• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Umum Responden

Responden yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti melakukan screening terlebih dahulu.

Screening tersebut bertujuan untuk mengetahui calon responden sudah pernah berkunjung dan mengonsumsi menu di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor, sudah berusia di atas 16 tahun dan bersedia untuk mengisi kuesioner.

Karakteristik konsumen dapat dilihat berdasarkan demografi yang mencakup jenis kelamin, usia, status pernikahan, domisili, suku, pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani, pekerjaan, dan pendapatan per bulan. Penentuan karakteristik konsumen ini berdasarkan dengan segmentasi pasar konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penyebaran yang dilakukan terhadap 100 orang responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor, diketahui bahwa sebagian besar konsumen rumah makan ini adalah laki-laki dengan persentase sebesar 61 persen, sedangkan perempuan sebesar 39 persen.

Hal ini terlihat bahwa adanya perbedaan persentase yang tidak terlalu jauh antara laki-laki dan perempuan. Jumlah laki-laki dan perempuan yang tidak berbeda jauh menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan saling memengaruhi untuk membeli. Selain itu, jenis kelamin laki-laki dan perempuan sudah sesuai dengan segmentasi di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang ada. Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran reponden berdasarkan jenis kelamin di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014

Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 61 61

Perempuan 39 39

Total 100 100

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memiliki tingkat usia yang beragam. Pada penelitian ini responden yang dipilih untuk mengisi kuesioner ini adalah konsumen yang telah berusia 16 tahun atau lebih karena dianggap telah memiliki kedewasaan berpikir sehingga mampu memahami pertanyaan dalam kuesioner dengan benar. Sebagian besar konsumen restoran ini berada pada rentang usia 19-35 tahun yaitu sebesar 69 persen, yang mana pada rentang usia ini disebut sebagai dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pada rentang usia ini cenderung sudah bekerja dan sebagian masih kuliah sehingga responden dengan usia ini lebih memilih untuk makan di luar rumah karena keterbatasan waktu yang dimiliki dan juga dapat berkumpul dengan teman-teman maupun

45 rekan kerja. Selain itu, terdapat responden yang termasuk dalam rentang usia yang ada. Hal ini memperlihatkan bahwa usia juga telah sesuai dengan segmentasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang ada yaitu semua usia. Karakteristik konsumen berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran reponden berdasarkan usia di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

16-18 (Remaja lanjut) 1 1

19-35 (Dewasa) 69 69

36-50 (Separuh baya) 25 25

51-65 (Tua) 5 5

Total 100 100

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status pernikahan menunjukkan bahwa seseorang telah berkeluarga, belum berkeluarga, maupun telah menjanda/menduda. Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang telah menikah sebanyak 54 persen dan yang belum menikah sebesar 46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung setiap harinya adalah pengunjung yang sudah menikah dan sesuai dengan rentang usia 19-35 tahun yang mana pada umumnya rentang usia ini sebagian besar sudah menikah. Selain itu, status pernikahan responden yang telah menikah tidak berbeda jauh dengan responden yang belum menikah. Hal ini menunjukkan bahwa status pernikahan telah sesuai dengan segmentasi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yang ada. Karakteristik konsumen berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran reponden berdasarkan status pernikahan di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014

Status pernikahan Jumlah (orang) Persentase (%)

Menikah 54 54

Belum menikah 46 46

Total 100 100

Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal (Domisili)

Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor berdomisili di Bogor dan luar Bogor. Responden paling banyak berasal dari Bogor dengan persentase sebesar 77 persen. Hal ini dikarenakan rumah makan ini berlokasi di Bogor yang mudah dijangkau dan dekat dengan konsumen yang berasal dari Bogor, sedangkan responden yang berdomisili di luar Bogor sebanyak 15 persen berasal dari Jakarta dan delapan persen dari kota lainnya, seperti Bandung, Purwakarta, Tasikmalaya, Yogyakarta, dan Palembang. Responden yang berasal dari luar Bogor ini biasanya sengaja mengunjungi RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor pada hari libur untuk berkumpul bersama dengan keluarga. Selain itu, domisili responden yang bukan hanya berasal dari Bogor menunjukkan bahwa segmentasi tempat tinggal responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten

46

Cabang Bogor telah sesuai dengan segmentasi yang ada, yang mana rumah makan ini bersegmen semua pelanggan dari penjuru daerah. Karakteristik konsumen berdasarkan domisili dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran reponden berdasarkan domisili di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014

