• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

TITIK IKAT / TITIK NOL BLOK URKT 2010

2. Pemantauan erosi tanah

- Menentukan lokasi pengamatan dengan menggunakan peta kerja RPL dan melakukan pemasangan stick ukur erosi pada TPn / TPK, areal tebangan, jalan sarad yang mempunyai kelerengan datar, sedang dan curam.

- Pengamatan laju erosi tanah dilakukan dalam petak ukur erosi, dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai dampak pembalakan terhadap erosi.

- Pada masing-masing petak ukur dipasang stick ukur erosi sebanyak 10 buah dengan jarak pasang antar stick ukur 0,5 meter atau 1 meter dengan bentuk / model kerucut atau persegi memanjang searah lereng.

- Besarnya erosi yang terjadi dapat diukur melalui besarnya perubahan panjang bagian stick yang berada di bagian permukaan tanah seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 14 : Penentuan Perubahan Stick Erosi pada Permukaan Tanah.

e. Hasil yang Dicapai

Diketahui tidak terjadi perubahaan pada stick yang di jadikan pengukur tingkat erosi pada tanah yang mana hal itu dikarenakan kondisi kemarau yang terjadi disaat pengamatan berlangsung.

f. Pembahasan

Kegiatan pengamatan ditujukan pada areal pemantauan erosi dengan metode stick yang sudah jadi dan juga sudah dilakukan pengamatan sebelumnya oleh pihak perusahaan.

Pemantauan terhadap erosi tanah berupa pengukuran besarnya erosi (ton/ha/tahun) yang berkaitan dengan pengukuran, pemantauan terhadap sifat fisik (tekstur, struktur dan permeabilitas tanah) dan kimia (kandungan bahan organik) tanah.

2. Harvesting (Production Area 1)

2a. Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PPWH) a. Tujuan

Pelaksanaan survey lokasi jalan dimaksudkan untuk menetapkan dan merencanakan posisi pembuatan jalan angkutan dan prasarana PWH lainnya serta bertujuan untuk menyiapkan data dan informasi mengenai kondisi lokasi jalan yang akan dibangun.

b. Dasar teori

Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PPWH) merupakan kegiatan persiapan pelaksanaan PWH untuk menentukan alternatif terbaik trace jalan angkutan hutan (jalan utama, jalan cabang dan jalan ranting) yang kegiatannya meliputi: perencanaan di peta, pelaksanaan survai lapangan, penetapan jaringan jalan, inventarisasi tegakan di sepanjang jaringan jalan, pengukuran dan pemetaan.

c. Alat dan Bahan 1. Alat :

- Peta Kerja Rencana Trace Jalan Angkutan Hutan, skala 1 : 10.000, - GPS, - Kompas, - Clinometer, - Meteran, - Kalkulator

- Buku ukur (tally Sheet) - Alat tulis dan gambar

- Kertas grafik (kertas millimeter) - Cat Kuning, seng aluminium, - Label pohon

- Parang 2. Bahan :

Areal blok URKT 2014 TPTI. d. Prosedur kerja

1. Pembuatan trayek jalan tidak diperkenankan melalui hutan lindung atau kawasan konservasi (Taman Nasional, Swaka Alam), dll, kecuali dengan ijin instansi terkait.

2. Perencanaan panjang trayek jalan angkutan diupayakan merupakan jarak terpendek.

3. Sesuai dengan standard Reduced Impact Logging (RIL) kepadatan (density) jalan utama dan cabang tidak boleh lebih dari 1,2 % dari luas blok tebangan.

4. Penetapan trayek jalan utama dan cabang mempertimbangkan : a. Sebaran pohon secara keseluruhan (ditebang, dilindungi dan

pohon induk). b. Kontur / topografi c. Sungai dan anak sungai

d. Kawasan lindung dan lokasi yang dianggap kramat oleh masyarakat

5. Perencanaan trayek jalan sarad dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak menyusuri dan di usahakan menjauhi sungai, anak sungai dan saluran air.

b. Boleh melintasi sungai/anak sungai sekiranya tidak ada alternatif lain dengan tetap menggunakan gorong-gorong. c. Kepadatan (density) jalan sarad tidak boleh lebih dari 6 (enam)

% dari luas blok tebangan.

d. Posisi pohon yang akan ditebang. e. Topografi / kelerengan yang berat.

f. Lokasi jalan sarad tidak boleh berada pada kelerengan 40%. g. Diusahakan tidak terlalu banyak belokan/tikungan untuk

menghindari kesulitan dalam penyaradan kayu.

h. Diusahakan berada pada punggung bukit (pematang) untuk mengurangi terjadinya kerusakan terhadap tanah.

