• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemasaran merupakan aspek terpadu yang berguna dalam menetapkan harga, mempromosikan dan merencanakan kegiatan usaha. Pemasaran dan distribusi produk dilakukan oleh PT Supra Sumber Cipta (SSC) yang bertempat di Jl. Daan Mogot. PT Supra Sumber Cipta merupakan anak perusahaan Japfa Group yang bergerak di bidang penjualan dan distribusi produk. Pendistribusian atau pengiriman dilakukan sesuai pesanan dan dikirim oleh pegawai yang telah diberi surat jalan.

Pemeliharaan pabrik merupakan sebuah keharusan industri pengolahan pangan untuk menanggulangi, mencegah dan mengurangi resiko permasalahan yang timbul dalam proses kerja industri. Pemeliharaan dilakukan secara berkala untuk menjaga kontaminasi silang pada produk yang dihasilkan. Pemeliharaan dan program ini mencakup seluruh pemeliharaan bangunan, fasilitas, alat dan/atau mesin, pekerja, pengendalian hama dan penanganan limbah. Kegiatan dilakukan untuk menjamin kebersihan dan mendukung keamanan pangan. Proses kerja juga dapat dilakukan melalui General Cleaning dan Daily Cleaning.

Tata cara dan pedoman serta pemeliharaan industri pengolahan pangan tertuang dalam peraturan pemerintah dan standarisasi keamanan pangan. Penyelenggaraan proses ini berdasarkan good manufacturing practice (GMP) dan SSOPyang menjadi salah satu pedoman cara berproduksi makanan yang baik. GMP dan SSOP merupakan mata rantai produksi makanan dengan penekanan pada higiene makanan di setiap proses produksi yang dilakukan oleh industri pengolahan pangan. Hal ini juga didukung program sanitasi. Pelaksanaan sanitasi yang benar dapat memperpanjang umur simpan produk, mempertahankan konsistensi produk, menjaga keamanan, mengontrol kontaminasi mikroorganisme dan mencegah pertumbuhannya. Persyaratan keamanan yang diterapkan industri diharapkan dapat

membantu pengawasan beberapa aspek yang terkait langsung dengan kondisi permasalahan pada proses pengolahan.

Secara umum, metode pelaksanaan magang yang dilakukan untuk mencari pemecahan masalah adalah mengikuti kegiatan proses produksi, mengamati proses kerja sanitasi, melakukan wawancara dengan pihak terkait, diskusi dengan pembimbing dan studi pustaka untuk mendapatkan kelengkapan data. Pengamatan yang dilakukan sebagian besar pada proses produksi pada shift I dan shift II (pagi dan siang). Pengamatan berlangsung sesuai jadwal kerja perusahaan, selama pengamatan juga dilakukan kegiatan magang dengan membantu kerja Quality Control. Partisipasi yang dilakukan berupa pengecekan kemasan produk, sortir (seleksi) produk dan dokumentasi arsip. Pada pelaksanaan magang dilakukan juga dengan mengetahui kondisi area pabrik melalui Quality Control, kepala regu, kepala bagian dan beberapa narasumber.

Good Manufacturing Practices dan Sanitation Standard Operating Procedure

Sanitation Standard Operating Procedure terbagi menjadi delapan kunci pokok yang berkaitan erat dalam mempertahankan mutu produk. Sanitation Standard Operating Procedure merupakan cara atau teknik dalam menjalankan, mengendalikan, mengawasi dan mendukung pelaksanaan proses produksi. Sanitation Standard Operating Procedure mencakup aspek penting yang disyaratkan dalam memproduksi pangan mulai dari lokasi industri, lingkungan, bangunan, bahan bangunan, fasilitas, peralatan, karyawan produksi, penerimaan bahan dan pengecekan kebersihan lingkungan perusahaan. Sanitasi dilakukan menurut master sanitasi SSOP 001-S tentang SSOP. Prosedur kerja ini menjadi pedoman dalam memproduksi pangan yang baik. Pendokumentasian sangat penting dalam mengkontrol program kerja yang tertuang dalan prosedur kerja sanitasi. Syarat dokumentasi berupa:

- ketentuan umum pekerja dalam pengendalian penyakit, kebersihan, pendidikan dan pelatihan yang terprogram dalam GMP

- ketentuan atau syarat bangunan yang memadai, mudah pemeliharaannya dan dapat seminimal mungkin mengurangi kontaminasi terhadap produk