Alamat/domisili Jumlah (orang) Persentase (%)

Bogor 77 77

Jakarta 15 15

Lainnya 8 8

Total 100 100

Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor merupakan makanan tradisional Jawa. Berdasarkan hasil sebaran responden diperoleh informasi bahwa responden paling banyak bersuku Sunda yaitu sebesar 43 persen. Hal ini dikarenakan pengunjung RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor paling banyak berasal dari Bogor, yang mana sebagian besar masyarakat Bogor bersuku Sunda. Suku terbanyak kedua yaitu suku Jawa dengan persentase sebesar 40 persen, tidak jauh berbeda dengan yang pertama. Hal ini disebabkan responden bersuku Jawa yang tinggal di Bogor maupun luar Bogor yang berkunjung ke rumah makan ini merasa rindu dengan makanan khas Jawa atau citarasa yang ditawarkan rumah makan ini sesuai dengan lidah pengunjung bersuku Jawa. Namun, tidak hanya konsumen bersuku Jawa dan Sunda yang menikmati makanan di rumah makan ini. Suku lain seperti Batak, Tionghoa, dan Minangkabau (Koto) juga makan di rumah makan ini. Adanya berbagai suku yang menikmati menu RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor menunjukkan bahwa cita rasa yang ditawarkan rumah makan ini cocok untuk semua konsumen dengan suku apapun, tidak hanya Suku Jawa.

Berdasarkan hasil suku yang didapatkan, Suku Sunda dan Suku Jawa tidak jauh berbeda dan terdapat beberapa suku lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa segmentasi rumah makan ini telah sesuai dengan segmentasi yang ada, yang mana bersegmen untuk semua kalangan baik dari Suku Jawa, Sunda, maupun suku yang lainnya. Karakteristik konsumen berdasarkan suku dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran reponden berdasarkan suku di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten

Cabang Bogor tahun 2014

Suku bangsa Jumlah (orang) Persentase (%)

Sunda 43 43

Jawa 40 40

Lainnya 17 17

47

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda, yaitu mulai dari SMA hingga doktor. Sebaran responden 100 orang menunjukkan sebagian besar berpendidikan sarjana dengan persentase sebesar 61 persen karena konsumen yang datang ke rumah makan ini adalah mahasiswa yang sedang menempuh tingkat pendidikan sarjana serta konsumen yang sudah lulus sarjana dan sudah bekerja. Kemudian diikuti oleh pendidikan SMA sebesar 18 persen, diploma 12 persen, magister delapan persen, dan doktor satu persen, sedangkan untuk tingkat pendidikan di bawah SMA tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang datang ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor merupakan orang-orang yang berpendidikan tinggi atau terpelajar. Selain itu, tingkat pendidikan yang tinggi akan memengaruhi proses keputusan pembelian karena konsumen yang berpendidikan tinggi akan lebih senang untuk mencari informasi mengenai suatu produk sebelum memutuskan untuk membeli. Karakteristik konsumen berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran reponden berdasarkan tingkat pendidikan di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SMA 18 18 Diploma 12 12 Sarjana (S1) 61 61 Magister (S2) 8 8 Doktor (S3) 1 1 Total 100 100

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa sebagian besar responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor adalah pegawai swasta dengan persentase sebesar 43 persen, diikuti dengan pelajar/mahasiswa sebanyak 20 persen, pegawai negeri 15 persen, wiraswasta sebanyak sepuluh persen, ibu rumah tangga sebanyak tiga persen, dan sebanyak sembilan persen termasuk kategori lainnya, seperti TNI, BUMN, Polri, dan dosen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengunjung RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor berprofesi sebagai pegawai swasta. Hal ni disebabkan lokasi rumah makan yang berada dekat dengan perumahan, rumah sakit, dan perkantoran sehingga pengunjung sering datang ke rumah makan ini untuk makan siang pada jam istirahat kantor atau hanya berkumpul dengan teman-temannya pada waktu luang. Selain itu, lokasi rumah makan yang strategis juga menjadi salah satu motivasi bagi konsumen lain untuk memilih rumah makan ini sebagai salah satu tempat untuk mengadakan pertemuan dengan relasi bisnis dan sekedar berdiskusi dengan teman.

