• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA DAN ANALISIS

3. Pemasaran Produk

3.1. Cara Pemasaran

Pemasaran produk gerabah dilakukan secara langsung dan tidak langsung (Gambar 30).

Pengrajin (Produsen)

Langsung Tidak Langsung

Artshop Pengrajin Gudang

Pembeli (Konsumen)

Tanah liat Dijemur Tanah sari

Direndam Diayak ± 100 Mesh

Bubur tanah

Adonan di fermentasi 2-3 hari

Dekorasi/ornamen Pembentukan

Pemberian slip Barang Jadi Penghalusan

Pengeringan

Pembakaran

Pembongkaran Pewarnaan

Produk kerajinan gerabah

Secara langsung, pengrajin menjual produk gerabah kepada konsumen tanpa perantara. Biasanya pemasaran seperti ini dilakukan dalam skala kecil oleh wisatawan yang mengunjungi artshop dan tempat kerja para pengrajin untuk mengetahui kegiatan pembuatan gerabah secara langsung. Pemasaran secara tidak langsung yaitu melalui pedagang pengumpul dan eksportir. Sebagian dari pengrajin ada yang secara khusus merupakan pekerja tetap dari eksportir,sehingga semua produk gerabah dijual ke eksportir tersebut. Tetapi sebagian lagi menjualnya kepada pedagang yang mempunyai artshop di kawasan ini.

3.2. Alat Transportasi

Alat transportasi yang biasa digunakan untuk memasarkan gerabah terdiri atas 3 sistem, yaitu untuk jarak dekat, agak jauh dan jauh (Gambar 32). Jenis kendaraan yang digunakan untuk jarak dekat adalah cidomo, sedangkan untuk transportasi jarak agak jauh dan jauh digunakan mobil pick up atau truk. Kendaraan tradisional cidomo hanya diperuntukkan untuk jarak dekat mengingat besar resiko pecahnya mengangkut gerabah.

Alat transportasi

Jarak dekat Jarak agak jauh Jarak Jauh

Cidomo mobil pick up atau truk

Gambar 32. Alat Transportasi pada Tapak

Tidak adanya pemisahan jalur sirkula si pada tapak, menjadikan hal dapat mengurangi tingkat kenyamanan wisatawan. Lalu lalang kendaraan pengangkut produk gerabah selain dapat mengganggu kenyamanan, dapat memberikan view

yang kurang bagus. Sehingga perlu dilakukan perbaikan jalur sirkulasi, ya itu dengan pemisahan jalan antara jalur wisata dan jalur produk. Kondisi jalan yang sesuai untuk wisata disesuaikan dengan kebutuhan yaitu memiliki lebar jalan 5.5-6.5 m sedangkan untuk kegiatan produksi minimum 7.5 m (Harris dan Dines, 1988).

Gambar 33. Jalur S irkulasi Wisata

3.3. Tenaga Kerja

Kerajinan gerabah merupakan warisan selama beberapa generasi yang terus berkembang hingga saat ini. Tidaklah heran, jika pada usia muda, tingkat SD, penduduk rata-rata sudah dapat membuat kerajinan gerabah meskipun masih dalam bentuk sederhana. Para pengrajin mendapatkan keahlian membuat kerajinan gerabah melalui beberapa cara, yaitu; belajar secara kekerabatan maupun kekeluargaan. Kebanyakan para pengrajin adalah perempuan, sedangkan lak i-laki bergerak dalam usaha pengumpulan bahan baku, pembakaran, dan pemasaran gerabah. Sehingga dalam kegiatan industri gerabah ini secara tidak langsung terdapat spesifikasi pekerjaan untuk masing- masing pengrajin perempuan maupun laki-laki.

Para pengrajin pada umumnya me mbuat kelompok kerja yang dibentuk berdasarkan kekerabatan ataupun ketetanggaan. Tiap kelompok berjumlah antara 4-8 orang pengrajin. Kelompok pengrajin ini berdiri sendiri-sendiri tanpa adanya campur tangan dari pihak kelurahan. Se tiap kelompok pengrajin, mempunyai tempat pembakaran tersendiri.