- ketentuan alat dan fasilitas pengolahan

Prosedur kerja yang dilakukan merupakan syarat dasar produksi pangan sehingga setiap aspek dalam produksi diharuskan mengerti program kebersihan dan sanitasi dengan baik, mengetahui peraturan atau syarat penggunaan zat kimia yang dianggap aman dan efektif bagi program higiene dan sanitasi, mengetahui tahapan proses produksi yang baik, mengetahui syarat minimum penggunaan sanitasi dengan klorin pada air dingin, mengetahui faktor-faktor seperti pH, penurunan suhu dan konsentrasi desinfektan serta mengetahui masalah potensial yang mungkin timbul jika sanitasi tidak berjalan secara baik.

Higiene makanan telah diatur dalam Food and Drug Administration (FDA) bahwa GMP maupun SSOP berisi tentang cara memproduksi pangan yang aman sesuai permintaan konsumen. Bangunan dan fasilitas, sanitasi, bahan sanitasi, pestisida, proses produksi, penyimpanan, penggunaan bahan tambahan makanan, desinfektan, prosedur test, penanganan terhadap hewan pengerat atau serangga dan higiene karyawan sangat dianjurkan pelaksanaannya, baik dalam pendokumentasian maupun prakteknya. Pedoman produksi makanan yang baik berdasarkan ketentuan GMP meliputi:

a. Lokasi pabrik berada pada daerah yang jauh dari pencemaran. Pencemaran dapat berasal dari sumber sampah, rawa, pemukiman padat dan sistem saluran air yang tidak baik. Tempat sampah sementara yang terdapat di perusahaan sebaiknya tidak terlalu dekat dengan bangunan utama agar penumpukan yang terjadi tidak menjadi vektor penyakit atau minimal dapat langsung dilakukan pembakaran.

b. Bangunan industri direncanakan sesuai dengan persyaratan teknik dan higiene serta jenis makanan yang diproduksi, mudah dibersihkan dan dengan segera dapat dilakukan sanitasi atau mudah dalam penanganan. Bangunan dan fasilitas yang terdapat di perusahaan sudah memenuhi standar dan sangat diperhatikan hanya saja perlu penanganan pada area yang masih terdapat kebocoran pipa air dan genangan air. Kondisi ruang dan bangunan cukup memadai sehingga prosedur dalam meminimalkan kontaminasi terpenuhi. c. Proses produksi dan peralatan sesuai dengan standar (bahan baku aman

diproduksi) yang dipergunakan. Kesesuaian jenis produksi, higiene dan persyaratan yang diatur untuk menunjang keamanan pangan menjadi prioritas

utama. Perusahaan telah melakukan pengujian pada produk pasca dan menempatkan peralatan serta cara pembersihan yang sesuai dengan prosedur umum kerja perusahaan.

d. Higiene karyawan benar-benar diperhatikan dari segi perawatan kesehatan, kebiasaan buruk dan pemakaian assesoris di dalam ruang produksi. Perhatian terhadap pekerja yang menjadi menjadi sumber kontaminasi, karena kontaminasi mikroba patogen dapat dibawa oleh manusia. Implementasi GMP yang diterapkan pada pengolahan Chicken Nugget berguna dalam menganalisis bahaya yang dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan. Secara umum, prosedur pencegahan yang telah dilakukan oleh perusahaan terhadap bahaya kontaminasi sudah ada dan berjalan dengan baik. Pengawasan pelaksanaan masih harus terus dilakukan agar target dalam memproduksi pangan yang baik dapat tercapai.

e. Pengendalian proses pengolahan meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi, fasilitas pendukung (sanitasi), pelabelan dan penyimpanan tidak boleh membahayakan kesehatan. Bahan yang digunakan memiliki jaminan sebagai syarat bahan pangan, baik pada penyediaan bahan mentah, komposisi, pengolahan distribusi dan keterangan produk serta kadaluwarsa.

Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) yang diterapkan pada proses produksi nugget mencakup cara penanganan awal, baik pada saat bahan baku datang, proses produksi maupun pasca produksi. Pelaksanaan kerja yang dilakukan meliputi general operation dan per bagian. Kegiatan pada awal penerimaan berupa pengecekan kondisi bahan baku (dokumentasi), pengujian sampel, tes mikrobiologi, uji bahan kimia atau bahan tambahan yang digunakan dan beberapa pengujian untuk memastikan bahan yang digunakan benar-benar aman sebagai bahan baku produksi. Metode check list sangat penting dalam kaitannya prosedur kerja, hal ini disebabkan metode ini umumnya sebagai monitor pra operasi, pelaksanaan inspeksi, tindakan koreksi dan verifikasi. Sistem atau metode ini juga sebagai rencana tertulis pelaksanaan GMP dan alat monitor pelaksanaan GMP.

