• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

TITIK IKAT / TITIK NOL BLOK URKT 2010

4. Silvikultur Intensif (Silint)

Kegiatan silvikultur intensif meliputi beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut : - Penyiapan lahan, - Persemaian, - Penanaman, dan - Pemeliharaan. 4.1. Penyiapan lahan a. Tujuan

Penyiapan lahan bertujuan sebagai pedoman teknis pelaksanaan pada tahapan kegiatan penyiapan lahan pada sistem Silvikultur tebang pilih dan tanam indonesia intensif (TPTII), kemudian untuk mempersiapkan tempat tumbuh sehingga dapat memberikan lingkungan yang baik dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman.

b. Dasar teori

Kegiatan penyiapan lahan mencakup seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan jalur tanam sampai dengan siap dilakukan kegiatan penanaman. Kegiatan penyiapan lahan dikerjakan pada petak yang telah selesai dilaksanakan kegiatan penebangan. Penyiapan lahan

dikerjakan pada jalur tanam dengan lebar ditetapkan 3 meter dan jarak diantara dua jalur tanam dari sumbu jalur tanam ditetapkan 20 meter. arah jalur tanam ditetapkan sesuai arah Timur-Barat untuk mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari yang sampai ke lantai hutan pada jalur tanam dari pagi hingga sore hari serta kemudahan pengawasan dan transportasi. Jarak tanam dalam satu jalur tanam adalah 2,5 meter jarak datar.

Permudaan yang sehat pada tingkat semai, pancang, dan tiang yang ditemukan dan berada dalam jalur tanam dengan jarak antar pohon kurang lebih 2,5 meter tetap dipertahankan hidup dalam jalur. Jenis-jenis tumbuhan yang memiliki nilai ekologis, langka atau dilindungi, dan tumbuhan buah tetap dipertahankan keberadaannya dalam jalur. Kegiatan penyiapan lahan tidak diperbolehkan dan dilarang melalui lokasi kawasan-kawasan yang dilindungi atau situs budaya. c. Alat dan bahan

1) Alat :

a) Peta kerja skala 1:50.000 b) Clinometer

c) Meter

d) Buku catatan lapangan dan alat tulis e) Parang

f) Chain saw g) Cat dan kuas 2) Bahan :

d. Prosedur kerja

1) Penyiapan lahan dilakukan pada petak yang telah selesai dilaksanakan kegiatan penebangan dengan bukti dari bagian produksi.

2) Lakukan perbaikan pada tanda-tanda batas di lapangan yang rusak atau hilang.

3) Melakukan PAK ulang dan pengkuran jalur tanam. 4) Rintis manual jalur tanam.

5) Tebang semi mekanis jalur tanam.

6) Perapihan dan pemasangan ajir jalur tanam

Gambar 33 dan 34 : Penyiapan Lahan

e. Hasil yang dicapai

Dilakukan kegiatan pengukuran diareal silin, jarak tanam 2,5 m, jarak antar jalur 20 m, luas petak satu Ha, dilakukan pemasangan label dan pita kuning.

f. Pembahasan

Dilapangan sering terjadi hambatan dibagian penebangan dikarenakan terlalu banyaknya tumpukan kayu yang telah ditebang.

4.2 Persemaian

a.

Tujuan

1. Sebagai pengadaan pedoman dan acuan teknis pelaksanaan pada tahapan kegiatan bibit di persemaian.

2. Untuk mendapatkan biji, benih dan bibit yang berkualitas secara terus-menerus dalam jumlah yang cukup dan tata waktu yang tepat. 3. Untuk meningkatkan produktivitas maupun kualitas hasil hutan

berupa pohon atau kayu yang sesuai dengan kondisi tempat tumbuh, dengan menggunakan bibit yang berkualitas dari jenis-jenis yang dikehendaki.

4. Pada tepi bedeng sapih dan hardening diberi label keterangan yang memuat jenis bibit, tanggal penyapihan dan nomor bedengan serta jumlah bibit dalam bedengan tersebut, sedangkan uuntuk bedeng sungkup label ditempel dengan steples ditepi sungkup.

b. Dasar teori

Persemaian (Pengadaan Bibit) adalah suatu kegiatan dimana biji atau bibit yang berasal dari hutan atau kebun bibit / kebun pangkas dikumpulkan dan dipelihara pada suatu lokasi yang tertata dengan baik. Sedangkan bibit adalah tanaman anakan yang akan dibudidayakan.

Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan Silint (Silvikultur Intensif) ini untuk memperoleh benih atau bibit yang mempunyai kualitas baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan keperluan penanaman dan dalam tata waktu yang tepat serta jenis yang diinginkan. Sistem pengadaan bibit pada HPH di PT. Intracawood Manufacturing ada tiga cara yaitu dengan cara biji, cabutan dan stek.

c. Alat dan bahan 1. Alat : a) Sekop b) Saringan c) Parang d) Gunting e) Ember f) Label g) Arko h) Sarlon i) Polibeck j) Selang 2. Bahan

a) Top soil + sekam (2:1) b) Bibit pohon

c) Air.

d. Prosedur kerja

1) Pengadaan bibit asal benih atau biji yang dikumpulkan dari pohon induk diseleksi dengan baik yang berkualitas.

2) Persiapkan media semai yang terdiri dari lapisan tanah berwarna hitam atau yang mengandung mikoriza dam masukkan dalam polybag dan disusun dalam bedeng secara rapid dan teratur.

3) Lakukan penyemaian benih dengan menyiram media terlebih dahulu sebelum dilakukan penyemaian.