Berdasarkan hasil yang didapatkan, pekerjaan responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor beragam, mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, pegawai negeri, pegawai swasta, pengusaha, dll. Hal ini telah sesuai segmentasi

48

rumah makan ini yang mana bersegmentasi semua kalangan. Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran reponden berdasarkan pekerjaan di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Pelajar/mahasiswa 20 20

Ibu rumah tangga 3 3

Pegawai negeri 15 15

Pegawai swasta 43 43

Wiraswasta/pengusaha 10 10

Lainnya 9 9

Total 100 100

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah pendapatan per bulan yang diterima oleh responden. Sumber pendapatan responden bervariasi sesuai dengan pekerjaannya. Bagi reponden yang belum berpenghasilan maka pendapatan diartikan sebagai uang saku yang diterima selama sebulan dan bagi ibu rumah tangga diartikan sebagai pendapatan suami per bulan. Pendapatan responden memengaruhi dalam memilih dan menentukan tempat pembelian.

Informasi yang diperoleh adalah sebagian besar reponden berpendapatan lebih dari Rp5 500 000 dengan persentase sebesar 29 persen. Pendapatan tersebut tergolong dalam golongan menegah ke atas. Hal ini dapat diketahui dari pengamatan di lapang bahwa sebagian besar konsumen adalah berpendidikan sarjana dan memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta yang berpendapatan lebih dari Rp5 500 000, namun konsumen yang berpendapatan Rp500 000 – Rp5 499 999 rata sebanyak 10-15 responden sehingga hal ini menunjukkan bahwa responden RM. Sop Ayam Pak Min Klaten telah sesuai dengan segmentasi yang ada yaitu bersegmen semua kalangan. Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan rata-rata per bulan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran reponden berdasarkan pendapatan rata-rata per bulan di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor tahun 2014

Pendapatan rata-rata per bulan Jumlah (orang) Persentase (%)

< Rp500 000 5 5 Rp500 000 - Rp1 499 999 14 14 Rp1 500 000 - Rp2 499 999 14 14 Rp2 500 000 - Rp3 499 999 10 10 Rp3 500 000 - Rp4 499 999 13 13 Rp4 500 000 - Rp5 499 999 15 15 > Rp5 500 000 29 29 Total 100 100

49 Secara umum, karakteristik responden Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor telah sesuai dengan segmentasi yang ada, yaitu bersegmentasi semua kalangan, baik dari segi jenis kelamin, umur, tempat tinggal, status pernikahan, pekerjaan, maupun pendapatan.

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Keputusan konsumen untuk membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil (Engel et al. 1995). Informasi mengenai proses keputusan pembelian diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden. Pada penelitian ini, analisis perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian dan kepuasan konsumen di RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor menghasilkan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan pelayanannya kepada konsumen.

Pengenalan Kebutuhan

Proses keputusan berkunjung ke RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor dimulai ketika konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan terhadap makan. Pemenuhan terhadap kebutuhan merupakan suatu pemicu konsumen untuk melakukan konsumsi terhadap suatu produk. Menurut Engel et al. (1995), proses keputusan dimulai ketika suatu kebutuhan diaktifkan dan dikenali karena terjadi ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan oleh konsumen dengan situasi aktual. Kesadaran konsumen terhadap kebutuhan suatu produk membuat konsumen berusaha untuk mencarinya. Pengenalan kebutuhan merupakan tahap awal dari proses pembelian suatu produk. Sebaran konsumen berdasarkan frekuensi makan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran konsumen berdasarkan frekuensi makan di luar rumah Frekuensi makan di luar rumah dalam Jumlah Persentase

satu minggu (kali) (orang) (%)

1-2 27 27

3-4 29 29

5-6 16 16

Setiap hari (7) 28 28

Total 100 100

Konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor sendiri telah mengenali kebutuhan terhadap makan di luar rumah. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen makan di luar rumah sebanyak 3-4 kali dalam seminggu dengan persentase sebesar 29 persen, kemudian diikuti oleh konsumen yang makan setiap hari yang persentasenya tidak jauh berbeda dengan yang pertama, yaitu sebesar 28 persen, 1-2 kali semingu sebesar 27 persen, dan 5-6 kali seminggu sebesar 16 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam satu minggu konsumen akan makan di luar rumah setidaknya 3-4 kali karena jika dilihat dari karakteristik

50

konsumen RM. Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor yaitu pegawai swasta dan pelajar mahasiswa yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah.