Kualitas mutu pangan pada perusahaan pengolahan sangat penting, maka disusunlah SSOP yang memiliki 8 (delapan kunci pokok), berupa:

i. Keamanan air dan es

j. Kebersihan permukaan yang kontak langsung dengan makanan k. Kontaminasi silang

l. Menjaga fasilitas cuci tangan, sanitasi dan kebersihan toilet m. Pencegahan dan perlindungan dari kontaminasi

n. Pelabelan, penggunaan dan penyimpanan bahan toksik o. Kesehatan karyawan

p. Pengendalian hama

Keamanan Air dan Es

Proses ini merupakan syarat utama yang harus dipenuhi perusahaan pengolahan pangan. Air menjadi kebutuhan pokok bagi pelaksanaan produksi maupun non-produksi. Air pengolahan PT Japfa Santori Indonesia sudah sesuai dengan standar produksi atau standar air minum dan diuji secara laboratorium. Pengolahan air yang dilakukan melalui beberapa tahap yang selalu dikontrol baik dari awal penerimaan air sampai pada saat akan digunakan sebagai proses produksi. Air yang kontak langsung dengan makanan atau proses produksi harus mengalami perlakuan (treatment) sehingga dapat digunakan sebagai air minum. Klorinasi dan pencatatan perlakuan air juga selalu dilakukan untuk menanggulangi jika terdapat penyimpangan dan sebagai langkah nyata dalam melaksanakan standarisasi air minum.

Air dalam industri pangan memiliki jenis yang beda dalam hal total padatan. Total padatan pada air menunjukkan jumlah padatan yang dapat larut air maupun tidak larut dalam air, termasuk bahan organik, anorganik, tersuspensi, terlarut atau terapung. Pengetahuan ini sangat penting bagi proses yang akan dilakukan atau langkah yang tepat dalam menangani air sebagai bahan baku produksi. Swab air dilakukan dua minggu sekali untuk lalat. Sanitasi air, clarifier memiliki bahan aktif PAC sebagai koagulan pembentuk flok-flok sehingga pengendapan dapat terjadi. Pengolahan air sebagai bahan pendukung terpenting perlu perlakuan pemurnian diantaranya pengambilan air dari sumur, penampungan di dalam reservoir yang telah ditambahkan klorin, pengendapan (settling) dengan penambahan NaOH 2,5% pada

clarifier, filtrasi bertingkat (tiga tahap I, II dan III), perlakuan pada RO, sterilisasi dengan sinar UV dan air bersih siap digunakan.

Perlakuan air tidak dilakukan hanya melalui prosedur pemurnian, akan tetapi keamanan air diuji kembali dengan uji TPC, E. Coli dan coliform. Uji mikro dengan TPC menggunakan areal pandang 2,54 cm2 pengenceran 10 kali pada media cair pepton. Prosedur pemurnian atau perlakuan air ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas air. Penanganan air pada sentra produksi dilakukan pemisahan dengan beberapa selang yang berbeda sesuai jenis air yang akan digunakan. Penambahan klorin dan perlakuan pada pemurnian bertujuan untuk menginaktifasi kuman atau bakteri yang terkandung di dalam air. Air yang akan digunakan dilewatkan dalam filter untuk menghilangkan warna, bau, dan bahan kimia yang terkandung dalam air. Penghilangan logam tersuspensi dan kesadahan digunakan softener sebagai pengikat. Proses yang dilakukan dalam pemurnian air pada PT Japfa Santori Indonesia sudah baik. Air limbah yang dibuang pun sudah mengalami pemurnian, sehingga aman untuk dibuang. Air yang masih dapat digunakan didaur ulang sebagai pasokan air yang dapat digunakan untuk menunjang kebutuhan sanitasi maupun kebutuhan yang lain. Sarana pembuangan limbah dibuat dalam beberapa bak yang masing- masing bak mendapat perlakuan. Sampah maupun limbah industri merupakan sarana yang potensial untuk perkembangan mikroorganisme.

