• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PROSES PEMBUATAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) DI PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING TARAKAN KALIMANTAN UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) PROSES PEMBUATAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) DI PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING TARAKAN KALIMANTAN UTARA"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

SAFRYANTONIUS SELLY TONAPA NIM. 110 500 044

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2014

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Praktik Kerja Lapang Proses Pembuatan

Kayu Lapis (Plywood) di PT. Intracawood

Manufacturing, Tarakan Kalimantan Utara

Nama : Safryantonius Selly Tonapa

NIM : 110 500 044

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Jurusan : Teknologi Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Ir. Yusdiansyah, MP NIP.195912161989031002 Ir. Wartomo, MP NIP. 196310281988031003 Ir. Iskandar, MP NIP. 195911191987101001 Menyetujui/Mengesahkan,

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. H. Syafi’i, MP NIP. 196806101995121001

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu

melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Laporan Praktik Kerja Lapang ini.

Adapun maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi

persyaratan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III

(D3) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penulis menyadari sepenuhnya dari segi teknis penulisan dan uji materi

penulisan masih sangat jauh dari kesempurnaan dan juga penulis menyadari

bahwa masih terbatasnya kemampuan yang dimiliki. Hal yang wajar jika dalam

penyelesaian Laporan Praktik Kerja Lapang ini masih banyak mengalami

hambatan dan masalah. Namun berkat bimbingan dan petunjuk serta dorongan

dari berbagai pihak, sehingga Laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat

terselesaikan.

Untuk itu maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Semua Pihak PT. Intracawood Manufacturing yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, dimana sudah banyak memberikan pengalaman serta wawasan

baru terutama tentang cara berfikir kritis dan mampu memberikan solusi

terhadap kendala yang dihadapi suatu perusahaan baik itu dilapangan

maupun di industrinya sendiri.

2. Dosen Pembimbing, yaitu Bapak Ir. Yusdiansyah, MP yang telah membimbing

dan memberikan saran sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan

(4)

3. Dosen Penguji, yaitu Ir. Wartomo, MP dan Ir. Iskandar, MP yang telah banyak

memberikan saran untuk kesempurnaan laporan ini.

4. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, yaitu Bapak Ir, H. Syafii, MP.

5. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, yaitu Bapak Heriad Daud Salus, S.Hut,

MP.

6. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu Bapak Ir. Wartomo, MP.

7. Seluruh anggota keluarga dan teman-teman sesama peserta PKL yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu dimana telah memberikan dukungan, saran

dan motivasi selama pembuatan dan penyelesaian laporan ini.

8. Para Staf pengajar, administrasi dan PLP di Program Studi Teknologi Hasil

Hutan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu

berbagai saran beserta kritik akan sangat membantu dalam penyempurnaan

laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat serta

pengetahuan baru untuk adik-adik tingkat dan umumnya bagi Politeknik Pertanian

Negeri Samarinda serta terlebih khusus bagi Program Studi Teknologi Hasil

Hutan.

Samarinda, Mei 2014

Penulis

(5)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Praktik Kerja Lapang (PKL) ... 4

C. Hasil Yang Diharapkan ... 5

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 7

A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 7

B. Manajemen Perusahaan ... 10

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktik Kerja Lapang ... 11

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG ... 12

A. Kegiatan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) ... 12

1. Forest Planning dan Rehabilitation ... 12

1.1 Perencanaan ... 13

1.a. Penataan Areal Kerja (PAK) ... 13

a. Maksud dan Tujuan ... 13

b. Dasar Teori ... 14

c. Alat dan Bahan ... 14

d. Prosedur Kerja ... 14

e. Hasil yang dicapai ... 17

f. Pembahasan ... 17

1.b Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) . 18 a. Maksud dan Tujuan ... 18

b. Dasar Teori ... 19

c. Alat dan Bahan ... 20

d. Prosedur Kerja ... 20

e Hasil yang dicapai ... 22

(6)

1.2.Pembinaan ... 23

2a. Penanaman Bekas TPn ... 23

a. Maksud dan Tujuan ... 23

b. Dasar Teori ... 24

c. Alat dan Bahan ... 24

d. Prosedur Kerja ... 25

e. Hasil Yang dicapai ... 26

f. Pembahasan ... 26

1.3.Litbang ... 27

3a. Uji Tanaman ... 27

a. Maksud dan Tujuan ... 27

b. Dasar Teori ... 27

c. Alat dan Bahan ... 27

d. Prosedur Kerja ... 28

e. Hasil yang dicapai ... 30

f. Pembahasan ... 30

1.4.Lingkungan ... 31

4a. Pemantauan Erosi (Metode Bak Ukur) ... 31

a. Tujuan ... 31

b. Dasar teori ... 31

c. Alat dan bahan ... 33

d. Prosedur kerja ... 34

e. Hasil yang dicapai ... 35

f. Pembahasan ... 36

4b. Pemantauan Erosi (Metode Stick) ... 36

a. Tujuan. ... 36

b. Dasar Teori………... ... ... 36

c. Alat dan Bahan… ... 38

d. Prosedur Kerja…. ... 38

e. Hasil yang Dicapai.. ... 40

f. Pembahasan…… ... 40

2. Pemanenan (Harvesting). ... 41

2.a PPWH ... 41

a. Tujuan… ... 41

b. Dasar Teori…... ... 41

c. Alat dan Bahan… ... 41

d. Prosedur Kerja…. ... 42

e. Hasil yang dicapai.. ... 44

f. Pembahasan… ... 44

2b. Produksi... ... 46

a. Tujuan.. ... 46

(7)

c. Alat da Bahan… ... 46

d. Prosedur Kerja… ... 47

e. Hasil yang Dicapai…. ... 52

f. Pembahasan… ... 52

3. Tata Usaha Kayu (TUK) dan Harvesting Silint ... 52

a. Maksud dan Tujuan ... 52

b. DasarTeori ... 52

c. Prosedur Kerja ... 53

4. Silvikultur Intensif (Silint) ... 57

4.1 Penyiapan Lahan ... 57

a. Tujuan ... 57

b. DasarTeori... 57

c. Alat dan Bahan ... 58

d. Prosedur Kerja ... 59

e. Hasil yang Dicapai ... 59

f. Pembahasan ... 60

4.2. Persemaian ... 60

a. Tujuan ... 60

b. Dasar Teori... 60

c. Alat dan Bahan ... 61

d. Prosedur Kerja ... 61

e. Hasil yang Dicapai ... 62

f. Pembahasan ... 63

4.3. Penanaman ... 63

a. Tujuan ... 63

b. Dasar Teori... 63

c. Alat dan Bahan ... 63

d. Prosedur Kerja ... 64

e. Hasil yang Dicapai ... 64

f. Pembahasan ... 64

4.4. Pemeliharaan ... 65

a. Tujuan ... 65

b. Dasar Teori... 65

c. Alat dan Bahan ... 66

d. Prosedur Kerja ... 66

e. Hasil yang Dicapai ... 66

(8)

B. Proses Pembuatan Kayu Lapis (Plywood) ... 68

1. Inventarisasi Log (Log Inventory) ... 68

a. Tujuan ... 68

b. Dasar Teori ... 68

c. Alat dan Bahan ... 71

d. Prosedur Kerja ... 72

e. Hasil yang Dicapai ... 72

f. Pembahasan ... 72

2. Log Cutting dan Rotary ... 73

a. Tujuan ... 73

b. Dasar Teori ... 73

c. Alat dan Bahan ... 73

d. Prosedur Kerja ... 74

e. Hasil yang Dicapai ... 79

f. Pembahasan ... 79

3. Drying Section ... 79

a. Tujuan ... 79

b. Dasar Teori ... 80

c. Alat dan Bahan ... 82

d. Prosedur Kerja ... 82

e. Hasil yang Dicapai ... 83

f. Pembahasan ... 83

4. Veneer Preparation ... 84

a. Tujuan ... 84

b. Dasar Teori ... 84

c. Alat dan Bahan ... 84

d. Prosedur Kerja ... 85

e. Hasil yang Dicapai ... 85

f. Pembahasan ... 86

5. Assembly Section ... 87

a. Tujuan ... 87

b. Dasar Teori ... 87

c. Alat dan Bahan ... 93

d. Prosedur Kerja ... 93

e. Hasil yang Dicapai ... 94

f. Pembahasan ... 94

6. Finishing Section ... 94

a. Tujuan ... 94

b. Dasar Teori ... 94

c. Alat dan Bahan ... 101

d. Prosedur Kerja ... 101

e. Hasil yang Dicapai ... 102

(9)