Motivasi merupakan rangsangan yang menetapkan kebutuhan konsumen dan mengarahkan konsumen untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan tersebut. Motivasi memiliki hubungan yang erat dengan pengenalan kebutuhan, misalnya pada saat seseorang lapar (pengenalan kebutuhan), maka ia memiliki motivasi untuk mencari makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa motivasi sebagian besar konsumen makan di luar rumah adalah adanya kebutuhan untuk makan dengan persentase sebesar 43 persen. Motivasi tertinggi kedua yaitu mencari menu dan rasa yang khas dengan persentase sebesar 30 persen, selanjutnya sekedar ingin mencoba sebesar 13 persen, dan sebagai gaya hidup sebesar 11 persen, serta tiga persen sisanya termasuk pada kategori lainnya dengan alasan ingin praktis.

Kebutuhan untuk makan merupakan motivasi utama konsumen untuk memilih makan di luar rumah. Rumah makan yang menyediakan menu makanan dan minuman dengan porsi yang pas, harga terjangkau, dan menu yang enak akan mendorong konsumen untuk berkunjung. Sebaran konsumen berdasarkan motivasi makan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran konsumen berdasarkan motivasi makan di luar rumah Motivasi untuk makan di luar rumah Jumlah Persentase

(orang) (%)

Kebutuhan untuk makan 43 43

Sebagai gaya hidup 11 11

Mencari menu dan rasa yang khas 30 30

Sekedar ingin mencoba 13 13

Lainnya 3 3

Total 100 100

Berdasarkan data sebaran konsumen mengenai manfaat responden makan di luar rumah yaitu sebesar 52 persen menyatakan bahwa makan di luar rumah dimanfaatkan sebagai makanan selingan. Hal ini bisa dikatakan bahwa makanan selingan merupakan makanan pengganti. Apabila dilihat dari katakteristik responden, sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai swasta yang telah menikah. Pada saat makan pagi responden akan makan di rumah, namun pada saat makan siang responden akan makan di luar rumah (adanya aktivitas di luar rumah) sehingga disebut sebagai makanan selingan karena yang menjadi makanan utamanya di rumah. Kemudian terdapat sebanyak 38 persen responden menilai manfaat yang dicari dari makan di luar rumah sebagai makanan utama, hal ini terutama diungkapkan oleh responden yang masih kuliah dan jauh dari rumah sehingga makan di luar rumah dijadikan sebagai makanan utama. Selanjutnya terdapat tujuh persen responden yang mencari manfaat sebagai pemenuhan gizi. Hal ini diungkapkan oleh mahasiswa yang biasa makan di luar dan menganggap makan di restoran atau rumah makan dengan menu ayam atau daging-dagingan merupakan pemenuhan gizi. Sebanyak dua persen responden mencari manfaat makan di luar rumah sebagai simbol status sosial. Hal ini dikarenakan responden ingin menunjukkan dimana status sosialnya berada, biasanya responden ini

51 mempunyai status sosial yang tinggi dan makan di restoran mewah. Selain itu, terdapat satu persen responden yang termasuk dalam kategori lainnya yaitu mencari manfaat kepraktisan yang disebabkan kesibukan di luar rumah. Sebaran konsumen berdasarkan manfaat makan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran konsumen berdasarkan manfaat makan di luar rumah Manfaat yang dicari dari makan di luar rumah Jumlah (orang) Persentase (%)

Sebagai makanan utama 38 38

Sebagai makanan selingan 52 52

Pemenuhan gizi 7 7

Simbol status sosial (prestize) 2 2

Lainnya 1 1

Total 100 100

Pencarian Informasi

Tahap kedua dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah tahap pencarian informasi. Setelah konsumen mengenali kebutuhannya, maka konsumen akan mencari informasi tentang produk yang akan memenuhi kepuasannya. Pencarian dapat bersifat internal dan eksternal. Pencarian internal melibatkan pemerolehan kembali pengetahuan dari ingatan. Pencarian eksternal terdiri dari pengumpulan informasi dari pasar, yang mana dapat diperoleh dari teman, keluarga, papan nama, media cetak, media elektronik, dan internet. Sebaran konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai alternatif tempat makan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran konsumen berdasarkan sumber informasi mengenai alternatif tempat makan

Sumber informasi mengenai alternatif Jumlah Persentase

tempat makan (orang) (%)