Limbah atau sampah pada industri makanan dapat diatasi dengan pembuatan tempat penampungan yang dibedakan menurut jenisnya, misal antara sampah basah dan kering, pengumpulan melalui pemisahan antara yang dapat didegradasi dan tidak dapat didegradasi serta pembuangan dan pengolahan sampah atau limbah. Cara mengolah sampah dibedakan menjadi:

- Sanitasi Landfill yang berarti membuang sampah pada tanah dengan permukaan rendah sehingga tanah dan sampah dapat sejajar.

- Hot feeding yang berarti pengolahan sampah sebagai pakan ternak. - Inceneration yang berarti melalui pembakaran.

- Composting yang berarti pengolahan sampah sebagai bahan baku pupuk.

- Reduction Method yang berarti pengepresan sampah sehingga ukurannya menjadi lebih kecil.

Limbah dalam bentuk air banyak digunakan manusia kurang lebih 80%, hal ini sangat menimbulkan masalah baik dari segi keindahan maupun kesehatan. Proses pangolahan limbah dapat berupa pengenceran, irigasi (mengalirkan dengan membuat parit-parit), membuat septic tank dan sistem riol.

Kebersihan Permukaan yang Kontak Langsung dengan Makanan

Prosedur kerja yang dilakukan berupa penanganan dan uji mikrobiologi. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan dibersihkan secara teratur sesuai Work Instruction (WI). Hal ini dilakukan bersamaan dengan pada saat awal akan dilakukan produksi, setelah sanitasi maupun pengambilan sampel acak pada setiap waktu yang dianggap perlu dilakukan pengujian. Metode pembersihan harus efektif yang didukung dengan desain alat atau perlengkapan sesuai dan dapat dengan mudah untuk dibersihkan. Bahan peralatan yang digunakan di PT Japfa Santori Indonesia umumnya merupakan bahan yang tidak mudah penyok, berkarat atau memiliki sudut lengkung sehingga perawatannya mudah. Alat yang digunakan umumnya terbuat dari stainless stell.

Kebersihan permukaan merupakan pra syarat yang harus dipenuhi pada setiap proses produksi akan berlangsung dan setelah selesai digunakan. Penggunaan bahan sanitasi yang tepat dapat membantu dalam mengurangi kerak dan melarutkan kotoran sisa produksi yang terdapat pada alat. Kebersihan alat yang kontak langsung dengan produk diusahakan seminimal mungkin untuk tidak terdapat mikroba. Sanitasi ini mampu menghambat daur hidup mikroorganisme yang ada. Penggunaan bahan sabun sangat dianjurkan dengan ketentuan tidak menimbulkan kontaminasi.

Sabun yang digunakan biasanya mengandung senyawa antiseptik aktif, sehingga diharapkan dapat membunuh mikroba tanpa mencemari bahan pangan. Keefektifan program sanitasi tidak hanya didukung oleh kontinuitas pelaksanaan, tetapi juga dipengaruhi oleh tata letak peralatan dan luas bangunan. Peralatan yang digunakan harus memiliki syarat mudah dibersihkan, mudah dibongkar pasang dan mudah dioperasikan. Peralatan pada industri diharapkan seminimal mungkin memiliki sambungan, sehingga penumpukan kotoran atau penimbunan kotoran tidak terjadi.

Sanitasi yang dilakukan di PT Japfa Santori Indonesia menggunakan sabun, air panas, air dingin dan bahan sanitiser. Pelaksanaan program sanitasi dan bahan

yang digunakan berbeda tergantung alat yang dibersihkan, namun pada umumnya semua menggunakan sabun dan bahan sanitiser. Pengawasan alat yang digunakan biasa dilakukan oleh pihak laboratorium melalui test swab. Sanitasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembilasan (cleaning) dan total (general cleaning). Pembilasan dilakukan jika pergantian produk atau rasa, ditemukan benda asing, down time (lebih dari 3 jam). Pembilasan dilakukan dengan air bertekanan tinggi. Sanitasi total dilakukan pada peralatan, dinding, lantai, langit-langit dan evaporator setiap 5 shift sekali / off lebih dari 1 hari. Alat yang digunakan antara lain sabut nilon, penyemprot air bertekanan (karcher), tangki berkompresor untuk penyabunan, foaming gun (alat pembentuk buih) dan penyemprot udara untuk membentu pengeringan.

