• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM

B. Sejarah Perkembangan Universitas Sanata Dharma

1. Latar belakang

Rencana mendirikan suatu Perguruan Tinggi Keguruan lahir ketika Prof. Moh. Yamin, S.H. menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sampai waktu itu, pendidikan khusus guru-guru SMTP/SMU dilaksanakan oleh kursus BI/BII yang didirikan di berbagai kota di Indonesia. Tetapi sewajarnyalah pendidikan yang amat penting itu diangkat ke taraf keguruan universiter dengan mempertahankan arah dan tujuannya sendiri, yaitu keguruan di sekolah menengah.

Inisiatif ini menarik bagi gereja, terutama di Jawa Tengah yang waktu itu, Ordo Societas Jesu (Serikat Yesus, sering disingkat S.J.) telah membuka kursus-kursus BI diantaranya BI Mendidik (Yayasan De Britto) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J., BI Sejarah, dan BI

Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang dikelola oleh Pater W.J. Van der Meulen, S.J. dan Peter H. Bastiaanse, S.J.

Selanjutnya kursus-kursus BI tersebut dianggap Crash Program sehingga Superior Misionaris Societas Jesu, yaitu Pater Kester berusaha mendirikan suatu perguruan tinggi. Kebetulan pada tahun 1954 – 1955, Prof. De Quelje, pejabat Kementrian PP dan K, berkunjung ke Yogyakarta. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh Pater Kester, Pater Ruding, dan Pater H. Loeff untuk menggali informasi tentang gagasan Prof. Moh. Yamin, S.H. untuk mendirikan PTPG. Pater Kester berpendapat bahwa justru gagasan inilah yang selaras dengan karya-karya para Pater Jesuit dan tidak melampaui batas-batas kemampuan Ordo.

Kemudian Pater Kester menjadi “tukang sulap”. Tiga kursus BI milik Jesuit yang sudah ada digabungkan menjadi satu. Gabungan itu diperkuat dengan “bumbu” US $ 150.000, hadiah dari Congregation de Propaganda Fide. Dengan demikian lahirlah PTPG Sanata Dharma yang dimulai pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah tanggal 17 Desember 1955.

Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 jurusan, yaitu (1) Bahasa Inggris, (2) Sejarah, (3) IPA, dan (4) Ilmu Mendidik. Sedangkan nama Sanata Dharma sendiri diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. pejabat Departemen PP dan K di Kawali (Kantor Waligereja Indonesia). Aslinya Sanata Dharma dibaca Sanyata Dharma. Nyata Dharma artinya “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang

nyata”. Kebaktian itu ditujukan kepada tanah air, bangsa, dan gereja (Pro Patria et Eclessia).

Selanjutnya pembesar misi Sosietas Jesus menunjuk Pater Prof. Dr. Nicolaus Drijarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma sedangkan Wakil Dekan dipercayakan lepada Pater H. Loeff, S.J.

2. Perkembangan selanjutnya

Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini Kementrian P dan K tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini, Sanata Dharma berhasil memperoleh status DISAMAKAN dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.1/1961, pada tanggal 6 mei 1961 jo No.77/1962 tanggal 11 Juli 1962. Tetapi secara de facto FKIP-FKIP yang dibentuk dari PTPG tetap berdiri sendiri dan FKIP Sanata Dharma di Universitas Katolik Indonesia Cabang Yogyakarta hanyalah nama di atas kertas saja.

Untuk mengatasi kerancuan ini akhirnya pemerintah kembali menetapkan agar FKIP berdiri sendiri menjadi IKIP. Karena itu FKIP Sanata Dharma juga berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No.237/B-Swt/U/1965. Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965.

Dalam masa IKIP tersebut, banyak hal berkembang di Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik yang

menyangkut pembangunan sarana fisik, administrasi, pengajaran, dan penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. IKIP Sanata Dharma dilengkapi dengan lembaga-lembaga pendukung, yaitu Pusat Penelitian Sanata Dharma, Pusat Pengabdian pada Masyarakat, dan Pusat Komputer. Di samping itu, IKIP Sanata Dharma didukung pula oleh dua Biro Administrasi Umum (BAU) dan Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK).

Yayasan Sanata Dharma membuka sekolah latihan bagi mahasiswanya, yaitu SMP Sanata Dharma pada tanggal 1 Januari 1967. SMP ini terletak di bagian utara kampus Sanata Dharma. Pada tanggal 1 Januari 1973 juga dibuka pendidikan non gelar bagi para lulusan SLTA, yaitu Program Extention Course Bahasa Inggris. Program ini dilaksanakan dalam rangka pengabdian pada masyarakat.