Para pengrajin bekerja setiap hari dari pagi sekitar jam 8 pagi sampai jam12 siang. Kemudian di lanjutkan lagi setelah istirahat sampai sore hari. Produksi yang dihasilkan dalam satu hari ±15 gerabah/orang, dengan penghasilan rata-rata yang diperoleh ± Rp. 490.000/minggu. Berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) untuk daerah Lombok yaitu sebesar Rp. 400.000-Rp. 500.000/bulan penghasilan pengrajin sudah di atas rata - rata. Tetapi, penghasilan mereka

fluktuatif tergantung pada musim dan jumlah pesanan. Pada musim kemarau, produk gerabah yang dihasilkan cenderung lebih tinggi, karena proses penjemuran bahan baku dan produk gerabah lebih cepat kering sehingga produk yang di dapat semakin banyak. Dengan alat-alat yang sederhana tersebut, para pengrajin memenuhi pesanan gerabah dalam be ntuk dan desain sesuai keinginan konsumen. Tetapi selain membuat gerabah dengan desain yang diberikan konsumen, para pengrajin juga membuat dengan desain sendiri, dan terus berupaya menggali kreasi sehingga diharapkan kepuasan wisatawan dapat terpenuhi dan tingkat pendapatan dapat meningkat.

Banyaknya jumlah pengrajin dan tingginya minat wisatawan terhadap gerabah merupakan suatu potensi yang perlu dikembangkan. Pelatihan dan pembinaan terhadap para pengrajin perlu dilakukan agar dapat meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka dalam membuat kerajinan gerabah. Sehingga dengan perencanaan yang akan dikembangkan diharapkan akan terbentuk suatu kegiatan yang melibatkan wisatawan dalam proses pembuatan gerabah. Selain itu, dibuatnya museum gerabah dapat menjadi daya tarik bagi wistawan, sehingga melalui kegiatan wisata budaya ini kelestarian budaya tetap terjaga

Kegiatan Kepariwisataan Objek dan Atraksi

Gerabah sebagai produk utama yang dihasilkan merupakan satu-satunya objek yang ditonjolkan kepada wisatawan hingga saat ini. Kehidupan masyarakat yang terbuka, menjadikan proses pembuatan gerabah suatu atraksi yang menarik bagi wisatawan. Hingga saat ini tidak ada pengelolaan secara khusus mengenai objek dan atraksi yang ditampilkan.

Kegiatan-kegiatan tradisional yang berhubungan adat istiadat sudah jarang ditemukan, terkecuali adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ritual keagamaan masih dapat ditemukan pada tapak. Berikut ini beberapa bentuk kegiatan yang masih diselenggarakan hingga saat ini (Tabel 6).

Gunn (1994) menyatakan bahwa atraksi dalam perencanaan wisata mempunyai dua fungsi utama yaitu; pertama, atraksi sebagai daya tarik dalam berwisata, dan yang kedua, atraksi sebagai peme nuhan kepuasan bagi pengunjung.

Beragamnya budaya suku Sasak yang mulai luntur di desa ini, menjadikan perlu diadakannya pelestarian dan pengembangan nilai-nilai kesenian yang dapat menjadi daya tarik wisatawan, selain untuk menjaga warisan budaya.

Tabel 6. Jenis Kegiatan Berhubungan dengan Adat Istiadat dan Keagamaan

Jenis Kegiatan Waktu Keterangan

Maulid Nabi 12 Rabiul Awal Merupakan salah satu hari besar umat Islam, di rayakan dengan mengadakan pengajian, khitanan massal dan potong rambut bayi

Waya ng Kulit - Merupakan pementasan wayang kulit yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit. Pementasan dilakukan ketika ada orang yang sakit, diyakini orang yang sakit tersbut ‘dipedam wayang’ yang artinya dikutuk wayang.

