• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN LANSKAP

2. Ruang Non Wisata Budaya

Ruang non wisata budaya merupakan ruang pendukung bagi kegiatan wisata budaya, dimana didalamnya terbagi kedalam sub -sub ruang, yaitu :

Ruang penerimaan merupakan ruang pertama yang akan dimasuki wisatawan. Ruang ini berfungsi sebagai area menuju kawasan wisata budaya gerabah. Pada ruang ini dibuat pos jaga, tempat penjualan tiket dan tempat parkir. Tempat parkir yang dibuat terbagi menjadi tiga, yaitu tempat parkir untuk bus, mobil dan kendaraan tradisional cidomo. Lebar jalan pada kawasan tidak terlalu besar , ±4 m, sehingga untuk melanjutkan perjalanan ke ruang wisata budaya wisatawan diberikan pilihan, untuk menggunakan jasa cidomo atau berjalan kaki menuju kawasan.

Ruang pelayanan berfungsi sebagai ruang yang memberikan pelayanan. Berbagai fasilitas pendukung pada ruang ini akan dibuat, diantaranya adalah kantor pengelola, pusat informasi, pusat pelayanan telekomunikasi, pusat kesehatan berupa klinik, tempat makan, toilet, musholla dan tempat duduk.

Ruang transisi merupakan ruang pertemuan antara dua ruang aktivitas yang berbeda. Ruang yang akan dibuat adalah berupa hutan kecil dengan vegetasi bahan pendukung pembuatan gerabah. Selain itu, pada ruang ini terdapat ruang terbuka berupa lapangan bermain, yang mendukung interaksi antara masyarakat setempat dan wisatawan dalam pertunjukan yang akan diselenggarakan di area ini. Ruang kehidupan masyarakat merupakan ruang yang telah ada pada tapak yang merupakan permukiman masyarakat setempat. Melalui perencanaan yang dibuat, ruang ini tetap dipertahankan, tetapi dilakukan penataan dan perbaikan fasilitas umun yang dapat mendukung kegiatan wisata budaya.

Tabel 11. Jenis Ruang, Fungsi, Aktivitas dan Fasilitas yang Direncanakan

Ruang

Ruang Sub-ruang Fungsi Aktivitas Fasilitas

Ha % Non Wisata Budaya (80.2 ha / 33 %) Penerimaan Pelayanan Transisi Kehidupan masyarakat Welcome area Memberikan pelayanan Aktivitas pasif Tempat tinggal dan lingkungan Ticketing Makan minum, mendapat informasi, istirahat, beribadah, parkir, pusat kesehatan Menikmati pemandangan, photohunting Aktivitas kehidupan sosial kemasyarakatan Gerbang masuk, loket, pos jaga Rumah makan, pusat informasi shelter, wartel, stopping area, bangku, klinik, musholla, area parkir, klinik Hutan kecil, shelter, lapangan terbuka Fasilitas umum pendukung kehidupan 1.2 7.3 23.1 48.6 0.5 3 9.5 20 Wisata Budaya (162.8 ha/67%) Intensif Semi intensif Ekstensif Rekreasi aktif Rekreasi pasif Kehidupan masyarakat Bermain, wisata belanja, berinteraksi dengan penduduk lokal, photohunting, belajar kebudayaan, makan dan minum, beribadah, pertunjukan Menikmati pemandangan, photohunting, istirahat, piknik, belajar kebudayaan Aktivitas kehidupan sosial kemasyara katan Area terbuka, shelter, artshop, workshop, toko souvenir, ruang ibadah, tempat makan, shelter, toilet, museum gerabah Area terbuka, permukiman, shelter, tempat makan, toilet Permukiman , area pertanian, perkebunan dan vegetasi alami 24.3 24.3 114.2 10 10 47

Rencana Tata Sirkulasi

Jalur sirkulasi yang direncanakan mencakup jalur sikulasi untuk kegiatan masyarakat dan wisata. Pemisahan jalur sirkulasi bertujuan untuk menghindari ketidakteraturan yang dapat mengurangi tingkat kenyamanan wisatawan. Berdasarkan penggunaannya, jalur sirkulasi wisata dibagi dua, yaitu : jalur sirkulasi primer dan sekunder. Jalur sirkulasi primer berupa jalur cidomo,

sedangkan jalur sirkulasi sekunder berupa jalan setapak untuk pejalan kaki (Gambar 39).

