• Tidak ada hasil yang ditemukan

4) Interaksi Akibat Perubahan Ekskresi Ginjal

1.3 Pengertian Diabetes Melitus

2.3.2. Pemantauan Diabetes Melitus

Pentingnya peran apoteker dalam keberhasilan pengelolaan diabetes ini menjadi lebih bermakna karena penderita diabetes umumnya merupakan pelanggan tetap apotek, sehingga frekuensi pertemuan penderita diabetes

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan apoteker di apotek mungkin lebih tinggi daripada pertemuannya dengan dokter (Depkes, 2005).

Pemantauan terhadap kondisi penderita dapat dilakukan apoteker pada saat pertemuan konsultasi rutin atau pada saat penderita menebus obat, atau dengan melakukan hubungan telepon. Pemantauan kondisi penderita sangat diperlukan untuk menyesuaikan jenis dan dosis terapi.Apoteker harus mendorong penderita untuk melaporkan keluhan ataupun gangguan kesehatan yang dirasakannya sesegera mungkin. Apoteker harus bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya dalam penyesuaian dosis obat hipoglikemik oral (OHO). Kebanyakan morbiditas dan mortalitas pada pasien diabetes disebabkan karena komplikasi, antara lain komplikasi makrovaskular. Hasil penelitian menunjukkan, penurunan kadar gula saja dapat tidak dapat menurunkan komplikasi makrovaskular. Oleh karena itu ada area lain dari diabetes yang harus diperhatikan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas secara keseluruhan, antara lain:

1. Tekanan darah (target < 130/80 mm Hg) 2. LDL kolesterol (target < 100 mg/dl)

3. Penggunaan aspirin untuk pasien DM dengan hipertensi dan resiko jantung

4. Pemeriksaan mata, kaki, gigi (1x/tahun) 5. Vaksinasi influenza dan pneumokokal

Penjelasan diberikan kepada pasien mengenai target dan diharapkan pasien mengerti mengapa monitoring memegang peranan penting dalam terapi pencegahan. (Depkes, 2005)

Menurut Palaian et al (2004) karena ekspansi yang cepat dari agen terapi tersedia untuk mengobati diabetes, peran apoteker dalam merawat pasien diabetes melitus juga telah berkembang. Apoteker dapat mendidik pasien tentang penggunaan yang tepat dari obat, skrining untuk interaksi obat,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menjelaskan perangkat monitoring, dan membuat rekomendasi untuk produk bagi pasien diabetes melitus.

Apoteker, meskipun bukan sebagai profesional kesehatan untuk mendiagnosa diabetes, mempunyai peran penting dalam membantu pasien mengontrol penyakit mereka. Apoteker dapat memantau kadar glukosa darah pasien dan menjaga tetap stabil. Selama berinteraksi dengan apoteker, pasien dapat menanyakan apoteker pertanyaan-pertanyaan yang tidak mereka tanyakan kepada dokter dan bisa mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit diabetes. Apoteker juga dapat memberi informasi kepada pasien tentang pemberian insulin secara teratur sehingga timbulnya komplikasi dapat dicegah dengan memiliki kontrol glikemik yang ketat. Peran penting lain dari apoteker adalah selalu tersedia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para pasien. Secara keseluruhan, hal tersebut adalah peran apoteker yang paling efisien untuk membantu pasien diabetes dalam mengatasi penyakit mereka (Setter, 2000 dalam Palaian, 2004). 2.3.3 Tatalaksana terapi

Menurut Depkes RI (2005) penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas diabetes melitus, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal dan mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi. Penatalaksanaan terapi menurut Depkes RI (2005) ada dua jenis terapi yaitu terapi tanpa obat dan terapi obat:

a. Terapi tanpa obat 1. Pengaturan diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1) Karbohidrat : 60-70% 2) Protein : 10-15% 3) Lemak : 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status DM), dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.

Masukan serat sangat penting bagi penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 gram perhari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM tanpa risiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu, makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral.

2. Olah raga

Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.

b. Terapi Obat

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.

1. Terapi insulin.

Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe-1.Pada DM Tipe-1, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita

rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolism karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal.

Walaupun sebagian besar penderita DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin di samping terapi hipoglikemik oral.

2. Terapi obat Hipoglikemia oral

Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinid (meglitinid dan turunan fenilalanin).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanid dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.

3. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia). Disebut juga “starch-blocker”.

Menurut Dipiro (2009) algoritma pelaksanaan terapi diabetes melitus agar terapi berjalan optimal adalah sebagai berikut:

Target Tercapai Pantau HbA1C tiap

3-6 bulan

Pilihan monoterapi lain: Pioglitazon, Rosiglitazone,

Repaglinid, Nateglinid, Acarbose, Insulin/Insulin

Analog

Tambahkan terapi insulin Intervensi Awal Edukasi/Diet/Olahraga Target: HbA1C: ≤6,5-7,0% GDS: <110-130 mg/dl GDPP: <140-180 mg/dl

Target tidak Tercapai setelah 1 bulan Monoterapi/kombinasi

ADO

Sulfonilurea dan/Metformin

Pilihan kombinasi lain:

Metformin/Sulfonilurea + Pioglitazon/Rosiglitazon atau Akarbose/Miglitol

Metformin + Nateglinid atau Repaglinid atau

Insulin/Insulin Analog Target tidak Tercapai

setelah 3 bulan Kombinasi Sulfonilurea dan

Metformin

Target tidak Tercapai setelah 3-6 bulan Target Tercapai

Lanjutkan Terapi Pantau HbA1C tiap

3-6 bulan

Target Tercapai Lanjutkan Terapi Pantau HbA1C tiap

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dokumen terkait