4) Lakukan pemeliharaan bibit di bedeng sapih dengan menggunakan naungan sarlon dengan intensitas cahaya 25% – 50% selama 3 – 4 bulan, selanjutnya bibit dipindahkan ke blok dengan intensitas cahaya yang masuk 75% selama 2 bulan kemudian penyiapan bibit untuk di tanam di lapangan dengan di tempatkan di lokasi pengrasan atau aklimatisasi selama 4 – 6 minggu

Gambar 35 dan 36 : Persemaian dan Pengadaan Bibit

e. Hasil yang dicapai

Pengadaan bibit meranti sekitar satu tahun sudah bisa ditanam, sekitar umur 3 atau 4 bulan akan dipindahkan dari bedengan yang disebut penjarang bertujuan untuk memperoleh bibit yang berkualitas dan mengurangi angka kematian pada bibit meranti dan ulin.

f. Pembahasan

Kendala dipersemaian adalah mencari bibit meranti dan ulin karena mengmbil dari pohon induk yang bener-bener bebas dari cacat apapun untuk mengembangkan biji yang baik, mengmbil dari cabutan dan stek.

Untuk bibit stek terlalu lama untuk proses pemeliharaan akan memakan biaya terlalu besar untuk pembibitan stek.

4.3. Penanaman a. Tujuan

Penanaman bertujuan sebagai pedoman teknis pelaksanaan pada tahapan kegiatan penanaman pada sistem silvikultur tebang pilih tanam indonesia Intensif (TPTII).

b. Dasar teori

Kegiatan penanaman dilaksanakan setelah kegiatan penyiapan lahan selesai, jalur tanam ditetapkan lebar 3 meter dan jarak diantara dua jalur tanam dari sumbu jalur ditetapkan 20 meter, jarak tanam dalam satu jalur adalah 2,5 meter jarak datar. Arah jalur tanam sesuai arah timur-barat untuk mengoptimalkan cahaya matahari serta memudahkan dalam pengawasan dan transportasi.

c. Alat dan bahan 1) Alat :

a) Peta kerja skala 1:50.000 atau 1:25.000

b) Peta hasil kegiatan penyiapan lahan skala 1:1.000 c) Buku catatan lapangan dan alat tulis

d) Kompas e) Parang f) Cangkul g) Sekop h) Karung i) Sandak

2) Bahan

Bahan yang digunakan yaitu Bibit meranti siap tanam. d. Prosedur kerja

1) Pembuatan lubang tanam dengan ukuran panjang, lebar, dan dalam 40 cm x 40 cm x 30 cm.

2) Beri pupuk dasar + Top Soil pada lubang. 3) Lakukan penanaman bibit pohon.

4) Beri label pada bibit pohon yang sudah ditanam. e. Hasil yang dicapai

Penanaman dilakukan untuk memperoleh hasil tanaman yang teratur, baik, mudah dalam pengawasan dan transportasi.

f. Pembahasan

Kegiatan penanaman dilaksanakan setelah kegiatan penyiapan lahan selesai dilaksanakan, arah jalur tanam sesuai arah timur – barat untuk mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari.

4.4 Pemeliharaan a. Tujuan

Pemeliharaan bertujuan agar tanaman dapat terjaga dari gangguan hama dan penyakit maupun dari tanaman penyaing yang menganggu pertumbuhan tanaman tersebut serta agar tanaman tumbuh dengan baik.

b. Dasar teori

Bibit yang telah selesai ditanam harus di pelihra dengan ketentuan : 1) Pemeliharaan awal tanaman berupa penyiangan pada jalur tanam

a)

Sampai umur 1 tahun dilakukan setiap 4 bulan.

b)

Pada umur 1 – 2 tahun dilakukan setiap 6 bulan.

c)

Pada umur 2 – 3 tahun dilakukan setiap 12 bulan.

d)

Pada umur 3 - 5 tahun dilakukan sekali setahun.

2) Bibit untuk penyulaman dipilih dari bibit yang seumur dengan tanaman atau besarnya sama dengan tanaman yang ada di jalur, kemudian penyulaman dilakukan pada musim hujan.

3) Pendangiran dengan radius 1 meter dilakukan pertama pada tanaman umur ± 4 bulan.

4) Pemeliharaan lanjutan dilakukan setelah tanaman mencapai umur 5 tahun.

5) Penyulaman hanya dilakukan sekali yaitu pada pemeliharaan pertama tahun ke – 1.

c. Alat dan bahan 1) Alat :

a)

Parang

b)

Sabit ember

c)

Cangkul

d)

Semprotan Solo. 2) Bahan

a)

Pupuk

b)

Air

c)

Tanaman. d. Prosedur kerja

2) Lakukan pemeliharaan dimulai dari penyiangan tanaman, pemupukan, pendangiran, penyulaman, penerasan pohon penyaing, peracunan tumbuhan penyaing, dan pembebasan vertical.

3) Pemeliharaan dilakukan secara bertahap, dimulai dari tahap 4 bulan pertama, 8 bulan, dan 12 bulan.

e. Hasil yang Dicapai

Kegiatan pemeliharaan ini mempunyai fungsi memperbaiki produktivitas hutan agar tidak rusak nilai ekonomisnya karena hutan adalah bernilai jual yang cukup tinggi didunia.

Gambar 37 : Proses Pemiliharaan Diareal Persemaian f. Pembahasan

Pihak perusahan terkendala didalam melakukan penanaman ulang karena membutuhkan biaya yang cukup mahal dalam pemeliharaan.

Dokumen terkait