6. Penandaan trace jalan di lapangan dilakukan dengan ketentuan : a. Trayek jalan utama diberi tanda cat warna kuning strip 3 pada

pohon-pohon di sepanjang trace jalan untuk menunjukan arah masuk ke blok tebangan. Sedangkan strip 2 warna kuning untuk menunjukan arah keluar blok/petak tebangan.

b. Trayek jalan cabang diberi tanda cat warna kuning strip 2 pada pohon-pohon di sepanjang trace jalan untuk menunjukan arah masuk ke blok tebangan. Sedangkan strip 1 warna kuning untuk menunjukan arah keluar blok/petak tebangan.

c. Trayek jalan sarad diberi tanda cat warna biru strip 1 pada pohon-pohon di sepanjang trace jalan sarad untuk arah masuk dan keluar.

7. Pendataan potensi tegakan di kiri dan kanan trace jalan utama dan cabang dilakukan dengan ketentuan :

a. Untuk trayek jalan utama, lebar jalur inventarisasi 16 meter kiri dan kanan dari trace jalan.

b. Untuk trayek jalan cabang, lebar jalur inventarisasi 8 meter kiri dan kanan dari trace jalan.

8. Pohon yang dilakukan inventarisasi pada trayek jalan utama dan cabang adalah jenis komersial berdiameter 20 cm keatas dan diberi label merah.

e. Hasil yang dicapai

Untuk menetapkan dan merencanakan posisi pembuatan jalan angkutan dan prasarana PWH lainnya dengan melakukan survey lokasi jalan pada blok RKT 2014 TPTI tersebut dan untuk menyiapkan data dan informasi mengenai kondisi lokasi jalan yang akan dibangun.

f. Pembahasan

Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PPWH) merupakan kegiatan persiapan pelaksanaan PWH untuk menentukan alternatif terbaik pembuatan jaringan jalan yang kegiatannya meliputi : Perencanaan di Peta, Pelaksanaan Survai Lapangan, Penetapan Jaringan Jalan, Inventarisasi Tegakan disepanjang Rencana Jaringan Jalan, Pengukuran dan Pemetaan.

Untuk memudahkan dan mengefisiensikan pelaksanaan dan sebagai panduan pelaksanaan PWH di lapangan, maka secara khusus disusun Standard Operating Procedures (SOP), yang merupakan

batasan kebijakan intern mengenai Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan / Survai Lokasi Jalan (PPWH).

Gambar 15 : Peta Perencanaan sebelum melakukan PWH

Gambar 16 dan 17 : Contoh Jalan Utama

2b. Produksi a. Tujuan

Setelah kegiatan pembukaan wilayah hutan dilaksanakan dilanjutkan kegiatan pemanenan atau produksi dari masing-masing blok tebangan, kegiatan pemanenan meliputi kegiatan penebangan, penyaradan, pengukuran dan pengangkuta.

b. Dasar Teori

Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam tegakan yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang ditetapkan yaitu 40 cm keatas. Kegiatan penebangan pohon meliputi pekerjaan penentuan arah rebah, pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan kulit dan pengangkutan dari tempat pengumpulan ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dari kegiatan tersebut banyak hal yang harus dilakukan seperti menentukan arah rebah pohon, agar tidak terkena anakanakan pohon yang lain dan mengurangi matinya pohon -pohon didalam waktu penebangan dan penyaradan. (Darmawan 2011). c. Alat dan Bahan

1. Alat : a. Alat tulis-menulis b. Parang c. Pahat d. Palu (Hammer) e. Cat f. Traktor

g. Meteran dan kapur kayu

h. Chainsaw ; lengkap dengan alat pengaman (helm, sarung tangan, masker, pelindung telinga, boots)

i. Perlengkapan perbaikan (busi, kunci) j. Bahan bakar, olie bekas.