Nyongkolan - Acara kunjungan calon me mpelai pria kepada calon mempelai wanita dengan diringi sekelompok orang lengkap dengan iringan tetabuhan, disertai dengan gendang beleq, gendang khas suku Sasak

Sumber : Wawancara dengan Bapak Mujahidin, salah satu warga Desa Banyumulek; April 2005

Pelayanan

Faktor pendukung dalam perencanaan wisata adalah tersedianya fasilitas pelayanan yang berkaitan erat dengan kebutuhan pengrajin dan wisatawan. Bentuk fasilitas pelayanan tersebut dapat berupa restoran, tempat ibadah, toilet, dan lain-lain. Dapat dilihat pada Tabel 7 mengenai jenis kegiatan penduduk lokal dan wisatawan serta fasilitas yang tersedia dalam tapak.

Tabel 7. Jenis Kegiatan Penduduk Lokal dan Wisatawan serta Fasilitas yang Tersedia pada Tapak

Fasilitas Kegiatan

Seluruh area Ruang terbuka Masjid Trotoar Jalan Pekaran gan Artshop

Penduduk lokal

- Penjemuran bahan baku dan produk - Pembuatan gerabah - Kegiatan pemasaran - Kehidupan sosial - Kegiatan keagamaan ü ü ü ü ü ü ü ü ü Wisatawan - Jalan-jalan - Photohunting - Belanja - Istirahat

- Makan dan minum - Parkir kendaraan ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü

Kurangnya fasilitas pelayanan yang terdapat pada tapak merupakanfaktor yang harus diatasi untuk me ningkatkan kenyamanan wisatawan. Selain itu, tingginya intensitas penyinaran matahari dapat mengurangi kenyamanan sehingga penanaman vegetasi dan penambahan ruang terbuka dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan. Kanopi pohon yang rindang dinilai paling efektif untuk mereduksi sinar matahari (Gambar 34). Penambahan shelter (peneduh) dapat juga digunakan selain untuk berteduh juga sebagai tempat beristirahat wisatawan. Melalui perencanaan yang akan dikembangkan, penambahan fasilitas diharapkan dapat mengatasi segala kekurangan yang ada di tapak saat ini.

Gambar 34. Penggunaan Pohon-pohon untuk Mereduksi Sinar Matahari (Brooks, 1988)

Informasi dan Promosi

Informasi dan promosi kawasan sebagai pusat kerajinan gerabah dapat dengan mudah diperoleh melalui media, baik cetak maupun elektronik (Gambar 35). Kemudahan informasi dan promosi di dukung oleh pemerintah NTB melalui Dinas Pariwisata yaitu melalui berbagai pameran di dalam maupun luar negeri dan pihak swasta. Tetapi informasi dalam tapak tidak dengan mudah dapat diperoleh, sehingga perlu adanya pembuatan pusat informasi yang dapat berguna bagi wisatawan.

Media Kepariwisataan

Informasi Promosi

Pihak swasta Pemerintah Pihak swasta Pemerintah - Leaflet - Leaflet - Pameran - Pameran - Travel biro - Internet

- Internet

Ruang Wisata Budaya

Ruang wisata budaya yang terbentuk pada tapak adalah deretan fasilitas di sepanjang jalan. Wisata yang di tawarkan merupakan wisata belanja. Pentingnya pelestarian budaya, menjadikan perencanaan yang akan dikembangkan diharapkan tidak hanya berupa wisata belanja saja, tetapi juga berupa wisata pengalaman dan wisata alam. Sehingga melalui konsep yang akan dikembangkan, akan dibuat penataan ulang yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan wisatawan.

Jalur Wisata Budaya

Tidak terdapat pemisahan antara jalur wisata budaya dan jalur masyarakat. Keuntungan yang didapat dari tidak adanya pemisahan jalur ini adalah wisatawan dalam lebih menyatu dengan kehidupan masyarakat sehingga menimbulkan kesan pedesaan yang kuat. Tetapi kerugiannya adalah kurangnya kenyamanan wisatawan karena terkadang terjadi konflik kepentingan antara masyarakat dan wisatawan, sehingga perlu dibuat pemisahan jalur sirkulasi sehingga kenyamanan dapat dirasakan oleh penduduk dan wisatawan.

