• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelestarian Sumber Daya Alam

Dalam dokumen sma10bio Biologi HerniBudiati (Halaman 119-122)

BAB V Fungi/Jamur

D. Pelestarian Sumber Daya Alam

Gambar 6.10 Perusakan lingkungan menyebabkan hilang-nya keanekaragaman hayati.

Ancaman kelestarian sumber daya alam bukan hanya karena kerusakan hutan. Kamu harus tahu bahwa reklamasi pantai dan rawa, pengembangan industri yang tidak dilengkapi unit pengolahan limbah, perburuan liar, introduksi bibit tanaman dan hewan unggul, serta pemakaian bahan kimia seperti pupuk dan pestisida dalam intensifikasi pertanian secara berlebihan juga dapat menghancurkan keanekaragaman hayati. Apabila ke-giatan tersebut tidak segera diatasi, keseimbangan alam akan rusak dan manusia sendiri yang akan menderita kerugian.

Untuk itu, agar sumber daya alam dan keanekaragaman hayati tidak terancam kelestariannya, maka harus di-kembangkan sikap arif dan bijaksana dalam memanfaatkannya, yaitu selalu mempertimbangkan aspek manfaat dan aspek kelestarian dalam setiap eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam. Kerusakan sumber daya alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh bangsa dan negara.

Dalam mengeksploitasi sumber daya tumbuhan, khususnya hutan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Tidak menerapkan sistem tebang habis terhadap semua pohon di hutan dengan semena-mena, melainkan secara terencana dengan sistem tebang pilih (penebangan selektif), hanya pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang boleh ditebang. Cara penebangan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak pohon-pohon muda di sekitarnya. 2. Melakukan penghijauan dan reboisasi (reforestasi), yaitu

menghutankan kembali hutan yang sudah terlanjur rusak. 3. Menghutankan daerah yang bukan hutan untuk mengganti

daerah hutan yang digunakan untuk keperluan lain. 4. Mencegah kebakaran hutan.

Untuk menjaga kelestarian hewan langka, maka penang-kapan dan perburuan harus mentaati peraturan yang berlaku, diantaranya sebagai berikut.

1. Para pemburu harus mempunyai lisensi (surat izin berburu). 2. Senjata untuk berburu harus ditentukan jenisnya.

3. Membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan. 4. Tidak boleh berburu hewan-hewan langka.

6. Mematuhi waktu berburu karena ada hewan yang boleh ditangkap hanya pada bulan-bulan tertentu saja.

7. Harus menaati konvensi dengan baik. Konvensi ialah aturan-aturan yang tidak tertulis tetapi harus sudah diketahui oleh pemburu. Misalnya, tidak boleh menembak hewan yang bunting, dan tidak boleh membiarkan hewan buruannya lepas dalam keadaan terluka.

Usaha pemerintah untuk melestarikan keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut.

1. Memberikan penghargaan kepada pihak yang berjasa dalam pelestarian lingkungan, misalnya kalpataru dan adipura. 2. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada

masyarakat tentang pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati.

Gambar 6.11 Perburuan liar mengan-cam kehidupan satwa liar yang dilindungi.

3. Mendirikan berbagai taman nasional dan ratusan cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, taman laut, dan kebun raya yang dikenal dengan PPA (Perlindungan dan Pengawetan Alam). Contohnya adalah sebagai berikut.

a. Taman Nasional Gunung Leuser, terletak di Propinsi Sumatra Utara dan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam

dengan luas sekitar 9.500 km2 di ketinggian 3.400 m dpl.

Memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi yaitu dihuni lebih dari 4.000 spesies sehingga merupakan taman nasional terpenting di Asia Tenggara. Jenis hewan yang ada misalnya siamang, lutung, monyet, harimau sumatra, badan sumatra, burung madu, dan burung kuau raja.

b. Taman Nasional Kerinci Seblat, terletak di Propinsi Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan dan Bengkulu (sebelah

selatan Danau Toba) dengan luas 15.000 km2 sehingga

menjadi taman nasional terbesar dan merupakan habitat alami bunga bangkai dan bunga rafflesia. Hewan yang menghuni misalnya gajah, badak, tapir, harimau, beruang madu, dan macan dahan.

c. Taman Nasional Ujung Kulon, terletak di ujung barat

Pulau Jawa dengan luas 786 km2, merupakan hutan

dataran rendah, hutan bakau, dan hutan tepi pantai sebagai habitat berbagai hewan yang terancam punah seperti badak bercula satu, banteng, macan tutul, rusa, ajag, siamang jawa, penyu, dan berbagai jenis primata. d. Taman Nasional Komodo, terletak di Nusa Tenggara

