• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.3.1 Pemaknaan Temuan Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan, guru sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan media tangram sekaligus menerapkan model PAIKEM dengan baik. Aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, persentase aktivitas belajar siswa sebesar 75,15% dengan kriteria sangat tinggi dan pada siklus II sebesar 79,61% dengan kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis data, aktivitas belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Dengan demikian, melalui media tangram dan penerapan model PAIKEM, aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Pener 01 pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar dapat ditingkatkan. Media tangram yang digunakan, dimanipulasi oleh siswa sehingga terbentuk bangun datar. Pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan terlihat selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan II.

Pada saat menjelaskan materi, guru menggunakan media tangram serta media bentuk bangun datar lainnya. Siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi

potongan tangram sehingga terbentuk bangun datar. Selanjutnya, siswa dibimbing untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Bruner (1960) dalam Rifa’i dan Anni (2009: 33) yang menyatakan bahwa anak SD akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari. Melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk memanipulasi media yang digunakan, siswa menjadi lebih aktif, kreatif, serta mudah untuk memahami materi yang diajarkan.

Guru melibatkan siswa untuk mengukur panjang sisi, besar sudut, menghitung jari-jari dan diameter lingkaran, dan sebagainya dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga sering mengajukan pertanyaan kepada siswa. Siswa juga terlibat aktif baik dalam mengerjakan tugas kelompok maupun tugas individu. Guru juga menerapkan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk berani bertanya, menjawab pertanyaan, dan belajar dalam kelompok. Dengan demikian, pembelajaran dapat dikatakan aktif karena sesuai dengan pengertian pembelajaran aktif menurut Jauhar (2011:156), bahwa pembelajaran aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual.

Guru menerapkan model number heads together (NHT), example non example, tebak kata, serta permainan(games) pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I dan II. Model yang digunakan guru bervariasi dan merupakan model yang inovatif. Sejalan dengan pendapat Jauhar (2011: 169), yang menyatakan bahwa model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran inovatif meliputi: (1) example non example, (2) number heads together, (3) cooperative script, (4) number heads structure, (5) student teams

achievement divisions (STAD), (6) jigsaw, dan (7) problem based instructions (PBI). Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi juga dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan serta untuk memenuhi karakteristik siswa yang berbeda-beda. Saat guru menggunakan model number heads together, games, dan tebak kata, siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Selain itu, media yang digunakan guru juga bervariasi dan menarik. Saat guru memperlihatkan media pembelajaran, siswa sangat tertarik dan perhatiannya terpusat. Apalagi saat siswa diminta untuk membentuk bangun datar dari potongan tangram maupun puzzle, siswa sangat antusias dan tekun. Melalui media tangram dan puzzle, siswa merasa tertantang untuk menggabungkan potongan tangram sehingga terbentuk bangun datar.

Dengan demikian, guru sudah mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Menurut Jauhar (2011: 158), segala aspek (metode, bahan, perangkat, dan sebagainya) dapat dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain. Jauhar (2011: 162) juga menyatakan bahwa pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan gaya belajar siswa. Guru sudah dikatakan inovatif dan kreatif karena mampu menciptakan model dan media pembelajaran yang baru dan bervariasi. Siswa juga dapat dikatakan inovatif karena mengikuti pembelajaran inovatif dengan aturan yang berlaku. Selain itu, siswa dikatakan kreatif karena diberi kesempatan untuk membuat/merancang sesuatu, yang dalam hal ini yaitu membuat bangun datar dari potongan tangram dan puzzle.

Kegiatan pembelajaran yang dirancang guru juga bervariasi agar siswa tidak bosan mengikuti proses pembelajaran. Upaya guru untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dimaksudkan agar siswa senang dan tidak bosan saat mengikuti pembelajaran matematika. Dengan demikian, pembelajaran matematika yang dirasa menakutkan dan membosankan berubah menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

Sejalan dengan pendapat Amri dan Ahmadi (2010: 16) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan adalah suasana pembelajaran yang tidak membosankan sehingga memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu tercurah secara komprehensif. Dengan demikian, suasana pembelajaran yang terjadi pada siklus I dan II sudah berlangsung secara menyenangkan. Hal ini terlihat dari kegiatan pembelajaran yang hidup, semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, dan mendorong pemusatan perhatian siswa untuk belajar. Siswa merasa asyik, terlihat aktif, tertantang, dan perhatiannya terpusat pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2008: 27) yang menyatakan bahwa belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Selain itu, apabila siswa kreatif dan merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran, maka perhatian siswa juga akan terpusat dan materi menjadi bermakna. Keadaan yang demikian dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Pitajeng (2006: 1) yang menyatakan bahwa belajar matematika

akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan. Berdasarkan hasil tes formatif yang diperoleh, persentase ketuntasan belajar klasikal sudah mencapai indikator yang ditetapkan (sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa). Pada siklus I, persentase tuntas belajar klasikal sebesar 66,67% dengan kriteria tinggi dan pada siklus II meningkat menjadi 84,21% dengan kriteria sangat tinggi. Dengan demikian, hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Pener 01 Kabupaten Tegal pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar meningkat melalui media tangram dengan penerapan model PAIKEM.

Selain dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, pembelajaran menggunakan media tangram dan model PAIKEM pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar juga dapat meningkatkan performansi guru. Hal tersebut terlihat dari kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan performansi guru, nilai performansi guru sudah mencapai indikator yang ditetapkan, yaitu nilai performansi guru minimal 71 dengan kriteria B. Nilai performansi guru pada siklus I sebesar 83,54 dengan kriteria AB dan pada siklus II meningkat menjadi 91,25 dengan kriteria A. Guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Guru sudah menerapkan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Dengan demikian, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media tangram dan menerapkan model PAIKEM membawa dampak baik pada aktivitas dan hasil belajar siswa maupun performansi guru. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil

belajar siswa serta performansi guru pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar di SD Negeri Pener 01 Kabupaten Tegal. Keadaan tersebut dibandingkan saat guru belum menggunakan media tangram dengan menerapkan model PAIKEM pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan terbukti. Melalui penggunaan tangram dengan penerapan model PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta performansi guru pada pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Pener 01 Kabupaten Tegal.