7. Inspection Section ... 102

a. Tujuan ... 102

b. Dasar Teori ... 102

c. Alat dan Bahan ... 103

d. Prosedur Kerja ... 104

e. Hasil yang Dicapai ... 104

f. Pembahasan ... 104

8. FGWH dan Packing Section ... 105

a. Tujuan ... 105

b. Dasar Teori ... 105

c. Alat dan Bahan ... 105

d. Prosedur Kerja ... 106

e. Hasil yang Dicapai ... 107

f. Pembahasan ... 107

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh utama Halaman

1. Plywood Putty Repair Ukuran 11,5 ... 97 2. Plywood Putty Repair Ukuran 5,2 ... 98 3. Sanding Quality Report ... 100

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh utama Halaman

1. Contoh Pengukuran Areal Dalam Kegiatan PAK ... 13

2. Contoh Pal Sudut/Blok Kerja Dalam Kegiatan ITSP ... 16

3. Plang Titik Ikat/Titik Nol ... 17

4. Contoh Proses Pembuatan Jalur ITSP ... 23

5. Pengamatan Hasil Penanaman Bekas TPn ... 26

6. Areal Uji Tanaman PT. Intracawood Manufacturing ... 31

7. Bak Ukur ... 32

8. Tempat Penyaringan ... 32

9. Tempat Penampungan Sampel Erosi ... 33

10. Plot Erosi Stick 1 pada Areal Datar ... 37

11. Plot Erosi Stick 2 pada Areal Sedang ... 37

12. Plot Erosi Stick 3 pada Areal Curam ... 38

13. Penentuan Perubahan Stick Erosi pada Permukaan Tanah ... 40

14. Peta Perencanaan sebelum melakukan PWH ... 45

15. ContohJalan Utama ... 45

16. Contoh Jalan Sarad ... 45

17. Proses Pembuatan Takik Rebah ... 49

18. Pembuatan Takik balas ... 49

19. Potong bebas cabang dan bebas banir ... 50

20. Penyaradan Kayu Setelah Penebangan ke TPn dengan Traktor . 50 21. Proses Pemahatan dan Pengukuran Bontos Log ... 51

22. Pengangkutan Log pada TPK Antara ke TPK Log Yard ... 51

23. Dokumen FA-KB dan DKB ... 57

24. Penyiapan Lahan ... 59

25. Persemaian dan Pengadaan Bibit ... 62

26. Proses Pemiliharaan Diareal Persemaian ... 67

27. Jenis Bangkirai ... 69

28. Log Yard dan Log Pond ... 70

29. Grading Log... 71

30. Pengangkutan Log ke Conveyor ... 74

31. Proses Pengukuran Log ... 75

32. Proses Pemotongan Log menjadi Log Block ... 75

33. Proses Pembersihan Log Block di Mesin Barking ... 76

34. Log Block dari Barking ditransfer ke dalam kolam ... 76

35. Penarikan Log Block dengan Tombak ke tepi kolam ... 77

36. Penentuan Titik Pusat Log Block ... 77

37. Pengupasan Log Block menjadi Veneer ... 78

38. Penggulungan Veneer pada Bobbin ... 78

39. Mesin Net Dryer dan Roller Dryer ... 83

40. Setting Face dan Back ... 86

41. Proses Perbaikan/ Repair Short Core dan Long Core ... 86

42. Proses Penjoinan atau Penyambungan Random ... 87

43. Proses Pengadukan Lem pada Mesin Glue Mixer ... 88

(12)

45. Proses Pengempaan Dingin Pada Mesin Cold Press ... 90

46. Proses Perbaikan Plywood (Assembly Repair) ... 91

47. Hot Press ... 92

48. Putty ... 96

49. Sunder ... 99

50. Inspection Section ... 103

(13)

Lampiran

Nomor Halaman

1. Susunan Manajemen PT Intracawood Manufacturing ... 112

2. Struktur Organisasi Forestry Division... 113

3. Kegiatan Penataan Areal Kerja (PAK) ... 114

4. Kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP).... 114

5. Kegiatan Pemantauan Penanaman TPn ... 115

6. Kegiatan Pengukuran dan Penomoran Log ... 115

7. Kegiatan Pengangkutan Log dari TPK Hutan Ke TPK Log Yard .. 116

8. Kegiatan Pengiriman Log ke Industri ... 116

9. Kegiatan Pemasokan Log dari Log Pond ke Log Cutting ... 117

10. Kegiatan Pemotongan Log menjadi Log Block ... 117

11. Kegiatan Pengupasan Log Block menjadi Lembaran Veneer ... 118

12. Kegiatan Setting Face dan Back ... 118

13. Glue Spreader ... 119

14. Kegiatan Sander ... 119

15. Kegiatan Inspection ... 120

(14)

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi ini.

Dari sudut pandang orang ekonomi, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Sedangkan bagi para ilmuan, hutan menjadi sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi ilmu.

Ahli silvikultur mempunyai pandangan yang berbeda dengan ahli manajemen hutan atau ahli ekologi atau ahli-ahli ilmu lainnya. Menurut ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang mempunyai areal luas. Sedangkan ahli ekologi mengartikan hutan itu adalah suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pohon-pohonan yang mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dari lingkungan sekitarnya.

Hutan adalah kumpulan dari masyarakat/ vegetasi tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pohon-pohonan yang terbentang pada suatu areal yang cukup luas dan mampu menciptakan suatu iklim tertentu yang berbeda dengan areal di sekitarnya. (Arido, 2013).

Dalam perkembangannya hutan telah dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, antara lain pemanfaatan hutan dalam bidang Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hak Pemungutan Hasil Hutan dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri. Pamulardi B (1999).

(15)

Sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : manfaat tangible (langsung/nyata) dan manfaat intangible (tidak langsung/tidak nyata).

Manfaat tangible atau manfaat langsung hutan antara lain : kayu, hasil hutan ikutan, dan lain-lain. Sedangkan manfaat intangible atau manfaat tidak langsung hutan antara lain : pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan, dan lain-lain. (Affandi & Patana, 2002).

Menjelaskan manfaat tangible diantaranya berupa hasil kayu dan non kayu. Hasil hutan kayu dimanfaatkan untuk keperluan kayu perkakas, kayu bakar dan pulp. Sedangkan hasil-hasil hutan yang termasuk non kayu antara lain rotan, kina, sutra alam, kayu putih, gondorukem dan terpentin, kemeyan dan lain-lain. (Arief, A. 2001).

Berdasarkan kemampuan untuk dipasarkan, manfaat hutan juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : manfaat marketable dan manfaat non-marketable.

Manfaat hutan non-marketable adalah barang dan jasa hutan yang belum dikenal nilainya atau belum ada pasarnya, seperti : beberapa jenis kayu lokal, kayu energi, binatang, dan seluruh manfaat intangible hutan. (Affandi & Patana, 2002).

Salah satu sistem silvikultur yang diterapkan pada hutan alam produksi adalah Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), yang merupakan sistem yang paling sedikit mengubah ekosistem hutan, khususnya pada hutan alam campuran tak seumur. (Susanti, M, 1998).

(16)

Sistem TPTI diharapkan menjadi modifikasi dari peristiwa alami di dalam hutan, yaitu menyingkirkan pohon-pohon tua (masa tebang), agar ruang yang dipakai dapat dimanfaatkan oleh pohon-pohon muda yang masih produktif.

Sistem Silvikultur TPTI adalah sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan dengan batas diameter dan permudaan hutan. Sistem silvikultur ini dipandang yang paling tepat dan sesuai dari segi ekonomi, ekologi dan teknologi untuk digunakan pada hutan tropika basah atau hutan hujan tropis Indonesia. Sistem ini lebih aman bagi perlindungan dan kelestarian ekosistem hutan tropika basah karena ada bekas tebangan (Logged Over Area) tebang pilih hanya terganggu dan terbuka sedikit dibandingkan sistem tebang habis. Hutan alam produksi di Indonesia baik tetap maupun terbatas pada umumnya didominasi oleh pohon-pohon yang termasuk family Dipterocarpaceae, di samping terdapat jenis pohon-pohon komersial lainnya. Industri pengolahan kayu juga sangat berperan dalam mengelola kayu yang berasal dari hutan agar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia serta memberi nilai tambah bagi kayu itu sendiri.

Sekarang ini sulitnya mendapatkan kayu yang berdiameter besar sehingga memaksa industri pengolahan kayu untuk memanfaatkan kayu semaksimal mungkin dengan membuat produk-produk yang dapat menghemat penggunaan bahan baku kayu, memanfaatkan jenis-jenis kayu yang bernilai rendah serta menambah kekuatan dan meningkatkan mutu kayu dengan memperindah segi dekoratif kayu.

Industri kayu lapis di Indonesia mulai berdiri sejak tahun 1970-an yang langsung menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor kayu lapis terbesar di dunia. Perkembangan industri kayu lapis sendiri ternyata mampu

(17)

meningkatkan ekspor non migas Indonesia dan banyak menyumbangkan devisa bagi negara, bahkan industri kayu lapis telah mampu menciptakan perpindahan penduduk seperti transmigrasi di seluruh pelosok tanah air.

Dengan kenyataan tersebut, maka sangat diperlukan pemahaman dan penelitian secara terus-menerus mengenai peningkatan proses mutu produk pada industri kayu lapis. Hal ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan setiap tahunnya semakin baik dengan tetap menghemat bahan baku yang ada. Pada akhirnya kita akan mengeksploitasi sumber daya hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia tetapi tetap meminimalisasi kerusakan pada lingkungan alam.

