• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Pengaruh Positif Jenis Pekerjaan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh positif jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha. Hal ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas koefisien regresi (ρ) = 0,833 lebih besar dari α = 0,05.

Deskripsi sikap wirausaha menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dikategorikan memiliki sikap wirausaha yang positif (91 mahasiswa atau 58,71%). Sikap di sini sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap bidang kewirausahaan.

Deskripsi minat menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dikategorikan memiliki minat berwirausaha yang tinggi (63 mahasiswa atau 40,65%). Minat di sini diartikan sebagai kecenderungan yang agak menetap dalam diri mahasiswa untuk merasa tertarik atau merasa senang berkecimpung di bidang kewirausahaan.

Deskripsi data mengenai jenis pekerjaan orang tua menunjukkan sebagian besar orang tua mahasiswa baik bapak maupun ibu bekerja sebagai non wirausaha (219 orang tua atau 70,65%). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua mahasiswa bekerja sebagai non wirausaha.

Hasil temuan ini tidak sejalan dengan pendapat Suryana (2006:63), yang menyatakan bahwa minat berwirausaha dipengaruhi lingkungan sosial yang meliputi keluarga, orang tua, dan jaringan kelompok. Keputusan untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha didorong oleh kondisi bahwa orang tersebut lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang memiliki tradisi kuat di bidang usaha (confidence modalities). Penelitian ini juga tidak sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh Mc. Slelland pada tahun 1961 di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitian (di ambil secara acak) berasal dari keluarga pengusaha (www.tumoutou.net/702_05123/tjahja_m.htm). Hal ini juga dipertegas oleh penelitian yang dilakukan Sulasmi pada tahun 1989 terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung menunjukkan bahwa sekitar 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha seperti orang tua, suami, dan saudara pengusaha (www.tumoutou.net/702_05123/tjahja_m.htm).

Hasil penelitian yang bertentangan dengan bukti empiris dan tinjauan teoritis ini tentulah perlu digali. Jenis pekerjaan orang tua tidak berpengaruh terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha. Oleh karena itu di duga ada faktor lain yang lebih dominan mempengaruhi minat berwirausaha. Menurut Saiman (2009:26), faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berminat menjadi wirausaha adalah

laba, kebebasan, impian personal, dan kemandirian. Selain itu, Saiman (2009:22) juga berpendapat bahwa dunia kewirausahaan perlu diperkenalkan sedini mungkin. Mata pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan dapat diajarkan di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau kejuruan, maupun perguruan tinggi. Tujuannya adalah setelah lulus sekolah, kuliah, ataupun putus sekolah dapat termotivasi untuk berminat menjadi seorang wirausaha. Sedangkan Soemanto (2006:37) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada anak yaitu pola-pola kehidupan masyarakat, perubahan dunia kerja, dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha dapat pula didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi- kodisi tersebut adalah: (1) orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan bagi dirinya selain menjadi wirausaha (tension modalities) dan (2) seseorang yang memang mempersiapkan diri menjadi wirausahawan (emotion modalities). Hal ini dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Mu’minah tahun 2001 atas 8 orang pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena keterpaksaan. Pada kondisi yang kedua emotion modalities merupakan pengusaha yang umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuan (akademik) yang

berkaitan dengan dunia usaha (www.tumoutou.net/ 702_05123 /tjahja_ m.htm).

Ditambahkan pula, menurut Kasmir (2009:33) beberapa penyebab seseorang untuk berminat dan memulai usaha di antaranya adalah: (1) sengaja terjun menjadi pengusaha yaitu seseorang yang sengaja mendirikan usaha. Hal ini dimulai dari hobi atau belajar dari kesuksesan orang lain. Kesuksesan dan kegagalan orang lain menjadi panutan dan pedoman dalam menjalankan usahanya. (2) kerja sampingan atau iseng yaitu usaha yang dilakukan di luar pekerjaan pokok untuk mencari pendapatan tambahan. Biasanya sekedar untuk mengisi waktu luang. (3) coba-coba, umumnya dilakukan oleh mereka yang belum memiliki pengalaman. Tetapi tidak sedikit orang yang memulai usaha dengan coba- coba akhirnya mencapai sukses yang besar. dan (4) terpaksa, cara ini dilakukan oleh seseorang yang lama menganggur, mulai dari lulus sekolah atau kuliah dan melamar pekerjaan tetapi tidak satupun yang mau menerimanya. Ada beberapa wirausaha yang sukses karena keterpaksaan.

