• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat

5.2.1 Karakteristik responden 5.2.1.1 Karakteristik umur

Wawancara dilakukan terhadap 90 orang di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay. Karakteristik reponden wawancara umurnya terdiri dari remaja, dewasa, dan lansia. Usia mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Semakin tua usia seseorang maka semakin kurang produktif, sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan sebagian besar berada pada usia produktif. Girsang (2006) mengemukakan bahwa usia produktif untuk bekerja di negara-negara berkembang, pada umumnya adalah 15-55 tahun dan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Karakteristik kelas umur responden

No. Karakteristik Umur Kelas umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Remaja 13-19 20 22,22

2 Dewasa 20- 59 50 55,55

3 Lansia ≥60 20 22,22

Jumlah 90 100,00

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan dari 90 responden yang diwawancarai dalam penelitian ini 55,55% berusia sedang, 22,22% berusia muda dan selebihnya berusia tua. Secara umum Tabel 9 menunjukkan bahwa responden di lokasi penelitian masih termasuk kedalam kelompok berusia produktif (usia kerja). Mayoritas responden yang diamati berusia dibawah atau sama dengan 50 tahun. Sebagian kecil berusia lanjut.

   

Berdasarkan hasil wawancara hubungan kelas umur dengan pemanfaatn tumbuhan dapat dilihat bahwa kelas umur remaja terutama perempuan menggunakan tumbuhan untuk kecantikan seperti dahan aren yang sudah menjadi abu melalui proses pembakaran digunakan untuk kecantikan kulit wajah sedangkan untuk laki-lakinya menggunakan daun salam untuk memberi aroma pada nasi liwet. Pemanfaatan tumbuhan untuk kelas umur dewasa lebih dominan dari pada kelas umur lainnya karena kelas umur dewasa ini banyak yang memanfaatkan tumbuhan mulai dari pangan, kayu bakar, bahan bangunan, obat, ritual, tolak bala, kerajinan, pewarna, dan pestisida nabati sedangkan untuk kelas umur lansia hanya memanfaatkan tumbuhan mulai dari pangan dan kayu bakar tetapi ada bebarapa kelas umur lansia yang masih melakukan aktifitas yang membuat sebuah kerajinan seperti asbak, dan mengelola aren menjadi gula aren dan kolang kaling.

5.2.1.2 Jenis kelamin

Jenis kelamin responden terdiri dari jenis kelamin laki-laki berjumlah 47 orang dan perempuan berjumlah 43 orang. Berdasarkan hasil wawancara hubungan jenis kelamin dengan pemanfaatan tumbuhan dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki untuk kelas umur dewasa memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan kegiatan pemanfaatan tumbuhan ke hutan sedangkan perempuannya berperan dalam proses pengelohan tumbuhan di rumah.

(a) (b)

Gambar 8 Contoh pengelolaan tumbuhan yang dilakukan oleh jenis kelamin perempuan di rumah (a) pembuatan gula aren (b) pembuatan kolang kaling.

5.2.1.3 Tingkat pendidikan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang pernah atau telah ditempuh oleh masyarakat yang menjadi responden. Tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk spesies-spesies komersil menjadi tidak terkendali. Hal ini tentunya akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap spesies-spesies tertentu.

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas manusia. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya, yang kemudian turut mempengaruhi tingkat pendapatan dan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Tingkat pendidikan responden wawancara di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay.

Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa tingkat pendidikan yang memiliki jumlah paling besar yaitu SMP 32 orang (35,55%) sedangkan jumlah yang paling kecil yaitu tingkat perguruan tinggi 3 orang (3,33%). Responden yang tidak bersekolah berjumlah 8 orang (8,88%) biasanya responden tersebut sudah lanjut usia dan dahulunya tidak bersekolah. Berdasarkan tingkat pendidikan yang

8 30 32 17 3 0 5 10 15 20 25 30 35 Tidak  bersekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi Tingkat pendidikan Jum lah responden (orang)

   

memiliki pengetahuan yang lebih luas dalam pemanfaatan tumbuhan adalah responden yang tidak bersekolah. Responden yang tidak bersekolah merupakan responden yang memiliki tingkat umur lansia. Tingkat umur lansia ini memiliki pengetahuan yang turun temurun dari nenek moyangnya dan masih memanfaatkan tumbuhan jika dibandingkan kelas umur lainnya yang kurang terhadap pemanfaatan tumbuhan.

Rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan, dan informasi yang dimiliki oleh masyarakat sekitar hutan juga menyebabkan masyarakat sulit untuk bersaing dan memasuki pasar lapangan kerja secara umum. Hal ini tentunya berdampak pada semakin sempitnya peluang mereka untuk memperoleh lapangan pekerjaan yang layak dan memadai. Pilihan pekerjaan sebagai pemanfaat sumberdaya hutan tidak mensyaratkan tingkat pendidikan maupun keterampilan tertentu, sehingga tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan menjadi sangat besar. Namun belum mampu meningkatkan nilai tambah dari sumber daya hutan. 5.2.1.4 Mata pencaharian

Mata pencaharian masyarakat sekitar lokasi penelitian yang menjadi responden di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay pelajar terdiri dari pegawai negeri sipil, wiraswasta, dan ada beberapa responden yang tidak bekarja kebanyakan sebagai ibu rumah tangga selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Klasifikasi mata pencaharian responden wawancara di Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang Palay.

Jenis pekerjaan yang memiliki jumlah paling besar yaitu wiraswasta 55 orang (61,11%) karena wiraswasta ini merupakan gabungan dari berbagai

20 7 6 55 2 0 10 20 30 40 50 60

Pelajar Tidak Bekerja Buruh Wiraswasta Pegawai Negeri 

Sipil Klasifikasi Pekerjaan

Jum

pekerjaan seperti petani, pengrajin, pedagang dan peternak, sedangkan yang paling kecil yaitu pegawai negari sipil 2 orang (2,22%). Berdasarkan mata pencaharian tersebut yang paling banyak memanfaatkan tumbuhan dari hutan adalah wiraswasta khususnya pengrajin dan peternak.

5.2.2 Keanekaragaman spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat 5.2.2.1 Keanekaragaman famili

Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata berjumlah 35 famili. Spesies yang mendominasi dari famili Poaceae sebanyak 13 spesies (37,14%) dan Fabaceae sebanyak 11 spesies (31,42%) serta masing-masing 1 spesies berjumlah 17 famili, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11 dan Lampiran 1.

Gambar 11 Jumlah spesies tumbuhan berguna berdasarkan famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata.

4 3 4 2 4 2 4 11 2 2 3 5 2 13 3 2 2 0 2 4 6 8 10 12 14 Anacardiaceae Annonaceae Asteraceae Arecaceae Asteraceae Braminaceae Euphorbiaceae Fabaceae Lauraceae Meliaceae Moraceae Myrtaceae Oxalidaceae Poaceae Rubiaceae Sapindaceae Verbenaceae Jumlah spesies Fam ili

    5.2.2.2 Keanekaragaman habitus

Keanekaragaman habitus yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata berjumlah 83 yang terdiri dari semak, liana, epifit, rumput, perdu, bambu, herba dan pohon. Secara rinci jumlah masing-masing habitus seperti terlihat pada Gambar 12 dan selengkapnya pada Lampiran 1.

Gambar 12 Jumlah spesies tumbuhan berguna berdasarkan habitus yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata.

Berdasarkan grafik tersebut jumlah habitus yang mendominasi yaitu pohon sebanyak 40 spesies (48,19%) sedangkan jumlah habitus terkecil adalah epifit, liana, palma dan semak masing-masing 2 spesies (2,38%).