Dalam rangka memantapkan materi perkuliahan yang diperoleh, maka diadakan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih dua bulan untuk menambah pengalaman mahasiswa/i. Dengan melakukan PKL tersebut, maka mahasiswa/i mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai perusahaan atau industri tertentu sesuai dengan keahliannya yaitu dengan ikut serta bekerja sebagai tenaga kerja diperusahaan atau industri tersebut. Dengan pengalaman bekerja ini diharapkan para mahasiswa/i mampu mengaitkan antara pengetahuan akademik dengan pengetahuan praktis dan mampu menghimpun data mengenai suatu kajian pokok dalam bidang keahliannya sehingga mahasiswa dapat lebih memahami apa yang telah di pelajari di perkuliahan.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapang Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini adalah :

1. Membandingkan hasil teori yang telah diperoleh pada bangku perkuliahan dengan keadaan sebenarnya pada kegiatan praktik dilapangan.

(18)

2. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa mengenai tata cara dan pengelolaan hutan dalam kerangka pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan (sustainable forests management).

3. Menumbuhkan sikap kepedulian mahasiswa akan pentingnya pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan.

4. Melihat secara langsung tahapan demi tahapan mengenai proses pembuatan kayu lapis (plywood) itu sendiri di mulai dari camp hingga pengolaannya di industri.

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) mempunyai tiga sasaran yaitu:

1. Mahasiswa/i

a. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan melihat langsung proses pembuatan kayu lapis (Plywood) itu sendiri, mulai dari perencanaan, pemanenan, pengiriman dan hingga pengerjaannya menjadi plywood di industri sampai pada proses pengepakan dan penyimpanan di dalam gudang untuk selanjutnya didistribusikan.

b. Dapat membandingkan teori yang telah didapatkan dengan apa yang dirasakan dan diamati secara langsung dilapangan, sehingga diperoleh pengetahuan baru untuk pembelajaran selanjutnya.

c. Melatih dan mengembangkan potensi mahasiswa/i dengan merasakan atau melakukan langsung proses-proses kegiatan pembuatan plywood itu sendiri, sehingga mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dan keterampilan dari kegiatan yang dilakukan.

(19)

d. Mempersiapkan mahasiswa ahli madya yang siap pakai saat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Perguruan Tinggi

Agar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Menghasilkan Ahli Madya yang siap pakai serta mampu mengatasi berbagai macam permasalahan yang sangat kompleks dan dapat memberikan pemecahan akan masalah yang dihadapi.

3. Perusahaan

Memberikan pengalaman serta pengamatan secara langsung dilapangan kepada setiap mahasiswa/i yang mengadakan PKL tentang bagaimana proses-proses dalam pembuatan plywood itu sendiri dan mengajarkan mahasiswa/I untuk dapat mengidentifikasi masalah apa saja yang dihadapi atau yang terdapat dilapangan, sehingga dari apa yang telah dirasakan kemudian memicuh mahasiswa/i mengembangkan inovasi terbarukan yang dapat menjadikan masukan untuk perusahaan bersangkutan menjadi lebih baik.

(20)

BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING

PT. Intracawood Manufacturing tergabung dalam CCM Group. CCM sendiri didirikan pada tahun 1984 sebagai perusahaan induk (Holding Company) PT. CIPTA CAKRA MURDAYA yang dibentuk dengan maksud untuk memberikan dukungan dan pelayanan management dan supervision 23 Perusahaannya yang tersebar diseluruh penjuru Nusantara dan Manca Negara termasuk PT. Intracawood Manufacturing. Semua aktivitas dipusatkan di Jl. Cikini Raya 78 Jakarta Pusat.

Intraca merupakan perusahaan yang didirikan atas permintaan Pemerintah yang disampaikan oleh Bapak Menteri Ekuin Radius Prawiro kepada Foundre (pendiri) CCM Group Bapak Murdaya Widyaminarta Poo dengan tujuan agar pihak swasta ikut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia bagian timur khususnya didaerah terpencil seperti Kota Tarakan dengan maksud membendung mengalirnya tenaga kerja ke Negara tetangga dan yang lebih terpenting adalah meningkatkan ketahanan Nasional dan meratakan pembangunan sampai ke daerah-daerah terpencil, maka dari itu didirikanlah perusahan yang idenya direalisasikan pada tahun 1988 dengan membentuk Perseroan PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING.

Perusahaan ini merupakan kerja sama (joint venture) dari tiga perusahaan yaitu :

a. PT. INHUTANI I, sebagai penyedia areal hutan untuk pendukung bahan baku industri Perseroan.

(21)

b. PT. ALTRAK 78, sebagai penyedia alat-alat berat untuk operasional seperti traktor, wheel loader (kepiting), loging truck, log fisher dan lain-lain.

c. PT. BERCA INDONESIA, bergerak dibidang penyediaan alat-alat kelistrikan dan penyediaan computer.

Perjanjian kerjasama dalam perseroan PT. Intracawood manufacturing ini tercantum dalam :

a. Akte No. 43 Tanggal 10 Maret 1988 b. Akte No. 43 Tanggal 21 Juli 1988

c. Akte No. 43 Tanggal 13 September 1988

Pada perjanjian tersebut termuat kepemilikan saham untuk masing-masing perusahaan yaitu PT. INHUTANI I mempunyai kepemilikan saham sebesar 25%, PT. ALTRAK 78 mempunyai kepemilikan saham sebesar 50% dan untuk PT. BERCA INDONESIA mempunyai kepemilikan sahamnya adalah 25%.

Pada tanggal 29 Desember 1983 dengan akta pendirian No. 524, dan pada tanggal 3 Desember 1987 izin penawaran modal dalam negeri diterbitkan. Pada 21 Januari 1991 kayulapis komersial pertama dilakukan penandatanganan prasasti oleh Presiden Direktur Ibu Siti Hartati Murdaya, dan pada 10 April 1991 ekspor perdana yang menghasilkan devisa bagi negara cukup besar.

PT. Intracawood Manufacturing sebagai pabrik kayu lapis terakhir di Indonesia sadar, bahwa keberadaannya dicatat pada daftar yang paling bawah. Kemudian management bersama dengan karyawan-karyawan bekerja keras untuk mencapai hasil yang maksimal. Karena itu dalam waktu yang

(22)

relatif singkat PT. Intracawood Manufacturing masuk peringkat lima besar yakni sebagai pabrik penghasil kayu lapis tipis yaitu 2,4 mm x 3 feet x 6 feet dan 2,4 mm x 4 feet x 8 feet diantara 118 pabrik di Indonesia.

PT. Intracawood Manufacturing berpusat di Desa Juata Permai yang berjarak sekitar 14 km dari pusat kota Tarakan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua dengan waktu 30 menit.

Luas areal industri seluruhnya adalah sekitar 74,9 Ha yang terdiri dari areal-areal sebagai berikut :

1. Luas pabrik 42.80 Ha (57,21%)

2. Luas areal Perumahan Karyawan/ti (Mess) 7.12 Ha (9,51%) 3. Luas Areal Karyawan Berkeluarga Perumahan 15.00 Ha (20,05%)

4. Luas Jalur Hijau 9.90 Ha (13,23%)

2. Ketenagakerjaan

PT Intracawood Manufacturig memiliki 2.486 orang tenaga kerja yang di bagi dalam beberapa section, yang pada setiap section jumlahnya tidak sama disesuaikan dengan frekuensi pekerjaan, dan waktu kerja dibagi menjadi tiga shift.

B. Manajemen Perusahaan

1. Bahan Baku

PT Intracawood Manufacturing dalam memperoleh bahan baku dengan cara mengambil langsung dari HPH yang terletak pada Camp Sekatak. Untuk pengelolaan HPH sendiri, PT Intracawood Manufacturing telah mendapatkan Sertifikasi Internasional ISO 9001:2008 karena pengelolaan hutan secara

(23)

lestari. Pengangkutan log tersebut ke lokasi industri dilakukan dengan menggunakan ponton.

2. Produk yang dihasilkan

Produk yang dihasilkan PT Intracawood Manufacturing adalah : a. Polywood 2,4 mm, 2,7 mm, 3,4 mm, 3,7 mm, dll

b. LVB (Laminated Vaneer Board) 21,3 mm x 1230 mm x 2460 mm c. LVL (Laminated Vaneer Lamber) 40 mm x 920 mm x 2020 mm d. Floor base 11,5 mm x 945 mm x 1840 mm e. Blockboard 18 mm x 1220 mm x 2440 mm f. Paper Overlay 2,4 mm x 920 mm x 1830 mm g. Concrete panel h. Home base 3. Pemasaran

Semua produk yang dikerjakan pada PT Intracawood sesuai dengan pesanan atau permintaan dari pembeli (Buyer). Produk yang dihasilkan PT. Intracawood Manufacturing dipasarkan keluar negeri, yaitu negara Jepang, USA, China, Korea, Hongkong, Belanda, Mesir, Inggris, dan negara-negara di kawasan Eropa. Pembagian ekspor rata-rata 95% sisanya untuk produk lokal.

C. Lokasi Dan Waktu Kegiatan PKL

1. Lokasi kegiatan PKL

Praktik Kerja Lapang (PKL) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan mengikuti secara langsung kegiatan dilapangan mulai dari HPH di Bulungan (camp sekatak) sampai ke industri pembuatan kayu lapis itu sendiri di PT Intracawood Manufacturing Tarakan.