Sanitasi secara umum dilakukan melalui proses pembilasan, penyabunan, pemberian bahan saniter, pengeringan dan cek ulang. Penghilangan lemak dan kerak dilakukan dengan pembersihan khusus. Bahan yang digunakan antara lain AC 101 (larutan anti kerak) dan AC 3 (larutan penetral), jika pH tidak sama dengan 7 maka dilakukan pembilasan ulang. Sabun yang digunakan berjenis alkaline detergent. Saniter yang digunakan adalah ammonium kuartener.

Sanitasi pada setiap peralatan dan mesin produksi dilakukan dan disusun oleh Quality Control, kemudian dijalankan oleh masing-masing bagian karyawan sanitasi dan dibantu oleh karyawan produksi. Karyawan yang ditunjuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan wajib untuk menjalankan sebagai upaya memproduksi pangan yang baik. Jadwal sanitasi yang ditetapkan pada areal produksi khususnya mesin, peralatan dan ruang produksi dilakukan setiap pergantian 5 (lima) shift kerja. Kegiatan sanitasi dapat berjalan tidak sesuai dengan prosedur jika terdapat beberapa hal yang harus dengan segera dilakukan sanitasi.

Sanitasi juga dilakukan pada hari-hari tertentu, misalnya pada saat libur panjang (lebih dari 2 hari) yang bertujuan menjaga peralatan dan fasilitas produksi. Proses produksi dapat dihentikan jika dalam data kontrol tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Pemeriksaan dini terhadap bahan kimia sanitasi, alat produksi yang dibersihkan dan cara sanitasi yang sesuai dengan prosedur kerja sangat membantu dalam sitem kerja produksi yang aman.

Kontaminasi Silang

Kontaminasi silang hampir tidak terjadi karena proses produksi yang berjalan telah sesuai dengan rencana pada manual kerja. Penemuan kontaminasi juga bisa terjadi dikarenakan pada saat tertentu terjadi macet pada mesin, karyawan yang lalai dan penggunaan alat yang tidak diharuskan untuk dipakai. Pencegahan kontaminasi silang juga dilakukan pada saat produk ditahan beberapa saat, hal ini dimaksudkan untuk menjaga jika terjadi kemungkinan cemaran sebelum beredar dipasar. Aktivitas yang dilakukan pada saat akan melakukan proses produksi yaitu mencuci tangan dengan sabun yang telah disediakan. Bagian tubuh pekerja yang banyak menimbulkan kontaminasi adalah tangan, kepala dan rambut serta kaki. Kontak dari bagian tubuh tersebut dicegah dengan penutup rambut, masker dan sarung tangan (Soekarto, 1990). Peraturan yang dibuat sebaiknya disertai pengawasan yang ketat agar tujuan perusahaan tercapai. Pelatihan dan pengetahuan tentang higiene produksi pangan pada karyawan harus dilaksanakan bukan hanya sampai taraf kognitif (tahu) namun sebaiknya sampai pada taraf perubahan tingkah laku.

Tata letak ruang produksi sangat erat hubungannya dalam pencemaran silang terhadap pangan. Sanitasi ruang produksi dilakukan untuk menjamin kebersihan alat dan bebas kontaminan. Dinding ruang produksi diharuskan menggunakan bahan yang menunjang proses produksi (tahan terhadap suhu ekstrim). Lantai, drainase, langit-langit, pintu dan jendela juga harus diperhatikan. Bangunan ruang produksi di PT Japfa Santori Indonesia memiliki kemiringan yang cukup, tidak terlalu licin, mudah dibersihkan dan drainase yang cukup sehingga penumpukan kotoran dapat diminimalkan. Hal yang dilakukan dalam menjaga sanitasi ruang produksi dalam upaya menjaga terjadinya kontaminasi silang yaitu jumlah jendela dan pintu. Pemasangan tirai juga dilakukan untuk menghambat terjadinya kontak langsung udara secara bebas. Peningkatan dalam menjaga kontaminasi silang perlu dilakukan dengan menutup pintu yang langsung berhubungan dengan tempat produksi dan membenahi tirai yang rusak. Secara umum, tata letak produksi sesuai dengan tata peraturan pendirian bangunan industri pengolahan pangan.

Program kerja sanitasi pada ruang produksi dilakukan setiap hari kecuali program sanitasi untuk alat dan sanitasi total. Pembersihan dilakukan dengan cara manual menggunakan lap, sikat dan sabun. Jenis cemaran mempengaruhi efektifitas

pembersihan dan sanitasi. Ruang produksi juga hendaknya tidak terdapat sampah yang menumpuk atau berceceran. Bau yang disebabkan oleh ceceran dan menumpuknya sampah dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan.