5.2.2.3 Bagian tumbuhan yang digunakan berdasarkan jumlah spesies

Penggunaan bagian tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata yaitu mulai dari bagian akar sampai daun yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Bagian yang paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu bagian daun (29,84%) dan buah (26,61%) dan bagian tumbuhan yang paling sedikit digunakan yaitu umbi, akar, dan pelepah masing-masing sebasar (0,81%), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. 2 2 2 10 5 20 40 2 0 10 20 30 40 50 Semak Liana Epifit Perdu Bambu Herba Pohon Palma Jumlah spesies Kategori H abitus (spesies)

Tabel 10 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata menurut bagian tumbuhan

No. Bagian yang digunakan Sub bagian tumbuhan Jumlah spesies Persentase (%)

1 Daun 37 29,84

2 Buah Biji 33 26,61

4 Batang Kulit batang 19 15,32

Getah 5 Akar 1 0,81 6 Bunga 2 1,61 7 Umbi 1 0,81 9 Semuanya 3 2,42 10 Ranting 22 17,74 11 Pelepah 1 0,81 12 Dahan 5 4,03

5.2.3 Kelompok penggunaan tumbuhan

Keberadaan tumbuhan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang ada di sekitar TAHURA Inten Dewata terutama untuk Dusun Bebedahan, Naleggong dan Sindang palay. Masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata bisa menggunakan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan yang ada disekitar TAHURA Inten Dewata sangat beragam dan cukup banyak. Masyarakat banyak memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari Gunung Palasari dibandingkan Gunung Kunci. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki akses yang begitu mudah ke Gunung Palasari sedangkan di Gunung Kunci akses masyarakat ke dalam kawasan kurang karena adanya benteng pembatas.

Berdasarkan penelitian terhadap masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata memanfaatkan 83 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam 35 famili. Berdasarkan pengelompokan manfaat diperoleh 14 kategori spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu obat, kayu bakar, bahan bangunan, aromatik, obat, anyaman dan kerajinan, pestisida nabati, pakan ternak, adat, hias, pewarna, minuman, tolak bala dan kosmetik atau kecantikan. Tumbuhan terbanyak adalah tumbuhan penghasil kayu bakar yaitu 25 spesies dan yang paling sedikit adalah tumbuhan penghasil kecantikan yaitu 1 spesies.

   

Tabel 11 Kategori kegunaan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata

No. Kategori kegunaan Jumlah

Spesies Famili

1 Tumbuhan pangan 24 14

2 Tumbuhan penghasil kayu bakar 25 15

3 Tumbuhan bahan bangunan 10 7

4 Tumbuhan aromatik 5 4

5 Tumbuhan obat 21 13

6 Tumbuhan penghasil anyaman dan kerajinan 10 7

7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 3 3

8 Tumbuhan penghasil pakan ternak 22 12

9 Tumbuhan ritual, adat dan keagamaan 6 6

10 Tumbuhan hias 4 4

11 Tumbuhan pewarna dan tanin 6 5

12 Tumbuhan penghasil minuman 2 1

13 Tumbuhan Tolak bala 3 2

14 Tumbuhan Kosmetik atau kecantikan 1 1

Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk kayu bakar berdasarkan penelitian memiliki nilai yang paling besar yaitu sebanyak 25 spesies yang termasuk dalam 15 famili sedangkan paling besar keduanya yaitu tumbuhan penghasil pangan sebanyak 24 spesies yang termasuk dalam 14 famili. Tumbuhan penghasil kayu bakar dan bahan pangan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tumbuhan yang paling sedikit yang dimanfaatkan masyarakat yaitu tumbuhan penghasil kecantikan yaitu sebanyak 1 spesies yang termasuk dalam 1 famili. Tumbuhan penghasil kecantikan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat remaja dan dewasa khusunya perempuan dengan tujuan untuk merawat wajahnya.