(24)

2. Waktu kegiatan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapang dilaksanakan mulai dari tanggal 06 Maret 2014 sampai 30 April 2014. Kegiatan Praktik Kerja Lapang dimulai dari HPH Camp Sekatak milik PT. Intracawood Manfacturing yang berada di KM 0 (Pangkalan), KM 14, dan Camp KM 32. Kegiatan Praktik kerja Lapang dilaksanakan setiap hari kerja kecuali hari libur. Jam praktik disesuaikan dengan jam kerja karyawan dari hari Senin sampai hari Jum’at mulai jam 07.50 sampai 16.00 Wita dan kegiatan kerja hari Sabtu dimulai dari jam 07.50 sampai dengan 14.00 Wita.

(25)

BAB III

HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Kegiatan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)

Kegiatan di HPH (Hak Penguasaan Hutan) PT. Intracawood Manufacturing menggunakan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) sebagai wujud dari komitmen perusahaan untuk mengelolah hutan secara lestari dan perusahaan ini telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008 sebagai perusahaan yang mengelolah hutan dengan memperhatikan dampak terhadap lingkungan sehingga dapat meminimalkan kerusakan hutan dari kegiatan pembalakan yang dilakukan. (Sutisna, M, 1998).

Adapun kegiatan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) di PT. Intracawood Manufacturing dikelompokan menjadi beberapa kegiatan sebagai berikut ;

1. Forest Planning dan Rehabilitation

Kegiatan forest planning dan rehabilitation meliputi beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan 2. Pembinaan 3. Litbang 4. Lingkungan

(26)

1.1. Perencanaan 1a. Penataan Areal Kerja (PAK)

a. Maksud dan Tujuan

1. Maksud dari pelaksaan P A K :

Mamberikan tanda batas yang nyata di lapangan pada unit pengelolaan hutan, blok kerja tahunan dan petak kerja sehingga pelaksanaan setiap kegiatan pengusahaan hutan dapat dilakukan dengan baik.

Memudahkan pelaksanaan kegiatan pemantauan, pengendalian dan pengawasan dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan pada areal IUPHHK.

2. Tujuan dari pelaksanaan P A K :

Mengatur kawasan hutan sehingga perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan berjalan dengan tertib dan efisien.

(27)

b. Dasar teori

Penataan areal kerja adalah untuk mengatur, merencanakan, memudahkan pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan pengelolaan hutan agar sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku. Pada kegiatan penataan areal kerja dilakukan pada blok kerja tahunan tidak lebih dari ET-4 tahun sebelum penebangan. (Edi Darmawan. 2012).

c. Alat dan Bahan 1. Alat : a. Clinometer b. Peta c. Kompas d. Alat tulis e. Meteran f. Stik g. GPS h. Kalkolator i. Parang j. Mistar 2. Bahan : - Hutan.

(28)

d. Prosedur Kerja

Kegiatan PAK memiliki ketentuan umum sebagai berikut :

a. Sebelum diadakan penataan areal kerja terlebih dahulu harus dilakukan pengukuhan areal Unit Pengelolaan Hutan yang bersangkutan serta pembagiannya ke dalam unit-unit produksi. b. Penetapan Blok Kerja Tahunan dilakukan dengan membagi

bagian hutan sesuai daur atau rotasi tebang yang ada, yang diperkiraan mempunyai produktivitas yang hampir sama besarnya, dan dengan mempertimbangkan ragam punggung, lereng dan lembah pada bagian hutan tersebut.

c. Kegiatan penataan areal kerja dilaksanakan pada blok kerja tahunan tidak lebih dari 4 tahun sebelum penebangan.

d. Pembuatan alur batas blok kerja dan petak kerja idealnya mengikuti bentuk bentangan alam seperti (sungai, punggung bukit dll), tetapi jika pada areal tersebut tidak ditemukan batas alam misalnya karena kondisi topografi datar maka dapat menggunakan batas buatan.

e. Pemasangan pal sudut blok/petak kerja tahunan adalah pada sudut (titik pertemuan batas dari 2 atau lebih petak kerja yang berbatasan) dan diantara 2 pal sudut yang ada disetiap jarak 200 meter dilakukan penandaan HM.

f. Pal sudut dibuat dari kayu awet dengan ukuran 7 cm x 7 cm x 150 cm atau dibuat dari pipa paralon yang dicor semen ukuran 3 - 4 Inchi setinggi 150 cm dengan bagian yang ditanam sedalam 50 cm.

(29)

g. Penulisan pada pal sudut blok/petak kerja tahunan dilakukan sebagai berikut :

1. Pada sisi pal sudut dituliskan :

- Nomor Petak Kerja Tahunan (sesuai dengan sisi yang menghadap ke petak)

- Tahun RKT menggunakan angka Romawi (ditulis pada semua sisi yang menghadap ke petak).

2. Pada bagian atas pal sudut diberi arah yang menunjukan alur batas blok/petak kerja.

3. Bentuk dan penulisan pada pal sudut blok/petak kerja seperti pada gambar :

A) Arah Batas

b) Nomor Petak c) Angka Tahun RKT

Warna dasar pal kuning tulisan warna merah/hitam

Gambar 2. Contoh Pal sudut petak / blok kerja dalam kegiatan ITSP

h. Pemberian nomor petak kerja dilakukan secara berurutan yang disesuaikan dengan nomor petak di peta dan pal sudut blok/petak yang bersangkutan secara bersambung dan teratur. i. Lokasi titik ikat dan titik nol harus ditentukan koordinat

geografisnya dengan GPS dan dibuatkan plang yang 150 cm

7 cm 7 cm

(30)

mencantumkan koordinat geografis tersebut. Seperti pada gambar :

Gambar 3. Plang titik ikat/titik nol

j. Penentuan koordinat geografis sudut-sudut blok/petak kerja dengan GPS yang sedapat mungkin terletak menyebar di seluruh areal blok yang bersangkutan dan dicatat dalam register.

e. Hasil yang dicapai

Diperolehnya data hasil dari pengukuran pada areal blok pasca tebang sebagai langkah awal dalam melakukan Penataan Areal Kerja (PAK).

f. Pembahasan

Didalam proses awal kegiatan PAK yang pertama kali di lakukan adalah membuat starting point/titik ikat berdasarkan peta areal kerja

TITIK IKAT / TITIK NOL BLOK URKT 2010 UNIT BENGALUN KOORDINAT : 03° 28’ 13” LU 116° 43’ 13” BT PT. INTRACAWOOD MANUFACTURING

(31)

yang sudah ada dan dalam hal ini menggunakan jalan utama pada proses starting point tersebut.

Pada starting point yang dilakukan adalah menentukan titik koordinat awal dan memasukkannya dalam GPS yang disediakan oleh pembimbing lapangan dan setelah titik koordinat diperoleh, maka langkah selanjutnya yaitu membuat petak tebang pada areal pasca tebang.

Pada proses ini terdapat beberapa kendala seperti dari topografi tempatnya sendiri yang agak terjal dan juga banyaknya pohon-pohon yang tumbang yang ukurannya besar-besar dan menghalangi proses pengukuran yang lakukan.

Setelah data diperoleh, maka hari berikutnya, data kemudian diolah menjadi peta. Hal yang juga sudah diprediksi pembimbing yaitu melesetnya arah pengukuran kami dari peta contoh yang diikuti yaitu berkisar 2,94 m dari kesalahan maksimal 3 m. Kesalahan terjadi akibat alat, manusia dan juga topografi tempat pembuatan peta itu sendiri dan hal ini sulit di hindari namun dapat di minimalisir.

1b. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) a. Maksud dan Tujuan

1. Maksud dari kegiatan ITSP :

a. Untuk mengetahui keadaan penyebaran pohon dalam tegakan yang meliputi jumlah dan komposisi jenisnya serta volume yang akan ditebang serta jumlah, jenis, volume dan penyebaran pohon yang dilindungi

(32)

b. Untuk mengetahui jumlah dan jenis pohon yang ditetapkan sebagai pohon induk yang akan dipelihara sebagai sumber benih permudaan alam.

c. Untuk mengetahui keberadaan Hasil Hutan Non Kayu (HHNK). 2. Tujuan kegiatan ITSP :

Menyajikan data penyebaran pohon yang akan ditebang, antara lain meliputi komposisi jenis, jumlah dan volume pohon yang digunakan untuk:

- Menetapkan target produksi tahunan pada blok kerja tahunan yang bersangkutan

- Menentukan arah trace jalan.

- Jumlah dan kapasitas mesin / tenaga kerja yang harus disediakan. b. Dasar Teori

Inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) merupakan kegiatan yang bertujuan mengetahui dan mendata kondisi/ potensi suatu areal hutan dengan intensitas 100 % adalah suatu tindakan untuk menggali informasi yang tidak hanya menitikberatkan pada pengumpulan data tentang potensi kayu dari suatu areal hutan yang telah di tetapkan sebagai areal kerja yang direncanakan untuk di eksploitasi, tetapi (diharapkan) lebih berperan sebagai tindakan untuk menggali data dan informasi mengenai kondisi areal kerja beserta potensi hutan secara keseluruhan dalam upaya menentukan kebijakan pengelolaannya.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan informasi secara menyeluruh dalam pengelolaan hutan, tekhnis pengumpulan dan

(33)

penyajian data hasil ITSP dirancang dan di tetapkan sedemikian rupa sesuai maksud dan tujuannya seperti kegiatan survey topografi yaitu penerapan Sistem Informasi Pohon dan Topografi (SIPTOP), informasi kawasan-kawasan dengan kriteria dilindungi, serta pemilihan dan penetapan pohon induk. (Darmawan, 2012).

c. Alat dan Bahan 1.) Alat

a.) Peta Kerja Skala 1 : 2.000 b.) Buku lapangan (tally sheet) c.) Kompas

d.) Clinometer e.) Phiband f.) Meteran

g) Steak (tongkat ukur) h.) Balpoint dan pensil

i.) Kalkulator (standart type FX 3600P) j.) Paku label pohon ukuran 1,5? k.) Label pohon

l.) cat minyak warna merah m.) Parang, dll.