Wisatawan

Tapak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun luar negeri. Wisatawan lokal biasanya datang secara berkelompok dalam jumlah besar. Tujuan wisatawan tidak hanya membeli produk gerabah, tetapi juga menjadikan kawasan sebagai sarana pendidikan, yaitu tempat praktikum dan penelitian. Waktu kedatangan wisatawan tidak tergantung pada musim liburan. Dengan potensi besar yang dimiliki tapak, penambahan fasilitas umum, diantaranya ; tempat parkir, shelter,

ruang terbuka, dan keteraturan jalur sirkulasi sangat diperlukan untuk mengantisipasi besarnya jumlah wisatawan yang akan datang.

Pendukung Wisata Budaya Lingkungan Biofisik

1. Tanah

Berdasarkan Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia skala 1 : 1.000.000, jenis tanah di kawasan ini termasuk kompleks regosol, klasifikasi

tanah udipsamments dan eutrudepts, dengan bahan induk volkanik, sub -landform

dataran volkan, pada relief datar berombak. Dibawah ini dapat dilihat jenis dan sifat tanah (Tabel 8).

Tabel 8. Jenis dan Sifat Tana h

Jenis Tanah Sifat Tanah

Regosol - Bahan induk : abu volkan, bahan sedimen

- Berada : di daerah miring, bergunung, bergelombang - Solum : dangkal sampai dalam

- Horizon : A sampai C - Warna : kelabu hingga kuning - Tekstur : pasir dan debu (>60%) - Konsistensi : gembur hingga lepas - Kadar bahan organik : rendah - Permeabilitas : baik

- Kepekaan erosi : peka - Unsur hara : beragam

Bahan baku untuk membuat gerabah adalah tanah liat. Dari data yang didapat, tanah regosol dengan tekstur pasir dan debu (>60%) kurang baik untuk pembuatan gerabah. Tanah bertekstur pasir (tekstur kasar) memiliki aerasi dan drainase yang baik namun tidak mempunyai kemampuan menjerap hara dan air sehingga hasil yang didapat kurang baik.

Bahan organik juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi baiknya produk gerabah yang dihasilkan. Dari segi fisik tanah, bahan organik merupakan salah satu pengikat butir primer tanah yang akan membentuk butiran yang lebih besar dengan agregat yang ma ntap. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap porositas tanah/pengaliran air tanah, penyimpan, persediaan air, aerasi dan suhu tanah. Kemantapan agregat tanah sangat dipengaruhi oleh bahan organik tanah karena dapat mencegah terjadinya dispersi tanah. Selain itu, bahan organik juga mempunyai plastisitas tanah, batas plastis tanah dan horison permukaan lebih tingggi daripada horison yang lebih dalam, hal ini berhubungan dengan kadar bahan organik di horison permukaan. Bahan organik dapat menambah kemampuan tanah menahan air, air tidak akan mudah hilang meninggalkan tanah karena penguapan, perkolasi dan aliran permukaan, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pada tanah dengan keadaan liat tinggi yang mempunyai bahan organik akan selalu gembur, mudah pecah dan mudah diolah. Bahan organik dapat

membuat daya lekat liat menurun, distribusi dan memegang air yang efektif serta membuat terjadinya penetrasi akar (Herujito dan Djojoprawiro 1985).

Dari data tanah yang ada, tanah regosol kurang baik untuk pembuatan gerabah, sehingga bahan baku untuk produksi gerabah di peroleh dari tempat lain, yaitu di wilayah Kecamatan Gerung, kurang lebih tiga kilometer disebelah barat Desa Banyumulek yang memiliki sifat tanah yang baik untuk produksi gerabah, yaitu bahan tanah liat yang plastis dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000°C.