Pada bulan Juli 1979, IKIP Sanata Dharma melaksanakan program S1 (sebelumnya IKIP Sanata Dharma melaksanakan program Sarjana Muda dan Sarjana). Pada saat yang sama Depdikbud juga mempercayakan kepada IKIP Sanata Dharma untuk mengelola program Diploma I, II, dan III pada berbagai jurusan seperti Matematika, Físika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990, dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD.

Pada akhirnya, untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta kemajuan zaman, maka pada tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK Mendikbud No. 46/D/O/1993, IKIP Sanata Drama

dikembangkan menjadi Universitas Sanata Dharma. Dengan perkembangan ini, diharapkan Sanata Dharma tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma terdorong untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping tetap mempertahankan pendidikan guru dengan membuka Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Sanata Dharma juga membuka 6 fakultas baru dan 2 fakultas perubahan bentuk. Dengan demikian, fakultas-fakultas di Universitas Sanata Dharma mencakup FKIP, Fakultas Ekonomi, Fakultas MIPA, Fakultas Sastra, Fakultas Teknik, Fakultas Farmasi, Fakultas Psikologi, Fakultas Teologi, dan Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA).

Sejak tanggal 19 April 1999, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 143/DIKTI/Kep/1999 Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA) berubah menjadi Program Studi Ilmu Pendidikan, kekhususan Pendidikan Agama Katolik dan menjadi bagian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Dengan demikian saat ini Universitas Sanata Dharma memiliki 8 Fakultas yang menyelenggarakan pendidikan program gelar (S1), Yaitu: FKIP, Fakultas Ekonomi, Fakultas MIPA, Fakultas Sastra, Fakultas Teknik, Fakultas Farmasi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Teologi. Program non gelar yaitu DII PGSD (di Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP),

English Extention Course, dan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Lebih dari itu, saat ini Universitas Sanata Dharma juga membuka Program Pasca Sarjana yaitu Program Studi Magister Teologi dan Program Studi Magister Ilmu Religi dan Budaya.

3. Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J.

Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J. yang bernama kecil Nicolaus Suhardiman dan biasa dipanggil Jenthu, lahir di Kedunggubah, Purworejo, Kedu, Jawa Tengah pada hari Jumat, 13 Juni 1913. Setelah menamatkan HIS (setara dengan SD sekarang, dengan lama belajar 7 tahun), beliau memasuki Seminari Menengah pada tahun 1929. Pada tahun 1935 kemudian bergabung dengan Serikat Yesus dan belajar Askese di tempat yang sama. Beliau juga belajar Kesusasteraan Barat dan Timur selama satu tahun. Pada saat itulah beliau berganti nama menjadi Nicolaus Drijarkara, S.J. Tahun 1938 beliau pindah di Kolese Ignatius, Yogyakarta, untuk belajar filsafat. Beliau lulus tahun 1941 dan kembali ke Ungaran untuk menjadi dosen di sana. Satu tahun kemudian, beliau kembali ke Yogyakarta dan mengajar filsafat di Seminari Tinggi, Yogyakarta. Saat itu juga, beliau melanjutkan studi Teologi.

Pada tanggal 6 Januari 1947, beliau ditahbiskan menjadi imam, dan kemudian melanjutkan belajar Teologia di Belanda serta belajar Askese di Belgia. Tahun 1950-1952 beliau mengambil gelar Doktor bidang Filsafat di Universitas Gregoriana, Roma. Tahun itu juga beliau kembali ke Yogyakarta dan mengajar Filsafat di Kolese Ignatius sampai tahun 1958.

Dalam hal karir, Drijarkara merupakan Rektor pertama IKIP Sanata Dharma (waktu itu disebut Dekan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Sanata Dharma) dari tahun 1955 sampai wafatnya tahun 1967. Di samping itu beliau juga menjadi Guru Besar Universitas Indonesia tahun 1960-1967, di Universitas Hasanudin tahun 1961-1967, dan di Institut Ilmiah ALRI tahun 1966-1967. Beliau pernah pula menjadi dosen tamu di Universitas St. Louis, USA tahun 1963-1967.

Tanggal 11 Februari 1967 beliau wafat di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta. Pada tahun 1967 beliau dianugrahi Piagam Anugrah Pendidikan, Pengabdian dan Ilmu Pengetahuan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI atas jasanya terhadap negara sebagai pengabdi dan pendorong di bidang pendidikan.