2) Bahan Kayu (Log).

(34)

d. Prosedur kerja

Ketentuan umum kegiatan ITSP adalah sebagai berikut :

1. Penandaan pohon yang diinventarisasi dilakukan pada batang setinggi dada (? 130 cm dari permukaan tanah), menggunakan label pohon :

? Label Merah ukuran 6 cm x 12 cm, yang memuat informasi tahun RKT, nomor petak, nomor pohon, jenis pohon dan nama perusahaan, untuk pohon yang akan ditebang.

? Label Kuning ukuran 6 cm x 8 cm, yang memuat informasi tahun RKT, nomor petak, nomor pohon, jenis pohon dan diameter awal, untuk pohon dilindungi dan pohon induk.

? Untuk pohon induk selain diberi label pohon, pada batang pohon dipolet menggunakan cat warna merah melingkar batang pada ketinggian kurang lebih 130 cm dari permukaan tanah.

2. Pengukuran diameter pohon dilakukan pada bagian pohon setinggi dada rata-rata (130 cm dari permukaan tanah).

3. Pengukuran tinggi pohon dimulai dari permukaan tanah sampai dengan cabang pertama dari batang pohon.

4. Penandaan dan ponomoran jalur inventarisasi dilakukan dengan memasang label plastik berwarna merah ukuran 7 cm x 7 cm, yang memuat informasi tahun RKT, nomor petak dan nomor jalur serta nama perusahaan.

5. Penandaan dan penomoran petak ukur (PU) dilakukan dengan memasang label plastik berwarna orange ukuran 7 cm x 8 cm, yang

(35)

memuat informasi nomor petak, nomor jalur dan nomor Petak Ukur (PU) serta nama perusahaan.

6. Lebar jalur inventarisasi 40 m jarak datar dan ukuran Petak Ukur (PU) 20 m x 40 m jarak datar.

7. Melakukan pendataan dan penandaan tempat-tempat/ potensi alam tertentu, seperti :

? Sumber mata air sungai / anak sungai. ? Suaka alam atau margasatwa

? Tebing-tebing curam atau tempat-tempat dengan kelerengan diatas 40 %

? Tempat-tempat dilindungi / keramat, seperti kuburan, dll. ? Jalan-jalan umum ( jalan raya / jalan provinsi )

8. Petak-petak yang dilakukan ITSP berada pada blok kerja tahunan berdasarkan RKU yang telah disahkan.

9. Dalam rangka mengetahui potensi tegakan hutan yang akan ditebang, dilindungi dan pohon induk, pelaksanaan inventarisasi dilakukan dengan intensitas 100 % terhadap pohon yang berdiameter 40 cm keatas pada hutan produksi biasa dan 50 cm keatas pada hutan produksi terbatas.

10. Pemilihan dan penetapan pohon induk adalah pohon-pohon dari jenis niagawi setempat yang sehat secara keseluruhan, berdiameter 40 cm sampai dengan 49 cm yang dipilih secara teliti dan ditetapkan minimal 1 sampai dengan 3 pohon per hektar.

11. Baseline tengah sebagai dasar pengukuran jalur topografi dan inventarisasi pohon.

(36)

12. Pencatatan lokasi Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) berdasarkan Petak Ukur (PU).

e. Hasil yang dicapai

Diperoleh data dari proses pendataan penyebaran pohon dalam tegakan, jumlah dan jenis pohon yang ditetapkan sebagai pohon induk yang akan dipelihara sebagai sumber benih permudahan alam dan juga untuk mengetahui pohon-pohon yang akan ditebang, pohon inti, dan pohon yang dilindungi serta mengetahui keberadaan Hasil Hutan Non Kayu (HHNK).

f. Pembahasan

Menyajikan data jumlah dan jenis-jenis pohon yang ada terlebih khusus untuk pohon induk, pohon inti dan pohon yang dilindungi dan setelah itu merencanakan jumlah dan jenis-jenis pohon yang akan ditinggal dilapangan untuk dipelihara sampai masa tebang berikutnya.

(37)

1.2. Pembinaan

2a. Pengamatan Hasil Penanaman bekas TPn a. Maksud dan Tujuan

1. Maksud :

- Mengamati sejauh mana pertumbuhan dari bibit pohon fast growing yang ditanam pada bekas-bekas TPn yang ada.

2. Tujuan :

- Agar bibit pohon yang ditanam bisa selalu di jaga perkembangan pertumbuhannya dan jika ada yang mati, maka segera digantikan dengan bibit pohon yang baru.

b. Dasar teori

Areal Bekas TPn adalah areal terbuka bekas Tempat Pengumpulan Kayu pada saat kegiatan pemanenan berlangsung dalam suatu blok tebangan.

Penanaman bekas TPn adalah kegiatan menanam di areal bekas bekas TPn dengan jenis bibit tanaman komersil dan tanaman cepat tumbuh/ fast growing.

c. Alat dan Bahan 1.) Alat : ? Peta Kerja ? Parang/Golok ? Cangkul ? Compas ? Clinometer ? Peralatan Camping

(38)

? Alat tulis menulis ? Meteran

2.) Bahan :

Bibit tanaman komersil dan tanaman cepat tumbuh/fast growing. d. Prosedur kerja

1. Ploting Jalan :

? Penanaman di areal bekas TPn dan bekas jalan utama dan jalan cabang yang dimulai dari pal km.

? Pengukuran dilakukan dengan jarak datar ? Peralatan : Compass, Clinometer, Meteran

? Hasil pengukuran dipetakan dengan skala 1 : 1000 2. Pembuatan Jalur Tanam :

Menebas/merintis tumbuhan bawah yang menggangu tanaman seperti semak, paku-pakuan dan akar-akaran selebar 2 meter arah Utara – Selatan, sesuai dengan tanah kosong yang akan di tanami. 3. Penentuan Titik Ukur Jarak Tanam :

Jarak tanam 5 m x 5 m apabila pada titik ukur / lubang tanam dalam radius 1,5 m terdapat anakan alam jenis komersial unggulan setempat maka tidak perlu diadakan penanaman, cukup dilakukan penyiangan.

4. Penggalian Lubang Tanam :

Lubang tanam dibuat pada titik ukur jarak tanam dengan ketentuan luas lubang tanam 30 cm x 30 cm dan dalamnya 30 cm 5. Penanaman :

(39)

Sebelum bibit ditanam terlebih dahulu ditaruh pada lubang tanam dan pembungkus/ polybag dilepas kemudian bibit dimasukkan kedalam lubang tanam sebatas leher akar, lalu ditimbun dengan lapisan yang kedua.

e. Hasil yang dicapai

Untuk mendata dan merencanakan langkah-langkah apa saja yang akan diambil untuk menindaklanjuti areal-areal bekas TPn tersebut agar dampak erosi dapat dicegah, perbaikan areal terbuka dan kurang permudaan serta diharapkan dapat mempercepat penutupan permukaan lahan bekas TPn tersebut.

f. Pembahasan

Untuk kegiatan ini diajarkan bagaimana menindaklanjuti keadaan atau kondisi suatu areal bekas TPn yang telah berlangsung, sehingga dampak-dampak yang akan lebih merugikan lagi dapat ditanggulangi dengan metode dan perlakuan yang tepat guna dengan biaya yang dapat ditekan dan hasil yang nyata dan hutannya pun tetap lestari.

(40)

1.3. Litbang

3a. Uji tanaman

a. Maksud dan Tujuan 1. Maksud :

Maksud dari Uji tanaman ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan membedakan riap dengan mengumpulkan informasi / data tentang pertumbuhan tanaman tersebut.

2. Tujuan :

? Mengetahui pengaruh intensitas cahaya pada pertumbuhan jenis Dipterokarpa.

? Mengetahui pengaruh pupuk NPK terhadap pertumbuhan jenis Dipterokarpa.