Menjaga Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi dan Kebersihan Toilet

Sanitasi dan kebersihan merupakan kesesuaian kondisi yang dapat mendukung tercapainya kondisi yang sehat. Kegiatan keseluruhan dari program ini tercatat dalam dokumentasi yang ditetapkan perusahaan. Penempatan fasilitas dan sarana pendukung diusahakan tidak secara langsung berhubungan dengan ruang produksi. Hal ini yang dilakukan oleh PT Japfa Santori Indonesia, fasilitas pendukung yang ada dibuat terpisah dan tidak berhubungan dengan kegiatan produksi. Kegiatan audit fasilitas dilakukan setiap hari pada setiap bagian perusahaan baik di dalam ruang produksi maupun di luar ruang produksi. Penilaian audit fasilitas dan kebersihan ini berdasarkan skor yang ditetapkan oleh pihak perusahaan, jika terdapat kondisi yang tidak sesuai maka akan mendapat nilai yang berkisar antara 0-3 dimana nilai 0 (nol) merupakan penyimpangan yang dianggap perlu untuk segera dilakukan tindakan perbaikan. Penilaian ini didata sesuai bagiannya masing-masing, sehingga perbaikan dapat dilakukan segera tanpa harus menunggu instruksi dari atasan.

Pencegahan dan Perlindungan dari Kontaminasi

Pencegahan dan perlindungan dari bahaya kontaminasi termasuk dalam program perlindungan bahan pangan dari lingkungan produksi maupun non produksi. Berdasarkan manual kerja yang ditetapkan perusahaan pelaksanaan program ini meliputi prosedur kerja sanitasi, kebiasaan atau pola hidup karyawan dan penanganan terhadap beberapa aspek yang terdapat pada proses produksi, misalnya pencegahan terhadap logam berbahaya.

Pembuatan metal detector merupakan salah satu penunjang dalam mencegah kontaminasi. Makanan yang dibawa dari luar pun tidak diperbolehkan. Masalah yang ditemukan adalah masih terdapatnya karyawan yang kurang mengerti atau bahkan sengaja tidak mematuhi peraturan untuk menjaga dan mencegah kontaminasi produk. Pencegahan yang dilakukan oleh PT Japfa Santori Indonesia sudah sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan, hanya saja perlu pengecekan terhadap kegiatan karyawan dalam menjalankan kegiatan produksi. Pencegahan kontaminasi juga dapat

melalui air yang digunakan. Air dibagi menjadi tiga jenis menurut syaratnya, yaitu fisik, kimiawi dan bakteriologis. Air yang digunakan sebagai air minum dapat berasal dari air permukaan, air angkasa (hujan dan embun) dan air dalam tanah.

Pemeriksaan air harus dilakukan secara rutin dan dapat dilakukan secara alami, pembubuhan desinfektan dan menyaring dengan pasir serta klorinisasi. Pengolahan secara alami dilakukan melalui pengendapan (purifikasi), sedangkan untuk klorinasi batas yang digunakan adalah 0.1-0.2 ppm. Penempatan bahan yang digunakan dan audit ruangan sudah berjalan dengan baik. Peningkatan kinerja audit masih perlu dilakukan agar target yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan manual mutu yang diharapkan.

Menjaga Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi dan Kebersihan Toilet

Pelaksanaan produksi yang baik perlu memperhatikan kebersihan fasilitas yang tersedia. Fasilitas perusahaan, terutama toilet merupakan tempat berkembangnya vektor penyakit. Tempat cuci tangan, loker karyawan dan beberapa fasilitas pendukung yang lain juga sangat potensial untuk perkembangan vektor penyakit. PT Japfa Santori Indonesia memiliki karyawan yang bertugas dalam menjaga hal tersebut.

Penyediaan fasilitas sebaiknya mudah dijangkau dan cukup bagi kebutuhan terhadap jumlah karyawan. Kebersihan fasilitas yang ada selalu dijaga dan dirawat setiap hari, sehingga kemungkinan penyebaran kontaminan dapat diminimalkan. Pembersihan juga dilakukan setiap terdapat kondisi yang dianggap perlu, misalnya lantai kotor dan kamar mandi bau/kotor.

Pencegahan dan Perlindungan dari Kontaminasi (Adulterasi)

Penanganan yang dilakukan tidak terbatas pada proses produksi, melainkan

Dokumen terkait