• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian

 

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian

Penelitian yang telah dilaksanakan memperoleh hasil penelitian yang mencakup data hasil observasi terhadap performansi guru, data hasil angket motivasi belajar siswa, data hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa, dan data hasil belajar siswa. Pemaknaan keempat hasil penelitian tersebut yaitu sebagai berikut:

4.2.1.1Performansi Guru

Selama pelaksanaan pembelajaran, guru mitra melakukan pengamatan terhadap performansi guru dan kesesuaian penggunaan media kartu bilangan. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, penilaian performansi guru dalam perencanaan pembelajaran sebesar 84,37, pelaksanaan pembelajaran sebesar 77,50, serta kompetensi kepribadian dan sosial sebesar 85,00. Secara keseluruhan perolehan nilai performansi pada siklus I sebesar 81,75 dengan kriteria AB. Pada siklus II, semua kategori performansi guru tersebut mengalami peningkatan. Perolehan nilai performansi guru pada siklus II dalam perencanaan pembelajaran sebesar 92,18, pelaksanaan pembelajaran sebesar 87,50, serta kompetensi kepribadian dan sosial sebesar 93,75. Keseluruhan nilai performansi guru pada siklus II sebesar 90,625 dengan kriteria A. Perolehan nilai tersebut meningkat dari siklus I dan telah mencapai indikator keberhasilan.

Performansi guru dinilai mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, serta terhadap kompetensi kepribadian dan sosial. Adapun performansi guru juga dapat dikatakan kinerja guru. Wahyudi (2012: 128) mengemukakan kinerja guru merupakan “hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabnya yang meliputi menyusun

 

 

program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dan analisis evaluasi”. Sejalan dengan pernyataan Wahyudi, dalam pembelajaran menggunakan media kartu bilangan guru telah merancang pembelajaran, melaksanakannya sesuai dengan apa yang direncanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran.

Selain mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran, guru juga harus memiliki kompetensi kepribadian dan sosial agar dapat melaksanakan kinerja dengan baik. Sebagaimana dikemukakan Supriyadi (1999) dalam Wahyudi (2012 : 104) bahwa “guru yang memiliki kinerja baik adalah guru yang profesional dan memiliki pengetahuan serta kemampuan profesi”. Guru yang profesional salah satunya cirinya yaitu menguasai empat kompetensi pendidik yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. Peningkatan performansi guru dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar berikut:

0 20 40 60 80 100 SIKLUS I (81,75) SIKLUS II (90,625) 84,37 77,5 85,00 92,1887,50 93,75 APKG 1 APKG 2 APKG 3

Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Performansi Guru

Pengamatan juga dilakukan terhadap kesesuaian penggunaan media kartu bilangan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai 87,50 pada pelaksanaan tindakan siklus I. Sementara pada siklus II nilai kesesuaian penggunaan media

 

 

kartu meningkat menjadi 100. Peningkatan nilai pada siklus II tersebut karena guru berusaha memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I. Guru memperjelas aturan bermain kartu bilangan. Peningkatan kesesuaian penggunaan media kartu bilangan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar berikut:

80 85 90 95 100 Siklus I Siklus II 87,50 100 Siklus I Siklus II

Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Kesesuaian Penggunaan Media Kartu Bilangan

4.2.1.2Motivasi Belajar Siswa

Hasil motivasi belajar siswa diperoleh melalui angket. Berdasarkan hasil angket pratindakan dan setelah tindakan baik siklus I maupun II menunjukkan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan. Pada pratindakan motivasi belajar siswa mencapai 72,73% meningkat menjadi 84% pada siklus I dan pada siklus II menjadi 91,11%.

Dalam sebuah pembelajaran diperlukan kemauan dalam diri siswa. Kemauan tersebut dapat ditumbuhkan dengan menciptakan pembelajaran yang menarik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wena (2011: 34) bahwa “motivasi sebagai suatu dorongan, baik yang bersifat internal maupun eksternal yang membuat siswa bergerak, bersemangat, dan senang belajar secara serius dan terus menerus selama kegiatan proses belajar”. Pembelajaran yang menarik dapat dilakukan dengan menggunakan media kartu bilangan yang

 

 

dalam pelaksanaannya dilakukan dengan metode bermain. Pembelajaran ini dapat membuat siswa bergerak, bersemangat, dan senang belajar selama kegiatan pembelajaran. Peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat pada gambar berikut:

72,73% 84,00% 91,11% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pratindakan Siklus I Siklus II

Pratindakan Siklus I Siklus II

Gambar 4.5 Diagram Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

4.2.1.3Aktivitas Belajar Siswa

Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh persentase 71,33% dengan kriteria tinggi pada siklus I. Meskipun telah memperoleh kriteria tinggi, besarnya persentase aktivitas belajar siswa tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 75% dengan kriteria sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran, masih kurang. Siswa masih merasa canggung terutama dalam kegiatan berkelompok yaitu pada saat menyusun kartu bilangan dan mengerjakan LKS. Dalam hal ini kerjasama antarsiswa masih rendah, dan masih malu serta enggan dalam berpendapat.