5.2.3.1 Tumbuhan pangan

Disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa tumbuhan pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (Jika dimakan ternak dinamakan pakan). Tumbuhan pangan yang digunakan oleh masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata berjumlah 24 spesies yang termasuk dalam 14 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12 Daftar spesies tumbuhan pangan yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata

No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian yang Digunakan Lokasi

Jumlah responden yang

memanfaatkan (orang)

1 Aren Arenga pinnata Buah Gn.Palasari 5

2 Duwet Syzygium cumini Buah Gn.Palasari 2

3 Kelapa Cocos nucifera Buah Gn.Palasari 4

4 Kaweni/

Kuweni Mangifera odorata Buah Gn.Palasari 1

5 Limus Mangifera foetida Buah Gn.Palasari 2

6 Melinjo Gnetum gnemon Buah Gn.Palasari 2

7 Nangka Artocarpus heterophyllus Buah,

Biji Gn.Palasari 3

8 Peuteuy/

Petai Parkia speciosa Buah Gn.Palasari 3

9 Pohpohan Pilea trinervia Daun Gn. Kunci 2

10 Jambu

mede Anacardium occidentale Buah Gn.Palasari 2

11 Sarikaya/

Srikaya Annona squamosa Buah Gn.Palasari 1

12 Sirsak Annona muricata Buah Gn.Palasari 1

13 Duren/

Durian Durio zibethinus Buah Gn.Palasari 1

14 Asam

jawa Tamarindus indica Buah Gn.Palasari 1

15 Alpuket Persea americana Buah Gn.Palasari 2

16 Jengkol Pithecellobium jiringa Buah Gn.Palasari 3

17 Cempedak Artocarpus champeden Buah Gn.Palasari 1

18 Jambu air Eugenia aquea Buah Gn.Palasari 3

19 Jambu batu Psidium guajava Buah Gn.Kunci 2

20 Belimbing

manis Averrhoa carambola

Buah Gn.Palasari 2 21 Belimbing

wuluh Averrhoa bilimbi Buah Gn.Palasari 1

22 Lengkeng Dimocarpus longan Buah Gn.Palasari 1

23 Rambutan Nephelium lappaceum Buah Gn.Palasari 2

24 Mangga Mangifera indica Buah Gn.Palasari 2

Berdasarkan Tabel 12 tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat banyak berlokasi di Gunung Palasari sedangkan yang berasal dari Gunung Kunci hanya satu spesies yaitu jambu batu (Psidium guajava). Masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata masih banyak yang mengkonsumsi tumbuhan pangan yang berasal dari hutan. Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat seperti mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium

   

berbuah. Tumbuhan pangan yang banyak digunakan oleh masyarakat salah satunya yaitu kolang kaling dari buah aren (Arenga pinnata) sebanyak 5 orang.

Gambar 13 Tumbuhan pangan kolang kaling yang berasal dari buah aren. 5.2.3.2 Energi atau kayu bakar

Kayu bakar merupakan bahan energi yang sangat penting terutama bagi masyarakat pedesaan, dengan alasan ekonomi karena harga minyak tanah atau sumber bahan bakar lain yang kurang terjangkau, dan kemudian memperoleh kayu bakar tanpa harus mengeluarkan biaya, merupakan hal termudah yang dapat mereka lakukan. Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat untuk dijadikan kayu bakar berjumlah 25 spesies yang termasuk dalam 15 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13 Daftar spesies penghasil kayu bakar yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata

No. Nama Lokal Nama ilmiah

Bagian yang digunakan Lokasi Jumlah responden yang memanfaatkan (Orang) 1 Albasia Paraserianthes falcataria Ranting Gn.Palasari 2