k. Bar dan rantai cadangan l. Stapler dan isi stapler m. Kikir

2. Bahan :

- Kayu (Log). d. Prosedur Kerja

Pelaksanaan penebangan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Peta pemanenan untuk mengetahui posisi pohon tebangan yang terdekat. Ambil bujang yang berwarna merah, lakukan pengecekan terhadap kualitas pohon (apabila gerowong dengan nilai ekonomis yang rendah maka harus ditinggalkan), lalu persiapkan tempat kerja dengan memotong segala liana yang merambat dibatang pohon dan tumbuhan-tumbuhan lainnya yang mengikat pohon serta tumbuhan disekitar pohon, buat jalur penyelamatan (jalan lari penebang dari rebahan pohon).

2. Dengan berpedoman kepada peta pemanenan akan tentukan arah rebah pohon apabila tidak terdapat tanda pada pohon tersebut, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Arah rebah pohon mendekat atau menjauh dari jalan sarad dengan membentuk sudut 30°- 45° (pola sirip tulang ikan) atau sejajar dengan jalan sarad.

b. Arah rebah pohon diarahkan pada tajuk pohon yang sudah ditebang sebelumnya atau ketempat yang kosong.

c. Pada areal curam, arah rebah menyerong ke samping lereng. d. Usahakan menebang ke arah pematang, sehingga

memudahkan proses penyaradan.

e. Hindari kerusakan pohon inti akibat penebangan.

f. Hindari penebangan ke tempat yang banyak permudaannya. g. Jangan menebang ke kawasan lindung riparian (kiri-kanan

sungai).

h. Jangan menebang ke arah anak sungai, batu, tunggak, selokan untuk menghindari kerusakan pada kayu.

3. Buat takik rebah, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Usahakan takik rebah serendah mungkin untuk mendapatkan volume kayu yang lebih besar dan meninggalkan limbah tebangan seminimal mungkin, apabila pohon berbanir maka letakkan takik rebah secukupnya.

b. Buat potongan datar sedalam 1/4 - 1/3 Ø pohon.

c. Buat potongan atap/ miring dengan sudut 45° terhadap potongan datar.

Gambar 20, 21: Proses Pembuatan Takik Rebah

4. Buat takik balas, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Potongan datar dari belakang takik rebah setinggi ± 5 cm – 10 cm dari potongan datar takik rebah.

b. Tinggalkan engsel setebal 1/10 – 1/6 Ø pohon.

c. Pada saat membuat takik balas beri peringatan bagi orang yang berada disekitar daerah penebangan bahwa kayu akan rebah. d. Gunakan baji untuk menjaga agar arah rebah pohon sesuai

dengan yang direncanakan.

5. Setelah pohon rebah kayu tersebut di potong bebas cabang dan bebas banir.

Gambar 24 : Potong bebas cabang dan bebas banir

6. Penyaradan pada kayu yang sudah di tebang dengan cara di tarik menggunakan traktor, untuk mengeluarkan kayu dari blok tebangan menuju TPn.

Gambar 25 dan 26 : Penyaradan Kayu Setelah Penebangan ke TPn dengan Traktor

7. Ukur kayu sesuai ketentuan perusahaan, untuk mendapatan volume pohon setelah itu dilakukan pemahatan pada bontos menunjukan informasi pada kayu yg memuat informasi kode bulan, nomor produksi,

nomor petak, panjang log, diameter log, jenis kayu serta nomor batang yang akan dimasukkan ke dalam buku ukur.

Gambar 27 dan 28 : Proses Pemahatan dan Pengukuran Bontos Log

8. Kayu bulat (Log) diangkut dengan menggunakan loging truck dari TPK Hutan menuju TPK Log Yard.

e. Hasil yang dicapai

Data yang diperoleh dari hasil penebangan adalah meliputi nomor petak, nomor pohon, luas petak, luas penebangan, jumlah pohon yang ditebang.

f. Pembahasan

Kegiatan produksi itu sendiri terbagi atas proses penebangan, penyaradan, penomoran, pengukuran diameter dan panjang log serta pengangkutan log dari TPK Hutan menuju TPK Log Yard.

3. TUK dan Silint Harvesting (Production Area 2)

Dokumen terkait