      96,78% 98,93% 82,14% 90,36% 65,35% 79,64% 78,93% 89,99% 64,64% 82,49% 43,92% 73,56% 51,78% 76,78% 87,14% 89,64% Siklus I (71,33%) Siklus II (85,17) Diagram Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa

A B C D E F G H   96,78% 98,93% 82,14% 90,36% 65,35% 79,64% 78,93% 89,99% 64,64% 82,49% 43,92% 73,56% 51,78% 76,78% 87,14% 89,64% Siklus I (71,33%) Siklus II (85,17) Diagram Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa

A B C D E F G H

Sementara pada siklus II diperoleh persentase aktivitas belajar siswa sebesar 85,17%. Meningkatnya persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II ditunjukkan dengan meningkatnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Siswa sudah bekerjasama dengan baik, keberanian siswa dalam berpendapat atau menanggapi pernyataan teman semakin tampak. Peningkatan aktivitas belajar siswa tersebut sesuai dengan pernyataan Poerwadinata (2003: 23) dalam Yusfy (2011) bahwa aktivitas adalah kegiatan maka di dalam belajar tersebut terdapat aktivitas. Tanpa adanya aktivitas siswa maka belajar tidak akan optimal. Pembelajaran menggunakan media kartu bilangan, lebih menekankan keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi lebih berani untuk mengerjakan soal latihan dan menyusun bilangan di depan kelas, bermain kartu bilangan dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok, berani mempresentasikan hasil tugas kelompok di depan kelas, dan berani menanggapi atau memberi pendapat terhadap hasil tugas kelompok lain. Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat pada gambar berikut:

 

  4.2.2.4Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa diperoleh melalui tes evaluasi akhir dan tes formatif. Tes evaluasi akhir yang dilaksanakan pada siklus I memperoleh rata-rata nilai 75,97. Sementara itu, rata-rata nilai tes formatif yang diperoleh sebesar 69,11. Namun, hasil belajar tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini dikarenakan persentase tuntas belajar klasikal baru mencapai 71,42%, sementara pada indikator keberhasilan diharuskan bahwa persentase tuntas belajar klasikal ≤75%. Kurang berhasilnya pembelajaran pada siklus I disebabkan karena penggunaan media kartu bilangan baru pertama kali digunakan, sehingga siswa belum terbiasa dengan media kartu bilangan.

Selanjutnya pada siklus II, hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:

Siklus I Siklus II 75,97 79,94 69,11 82,89 71,42 85,71

Rata-rata Nilai Tes Evaluasi Akhir Rata-rata Nilai Tes Formatif Tuntas Belajar Klasikal (%)

Gambar 4.7 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Gambar 4.7 menunjukkan peningkatan terjadi pada seluruh aspek penilaian hasil belajar. Rata-rata nilai tes evaluasi akhir meningkat dari 75,97 pada siklus I menjadi 79,94 pada siklus II. Sementara rata-rata nilai tes formatif meningkat dari 69,11 pada siklus I menjadi 82,29 pada siklus II. Selanjutnya persentase tuntas

 

 

belajar siswa meningkat 14,29 %, yaitu dari 71,42% pada siklus I menjadi 85,71% pada siklus II. Keberhasilan pembelajaran pada siklus II menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi juga meningkat seiring dengan dilakukannya perbaikan selama pelaksanaan tindakan siklus I. Pembelajaran dengan media kartu bilangan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengalami proses belajar melalui kegiatan bermain secara kelompok untuk menyusun bilangan pada papan flanel. Hal ini sesuai dengan karakterisrik siswa Sekolah Dasar yang dikemukakan oleh Sumantri dan Syaodih (2007: 6.3-6.4) yaitu “senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung”. Pembelajaran menggunakan media kartu bilangan yang disesuaikan dengan karakteristik siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar.

Hasil belajar sebagaimana yang dikemukakan Sudjana (2010: 22), adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Melalui pengalaman langsung dengan menggunakan media kartu bilangan, maka kemampuan siswa dalam memahami materi bilangan Romawi akan lebih baik. Hal ini terjadi karena pengetahuan yang didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya, maka siswa akan lebih mudah mengingat pengetahuan.