Gambar 39. Ilustrasi Jalur Sirkulasi Wisata

Jalur sirkulasi untuk masyarakat juga terbagi dua, yaitu ; jalur sirkulasi primer dan sekunder, dimana jalur sirkulasi primer berupa jalur untuk proses produksi dan sirkulasi sekunder berupa jalan setapak untuk kebutuhan masyarakat. Jalur sirkulasi kendaraan hanya sampai pada ruang penerimaan, dari ruang peneerimaan sampai kawasan inti wisata budaya jenis kendaraan yang disediakan hanya cidomo. Hal ini bertujuan untuk menjaga kealamian suasana pedesaan dan mendukung kegiatan wisata budaya yang dilakukan.

Jalur cidomo terdapat disepanjang ruang pelayanan sampai ruang intensif wisata budaya. Jalur sirkulasi ini bertujuan untuk mengakomodasikan pengunjung dalam menikmati kegiatan wisata budaya. Jalur sirkulasi cidomo ini, selain melalui sepanjang artshop, juga melewati sepanjang area produksi sehingga wisatan dapat mengetahui semua proses produksi. Lebar jalur cidomo 5 meter du untuk arah dengan perkerasan aspal.

Jalur pejalan kaki terdapat di semua ruang. Jalur ini berupa tracking bagi wisatawan, sehingga wisatawan tetap nyaman untuk berjalan mengelilingi kawasan. Jalur pejalan kaki ini diperjelas dengan tanda pengarah dan papan informasi sehingga wisatawan tidak akan tersesat. Pada beberapa lokasi disediakan bangku/shelter untuk beristirahat mengingat luas kawasan yang besar. Lebar jalur pejalan kaki ini 2 meter dengan perkerasan paving block. Pada ruang

masyarakat, jalur pejalan kaki berupa track ing untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mobilisasi kehidupannya. Lebar jalur ini juga 2 meter dengan perkerasan paving block.

Jalur sirkulasi untuk proses produksi berbeda dengan jalur sirkulasi wisatawan. Jalur ini berfungi untuk sirkulasi produk gerabah dan jalur kendaraan umum, sehingga dengan pemisahan jalur ini dapat mengurangi ketidakteraturan yang terjadi dalam wisatawan. Jalur sirkulasi ini berupa jalan raya dengan perkerasan aspal.

Pengembangan Wisata Budaya

Wisata budaya merupakan bentuk wisata yang akan dikembangkan dengan menjadikan gerabah sebagai objek dan atraksi utamanya. Kegiatan wisata budaya yang akan dikembangkan bersifat aktif dan pasif. Wisata budaya yag aktif yaitu dimana wisatawan dapat berperan aktif mengikuti proses pembuatan gerabah dari awal sampai akhir, sehingga wisatawan mendapatkan pengalaman yang berbeda. Wisata budaya pasif, yaitu wisatawan bersifat wisata visual, selain itu wisata yang dilakukan yaitu wisata belanja. Pada Gambar 40 dapat dilihat touring plan

kawasan yang merupakan alternatif jalur wisata yang ditawarkan kepada wisatawan untuk mengetahui lebih banyak pengalaman dalam kawasan. Kunjungan wisata ini direncanakan dapat berbentuk paket wisata, tergantung lamanya waktu yang dapat diikuti wisatawan dengan rangkain kegiatan yang berbeda.

Rencana Jenis dan Tata Letak Fasilitas

Pada area pe nerimaan, fasilitas yang direncanakan terdiri dari gerbang, pos jaga dan loket masuk (Gambar 41). Sebagai area yang pertama dimasuki oleh wisatawan, identitas kawasan wisata budaya sangat diperlukan, sehingga desain yang dibuat mempunyai identitas kawasan dengan perpaduan budaya lombok dan kerajinan gerabah. Selain pintu gerbang, dibuat tugu gerabah yang juga dapat menjadi identitas kawasan. Tugu gerabah ini selain dibuat di depan kawasan, juga dibuat di dalam kawasan, yaitu pada perempatan jalan dalam kawasan untuk memperkuat nilai budaya yang ada (Gambar 42).

Gambar 41. Ilustrasi Area Penerimaan

Gambar 42. Ilustrasi Tugu sebagai Identitas Kawasan

Fasilitas pada area pelayanan terdiri dari kantor pengelola dan pusat informasi, dimana pengunjung dapat memperoleh informasi mengenai kawasan . Informasi ini dibuat dalam bentuk leaflet, foto, peta kawasan secara keseluruhan untuk mengetahui jalur sirkulasi yang akan ditempuh, sehingga dapat merencanakn kegiatan yang akan dilakukan serta papan informasi. Papan informasi yang direncanakan terdiri atas papan nama kawasan, papan penunjuk arah, jarak dan lokasi suatu objek dan fasilitas, papan orientasi, dan papan peraturan (Gambar 43). Peletakan papan informasi ini tersebar pada tempat-tempat yang mudah terlihat dan strategis serta sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 43. Ilustrasi Papan Informasi

Selain kantor pengelola dan pusat informasi, terdapat musholla, klinik, pusat telekomunikasi dan tempat parkir. Tempat parkir ditempatkan setelah ticketing. Tempat parkir yang direncanakan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu parkir bus, mobil dan mini bus, serta tradisional cidomo. Tempat parkir kendaraan berbentuk sudut 90º (Gambar 44). Penempatan parkir untuk bus, mobil dan minibus serta cidomo dibuat terpisah, tetapi masih dalam satu kawasan.