Tanah pada tapak merupakan tanah peka erosi yang memerlukan upaya penanggulangan untuk meminimalisasi erosi yang akan terjadi. Sedangkan untuk membangun struktur pendukung kegiatan wisata, sifat tanah tidak terlalu berpengaruh karena daya dukung tanah cukup baik dan stabil untuk penempatan fasilitas dan pembuatan jalur sirkulasi dalam tapak.

2. Topografi

Tapak yang akan direncanakan berada pada ketingggian 40 meter diatas permukaan laut. Dari hasil pengamatan topografi kawasan ini relatif datar. Pada awalnya, Desa Banyumulek merupakan daerah aliran Sungai Babak yang rawan banjir. Hampir setiap tahun dilanda banjir dari luapan Sungai Babak. Salah satu faktor penyebabnya karena rendahnya kedalaman Sungai Babak. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup, penduduk mulai mengeksploitasi pasir yang ada di Sungai Babak untuk diperjualbelikan. Sehingga lama kelamaan kedalaman Sungai Babak semakin tinggi dan Desa Banyumulek tidak rawan banjir lagi. Topografi datar merupakan potensi bagi kawasan wisata budaya, sehingga kegiatan wisata budaya yang akan dikembangkan dapat dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai kalangan usia.

3. Iklim

Berdasarkan Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia (2003) skala 1 : 1.000.000, menurut Trojen (1976), kawasan Lombok Barat termasuk dalam kelas IIA, merupakan pola tunggal atau pola sederhana (simple wave) dengan curah hujan terendah pada bulan Juli/Agustus. Terdapat perbedaan jelas antara jumlah

curahan pada musim hujan dengan kemarau. Curah hujan 1000-2000 mm/tahun, dengan tipe iklim kering.

Data iklim untuk kawasan Desa Banyumulek diperoleh berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika yang diukur di Stasiun Klimatologi Kediri, NTB dengan posisi 116º08’ BT dan 06º35’ LS dengan ketinggian 16 meter diatas permukaan laut (Gambar 36). Karakteristik ikilm secara umum pada 6 tahun terakhir (1998-2003) dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini, meliputi suhu udara, curah hujan, intensitas penyinaran, tekanan udara, kelembaban nisbi dan kecepatan angin.

Suhu udara minimum pada kawasan Desa Banyumulek yaitu 19,8ºC pada bulan Januari, dengan kisaran suhu antara 19,8-23,9ºC. sedangkan suhu maksimum terjadi pada bulan November, yaitu 31,4ºC dengan kisaran suhu 25,2-31,4ºC. Suhu udara rata-rata di kawasan ini berkisar antara 23,6-27,2ºC. Menurut Laurie (1990) lingkungan luar yang nyaman bagi manusia adalah pada suhu 27-28ºC. Mengacu pada pernyataan diatas, tapak sebagai kawasan yang akan direncanakan menjadi kawasan wisata budaya dapat menunjang tingkat kenyamanan bagi wisatawan.

Curah hujan rata-rata di kawasan ini adalah 7,55 mm/bulan (90,6 mm/tahun) dengan kisaran 0,7-13,5 mm/bulan. Intensitas penyinaran matahari berkisar antara 40,5-84,85 % dengan rata-rata 53,28 % tiap bulannya. Intensitas penyinaran matahari pada tapak paling tinggi yaitu sebesar 84,85% menyebabkan perlunya penggunaan vegetasi yang dapat mereduksi sinar matahari, salah satunya yaitu dengan pemilihan pohon yang berkanopi rindang yang dinilai paling efektif untuk mereduksi sinar matahari.

Menurut Laurie (1984), kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi manusia adalah sekitar 40-75 %. Kelembaban pada tapak berkisar antara 69,6-85,7 % dengan kelembaban rata-rata 81,7 %, sehingga kelemb aban udara pada tapak tergolong tidak nyaman. Hal ini dapat di antisipasi dengan penambahan pohon-pohon peneduh di ruang terbuka sehingga aliran udara mengalir.