2. Pengaruh Positif Tingkat Pendapatan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh positif tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan sikap wirausaha dengan minat berwirausaha. Hal ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas koefisien regresi (ρ) = 0,152 lebih besar dari α = 0,05.

Deskripsi sikap wirausaha menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dikategorikan memiliki sikap wirausaha yang positif (91 mahasiswa atau 58,71%). Sikap di sini sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap bidang kewirausahaan.

Deskripsi minat menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dikategorikan memiliki minat berwirausaha yang tinggi (63 mahasiswa atau 40,65%). Minat di sini diartikan sebagai kecenderungan yang agak menetap dalam diri mahasiswa untuk merasa tertarik atau merasa senang berkecimpung di bidang kewirausahaan.

Deskripsi data mengenai tingkat pendapatan orang tua menunjukkan sebagian besar orang tua mahasiswa baik bapak maupun ibu berpendapatan cukup (121 orang tua atau 39,03%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua mahasiswa berpendapatan cukup.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Handito Joewono (2010:69) yang menyatakan ada beberapa sumber dana yang bisa diakses pebisnis baru salah satunya yaitu dari keluarga atau teman. Keluarga dan teman merupakan sumber dana yang umum didapat bagi para pebisnis baru. Berbeda dengan investor profesional, keluarga dan teman tidak perlu mempelajari skema bisnis yang akan dijalankan, mereka cukup percaya saja dengan penjelasan yang disampaikan oleh calon

pebisnis baru, dan umumnya mereka lebih terdorong oleh rasa ingin menolong.

Menurut Kasmir (2009:37), minat dan bakat merupakan faktor penentu dalam menjalankan usaha. Disamping faktor minat dan bakat, faktor penentu yang lain adalah modal yang dimiliki. Setiap bidang usaha memerlukan modal yang besarnya tergantung dari usahanya. Faktor modal dapat dicari dari berbagai sumber, baik dari kantong pribadi, para sanak famili, rekan-rekan sejawat, atau pinjaman.

Hasil penelitian yang bertentangan dengan bukti empiris dan tinjauan teoritis ini tentulah perlu digali. Tingkat pendapatan orang tua tidak berpengaruh terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha. Oleh karena itu di duga ada faktor lain yang lebih dominan mempengaruhi minat berwirausaha. Menurut Saiman (2009:26) faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berminat menjadi wirausaha adalah laba, kebebasan, impian personal, dan kemandirian. Selain itu, Saiman (2009:22) juga berpendapat bahwa dunia kewirausahaan perlu diperkenalkan sedini mungkin. Mata pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan dapat diajarkan di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau kejuruan, maupun perguruan tinggi. Tujuannya adalah setelah lulus sekolah, kuliah, ataupun putus sekolah dapat termotivasi untuk berminat menjadi seorang wirausaha. Sedangkan Soemanto (2006:37) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi minat

berwirausaha pada anak yaitu pola-pola kehidupan masyarakat, perubahan dunia kerja, dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi-kodisi tersebut adalah: (1) orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan bagi dirinya selain menjadi wirausaha (tension modalities) dan (2) seseorang yang memang mempersiapkan diri menjadi wirausahawan (emotion modalities). Hal ini dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Mu’minah tahun 2001 atas 8 orang pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena keterpaksaan. Pada kondisi yang kedua emotion modalities merupakan pengusaha yang umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuan (akademik) yang berkaitan dengan dunia usaha (www.tumoutou.net/702_05123/tjahja_m.htm).

Menurut Kasmir (2009:33) beberapa penyebab seseorang untuk berminat dan memulai usaha di antaranya adalah: (1) sengaja terjun menjadi pengusaha yaitu seseorang yang sengaja mendirikan usaha. Hal ini dimulai dari hobi atau belajar dari kesuksesan orang lain. Kesuksesan dan kegagalan orang lain menjadi panutan dan pedoman dalam menjalankan usahanya. (2) kerja sampingan atau iseng yaitu usaha yang dilakukan di luar pekerjaan pokok untuk mencari pendapatan tambahan.

Biasanya sekedar untuk mengisi waktu luang. (3) coba-coba, umumnya dilakukan oleh mereka yang belum memiliki pengalaman. Tetapi tidak sedikit orang yang memulai usaha dengan coba-coba akhirnya mencapai sukses yang besar. dan (4) terpaksa, cara ini dilakukan oleh seseorang yang lama menganggur, mulai dari lulus sekolah atau kuliah dan melamar pekerjaan tetapi tidak satupun yang mau menerimanya. Ada beberapa wirausaha yang sukses karena keterpaksaan.