Sebagai seorang pendidik, nama Drijarkara tidak dapat dipisahkan dari pengembangan IKIP Sanata Dharma yang nantinya menjadi embrio dari Universitas Sanata Dharma. Beliaulah yang ikut merintis terbentuknya IKIP Sanata Dharma yang dulu bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Sanata Dharma. Beliau pula yang pada masa awal perkembangan IKIP Sanata Dharma menghadapi segala kesulitan, baik kesulitan mendapatkan dosen/staf pengajar, mencari tempat kuliah, dana, dan aneka kesulitan lainnya.

Sebagai seorang ahli filsafat, Drijarkara telah meletakkan landasan dasar Filsafat Pendidik IKIP Sanata Dharma. Adapun dasar filsafat yang dikembangkan oleh Drijarkara adalah sebagai berikut:

a. Manusia diciptakan oleh Tuhan untuk mengembangkan dirinya menurut citra yang dipribadikan dalam individu dan masyarakat sekitar.

b. Manusia Indonesia memilih citra tersebut dalam eksistensinya di lingkungan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

c. Dalam mengembangkan kemanusiaan yang bercorak Indonesia itu, kita saling membantu dan melengkapi

Bertolak dari filsafat tentang manusia Indonesia, Drijarkara telah mengembangkan suatu Filsafat Pendidikan dengan pikiran-pikiran pokok sebagai berikut:

a. Intisari pendidikan adalah suatu hubungan manusiawi antara pendidik dan si terdidik satu sama lain. Kedua belah pihak saling menghargai sebagai manusia dan saling membantu mewujudkan kemanusiaan mereka, namun ada perbedaan, yaitu yang satu lebih membimbing dan yang lain lebih dibimbing.

b. Dengan demikian, pendidikan dilangsungkan dalam suatu hubungan pendampingan yang bersifat dialogis dan dinamis, ketika kedua belah pihak membuka hati dan pikiran dan bersama menuju ke depan.

c. Dalam pendidikan, si terdidik maupun pendidik menjadi manusia yang otentik bebas, dan ber-Pancasila yang melaksanakan dirinya dalam suatu keseimbangan dengan sesama, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat, dan negara; dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam cinta

kasih-Nya dan dengan alam sekitar yang dikuasai dan dihargai oleh-Nya.

d. Pendidikan dilaksanakan oleh manusia yang bereksistensi dalam lingkungan Indonesia itu, karena itu patutlah memberi prioritas kepada setiap pelajaran yang memperkuat integrasi dalam lingkungan Indonesia itu. Karena Indonesia sedang membangun, maka semua pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menunjang pembangunan itu diberi perhatian istimewa.

Berdasarkan Filsafat Pendidikan Drijarkara tersebut, maka Universitas Sanata Dharma berkewajiban untuk melaksanakan segala usaha dengan tujuan:

a. Golongan-golongan dengan agama dan keyakinan yang berbeda-beda dapat saling menghargai.

b. Semua warga dibantu mengembangkan hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa.

c. Semua warga merasa terdorong untuk menyumbangkan jasa sebagai pendidik dan ilmuwan yang profesional dan bermutu kepada dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan serta teknologi di Indonesia.

d. Suasana di Universitas Sanata Dharma mencerminkan keadilan dan memajukan pemerataan pendidikan sehingga semua mahasiswa menghayati cita-cita itu.

Meskipun secara formal Drijakara tidak dicantumkan sebagai pendiri Sanata Dharma, namun secara nyata beliaulah yang merintis,

memulai, dan memberikan pengarahan kepada FKIP Sanata Dharma yang merupakan embrio berdirinya Universitas Sanata Dharma. Nama-nama rektor Universitas Sanata Dharma diantaranya adalah:

e. Prof. Dr. N. Drijarkara, S.J. (1955-1967) f. Drs. J. Drost, S.J. (1968-1976)

g. Prof. Dr. A.M. Kadarman, S.J. (1977-1984) h. Drs. F.X. Danuwinata, S.J. (1984-1988) i. Drs. A. Tuyoto, M.Sc. (1988-1993) j. Dr. M. Sastrapratedja, S.J. (1993-2001) k. Dr. Paulus Suparno, S.J.,MST (2001-2006)

l. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J.,M.Sc. (2006- sekarang)

C. Visi dan Misi Universitas Sanata Dharma

Dokumen terkait