Aspek Sosial Masyarakat Lokal

Secara umum, masyarakat Desa Banyumulek merupakan masyarakat yang terbuka dengan segala perkembangan zaman dan teknologi. Selain itu, masyarakat mempunyai sifat ramah dan gotong royong yang tinggi, yang merupakan ciri desa pada umumnya. Faktor inilah menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke kawasan.

Feature dan View

Pada mulanya Desa Banyumulek merupakan kawasan pedesaan, yang kemudian berkembang menjadi kawasan wisata budaya. Tabel 9 memperlihatkan

feature dan view yang terdapat pada tapak. Diantara beberapa feature dan view

yang ada, terdapat beberapa objek yang merupakan good view dan bad view.

Good view yang ada perlu dipertahankan untuk menjaga kelestarian kawasan, sedangkan bad view yang ada perlu dilakukan perbaikan, sehingga berdasarkan konsep yang akan dikembangkan, kawasan ini dapat menjadi kawasan wisata budaya yang menarik wisatawan dan dapat meningkatkan pendapat penduduk setempat.

Gambar 36. Data Klimatologi Stasiun Kediri, Kabupaten Lombok Barat, NTB Tahun 1998-2003 CURAH HUJAN 0 50 100 150 Janu ari Febr uari Mar et Apr il Mei Juni Juli Agu stus Sept embe r Oktober Nov embe r Des embe r Bulan mm CH PENYINARAN MATAHARI 0 20 40 60 80 100

JanuariFebruari Maret April Mei Juni Juli

Agustus

SeptemberOktoberNovemberDesember

Bulan % KELEMBABAN NISBI 0 20 40 60 80 100

JanuariFebruari Maret April Mei Juni

Juli

Agustus

SeptemberOktoberNovemberDesember

Bulan % SUHU UDARA 0 10 20 30 40

JanuariFebruari Maret April Mei Juni Juli

Agustus

SeptemberOktoberNovemberDesember

Bulan C Bulan Min Temperatur Max Temperatur Rata-rata KECEPATAN ANGIN 0 1 2 3 4 5

JanuariFebruariMaret April M e i

Juni Juli Agustus

SeptemberOktoberNovemberDesember

Bulan

Tabel 9. Feature dan View pada Tapak

No Feature dan View Letak Keterangan

1. Tugu gerabah Perempatan Desa Banyumulek dan Desa Rumak, welcome area.

Good view. Dapat merupakan

landmark kawasan Desa

Banyumulek

2. Lahan pertanian Kedua sisi jalan Good view. Peruntukan lahan terbesar adalah untuk pesawahan.

3. Suasana pedesaan Area menuju pusat penghasil gerabah

Good view.

4. Deretan artshop Area pemasaran Good view.Menambah kesan wisata budaya pada tapak

5. Area penjemuran Depan artshop Bad view. Area penjemuran depan artshop menyebabkan ketidakteraturan.

6. Trotoar Area sepanjang pusat

penghasil gerabah

SINTESIS

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh potensi dan permasalahan untuk pengembangan wisata budaya pada tapak, sehingga perlu dilakukan pengembangan terhadap konsep yang ada. Pada Tabel 10 dapat dilihat potensi dan permasalahan serta pemecahan masalah pada tiap aspek data yang diperoleh. Secara fisik, ruang wisata budaya yang terdiri dari ruang intensif, semi intensif, dan ekstensif dibuat menjadi inti dari wisata budaya yang akan dikembangkan dengan tetap mempertahankan permukiman yang ada pada tapak. Jalur sirkulasi dibuat terpisah antara jalur wisata dan jalur masyarakat. Sedangkan secara budaya, diperlukan pengembangan konsep pada ruang wisata budaya dengan peningkatan atraksi wisata budaya, yang dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat sekitar dan pelestarian budaya terhadap kerajinan gerabah. Penerapan konsep wisata budaya berbasis industri kerajinan gerabah pada lokasi studi setelah melalui tahapan analisis dan sintesis menghasilkan block plan kawasan.