Timur dengan luas 750 km2, meliputi hutan musim

sebagai habitat berbagai jenis hewan seperti komodo, ular, kadal endemik, rusa, babi hutan, burung kakatua, burung rahib, dan burung gosong.

e. Taman Nasional Tanjung Putting, terletak di Pulau

Kalimantan dengan luas 3.050 km2. Taman nasional ini

terletak di dataran rendah sekitar pantai yang banyak ditumbuhi palem, pandan, epifit, dan tumbuhan pemakan serangga. Hewan yang menghuni diantaranya bekantan, ikan arwana, dan sinyuong, serta sebagai pusat rehabilitasi orang utan.

f. Cagar Alam Lorentz di Irian Jaya, merupakan cagar alam

terbesar dengan luas 21.000 km2 yang mempunyai semua

tipe habitat besar yang ada di Irian Jaya seperti hutan bakau, hutan rawa, hutan pegunungan, vegetasi alpin dan subalpin.

g. Cagar Alam Tangkoko Batuangus di Sulawesi dengan luas

1.351 km2 yang banyak ditumbuhi beringin dan pohon

buah sehingga mendukung kehidupan berbagi jenis burung dan mamalia. Tipe habitat yang ada yaitu hutan dataran rendah, hutan pegunungan rendah, dan hutan lumut.

Bio Info

Pembiakan In Situ dan Ex Situ

Salah satu upaya pelestarian hewan dan tumbuhan langka adalah dengan pembiakan secara

in situ dan ex situ. Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di habitat aslinya, misalnya badak jawa di biakkan di kawasan hutan Ujung Kulon. Pembiakan ex situ

adalah pembiakan di luar habitat aslinya (habitat buatan) yang telah dibuat semirip mungkin dengan habitat aslinya, misalnya harimau dibiakkan di kebun binatang.

Gambar 6.12 Badak bercula satu dilindungi di Taman Nasional Ujung Kulon.

Sumber: Indonesian Heritage Margasatwa, 2002

Tugas 6.4

h. Taman laut, misalnya taman laut Bunaken di Sulawesi Utara, Karimun Jawa di Jawa Tengah, Kepulauan Seribu di Jakarta, dan Teluk Cendrawasih di Irian Jaya.

i. Kebun raya, misalnya kebun raya Bogor, kebun raya Cibodas, dan kebun raya Purwodadi.

Laju kepunahan jenis makhluk hidup saat ini mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Carilah informasi cara pemanfaatan sumber daya alam yang tidak mengancam kelestarian jenis-jenis makhluk hidup.

Kamu sudah mengetahui tentang keanekaragaman hayati, baik tingkat gen, tingkat jenis, maupun tingkat ekosistem. Untuk memudahkan mempelajarinya, makhluk hidup digolongkan menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan ciri tertentu. Pengelompokan ini disebut klasifikasi. Klasifikasi bertujuan untuk menyederhanakan objek (makhluk hidup) sehingga mudah dipelajari. Cabang biologi yang khusus

mempelajarinya disebut taksonomi. Tujuan klasifikasi yang

dilakukan oleh para ahli biologi antara lain sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup yang

mem-bedakan antarjenis sehingga mudah dikenal.

2. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya. 3. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup. 4. Mengetahui tingkat evolusi makhluk hidup atas dasar

kekerabatannya.

1. Sistem Klasifikasi

Klasifikasi sebenarnya adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan keseragaman ciri atau sifat di antara keanekaragaman sifat yang ada pada di antara makhluk hidup tersebut. Misalnya ada kelompok hewan buas dan tidak buas, kelompok hewan pemakan rumput dan pemakan daging, tumbuhan obat-obatan, tumbuhan penghasil pangan, dan tanaman hias. Tentu kamu dapat melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara seperti itu.

Banyak ahli yang mengembangkan cara pengelompokan

makhluk hidup yang lebih baik, misalnya Aristoteles (384 –

322 SM) mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelom-pokkan menjadi herba, semak, dan pohon. Sedangkan hewan

digolongkan menjadi hewan berdarah dan tidak berdarah. John

Ray (1627 – 1708) merintis pengelompokkan makhluk hidup

menjadi kelompok-kelompok kecil dan memperkenalkan

Dalam dokumen sma10bio Biologi HerniBudiati (Halaman 119-122)