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terhadap Hubungan antara Sikap Wirausaha dengan Minat Berwirausaha.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan sikap wirausaha dengan minat berwirausaha. Hal ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai probabilitas koefisien regresi (ρ) = 0,535 lebih besar dari α = 0,05.

Deskripsi sikap wirausaha menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dikategorikan memiliki sikap wirausaha yang positif (91 mahasiswa atau 58,71%). Sikap di sini sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap bidang kewirausahaan.

Deskripsi minat menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa dikategorikan memiliki minat berwirausaha yang tinggi (63 mahasiswa atau 40,65%). Minat di sini diartikan sebagai kecenderungan yang agak

menetap dalam diri mahasiswa untuk merasa tertarik atau merasa senang berkecimpung di bidang kewirausahaan.

Deskripsi data mengenai tingkat pendidikan orang tua menunjukkan sebagian besar orang tua mahasiswa baik bapak maupun ibu berpendidikan cukup (140 orang tua atau 45,16%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua mahasiswa berpendidikan cukup.

Hasil penelitian tidak sejalan dengan pendapat Seomanto (2006:36- 37) yang menyatakan setiap perlakuan orang tua terhadap anak-anak berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain: latar belakang pendidikan orang tua, latar belakang sosial-ekonomi orang tua, dan pandangan orang tua mengenai pendidikan anak. Orang tua atau keluarga merupakan peletak dasar bagi perkembangan pribadi anak. Agar orang tua atau keluarga dapat memainkan peranan sebagai peletak dasar persiapan manusia-manusia pekerja yang efektif, maka salah satu persyaratan yang hendaknya dimiliki orang tua adalah berpendidikan tinggi dan memiliki sikap wirausaha. Dengan dimilikinya kualifikasi itu, diharapkan orang tua akan dapat memberikan andil dalam usaha membelajarkan anak-anak untuk berwirausaha.

Hasil penelitian yang bertentangan dengan bukti empiris dan tinjauan teoritis ini tentulah perlu digali. Tingkat pendidikan orang tua tidak berpengaruh terhadap hubungan antara sikap wirausaha dengan minat berwirausaha. Oleh karena itu di duga ada faktor lain yang lebih

dominan mempengaruhi minat berwirausaha. Menurut Saiman (2009:26) faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berminat menjadi wirausaha adalah laba, kebebasan, impian personal, dan kemandirian. Selain itu, Saiman (2009:22) juga berpendapat bahwa dunia kewirausahaan perlu diperkenalkan sedini mungkin. Mata pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan dapat diajarkan di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau kejuruan, maupun perguruan tinggi. Tujuannya adalah setelah lulus sekolah, kuliah, ataupun putus sekolah dapat termotivasi untuk berminat menjadi seorang wirausaha. Sedangkan Soemanto (2006:37) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada anak yaitu pola-pola kehidupan masyarakat, perubahan dunia kerja, dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi-kodisi tersebut adalah: (1) orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan bagi dirinya selain menjadi wirausaha (tension modalities) dan (2) seseorang yang memang mempersiapkan diri menjadi wirausahawan (emotion modalities). Hal ini dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Mu’minah (2001) atas 8 orang pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan bahwa semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena keterpaksaan. Pada kondisi yang kedua emotion modalities merupakan pengusaha yang umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang

mempersiapkan diri untuk menjadi seorang wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuan (akademik) yang berkaitan dengan dunia usaha (www.tumoutou.net/702_05123/tjahja_m.htm).

Menurut Kasmir (2009:33) beberapa penyebab seseorang untuk berminat dan memulai usaha diantaranya adalah: (1) sengaja terjun menjadi pengusaha yaitu seseorang yang sengaja mendirikan usaha. Hal ini dimulai dari hobi atau belajar dari kesuksesan orang lain. Kesuksesan dan kegagalan orang lain menjadi panutan dan pedoman dalam menjalankan usahanya. (2) kerja sampingan atau iseng yaitu usaha yang dilakukan di luar pekerjaan pokok untuk mencari pendapatan tambahan. Biasanya sekedar untuk mengisi waktu luang. (3) coba-coba, umumnya dilakukan oleh mereka yang belum memiliki pengalaman. Tetapi tidak sedikit orang yang memulai usaha dengan coba-coba akhirnya mencapai sukses yang besar. dan (4) terpaksa, cara ini dilakukan oleh seseorang yang lama menganggur, mulai dari lulus sekolah atau kuliah dan melamar pekerjaan tetapi tidak satupun yang mau menerimanya. Ada beberapa wirausaha yang sukses karena keterpaksaan.

121

Dokumen terkait