Tabel 10. Aspek Data, Permasalahan dan Pemecahan Masalah pada Tapak

Hasil Analisis

No. Data Potensi Pemasalahan Konsep Sintesis

1. Lokasi Letak strategis, dengan 5 dusun pusat penghasil gerabah dan 5 dusun pendukung gerabah

Tata ruang terdiri dari ruang wisata budaya dan non wisata budaya

Pembagian ruang wisata budaya dan non wisata budaya untuk menciptakan keteraturan 2. Aksesibilitas dan sistem transportasi - Aksesibilitas tinggi - Kemudahan sarana transportasi

- Lebar jalan sempit - Jalur sirkulasi 2 arah

dalam kawasan menyebabkan ketidakteraturan

Jaringan sirkulasi terbagi dua, yaitu sirkulasi untuk kegiatan wisata dan untuk kegiatan masyarakat

- Pemisahan dan pengaturan jalur sirkulasi masyarakat dan wisatawan.

3. Tata Guna Lahan, Pola Perkampungan dan Arsitektur Rumah - Peruntukan lahan terbesar untuk pertanian - Pola perkampungan memanjang (linear) - Pola perkampungan terbentuk sesuai dengan kehidupan industri gerabah - Rumah berarsitektur tradisional sudah jarang ditemukan

Pola ruang terbagi dua, yaitu ruang wisata budaya dan non wisata budaya

- Lahan pertanian sebagai penyangga, dapat menjadi pendukung wisata budaya. - Mempertahankan pola perkampungan

memanjang (linear) untuk memudahkan kegiatan wisata budaya.

- Menggunakan rumah berarsitektur tradisional pada fasilitas umum yang akan dibuat untuk pelestarian budaya.

4. Kependudukan - Dominasi kelas usia muda - Mata pencaharian utama bergerak di bidang industri gerabah - Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

- Mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam kegiatan wisata budaya

- Mempertahankan dan berupaya meningkatkan industri gerabah melalui kegiatan wisata budaya

5. Kegiatan Industri Gerabah - Keunikan desain gerabah - Kegiatan industri gerabah sebagai

- Bahan baku utama dan penunjang dari luar kawasan

- Melestarikan budaya melalui perencanaan wisata budaya

- Penyediaan bahan baku penunjang dalam kawasan, melalui penanaman pohon

Hasil Analisis

No. Data Potensi Pemasalahan Konsep Sintesis

salah satu pelestarian budaya - Penyerapan tenaga

kerja

bambu dan asem sebagai bahan penunjang produk gerabah. 6. Kegiatan Kepariwisataan - Objek dan atraksi - Pelayanan - Informasi dan promosi - Ruang wisata Budaya - Jalur wisata budaya - Wisatawan

- Keunikan des ain gerabah - Kegiatan industri gerabah sebagai salah satu pelestarian budaya - Kemudahan untuk memperoleh informasi

- Atraksi budaya pada kawasan sedikit

- Fasilitas pelayanan kurang mencukupi

- Tidak ada pemisahan ruang

- Tidak ada pemisahan jal ur antara masyarakat dan wisatawan - Kurangnya fasilitas

pelayanan yang

mengurangi kenyamanan wisatawan

Pemisahan ruang wisata budaya dan non wisata budaya

- Membudidayakan kembali kegiatan tradisional sebagai objek dan atraksi dalam wisata budaya

- Penambahan fasilitas yang mendukung untuk kenyamanan dalam berwisata budaya

- Pembuatan jalur sirkulasi terpisah untuk meningkatkan kenyamanan

- Penambahan fasilitas penunjang yang dapat meningkatakan kenyamanan wisataw an

Hasil Analisis

No. Data Potensi Pemasalahan Konsep Sintesis

7. Pendukung Wisata Budaya - Tanah - Topografi - Iklim - Aspek sosial masyarakat lokal

- Daya dukung tanah cukup baik dan stabil untuk

Dokumen terkait