? Mengetahui jenis Dipterokarpa yang memiliki pertumbuhan paling baik pada areal uji tanaman.

b. Dasar teori

Uji tanaman merupakan langkah awal dalam proses membangun hutan tanaman Dipterokarpa. Uji tanaman ini lebih menekankan pada manipulasi lingkungan untuk mempercepat pertumbuhan jenis yang akan dikembangkan pada hutan tanaman Dipterokarpa.

c. Alat dan Bahan 1. Alat :

a.) Kompas, b.) Clinometer, c.) Meteran 20 m, d.) Parang,

(41)

e.) Ajir,

f.) Plastik mika (label bibit, tanda PU dan jalur), g.) Sandak dan cangkul,

h.) Keranjang bibit (basket), i.) Mobil pick-up (langsir bibit), j.) Tally sheet dan alat tulis, k.) Micro kaliper,

l.) Kalkolator 2. Bahan :

Bibit (jumlahnya sesuai dengan rancangan yang telah dibuat). d. Prosedur kerja

1. Persiapan di Persemaian :

Sebelum bibit ditanam di lapangan, bibit harus diatur dan disusun menurut kesamaan jenis, asal bibit dan ukuran tinggi bibit. Bibit yang sejenis dengan ketinggian seragam kemudian dikelompokkan. Masing-masing kelompok berjumlah 10 bibit dalam polybag, kemudian polybag-polybag ini ditempatkan dalam kantong plastik jumbo. Tiga sampai empat kantong plastik jumbo yang berisi masing-masing 10 polybag semai yang sejenis merupakan satu sub-sub plot.

Setelah semai yang dikelompokkan menurut ukuran semai dalam kantong plastik jumbo, semai-semai tersebut siap untuk dikirim ke lapangan tanam, setelah persiapan lapangan selesai.

2. Persiapan Lapangan :

Persiapan lapangan dimulai dari orientasi kondisi lapangan. Orientasi lapangan ini bertujuan untuk menentukan letak (lay out) dari

(42)

blok-blok yang akan disiapkan untuk split-split plot, apakah letak dari blok-blok tersebut memenuhi persyaratan (uniform atau homogen). Orientasi ini juga diperlukan untuk menentukan batas masing-masing blok.

Uji tanaman pada areal datar, satu blok uji memiliki berukuran panjang 5 m x 2 x 2 x 12, angka 5 adalah jarak jalur, angka 2 adalah intensitas cahaya, angka 2 adalah level pupuk dan angka 12 berasal dari 4 jenis dengan masing-masing diwakili oleh 3 jalur. Lebar blok berukuran 3 m x 10 m. Luas blok ini sedapat mungkin uniform / seragam. Dalam kondisi lapangan sangat heterogen, masing-masing blok letaknya bisa terpisah.

3. Pengangkutan Bibit ke Lapangan :

Sebelum bibit diangkut ke lapangan uji tanaman, bibit yang telah dipersiapkan dalam basket dan perlu dicek kembali apakah jumlahnya telah sesuai dengan rancangan atau tidak. Bila jumlahnya sudah sesuai, barulah basket-basket tersebut dapat diangkut ke lapangan. Setiap trip pengangkutan harus mengangkut jenis-jenis yang telah disiapkan untuk blok yang lengkap. Angkutan yang berisi satu blok lengkap berarti berisi basket dari seluruh jenis yang diuji.

Pengangkutan bibit harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga lapangan untuk menanam bibit pada hari itu. Bila penanaman hari itu hanya cukup untuk 2 blok, jangan sampai melakukan pengangkutan bibit ke-3. Hal ini untuk menghindari rusaknya bibit yang tidak sempat ditanam oleh hewan atau orang yang tidak bertanggung jawab.

(43)

4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan sistem cemplongan. Agar tidak terjadi kesalahan, penanaman dilakukan blok per blok.

Basket yang berisi bibit diletakkan di ujung lorong–lorong yang telah dibuat secara acak pada setiap bloknya. Sepuluh bibit yang ada dalam basket didistribusikan pada 10 lubang tanam pada setiap lorongnya. Pada saat menanam, polybag harus disobek dan sobekan polybag diletakkan di atas ajir untuk tanda bahwa bibit sudah ditanam.

Setelah semua bibit di blok seluruhnya ditanam, perlu dibuat peta tanaman di blok yang bersangkutan. Bila 3 blok telah selesai ditanam, peta seluruh tanaman harus dibuat.

e. Hasil yang dicapai

Dari kegiatan yang di lakukan dapat diperoleh hasil pengujian yang terbaik dengan rentetan pengujian yang di lakukan pada tanaman dari family Dipterocarpaceae.

f. Pembahasan

Uji tanaman yang di fokuskan untuk family Dipterocarpaceae ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan membedakan riap dengan mengumpulkan informasi/data tentang pertumbuhan tanaman tersebut dan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya, pengaruh pupuk NPK serta mengetahui pertumbuhan dipterocarpa yang paling baik pada areal uji tanaman tersebut.

(44)

Gambar 6 dan 7 : Areal uji tanaman PT. Intracawood Manufacturing

1.4. Lingkungan

4a. Pemantauan Erosi (Metode Bak Ukur) a. Tujuan

Tujuan dilakukannya kegiatan pembuatan Plot Erosi Tanah pada Areal Pengelolaan Hutan PT. Intracawood Manufacturing adalah:

? Untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat erosi tanah yang terjadi akibat kegiatan pengelolaan hutan,

? Dapat memberikan tindakan konservasi tanah tepat guna, sehingga mengurangi laju erosi yang akan terjadi,

? Untuk pencapaian kawasan hutan produksi lestari tetap terjaga dan terpelihara.

b. Dasar teori

Erosi tanah adalah proses pengikisan tanah atau bagian dari tanah yang disebabkan oleh aliran air (bagian dari tanah tersebut diangkut oleh air dari satu tempat ketempat lain).

(45)

Pemantauan adalah usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu dengan cara yang sistematis dan dilakukan secara periodik untuk selanjutnya data yang didapat digunakan untuk bahan evaluasi ataupun menentukan upaya-upaya yang harus dilakukan.

Pemantauan erosi tanah (metode bak ukur) adalah usaha untuk mengetahui dampak dari pengikisan tanah atau bagian tanah yang disebabkan oleh aliran air dengan cara yang sistematis dan dilakukan secara periodik untuk selanjutnya menentukan upaya-upaya yang harus dilakukan. Adapun kegiatan pemantauan tersebut sebagaimana tertera pada gambar dibawah ini :

Gambar 8 : Bak ukur

(46)

Gambar 10 : Tempat penampungan sampel erosi

c. Alat dan Bahan 1. Alat :

- Peralatan pemetaan dan navigasi (compas, clinometer) - Peralatan pengukuran (meteran, tali)

- Peralatan pertukangan (cangkul, parang, sandak) - Bak pengukur erosi.

2. Bahan : - Kayu (papan) - Pipa pvc - Elbouw (siku) - Paku - Tang

- Drum / Tong plastik - Lem pipa

(47)

d. Prosedur kerja

1. Lakukan pemantauan lokasi diantaranya :

- Lokasi yang sedang ditebang atau RKT berjalan (tahap produksi)

- Lokasi yang sudah ditebang (LOA) atau setelah penebangan (pasca produksi).

2. Teknis pembuatan bak erosi dan pengambilan data : - Melakukan survey area (orientasi)

- Siapkan plot pengamatan erosi terbuat dari papan / kayu dan seng dengan ukuran yang disesuaikan areal amatan dengan dimensi konstruksi panjang : 15 m, lebar : 2 m, tinggi : 25 cm. - Perencanaan dan penyambungan pipa dari plot ke tong

penampungan.

- Plot Ukur tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga pada setiap hari-hari hujan, tanah permukaan yang tererosi serta volume aliran permukaan dapat tertampung pada penampung/kolektor yang tersedia dan diletakkan pada bagian bawah bidang kemiringan.

- Plot Ukur tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga pada setiap hari-hari hujan, tanah permukaan yang tererosi serta volume aliran permukaan dapat tertampung pada penampung/kolektor yang tersedia dan diletakkan pada bagian bawah bidang kemiringan.

(48)

- Segera setelah berhenti hujan dilakukan pengukuran berat terhadap tanah yang tererosi dan pengukuran volume air permukaan yang melewati plot-plot erosi.

- Penakar curah hujan ditempatkan pada plot penelitian untuk mengukur besarnya curah hujan selama periode pemantauan. - Sampel tanah yang diambil dari kolektor untuk selanjutnya

dibawa ke laboratorium untuk dikeringkan, yang sebelumnya dihitung berat basahnya.

- Tanah dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 150 derajat celcius, yang selanjutnya ditimbang berat keringnya. - Diperoleh jumlah massa tanah yang tererosi :

-

tanah

sampel

basah

Berat

tanah

sampel

kering

Berat

X Total berat tanah basah

3. Waktu pemantauan

Pemantauan dilaksanakan secara rutin setiap bulan setelah hari hujan.

4. Parameter yang diukur

Pemantauan terhadap erosi tanah berupa pengukuran besarnya erosi (ton/ha/thn) yang berkaitan dengan pengukuran pemantauan terhadap sifat fisik (tekstur, struktur dan permeabilitas tanah).

e. Hasil yang dicapai

Untuk mengetahui seberapa besar dampak erosi pada tanah akibat dari kegiatan pengelolahan hutan yang telah berlangsung dan bahkan yang sedang berlangsung, dengan mengambil sampel yang akan di jadikan bahan pengujian untuk penentuan keputusan akan dampak erosi

(49)

tersebut serta apa tindakan selanjut yang akan di ambil untuk menanggulanginya.

f. Pembahasan

Pada kegiatan yang dialami, lebih di fokuskan pada pemantauan bak erosi yang sudah ada dan juga sudah dijadikan tempat pemantauan erosi sebelum-sebelumnya dan dengan tujuan mengetahui apakah tindakan yang sebelumnya sudah menunjukan hasil yang positif atau sebaliknya. Namun pada kesempatan tersebut, terdapat masalah yang tidak di harapkan yaitu perlengkapan bak ukur tersebut ada yang hilang dan hal ini sangat tidak baik untuk kegiatan pemantauan tersebut.