Inisiatif sendiri 9 9

Teman/kenalan 53 53

Anggota keluarga 8 8

Papan nama/spanduk 20 20

Media cetak (brosur, koran) 1 1

Media elektronik (tv, radio) 1 1

Internet 8 8

Total 100 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 53 persen konsumen mendapatkan informasi mengenai rumah makan dari teman. Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai rumah makan dilakukan dengan cara word of mouth, yang mana konsumen yang telah mengetahui tentang keberadaan rumah makan atau restoran sebelumnya akan menyampaikan hal tersebut pada orang lain sehingga penyebaran informasi menjadi lebih cepat. Selain itu, kebiasaan konsumen menjamu teman atau rekan kerja di suatu rumah makan juga menjadi

52

komunikasi yang dinilai efektif untuk menyampaikan keberadaan suatu rumah makan. Sumber informasi kedua yang dipilih konsumen adalah papan nama dengan persentase sebesar 20 persen. Pemasangan papan nama suatu restoran atau rumah makan yang berada di depan bangunan rumah makan memberikan keefektifan dalam memberikan informasi sehingga dapat terlihat oleh konsumen yang sedang melintas di daerah tersebut hingga akhirnya tertarik untuk melakukan pembelian.

Setelah mendapatkan informasi mengenai restoran atau rumah makan, konsumen akan mencari informasi lain yang lebih mendalam mengenai aspek- aspek yang menjadi fokus utama dari informasi yang diperoleh. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang memadai akan mencari informasi yang banyak serta lebih selektif terhadap apa yang dikonsumsi. Cita rasa makanan dan minuman yang ditawarkan oleh restoran atau rumah makan merupakan hal penting yang menjadi fokus perhatian utama responden ketika mendapatkan informasi tentang suatu rumah makan dengan persentase sebesar 78 persen. Sebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian dari sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Sebaran konsumen berdasarkan fokus perhatian dari sumber informasi Fokus perhatian dari sumber informasi Jumlah Persentase

(orang) (%)

Cita rasa makanan 78 78

Harga yang ditawarkan 7 7

Lokasi rumah makan 4 4

Pelayanan rumah makan 6 6

Kenyamanan tempat 5 5

Total 100 100

Pada umumnya promosi yang dilakukan oleh suatu rumah makan akan menarik perhatian konsumen untuk mengunjungi rumah makan tersebut. Bentuk promosi yang paling banyak dipilih konsumen adalah paket promosi dengan persentase sebesar 55 persen, kemudian potongan harga sebanyak 29 persen, dan 16 persen sisanya termasuk ke dalam kategori lainnya, seperti kupon dan menu spesial. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen lebih tertarik dengan paket promosi seperti paket hemat yang menunya sudah termasuk makanan dan minuman. Sebaran konsumen berdasarkan bentuk promosi yang menarik konsumen dapat dilihat pada Tabel 20.

53 Tabel 20 Sebaran konsumen berdasarkan bentuk promosi yang menarik

konsumen

Bentuk promosi yang menarik konsumen untuk Jumlah Persentase melakukan kunjungan ke tempat makan (orang) (%)

Paket promosi 55 55

Potongan harga 29 29

Lainnya 16 16

Total 100 100

Berdasarkan data pada Tabel 21 menunjukkan bahwa bentuk-bentuk promosi seperti paket promosi, potongan harga, dan kupon membuat konsumen merasa tertarik sehingga memutuskan untuk mengunjungi rumah makan tersebut dengan persentase sebesar 81 persen. Sisanya sebanyak 19 persen merasa bahwa promosi yang dilakukan suatu rumah makan tidak memberikan pengaruh apapun terhadap diri responden.

Tabel 21 Sebaran konsumen berdasarkan pengaruh promosi dalam melakukan kunjungan ke tempat makan

Pengaruh promosi dalam melakukan kunjungan Jumlah Persentase

ke tempat makan (orang) (%)

Membuat tertarik 81 81

Tidak ada pengaruh 19 19

Total 100 100

Berdasarkan indikasi tersebut, konsumen memiliki motivasi yang kuat dalam mencari informasi. Konsumen tidak berhenti pada pencarian internal tetapi melanjutkan pencarian eksternal dimana informasi didapat dari teman. Pencarian eksternal tidak hanya mengetahui merek/nama rumah makan, tetapi juga informasi atribut yang ditawarkan produk tersebut, yaitu rasa. Informasi yang diperoleh kemudian diolah sehingga menghasilkan beberapa alternatif restoran yang akan dievaluasi selanjutnya pada proses evaluasi alternatif.

Evaluasi Alternatif

Tahap ketiga dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah tahap evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Keputusan harus diambil pada awalnya mengenai alternatif mana yang harus dipertimbangkan dan dimensi atau atribut apa yang akan digunakan dalam

Dokumen terkait