2 Angsana Pterocarpus indicus Ranting Gn.Palasari 2

3 Aren Arenga pinnata Dahan,

injuk dan daun

Gn.Palasari 3

4 Bambu

tali Gigantochloa apus Batang Gn.Palasari 6

5 Bambu

hawur Bambusa blumeana

Batang Gn.Palasari 3

6 Bambu

betung Dendrocalamus asper

Batang Gn.Palasari 4

7 Mangga Mangifera indica Ranting Gn.Palasari 3

8 Bambu

gombong Gigantochloa verticillata

Batang Gn.Palasari 4

Tabel 13 (lanjutan) 9 Bambu

tamiang Schizostachyum blumei

Batang, ranting

Gn.Palasari 4

10 Flamboyan Delonix regia Ranting Gn.Palasari 2

11 Gmelina/ Jati putih

Gmelina arborea Ranting Gn.Palasari 2

12 Kelapa Cocos nucifera Dahan,

dan daun Gn.Palasari 4

13 Kopi Coffea arabica Ranting Gn.Palasari 1

14 Kilandra bunga merah Calliandra callothyrus Ranting Gn.Palasari 5 15 Kilandra bunga putih

Calliandra teragona Ranting Gn.Palasari 5

16 Kayu

manis Cinnamomum burmanii

Ranting Gn.Palasari 1

17 Karet Hevea brasiliensis Ranting Gn.Palasari 2

18 Limus Mangifera foetida Ranting Gn.Palasari 1

19 Mahoni Swietenia mahagoni Ranting Gn.Palasari 3

20 Melinjo Gnetum gnemon Ranting Gn.Palasari 2

21 Nangka Artocarpus

heterophyllus

Ranting Gn.Palasari 1

22 Peuteuy/

Petai Parkia speciosa

Ranting Gn.Palasari 2

23 Sobsi Maesopsis eminii Ranting Gn.Palasari 3

24 Salam Syzygium

polyanthum

Ranting Gn.Palasari 2

25 Tisuk/

Waru gunung Hibiscus macrophyllus

Ranting Gn.Palasari 1

Berdasarkan Tabel 13 kayu bakar yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu kaliandra bunga merah (Calliandra callothyrus) dan kaliandra bunga putih (Calliandra teragona) masing-masing 5 orang.

Gambar 14 Contoh pohon mahoni (Swietenia mahagoni) yang dijadikan kayu bakar oleh masyarakat.

   

Masyarakat banyak yang menggunakan kayu bakar yang berasal dari Gunung Palasari. Masyarakat disekitar TAHURA Inten Dewata lebih memilih kayu bakar dari pada gas LPG karena kayu bakar mudah didapat dan tidak perlu memerlukan biaya untuk mendapatkannya. Tumbuhan penghasil kayu bakar ini banyak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

5.2.3.3 Bahan bangunan

Tumbuhan penghasil bahan bangunan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata untuk rumah, jembatan, pos kamling, pagar dan kandang ternak yaitu berjumlah 10 spesies yang termasuk dalam 7 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 14.

Tabel 14 Daftar spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata

No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian yang

digunakan Keterangan Lokasi

Jumlah reponden yang memanfaatkan

(orang) 1 Bambu

tali Gigantochloa apus

Batang Bilik/ Dinding, Reng Gn.Palasari 7 2 Bambu hawur Bambusa blumeana

Batang Reng Gn.Palasari 3 3 Bambu

betung Dendrocalamus asper

Batang Lantai rumah/ palupuh

Gn.Palasari 2

4 Bambu

gombong Gigantochloa verticillata

Batang Reng Gn.Palasari 2 5 Bambu

tamiang Schizostachyum blumei

Batang Reng Gn.Palasari 1

6 Flamboyan Delonix regia Batang Kusen Gn.Palasari 3

7 Jengkol Pithecellobium

jiringa Dahan Kusen, tiang Gn.Palasari 2

8 Kelapa Cocos nucifera Batang Kusen, usuk Gn.Palasari 3

9 Mahoni Swietenia mahagoni Dahan Kusen, pintu, papan lantai rumah Gn.Palasari 3 10 Nangka Artocarpus heterophyllus Batang Pintu, tiang Gn.Palasari 2

