• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Dalam dokumen Profil Kesehatan 2012 (Halaman 43-51)

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Kesehatan anak meliputi bayi, balita dan remaja.

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

Kematian Balita (AKABA). Dibandingkan dengan negara – negara

ASEAN lainnya, AKI, AKB, dan AKABA di Indonesia termasuk tinggi. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.

Dalam upaya pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Untuk menurunkan

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Angka Kematian Ibu diperlukan upaya – upaya yang terkait dengan

kehamilan, kelahiran dan nifas.

Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program Safe Motherhood

Initiative yang mendapat perhatian besar dan dukungan dari

berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy

Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. 4.1.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompoten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter dan perawat.

Pelayanan antenatal yamg sesuai standar meliputi timbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pelayanan antenal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu : minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan (untuk penghitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah pada kurun waktu yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun. Hasil pencapaian cakupan K1 tahun 2012 sebesar 97,38% dan K4 sebesar 91,87%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan capaian yang tidak terlalu signifikan terhadap K1 (96,54%) begitu juga dengan K4 (90,81%).

4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan (Pn)

Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu (Maternal Mortality: who, when, where

dan why; Lancet 2006). Sedangkan dalam target MDG’s, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 90% pada tahun 2015 dari 40,7% pada tahun 1992 (BPS).

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.

Pada tahun 2012 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kota Tanjungpinang telah mencapai 92,21%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan (105,12%). Rincian capaian target perpuskesmas dapat dilihat pada lampiran table 28.

4.1.1.3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)

Pelayanan kesehatanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu melahirkan mulai 6 jam sampai 42 hari paska persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan minimal 3 kali dengan distribusi waktu: 1) Kunjungan Nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2)

Kunjungan Nifas ke dua (KF2) dilakukan dalam waktu hari ke – 4

sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan; dan 3) Kunjungan

Nifas ketiga (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke – 29 sampai

dengan hari ke – 42 setelah persalinan. Pelayanan kunjungan

nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam maupun di luar gedung fasilitas kesehatan (termasuk bidan di desa / polindes / poskesdes) dan kunjungan rumah.

Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekskusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali dan 6) pelayanan KB pasca persalinan.

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2012 adalah 96,86%. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dimana capaian ibu nifas sebesar 110,51%. Rincian lebih detail tentang cakupan perpuskesmas dapat dilihat pada lampiran table 28.

Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah pemberian vitamin A. Tahun 2012, ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A sebanyak 5.048 orang (83,40%). Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan (95,50%).

4.1.1.4. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal

Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdarahan per vaginam, hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg) dengan atau tanpa edema pre tibial, ancaman persalinan prematur, infeksi berat dalam kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju) dan infeksi nifas.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2012 di Kota Tanjungpinang sebesar 86,14%. Target SPM kesehatan untuk cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2015 adalah 80%. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan yang sangat signifikan, dimana capaian tahun 2011 sebesar 84,50%. Rincian perpuskesmas dapat dilihat pada lampiran table 31.

Neonatus risti / komplikasi meliputi asfikasia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti / komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti / komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit.

Pada tahun 2012 cakupan penanganan neonatal komplikasi yang dilaporkan sebesar 68,89%. Sementara target standar pelayanan minimal bidang kesehatan untuk indikator tersebut yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 80%. Artinya, pada tahun 2012 cakupan penanganan neonatal komplikasi tidak mencapai target. Rincian cakupan penanganan komplikasi neonatal per puskesmas dapat dilihat pada lampiran tabel 31.

4.1.1.5. Kunjungan Neonatal

Neonatus atau bayi baru lahir (0 – 28 hari) merupakan

golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, sebagian besar (78,5%) kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan (0 – 6 hari). Mengingat besarnya risiko kematian pada minggu pertama ini, setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar lebih sering dalam minggu pertama untuk mendeteksi adanya penyakit atau tanda bahaya sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah kematian. Terkait hal tersebut, tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanakan kunjungan neonatus dari semula 2

kali (satu kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8 – 28

hari), menjadi 3 kali (dua kali pada minggu pertama). Dengan perubahan ini, jadwal kunjungan neonatus dilaksanakan pada umur 6 – 48 jam, umur 3 – 7 hari dan umur 8 – 28 hari.

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Pelayanan pada kunjungan neonatus sesuai dengan standar mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif, injeksi Vit. K1, Imunisasi (jika belum diberikan saat lahir), penanganan dan rujukan kasus serta penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA.

Pelayanan kesehatan neonatal digambarkan dengan indikator cakupan kunjungan neonatal. Pencapaian cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) berdasarkan laporan rutin tahun 2012 yaitu sebesar 100%. Sedangkan cakupan KN Lengkap sebesar 99,52%. Rincian capaian KN1 dan KN Lengkap per puskesmas dapat dilihat pada lampiran table 36.

4.1.1.6 Pelayanan Kesehatan Pada Bayi

Pelayanan Kesehatan Bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali pada umur 6 – 9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunasasi dasar (BCG, DPT HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.

Pada tahun 2012 cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 89,86%, bila dibandingkan dengan tahun 2011 maka terjadi penurunan yaitu sebesar 2,61 %, dimana cakupan

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

kunjungan bayi tahun 2011 sebesar 92,27%. Rincian cakupan kunjungan bayi perpuskesmas dapat dilihat pada lampiran tabel 37.

4.1.1.7. Pelayanan Kesehatan pada Balita

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12-59 tahun sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun dan pemberian vitamin A 2x setahun (Bulan Februari dan Agustus).

Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui

penimbangan Berat Badan, pengukuran Tinggi Badan di posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit, Bidan Praktik Swasta serta sarana / fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) oleh petugas kesehatan. Pemberian Vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan.

Pada tahun 2012 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1-4 tahun) sebesar 48,94%. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 maka terjadi peningkatan yang signifikan, dimana cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1-4 tahun) tahun 2011 sebesar 25,52%. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per puskesmas dapat dilihat pada lampiran table 43.

Indikator lain yang cukup sensitif dalam memotret upaya pelayanan kesehatan pada balita adalah cakupan D/S yaitu cakupan balita yang ditimbang terhadap jumlah seluruh balita.

Balita yang ditimbang diasumsikan sudah mendapatkan

pelayanan-pelayanan kesehatan sesuai standar. Cakupan balita ditimbang tahun 2012 adalah 47,18%, bila dibandingkan dengan tahun 2011 maka terjadi peningkatan yang signifikan, dimana cakupan balita ditimbang tahun 2011 sebesar 25,25%. Rincian

Profil Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2012

cakupan balita yang ditimbang perpuskesmas dapat dilihat pada lampiran tabel 44.

4.1.1.8. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan sederajat

Berbagai data menunjukkan bahwa masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi / penurunan ketajaman penglihatan dan masalah gizi.

Oleh karena itu, sangat perlu adanya penjaringan kesehatan terhadap murid SD / MI kelas I dimana sebagai indikatornya adalah jumlah sekolah dasar yang melaksanakan penjaringan kesehatan siswa kelas I. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak usia sekolah.

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI kelas I tahun 2012 sebesar 93,88%. Dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan, dimana cakupan penjaringan siswa kelas I SD/MI tahun 2011 sebesar 91,47%. Rincian cakupan per puskesmas dapat dilihat pada lampiran tabel 46.

Dalam dokumen Profil Kesehatan 2012 (Halaman 43-51)

Dokumen terkait