4b. Pemantauan Erosi (Metode Stick) a. Tujuan

Tujuan dilakukannya kegiatan pembuatan Plot Erosi Tanah pada Areal Pengelolaan Hutan PT. Intracawood Manufacturing adalah :

a. Untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat erosi tanah yang terjadi akibat kegiatan pengelolaan hutan.

b. Dapat memberikan tindakan konservasi tanah tepat guna, sehingga mengurangi laju erosi yang akan terjadi.

c. Untuk pencapaian kawasan hutan produksi lestari tetap terjaga dan terpelihara.

b. Dasar Teori

Erosi tanah adalah proses pengikisan tanah atau bagian dari tanah yang disebabkan oleh aliran air (bagian dari tanah tersebut diangkut oleh air dari satu tempat ketempat lain). Aliran air ini bisa memunculkan

(50)

alur-alur pada permukaan tanah dan pada kondisi yang lebih parah bisa menimbulkan parit-parit yang dalam.

Pemantauan adalah usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu dengan cara yang sistematis dan dilakukan secara periodik untuk selanjutnya data yang didapat digunakan untuk bahan evaluasi ataupun menentukan upaya-upaya yang harus dilakukan.

Pemantauan erosi tanah (metode stick) adalah usaha untuk mengetahui dampak dari pengikisan tanah atau bagian tanah yang disebabkan oleh aliran air dengan cara yang sistematis dan dilakukan secara periodik untuk selanjutnya menentukan upaya-upaya yang harus dilakukan. Adapun kegiatan pemantauan tersebut sebagaimana tertera pada gambar dibawah ini :

Gambar 11. Plot Erosi Stick 1 pada Areal Datar

(51)

Gambar 13 : Plot Erosi Stick 3 pada Areal Curam

c. Alat dan Bahan 1. Alat :

a. Perlengkapan pemetaan dan navigasi (compas, clinometer). b. Perlengkapan pembuatan plot erosi (meteran, tongkat kayu /

besi, parang, cat penanda dan tali pembatas plot).

c. Perlengkapan Pengukuran Plot Erosi ( penggaris, taly sheet dan alat tulis ).

2. Bahan :

- Tongkat stick kayu. d. Prosedur Kerja

1. Pembuatan plot erosi stik dengan langkah-langkah sebagai berikut : - Pembuatan plot erosi tanah :

Pembuatan plot erosi ini didasarkan pada kondisi topografi dan kondisi fisik yang ada di areal plot tersebut. Plot erosi tanah ini berupa plot erosi stick atau plot erosi penggunaan tongkat / besi pengukur.

Bentuk plot erosi tanah ini berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x 10 m. Di dalam plot tersebut di pasang

(52)

tongkat atau besi yang sudah diberi tanda batas permukaan tanah dengan cat. Jarak antar tongkat atau besi tersebut adalah 1 m x 1 m atau 0.5 m x 0.5 m. Penentuan plot ini harus representatif / mewakili terhadap kemiringan kelerengan.

2. Pemantauan erosi tanah

- Menentukan lokasi pengamatan dengan menggunakan peta kerja RPL dan melakukan pemasangan stick ukur erosi pada TPn / TPK, areal tebangan, jalan sarad yang mempunyai kelerengan datar, sedang dan curam.

- Pengamatan laju erosi tanah dilakukan dalam petak ukur erosi, dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai dampak pembalakan terhadap erosi.

- Pada masing-masing petak ukur dipasang stick ukur erosi sebanyak 10 buah dengan jarak pasang antar stick ukur 0,5 meter atau 1 meter dengan bentuk / model kerucut atau persegi memanjang searah lereng.

- Besarnya erosi yang terjadi dapat diukur melalui besarnya perubahan panjang bagian stick yang berada di bagian permukaan tanah seperti pada gambar dibawah ini :

(53)

Gambar 14 : Penentuan Perubahan Stick Erosi pada Permukaan Tanah.

e. Hasil yang Dicapai

Diketahui tidak terjadi perubahaan pada stick yang di jadikan pengukur tingkat erosi pada tanah yang mana hal itu dikarenakan kondisi kemarau yang terjadi disaat pengamatan berlangsung.

f. Pembahasan

Kegiatan pengamatan ditujukan pada areal pemantauan erosi dengan metode stick yang sudah jadi dan juga sudah dilakukan pengamatan sebelumnya oleh pihak perusahaan.

Pemantauan terhadap erosi tanah berupa pengukuran besarnya erosi (ton/ha/tahun) yang berkaitan dengan pengukuran, pemantauan terhadap sifat fisik (tekstur, struktur dan permeabilitas tanah) dan kimia (kandungan bahan organik) tanah.

(54)

2. Harvesting (Production Area 1)

2a. Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PPWH) a. Tujuan

Pelaksanaan survey lokasi jalan dimaksudkan untuk menetapkan dan merencanakan posisi pembuatan jalan angkutan dan prasarana PWH lainnya serta bertujuan untuk menyiapkan data dan informasi mengenai kondisi lokasi jalan yang akan dibangun.

b. Dasar teori

Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PPWH) merupakan kegiatan persiapan pelaksanaan PWH untuk menentukan alternatif terbaik trace jalan angkutan hutan (jalan utama, jalan cabang dan jalan ranting) yang kegiatannya meliputi: perencanaan di peta, pelaksanaan survai lapangan, penetapan jaringan jalan, inventarisasi tegakan di sepanjang jaringan jalan, pengukuran dan pemetaan.

c. Alat dan Bahan 1. Alat :

- Peta Kerja Rencana Trace Jalan Angkutan Hutan, skala 1 : 10.000, - GPS, - Kompas, - Clinometer, - Meteran, - Kalkulator

- Buku ukur (tally Sheet) - Alat tulis dan gambar

(55)

- Kertas grafik (kertas millimeter) - Cat Kuning, seng aluminium, - Label pohon

- Parang 2. Bahan :

Areal blok URKT 2014 TPTI. d. Prosedur kerja

1. Pembuatan trayek jalan tidak diperkenankan melalui hutan lindung atau kawasan konservasi (Taman Nasional, Swaka Alam), dll, kecuali dengan ijin instansi terkait.

2. Perencanaan panjang trayek jalan angkutan diupayakan merupakan jarak terpendek.

3. Sesuai dengan standard Reduced Impact Logging (RIL) kepadatan (density) jalan utama dan cabang tidak boleh lebih dari 1,2 % dari luas blok tebangan.

4. Penetapan trayek jalan utama dan cabang mempertimbangkan : a. Sebaran pohon secara keseluruhan (ditebang, dilindungi dan

pohon induk). b. Kontur / topografi c. Sungai dan anak sungai

d. Kawasan lindung dan lokasi yang dianggap kramat oleh masyarakat

5. Perencanaan trayek jalan sarad dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

(56)

a. Tidak menyusuri dan di usahakan menjauhi sungai, anak sungai dan saluran air.

b. Boleh melintasi sungai/anak sungai sekiranya tidak ada alternatif lain dengan tetap menggunakan gorong-gorong. c. Kepadatan (density) jalan sarad tidak boleh lebih dari 6 (enam)

% dari luas blok tebangan.

d. Posisi pohon yang akan ditebang. e. Topografi / kelerengan yang berat.

f. Lokasi jalan sarad tidak boleh berada pada kelerengan 40%. g. Diusahakan tidak terlalu banyak belokan/tikungan untuk

menghindari kesulitan dalam penyaradan kayu.

h. Diusahakan berada pada punggung bukit (pematang) untuk mengurangi terjadinya kerusakan terhadap tanah.

6. Penandaan trace jalan di lapangan dilakukan dengan ketentuan : a. Trayek jalan utama diberi tanda cat warna kuning strip 3 pada

pohon-pohon di sepanjang trace jalan untuk menunjukan arah masuk ke blok tebangan. Sedangkan strip 2 warna kuning untuk menunjukan arah keluar blok/petak tebangan.

b. Trayek jalan cabang diberi tanda cat warna kuning strip 2 pada pohon-pohon di sepanjang trace jalan untuk menunjukan arah masuk ke blok tebangan. Sedangkan strip 1 warna kuning untuk menunjukan arah keluar blok/petak tebangan.

c. Trayek jalan sarad diberi tanda cat warna biru strip 1 pada pohon-pohon di sepanjang trace jalan sarad untuk arah masuk dan keluar.

(57)

7. Pendataan potensi tegakan di kiri dan kanan trace jalan utama dan cabang dilakukan dengan ketentuan :

a. Untuk trayek jalan utama, lebar jalur inventarisasi 16 meter kiri dan kanan dari trace jalan.

b. Untuk trayek jalan cabang, lebar jalur inventarisasi 8 meter kiri dan kanan dari trace jalan.