Berdasarkan Tabel 14 spesies tumbuhan yang banyak dipakai oleh masyarakat yaitu bambu tali (Gigantochloa atter) sebanyak 7 orang, flamboyan (Delonix regia), kelapa (Cocos nucifera), dan mahoni (Swietenia mahagoni) masing-masing sebanyak 3 orang. Spesies tumbuhan tersebut mudah ditemukan di

Gunung Palasari sehingga masyarakat bisa memanfaatkannya dengan mudah. Masyarakat banyak memanfaatkan tumbuhan untuk bahan bangunan yang berasal dari Gunung Palasari.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 15 Contoh bentuk bangunan (a) jembatan (b) saung (c) kandang ternak (d) rumah.

5.2.3.4 Tumbuhan aromatik

Tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan aroma karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum, baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun pada produk rumah tangga lainnya. Tumbuhan aromatik yang digunakan oleh masyarakat berjumlah 5 spesies yang termasuk dalam 4 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 15.

   

Tabel 15 Daftar spesies tumbuhan aromatik yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata

No. Nama Lokal ilmiah Nama Bagian Keterangan Lokasi

Jumlah responden yang memanfaatkan (orang) 1 Kenanga Cananga odorata Bunga Pengharum ruangan Gn. Palasari 3 2 Kayu

putih Melaleuca leucadendron

Daun Pewangi Gn. Palasari 2

3 Kayu

manis Cinnamomum burmannii

Kulit

batang Aroma dan pelezat makanan Gn. Palasari 6 4 Salam Syzygium polyanthum Daun Aroma makanan Gn. Palasari 8 5 Kemiri Aleurites moluccana Biji Aroma makanan Gn. Palasari 3

Berdasarkan Tabel 15 tumbuhan aromatik yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu daun salam (Syzygium polyanthum) sebanyak 8 orang dan kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebanyak 6 orang. Spesies tumbuhan tersebut banyak dimanfaatkan oleh perempuan untuk dijadikan bumbu masak. Tumbuhan aromatik ini biasanya digunakan untuk pemberi aroma pada makanan. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan tersebut banyak berasal dari Gunung Palasari.

Gambar 16 Contoh Pemanfaatan (a) daun salam (Syzygium polyanthum) untuk aroma pada makanan (b) kayu manis (Cinnamomum burmannii) untuk aroma dan pelezat pada makanan.

5.2.3.5 Tumbuhan obat

Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat yang berfungsi sebagai obat berjumlah 21 spesies yang masuk kedalam 13 famili selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. Masyarakat beranggapan bahwa tumbuhan obat itu sangat

bermanfaat untuk kehidupannya. Selain tumbuhan obat itu bersifat alami tumbuhan obat tersebut mudah didapat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat spesies tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit yaitu menurunkan darah tinggi. Spesies tumbuhan yang biasanya digunakan untuk menurunkan darah tinggi yaitu mindi (Melia azedarach), suji (Pleomele angustifolia), sintrong (Crassocephalum crepidioides), salam (Syzygium polyanthum), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan cecendet (Physalis angulata). Masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan untuk obat berasal dari Gunung Palasari dan Gunung Kunci hanya 1 spesies yaitu bakung (Crinum asiaticum) untuk mengobati kutil.

(a) (b)

Gambar 17 Contoh pemanfaatn spesies tumbuhan (a) bandotan (Ageratum

conyzoides) digunakan untuk mengobati luka berdarah pada kulit (b)

sintrong (Crassocephalum crepidioides) digunakan untuk menurunkan darah Tinggi.

5.2.3.6 Tumbuhan anyaman dan kerajinan

Tumbuhan penghasil anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang bisa dibuat tali, anayaman maupun kerajinan. Masyarakat yang memiliki keahlian untuk membuat anyaman dan kerajinan dari tumbuhan hanya sedikit. Masyarakat biasanya membuat anyaman dan kerajinan hanya untuk keperluan rumah tangga seperti peralatan rumah tangga (ayakan, hihid, asepan) dan hiasan rumah tangga (asbak).