Gambar 44. Ilustrasi Tempat Parkir

Salah satu fasilitas penunjang dalam kawasan adalah restoran, tempat wisatawan melepaskan lelah dan rasa laparnya, sehingga penataan area ini dibuat nyaman. Restoran dan tempat makan ditempatkan di ruang pelayanan dan ruang intensif, dengan desain restoran indoor dan outdoor. Wisatawan diberikan pilihan nuansa makan, sehingga diharapkan kepuasan wisatawan dapat terpenuhi (Gambar 45).

Gambar 45. Ilustrasi Restoran Outdoor

Pada area wisata budaya, baik pada ruang intensif, semi intensif maupun ekstensif direncanakan fasilitas yang tetap mengakomodasi kebutuhan dan keinginan wisatawan tetapi diusahakan berarsit ektur tradisional sehingga fungsi yang diingikan tercapai, diantaranya adalah museum gerabah, stopping area, musholla, artshop dan lain-lain. Artshop yang berada disepanjang jalan pada ruang intensif merupakan vocal point, sehingga perlu penataan yang dapat menonjolkan bentukan artshop ini. Selain itu direncanakan lapangan terbuka sebagai area bermain dan pertunjukan objek dan atraksi budaya yang ada dalam lawasan.

Untuk penginapan, bentuk penginapan wisatawan adalah homestay,

menginap di rumah penduduk dengan fasilitas yang ada, tetapi dilakukan perbaikan yang dapat menunjang kegiatan wisata budaya. Fasilitas untuk kegiatan belajar produksi gerabah dibuat beruga, yang berfungsi sebagai workshop.

Aktivitas wisata alam sebagai wisata non budaya dapat menjadi salah satu alternatif, dengan fasilitas berupa jalan setapak untuk tracking (Gambar 45).

Rencana Daya Dukung Wisata

Daya dukung kawasan bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan dan member ikan kenyamanan terhadap wisatawan. Perhitungan daya dukung kawasan wisata dapat dihitung berdasarkan standar rata -rata individu melakukan aktivitas wisata dalam m2/orang. Ruang penerimaan, pelayanan dan intensif merupakan ruang yang secara maksimal digunakan untuk kegiatan wisata. Tabel 12 memperlihatkan alokasi penggunaan lahan dan daya dukung pada tapak. Diperoleh daya dukung kawasan sebesar 1928 orang/kunjungan.

Tabel 12. Alokasi Penggunaan Lahan dan Daya Dukung

Ruang Fasilitas Standar * Luas

(m2)

Daya Dukung

Penerimaan Welcome area - 500 -

Pelayanan Parkir bus 23 m2/unit 2000

Parkir mobil 10 m2/unit 12500

Parkir cidomo 10 m2/unit 800

Musholla 2 m2/orang 200** 100

Tempat makan 1.5 m2/orang 500 334

Pusat informasi dan kantor pengelola

614 -

Intensif Artshop 1.5 m2/orang 1140 760

Shelter (8 unit) 4 m2/orang 800 200

Lapangan 8 m2/orang 800 100

Tempat makan 1.5 m2/orang 500 334

Museum gerabah dan pusat informasi

614 -

Musholla 2 m2/orang 200** 100

Stopping area (2) 4 m2/orang 800 200

Total 1928

* Sumber : Harris, C. W. dan N. T. Dines (1988) Douglass, R W (1982)

Cm

0 5 0 0 0

LEGENDA

SKALA ORIENTASI

GERBANG DAN LOKET PEMUKIMAN

ARTSHOP AREA PRODUKSI PUSAT PELAYANAN

AREA PARKIR BUS

SAWAH

AREA PARKIR MOBIL AREA PARKIR CIDOMO PERKEBUNAN

NOMOR GAMBAR DISETUJUI DIGAMBAR

DR. Ir. SITI NURISJAH, MSLA RINRIN KODARIYAH A 34201017

SITE PLAN

Dokumen terkait