8. Pohon yang dilakukan inventarisasi pada trayek jalan utama dan cabang adalah jenis komersial berdiameter 20 cm keatas dan diberi label merah.

e. Hasil yang dicapai

Untuk menetapkan dan merencanakan posisi pembuatan jalan angkutan dan prasarana PWH lainnya dengan melakukan survey lokasi jalan pada blok RKT 2014 TPTI tersebut dan untuk menyiapkan data dan informasi mengenai kondisi lokasi jalan yang akan dibangun.

f. Pembahasan

Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PPWH) merupakan kegiatan persiapan pelaksanaan PWH untuk menentukan alternatif terbaik pembuatan jaringan jalan yang kegiatannya meliputi : Perencanaan di Peta, Pelaksanaan Survai Lapangan, Penetapan Jaringan Jalan, Inventarisasi Tegakan disepanjang Rencana Jaringan Jalan, Pengukuran dan Pemetaan.

Untuk memudahkan dan mengefisiensikan pelaksanaan dan sebagai panduan pelaksanaan PWH di lapangan, maka secara khusus disusun Standard Operating Procedures (SOP), yang merupakan

(58)

batasan kebijakan intern mengenai Perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan / Survai Lokasi Jalan (PPWH).

Gambar 15 : Peta Perencanaan sebelum melakukan PWH

Gambar 16 dan 17 : Contoh Jalan Utama

(59)

2b. Produksi a. Tujuan

Setelah kegiatan pembukaan wilayah hutan dilaksanakan dilanjutkan kegiatan pemanenan atau produksi dari masing-masing blok tebangan, kegiatan pemanenan meliputi kegiatan penebangan, penyaradan, pengukuran dan pengangkuta.

b. Dasar Teori

Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam tegakan yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang ditetapkan yaitu 40 cm keatas. Kegiatan penebangan pohon meliputi pekerjaan penentuan arah rebah, pelaksanaan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengupasan kulit dan pengangkutan dari tempat pengumpulan ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dari kegiatan tersebut banyak hal yang harus dilakukan seperti menentukan arah rebah pohon, agar tidak terkena anakanakan pohon yang lain dan mengurangi matinya pohon -pohon didalam waktu penebangan dan penyaradan. (Darmawan 2011). c. Alat dan Bahan

1. Alat : a. Alat tulis-menulis b. Parang c. Pahat d. Palu (Hammer) e. Cat f. Traktor

(60)

g. Meteran dan kapur kayu

h. Chainsaw ; lengkap dengan alat pengaman (helm, sarung tangan, masker, pelindung telinga, boots)

i. Perlengkapan perbaikan (busi, kunci) j. Bahan bakar, olie bekas.

k. Bar dan rantai cadangan l. Stapler dan isi stapler m. Kikir

2. Bahan :

- Kayu (Log). d. Prosedur Kerja

Pelaksanaan penebangan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Peta pemanenan untuk mengetahui posisi pohon tebangan yang terdekat. Ambil bujang yang berwarna merah, lakukan pengecekan terhadap kualitas pohon (apabila gerowong dengan nilai ekonomis yang rendah maka harus ditinggalkan), lalu persiapkan tempat kerja dengan memotong segala liana yang merambat dibatang pohon dan tumbuhan-tumbuhan lainnya yang mengikat pohon serta tumbuhan disekitar pohon, buat jalur penyelamatan (jalan lari penebang dari rebahan pohon).

2. Dengan berpedoman kepada peta pemanenan akan tentukan arah rebah pohon apabila tidak terdapat tanda pada pohon tersebut, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

(61)

a. Arah rebah pohon mendekat atau menjauh dari jalan sarad dengan membentuk sudut 30°- 45° (pola sirip tulang ikan) atau sejajar dengan jalan sarad.

b. Arah rebah pohon diarahkan pada tajuk pohon yang sudah ditebang sebelumnya atau ketempat yang kosong.

c. Pada areal curam, arah rebah menyerong ke samping lereng. d. Usahakan menebang ke arah pematang, sehingga

memudahkan proses penyaradan.

e. Hindari kerusakan pohon inti akibat penebangan.

f. Hindari penebangan ke tempat yang banyak permudaannya. g. Jangan menebang ke kawasan lindung riparian (kiri-kanan

sungai).

h. Jangan menebang ke arah anak sungai, batu, tunggak, selokan untuk menghindari kerusakan pada kayu.

3. Buat takik rebah, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Usahakan takik rebah serendah mungkin untuk mendapatkan volume kayu yang lebih besar dan meninggalkan limbah tebangan seminimal mungkin, apabila pohon berbanir maka letakkan takik rebah secukupnya.

b. Buat potongan datar sedalam 1/4 - 1/3 Ø pohon.

c. Buat potongan atap/ miring dengan sudut 45° terhadap potongan datar.

(62)

Gambar 20, 21: Proses Pembuatan Takik Rebah

4. Buat takik balas, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Potongan datar dari belakang takik rebah setinggi ± 5 cm – 10 cm dari potongan datar takik rebah.

b. Tinggalkan engsel setebal 1/10 – 1/6 Ø pohon.

c. Pada saat membuat takik balas beri peringatan bagi orang yang berada disekitar daerah penebangan bahwa kayu akan rebah. d. Gunakan baji untuk menjaga agar arah rebah pohon sesuai

dengan yang direncanakan.

(63)

5. Setelah pohon rebah kayu tersebut di potong bebas cabang dan bebas banir.

Gambar 24 : Potong bebas cabang dan bebas banir

6. Penyaradan pada kayu yang sudah di tebang dengan cara di tarik menggunakan traktor, untuk mengeluarkan kayu dari blok tebangan menuju TPn.

Gambar 25 dan 26 : Penyaradan Kayu Setelah Penebangan ke TPn dengan Traktor

7. Ukur kayu sesuai ketentuan perusahaan, untuk mendapatan volume pohon setelah itu dilakukan pemahatan pada bontos menunjukan informasi pada kayu yg memuat informasi kode bulan, nomor produksi,

(64)

nomor petak, panjang log, diameter log, jenis kayu serta nomor batang yang akan dimasukkan ke dalam buku ukur.

Gambar 27 dan 28 : Proses Pemahatan dan Pengukuran Bontos Log

8. Kayu bulat (Log) diangkut dengan menggunakan loging truck dari TPK Hutan menuju TPK Log Yard.

(65)

e. Hasil yang dicapai

Data yang diperoleh dari hasil penebangan adalah meliputi nomor petak, nomor pohon, luas petak, luas penebangan, jumlah pohon yang ditebang.

f. Pembahasan

Kegiatan produksi itu sendiri terbagi atas proses penebangan, penyaradan, penomoran, pengukuran diameter dan panjang log serta pengangkutan log dari TPK Hutan menuju TPK Log Yard.

3. TUK dan Silint Harvesting (Production Area 2) a. Maksud dan Tujuan

1. Maksud :

Maksud ditetapkannya petunjuk teknis tata usaha kayu ini adalah untuk memberikan pedoman guna memudahkan pelaksana dilapangan memahami penyelenggaraan tata usaha kayu sesuai petunjuk teknis dari Dinas Kehutanan.

2. Tujuan :

Tujuan ditetapkannya petunjuk teknis tata usaha kayu adalah agar penyelenggaraan tata usaha kayu dapat berjalan dengan tertib dan lancar sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Dasar Teori

Hasil hutan kayu merupakan aset milik negara yang harus selalu di jaga keberadaannya, untuk menjaga agar tidak terjadi penyalahgunaan dalam penyetoran kewajiban ke negara maka diatur suatu tatanan atau tata usaha kayu dalam bentuk pencatatan, penerbitan dokumen dan pelaporan yang

(66)

meliputi kegiatan perencanaan produksi, pemanenan, pengolahan dan peredaran kayu.

Dengan demikian tata usaha kayu ini merupakan sarana administrasi dalam pengawasan, pembinaan dan pengamanan terhadap berbagai kepentingan sehingga sumber daya alam yang berupa hutan dapat dijaga kelestariannya dan dapat memberikan manfaat secara optimal serta untuk menciptakan usaha perkayuan yang tertib, lancar, efisien dan bertanggung jawab serta mengumpulkan informasi perkayuan yang kualitatif dan kuantitatif.

c. Prosedur Kerja

Setelah pohon ditebang dilakukan pemotongan batang dan penempelan label hasil Cruising (LHC), selanjutnya dilakukan pengukuran oleh regu Scaller, data hasil pengukuran selanjutnya dimasukkan dalam buku ukur.

Adapun cara pengukuran isi kayu bulat adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran Panjang

? Panjang diukur dalam satuan meter, dengan kelipatan 10 Cm dan pembulatan ke bawah.

? Panjang kayu merupakan jarak terpendek antara kedua bontos sejajar dengan sumbu kayu tersebut.

2. Pengukuran Diameter

a. Agar pengukuran dapat dilakukan dengan baik, maka kayu yang akan diukur harus :

- Rata dan siku pada kedua bontos. - Bebas dari cabang.

Gambar

Gambar 4 : Contoh proses pembuatan jalur ITSP
Gambar 5 : Pengamatan hasil penanaman bekas TPn
Gambar 6 dan 7 : Areal uji tanaman PT. Intracawood Manufacturing
Gambar 10 : Tempat penampungan sampel erosi
+7

Referensi

Dokumen terkait