Pengelolaan tumbuhan untuk anyaman dan kerajinan menggunakan peralatan yang sederhana seperti golok, gergaji, dan pisau. Responden yang memiliki keahlian untuk membuat kerajinan tersebut biasanya responden yang

   

sudah dewasa atau lansia. Responden yang memiliki keahlian tersebut memiliki kemampuan yang berasal dari nenek moyangnya. Keahlian tersebut diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat generasi remaja sekarang tidak memiliki keahlian tersebut. Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk dibuat kerajinan berjumlah 10 spesies yang termasuk dalam 7 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 16.

Tabel 16 Daftar spesies tumbuhan anyaman dan kerajinan yang digunakan oleh Masyarakat di sekitar TAHURA Inten Dewata

No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan Keterangan Lokasi Jumlah responden yang memanfaatkan (orang)

1 Aren Arenga pinnata Ranting Sapu lidi Gn.Palasari 2

2 Bambu

Tali Gigantochloa apus

Batang Hihid, asepan, layang- layang, dan bilik Gn.Palasari 4 3 Bambu gombong Gigantochloa verticillata

Batang Gelas Gn.Palasari 3

4 Gmelina/

Jati putih Gmelina arborea

Batang,

Dahan Asbak Gn.Palasari 2

5 Kelapa Cocos nucifera Daun, Ranting, Batok, Batang Sapu, lidi, asbak dan jembatan Gn.Palasari 4 6 Mahoni Swietenia mahagoni Batang , Dahan Pintu, lemari Gn.Palasari 2 7 Nangka Artocarpus heterophyllus Batang,

Daun Asbak, siger

mainan anak kecil

Gn.Palasari 1

8 Pinus Pinus merkusii Daun Hiasan

Hajatan Gn.Palasari 1 9 Bambu betung Dendrocalamus asper Batang Tempat sadapan aren Gn.Palasari 2 10 Bambu

tamiang Schizostachyum blumei

Batang Asbak, gelas Gn.Palasari 3

Berdasarkan Tabel 16 tumbuhan yang banyak digunakan untuk anyaman dan kerajinan oleh masyarakat yaitu kelapa (Cocos nucifera) dan bambu tali (Gigantochloa atter) sebanyak 4 orang. Masyarakat banyak memanfaatkan tumbuhan untuk anyaman dan kerajinan yang berasal dari Gunung Palasari.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 18 Contoh pembuatan kerajinan masyarakat TAHURA Inten Dewata (a) proses pembuatan layang-layang (b) layang-layang yang sudah jadi

(c).batok kelapa yang dibuat untuk tempat minum (d) pembuatan asbak dari pohon mahoni (e) mobil-mobilan dari bambu.

5.2.3.7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati

Sementara pestisida nabati dan racun alami merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan untuk mengendalikan organisme penganggu tumbuhan. Fungsinya sebagai penolak, penarik, pemandul, pembunuh dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 spesies yang digunakan oleh masyarakat untuk pupuk organik, pestisida nabati dan racun alami yang termasuk dalam 3 famili dan selengkapnya tersaji pada Tabel 17.

Tabel 17 Daftar spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati dan yang digunakan oleh masyarakat sekitar di TAHURA Inten Dewata

No. Nama Lokal Nama ilmiah Bagian Lokasi

Jumlah responden yang

memanfaatkan (orang)

1 Aren Arenga pinnata Kulit buah Gn. Palasari 3

2 Gadung Dioscorea hispida Umbi Gn. Palasari 2

3 Jengkol Pithecellobium jiringa

   

Berdasarkan Tabel 17 tumbuhan penghasil pupuk organik, pestisida nabati

Dokumen terkait