kesehatan anak pada masa balita ini dapat terpelihara dengan baik maka kemungkinan besar generasi yang akan dihasilkan adalah generasi bangsa yang kuat secara fisik dan intelegensia.

3.1.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) maternal adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Angka

Per 1.000 p

d

d

k

Grafik : 3.2 Angka Kematian Anak Balita (AKBA) di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012

(28)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Kematian Ibu Maternal merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu daerah atau negara. Hal ini didasarkan bahwa kondisi kesehatan ibu pada waktu hamil akan menjadi faktor penentu keselamatan ibu pada proses persalinan dan masa nifas. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan ibu hamil antara lain tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu waktu melahirkan dan masa nifas.

Penghitungan AKI sulit dilakukan karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar. Angka Kematian Ibu sampai saat ini baru diperoleh dari survey-survey terbatas seperti penelitian dan pencatatan. Dari beberapa hasil survey dan penelitian terlihat bahwa angka kematian ibu maternal secara nasional menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu. Menurut hasil SKRT tahun 1992 angka kematian ibu sebesar 425 per 100.000 kelahiran hidup, hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 menunjukkan angka 390 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada hasil SKRT 1995 angka kematian ibu maternal menurun menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup. Dari hasil SDKI pada tahun 2002 - 2003 kejadian AKI menurun lagi menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup.

(29)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 52 82.68 116.09 121.29 85.4 0 20 40 60 80 100 120 140 2008 2009 2010 2011 2012

Pada tahun 2012 berdasarkan data yang diperoleh diketahui jumlah kematian ibu maternal di Kota Tanjungpinang sebanyak 5 orang dari 5.855 kelahiran hidup. Angka ini jika dikonversikan langsung dengan rumus perhitungan AKI maka diperoleh angka 85,40 per 100.000 kelahiran hidup. Secara absolut terjadi penurunan jumlah kasus dari tahun 2011 ke tahun 2012, dan setelah dikonversi dapat dilihat bahwa terjadi penurunan yang signifikan yaitu 121,29 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011 menjadi 85,40 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Jika ditilik kondisi AKI di Kota Tanjungpinang sudah sangat menggembirakan karena sudah jauh berada dibawah angka nasional. Namun hal ini tetap perlu diwaspadai karena data ini hanya merupakan data kematian yang dilaporkan. Keadaan pencatatan registrasi vital yang belum berjalan dengan baik, memungkinkan adanya kematian ibu maternal yang tidak terlaporkan khususnya ibu-ibu yang meninggal tidak disarana pelayanan kesehatan.

Per 1.000 p

d

d

k

Grafik : 3.3 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012

(30)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 3.1.4 Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) dapat digunakan untuk menilai status derajat kesehatan. Selain itu, AHH juga menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam menilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Gambaran AHH di Tanjungpinang selama tahun 2006 – 2011 menunjukkan peningkatan.

Data BPS, menunjukkan bahwa AHH di Tanjungpinang pada tahun 2006 sebesar 68,5 tahun , 2007 sebesar 68,5 tahun , 2008 sebesar 69,51 tahun, tahun 2009 sebesar 69,56 tahun dan tahun 2010 sebesar 69,62 tahun. Tahun 2011, AHH Kota Tanjungpinang kembali naik menjadi 69,67 tahun.

3.2 MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas

juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan

masyarakat.

3.2.1 Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas

Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Puskesmas tahun 2012 menunjukkan bahwa kasus terbanyak merupakan penyakit ISPA dengan jumlah kasus 30.527. Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(31)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 Tabel 3.1

POLA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS SE-TANJUNGPINANG TAHUN 2012

ISPA, 27345 Hipertensi, 8718 Gastritis, 3861 Ginggivitis, 2129 Gastroenteritis, 2644 Rheumatik, 220 Infeksi kulit, 2829 Infeksi pernapasan bgn bawah, 384 Pny. Kulit Alergi, 1245

Inf. Pulpa dan jrg apikal, 3648

Dari tabel diatas, terlihat bahwa penyakit tertinggi yaitu ISPA diikuti oleh hipertensi, gastritis, penyakit pulpa dan jaringan periapikal, penyakit kulit infeksi, diare, penyakit sistem otot dan jaringan pengikat, , tonsillitis, serta penyakit kulit alergi.

3.2.2. Status Gizi

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu : berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkolerasi

(32)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis) atau diare atau penyakit infeksi lainnya (akut).

Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya : kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya: mengidap penyakit tertentu dan kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus.

Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan puskesmas, didapatkan jumlah balita yang ditimbang selama tahun 2012 sebanyak 12.899 balita (47,18%) dari seluruh balita yang ada. Dari balita yang ditimbang, ditemukan 337 balita (2,61%) dengan status gizi lebih, 12.431 balita (96,37%) status gizi baik, 98 balita (0.76%) status gizi kurang, dan 33 balita (0.26%) status gizi buruk.

Selain status gizi balita disini juga kami uraikan tentang status gizi ibu hamil. Status gizi ibu hamil dapat kita ketahui dari kegiatan pemantauan pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) dan mengukur kadar Hb. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia gizi.

Anemia adalah suatu kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia Gizi Besi merupakan salah satu gangguan yang sering terjadi selama kehamilan.

(33)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Anemia gizi besi merupakan suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin yang rendah. Anemia gizi besi (AGB) pada ibu hamil dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi. Hal ini dapat dicegah melalui pemberian tablet penambah darah (Fe) kepada ibu hamil. Selama kehamilan dianjurkan seorang ibu mengkonsumsi tablet zat besi minimal 90 butir. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR dan anemia pada bayi yang dilahirkan. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu serta kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi dan kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

Cakupan pemberian tablet besi (Fe) kepada ibu hamil selama tahun 2012 tercatat dari 6.652 ibu hamil sebanyak 95,22%

mendapat Fe1 dan 91,87% mendapat Fe3. Persentase

menunjukkan adanya peningkatan ibu hamil mendapat Fe1 dan Fe3 dibandingkan dengan tahun 2011 (93,89% untuk Fe1 dan 89,52% untuk Fe3). Masih kurangnya cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe bila dibandingkan dengan target nasional

(100%) kemungkinan karena kurangnya kesadaran dan

pengetahuan ibu hamil akan bahaya yang diakibatkan jika ibu hamil menderita anemia. Data lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 30.

3.3.3. Penyakit Menular 3.3.3.1. Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadikan komitmen global dalam

Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh

parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria

(34)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

(Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki

laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi,

anak – anak dan dewasa. Sekitar 80% dari kabupaten/kota di

Indonesia termasuk kategori endemis dan lebih dari 45% penduduknya berdomisili di desa endemis. Wilayah endemis

malaria pada umumnya adalah desa – desa terpencil dengan

kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat.

Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu :

i. Endemis tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk.

ii. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1-5 per 1.000 penduduk

iii. Endemis Rendah bila API 0-1 per 1.000 penduduk

iv. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (daerah pembebasan malaria) atau API = 0.

Secara nasional kasus malaria selama tahun 2005 – 2010 cenderung menurun dimana pada tahun 2005 sebesar 4,10 per 1.000 penduduk menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Penurunan angka ini cukup bermakna karena diikuti dengan intensifikasi upaya pengendalian malaria yang salah satu hasilnya adalah peningkatan cakupan pemeriksaan sediaan darah atau konfirmasi laboratorium. Pada tahun 2011, telah dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 1.416 preparat (91,18%) dari 1.553 penderita klinis yang ditemukan. Tingginya cakupan pemeriksaan sediaan darah di laboratorium tersebut merupakan pelaksanaan kebijakan nasional pengendalian

(35)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

malaria dalam mencapai eliminasi malaria, yaitu semua kasus malaria klinis harus dikonfirmasi laboratorium.

Sejak tahun 2010, Ditjen PP dan PL telah menggunakan indikator API di seluruh provinsi di Indonesia. Pencapaian angka API 2012 di Kota Tanjungpinang masih diatas standar nasional yaitu 0,44 per 1.000 penduduk (standar nasional = 0. karena Kota Tanjungpinang bukan merupakan wilayah endemis malaria). Informasi lebih rinci menurut puskesmas tentang malaria terdapat pada Lampiran table 24.

3.3.3.2 TB Paru

Tuberkulasis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet penderita yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan starategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci : 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikrokopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Pengembangan strategi DOTS sampai dengan tahun 2010 telah dilaksanakan di seluruh provinsi (33 provinsi) pada 497 kabupaten/kota yang ada. Pada sarana fasilitas kesehatan

(36)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

secara kuantitatif strategi DOTS telah dilaksanakan di seluruh puskesmas dan rumah sakit yang ada di Kota Tanjungpinang.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang

menetapkan target CDR minimal pada tahun 2012 sebesar 70%.

Pencapaian CDR pada tahun 2012 sebesar 50.14%. Angka ini masih dibawah target minimal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70%. Pada tingkat puskesmas, CDR tertinggi di Puskesmas Mekar Baru dan yang terendah di Puskesmas Kampung Bugis.

Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan indikator persentase sembuh, persentase pengobatan lengkap dan angka keberhasilan pengobatan (SR = Success Rate). Pada Tahun 2012, persentase sembuh sebesar 85,25% dan persentase pengobatan lengkap sebesar 4,15%. Succes Rate mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Untuk tahun 2011, Succes Rate untuk Kota Tanjungpinang sebesar 89,40%. Dari hasil tersebut

Success Rate (SR) Kota Tanjungpinang sudah memenuhi target

(37)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 3.3.3.3. HIV & AIDS

HIV & AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dan perinatal.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, dan Testing (VCT); sero survey; dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Pada tahun 2012, terdapat 2.551 orang yang menjalani tes, sebanyak 166 orang dinyatakan HIV positif dan 58 diantaranya AIDS. Selama tahun 2012, penderita HIV/AIDS yang meninggal sebanyak 36 orang.

Penyebaran HIV/AIDS di Kota Tanjungpinang telah menyerang kelompok resiko rendah yang mana terbukti dengan sero survey terhadap 818 ibu hamil, 4 diantaranya positif HIV/AIDS (0,5%) dan 6 orang sifilis positif (0,7%). Informasi lebih rinci tentang HIV/AIDS dapat dilihat pada lampiran table 14.

3.3.3.4. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan olah bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan

(38)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

Penemuan Pneumonia pada balita pada tahun 2012 sebanyak 94 kasus (3,44%) dari target yang telah ditetapkan. Data cakupan perpuskesmas tertinggi adalah Puskesmas Batu 10 sebanyak 37 kasus secara rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 13.

3.3.3.5. Kusta

Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus

yang buruk menyebabkan kusta menjadi progresif,

menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan melalui beberapa gejala dan keluhan, seperti :

a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa.

b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan / kelumpuhan otot.

c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).

Pada tahun 2012, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler (MB) sebanyak 5 kasus dan dengan Newly Case

Detection Rate (NCDR) sebesar 2.62 per 100.000 penduduk.

Informasi menurut puskesmas terkait penyakit kusta terdapat pada lampiran table 17,18, 19, dan 20.

(39)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 3.3.4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

3.3.4.1 Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatrum (TN) disebabkan oleh basil

Clostridium Tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit

ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan rendah. Pada tahun 2012 di Kota Tanjungpinang tidak ditemukan kasus TN.

3.3.4.2. Campak

Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak

menyerang anak – anak. Penularan dapat terjadi melalui udara

yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus campak.

3.3.4.3. Difteri

Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium

Diphtheriace yang menyerang sistem pernafasan bagian atas.

Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus Difteri di Kota Tanjungpinang.

3.3.4.4. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layu Akut)

Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang

menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami

kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak

(40)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan.

Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator anak usia < 15 tahun. Non Polio AFP Rate pada tahun 2012 sebesar 3,27 per 100.000 anak < 15 tahun. Informasi lebih rinci menurut puskesmas terdapat pada Lampiran tabel 9.

3.3.5. Penyakit Potensial KLB / Wabah

Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB / Wabah

yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Diare dan Chikungunya. Seluruh penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.

3.3.5.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.

Jumlah kasus DBD pada tahun 2012 sebanyak 331 kasus dan 1 kematian akibat kasus DBD. Dengan demikian, IR DBD pada tahun 2012 adalah 144,29 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,30%. IR DBD mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 sebesar 82 per 100.000 penduduk. Demikian juga dengan CFR yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0%. Hal ini disebabkan karena kurangnya

partisipasi masyarakat dalam membantu pemberantasan

(41)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

lingkungannya. Informasi lebih rinci menurut puskesmas terkait dengan penyakit DBD dapat dilihat pada Lampiran tabel 23.

3.3.5.2. Diare

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Grafik : 3.4 Jumlah Kasus Diare di Kota Tanjungpinang Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012

Pada tahun 2012 jumlah perkiraan kasus Diare di Kota Tanjungpinang sebanyak 9.428 kasus, dan jumlah ditemukan dan ditangani sebanyak 2.040 kasus (21,64%).

(42)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat

mencakup upaya – upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,

pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya

kesehatan perorangan mencakup upaya – upaya promosi kesehatan,

pencegahan kesehatan, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pemberantasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.

Berikut ini diuraikan upaya yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir, khususnya untuk tahun 2012.

(43)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012 4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut ini.

4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Kesehatan anak meliputi bayi, balita dan remaja.

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

Kematian Balita (AKABA). Dibandingkan dengan negara – negara

ASEAN lainnya, AKI, AKB, dan AKABA di Indonesia termasuk tinggi. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.

Dalam upaya pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan

(44)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Angka Kematian Ibu diperlukan upaya – upaya yang terkait dengan

kehamilan, kelahiran dan nifas.

Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood

Initiative yang mendapat perhatian besar dan dukungan dari

berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy

Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. 4.1.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompoten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter dan perawat.

Pelayanan antenatal yamg sesuai standar meliputi timbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pelayanan antenal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu

(45)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk penghitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun. Hasil pencapaian cakupan K1 tahun 2012 sebesar 97,38% dan K4 sebesar 91,87%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan capaian yang tidak terlalu signifikan terhadap K1 (96,54%) begitu juga dengan K4 (90,81%).

4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan (Pn)

Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Maternal Mortality: who, when, where

dan why; Lancet 2006). Sedangkan dalam target MDG’s, salah

satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada tahun 2015 dari 40,7% pada tahun 1992 (BPS).

(46)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.

Pada tahun 2012 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kota Tanjungpinang telah mencapai 92,21%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan (105,12%). Rincian capaian target perpuskesmas dapat dilihat pada lampiran table 28.

4.1.1.3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)

Pelayanan kesehatanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu melahirkan mulai 6 jam sampai 42 hari paska persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan minimal 3 kali dengan distribusi waktu: 1) Kunjungan Nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2)

Kunjungan Nifas ke dua (KF2) dilakukan dalam waktu hari ke – 4

sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan; dan 3) Kunjungan

Nifas ketiga (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke – 29 sampai

dengan hari ke – 42 setelah persalinan. Pelayanan kunjungan

nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam maupun di luar gedung fasilitas kesehatan (termasuk bidan di desa / polindes / poskesdes) dan kunjungan rumah.

Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekskusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali dan 6) pelayanan KB pasca persalinan.

(47)

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2012 adalah 96,86%. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dimana capaian ibu nifas sebesar 110,51%. Rincian lebih detail tentang cakupan perpuskesmas dapat dilihat pada lampiran table 28.

Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah pemberian vitamin A. Tahun 2012, ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A sebanyak 5.048 orang (83,40%). Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan (95,50%).

4.1.1.4. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal

Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdarahan per vaginam, hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg) dengan atau tanpa edema pre tibial, ancaman persalinan prematur, infeksi berat dalam kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju) dan infeksi nifas.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2012 di Kota Tanjungpinang sebesar 86,14%. Target SPM kesehatan untuk cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2015 adalah 80%. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan yang sangat signifikan, dimana capaian tahun 2011 sebesar 84,50%. Rincian perpuskesmas dapat dilihat pada lampiran table 31.

Neonatus risti / komplikasi meliputi asfikasia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti / komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti / komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga

Gambar

Grafik : 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Tanjungpinang  Tahun 2008-2012
Grafik : 3.2 Angka Kematian Anak Balita (AKBA) di Kota Tanjungpinang  Tahun 2008-2012
Grafik : 3.3 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Tanjungpinang  Tahun 2008-2012
Grafik : 3.4 Jumlah Kasus Diare di Kota  Tanjungpinang Tahun 2008-2012

Referensi

Dokumen terkait

Sekretariat DPRD Jombang sebagai unsur pelayanan terhadap DPRD merupakan lembaga pemerintah yang berkedudukan sebagai unsur lemabaga pemerintah yang pencapaian tujuan

Bapak presiden yang saya hormati, dekimianlah segala pola pandang dan uneg-uneg saya sebagai seorang pendidik di SMK Kejuruan Kesehatan terhadap apa yang sudah

Dalam sisi penjatuhan hukuman bughat terhadap perbuatan mengancam, memberontak pada pemerintahan yang sah dan diakui maka termasuk tindak pidana berat bahkan disamakan

Dan apabila istri mengajukan gugatan perceraian kepada pengadilan dengan alasan tidak diberikan nafkah dan istri menuntut nafkah seperti aturan dalam Pasal 41

Gambar 5 menunjukkan bahwa bertambahnya konsentrasi polieugenil oksiasetat dalam fasa organik, secara umum akan menambah jumlah ion Fe(III), Cr(III), Ni(II), Pb(II), Co(II), dan

ederse, onun için beş şey hazırlar: hazreti Allah şükrü bir kula vermez ancak ziyadeleşmesini hazırlar.. Hazreti Allah bir kula duayı vermez Hazreti Allah o kimse için

Selama 10 hari penyimpanan terjadi penurunan nilai pH dan viabilitas bakteri asam laktat (BAL), peningkatan total asam tertitrasi (TAT) dan viskositas, serta tidak

Beban maksimum aktual komposisi 8% yang dihasilkan lebih kecil dari beban rencana yaitu 90,02 Kn dengan perbedaan sebesar 41,41 kN Pola retak dan keruntuhan yang terjadi pada