• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Input Sistem Pemeliharaan

Hasil penelitian dari lembar kuesioner yang merupakan komponen input, meliputi sumber daya manusia, dana, sarana, dan pedoman.

5.1.1. Sumber daya manusia

Dari hasil penelitian, rumah sakit responden yang mempunyai teknisi pemelihara alat kesehatan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%. Rumah sakit kelas A milik Departemen Kesehatan memiliki jumlah teknisi yang paling banyak yaitu sebanyak 12 orang, 11 orang berlatar pendidikan Akademi Teknik Elektromedik (ATEM), 1 orang berlatar pendidikan STM berpengalaman 20 tahun menangani peralatan laboratorium. Rumah sakit lain yang mempunyai tenaga teknisi ATEM merupakan rumah sakit kelas A milik swasta mempunyai 1 orang teknisi, dan dua rumah sakit kelas B masing-masing milik BUMN mempunyai 1 orang teknisi, dan milik suatu yayasan memiliki 2 orang teknisi.

Jumlah rumah sakit yang belum mempunyai teknisi pemelihara alat kesehatan sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, terdiri dari 2 kelompok, kelompok pertama adalah rumah sakit yang mempunyai teknisi dengan latar belakang pendidikan STM sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7%, dan kelompok kedua adalah rumah sakit yang tidak memiliki teknisi sebanyak 15 rumah sakit atau 50%.

Rumah sakit kelompok pertama pada umumnya adalah rumah sakit kelas C, yang mana tenaga teknisinya mempunyai tugas untuk menangani instalasi sarana dan prasarana rumah sakit (IPSRS) yaitu instalasi bangunan, air, listrik, gas tidak untuk menangani pemeliharaan peralatan kesehatan.

Rumah sakit kelompok kedua adalah rumah sakit yang tidak mempunyai teknisi sebanyak 15 rumah sakit atau 50%, pada umumya rumah sakit kelas D dan belum lama beroperasi.

Menurut World Health Organization (1994), pemeliharaan peralatan tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas operator alat, tenaga pemeliharaan sarana rumah sakit, oleh teknisi yang mempunyai pengetahuan khusus tentang peralatan yang bersangkutan atau oleh tenaga ahli yang mempunyai pengetahuan khusus.

Pernyataan WHO tersebut diatas menunjukkan pentingnya pemeliharaan peralatan kesehatan, pemeliharaan yang dimaksud WHO adalah pemeliharaan preventif sebatas pemeliharaan berkala, yaitu pemeliharaan rutin yang harus dilakukan pada saat-saat tertentu, tidak termasuk pelaksanaan pengujian dan kalibrasi. Pelaksanaan pemeliharaan oleh petugas operator yang dimaksud WHO adalah melaksanakan pengoperasian alat sesuai dengan protap, dimulai dari persiapan sampai dengan pengemasan dan penyimpanan alat hal ini dapat dilihat pada contoh protap pengoperasian alat ECG yang terdapat pada Lampiran 11. Sedangkan tindakan pemeliharaan yang dilakukan oleh teknisi yang mempunyai pengetahuan khusus tentang peralatan kesehatan, adalah tindakan pemeliharaan yang sesuai protap pemeliharaan alat, yang dimulai dari persiapan alat sampai dengan pelaporan kecuali

pelaksanaan pengujian dan kalibrasi (pelaksanaan point 3.6 sampai dengan 3.9) sebagaimana terdapat pada Lampiran 12, tentang protap pemeliharaan alat ECG.

Hasil penelitian Solehudin (1999), yang berjudul ”Pengembangan rancangan sistem pemeliharaan alat-alat medis di rumah sakit Tanggerang”, menyebutkan bahwa peralatan medis yang pemeliharaannya cukup dilakukan oleh operator adalah peralatan medis yang terbuat dari bahan logam, karet dan bahan lainnya, yang tidak mengandung unsur listrik, mekanik dan elektronik (elektromedik) yang tidak memerlukan penyetelan, penggantian komponen (komponen elektronik) dan kalibrasi dalam pemeliharaannya. Peralatan medis yang pemeliharaannya dilakukan oleh tenaga IPSRS adalah peralatan yang didalamnya mengandung unsur listrik dan mekanik dan tidak mengandung unsur elektronik (elektromedik), memerlukan tindakan penyetelan atau penggantian beberapa bagian/komponen dalam pemeliharaannya tetapi tidak memerlukan tindakan kalibrasi.

Teknisi Instalasi Prasarana Rumah Sakit (IPSRS), dapat melakukan pemeliharaan alat kesehatan dimaksud, dengan anjuran agar teknisi IPSRS tersebut terlebih dahulu mendapat pelatihan tentang pemeliharan peralatan kesehatan dimaksud, atau dengan mengikuti pelatihan/magang di rumah sakit terdekat seperti RSUP.H. Adam Malik sebagai rumah sakit umum pusat dan pendidikan di propinsi Sumatera Utara, sehingga teknisi IPSRS tersebut dapat diandalkan minimal melaksanakan pemeliharaan preventif alat sederhana.

untuk rumah sakit pemerintah kelas A adalah 12, kelas B, 8 orang, kelas C, 2orang dan kelas D, 1 orang (Depkes, 2003). Standar kebutuhan tenaga minimal tersebut ditujukan untuk rumah sakit pemerintah, tetapi seyogyanya rumah sakit swasta atau rumah sakit lain khususnya rumah sakit yang sudah memiliki jumlah peralatan yang banyak dan memiliki peralatan kesehatan yang canggih, sudah saatnya memiliki teknisi khusus peralatan kesehatan (teknisi elektromedik).

5.1.2. Dana / Biaya

Dana merupakan unsur penting yang harus ada dalam suatu kegiatan sistem pemeliharaan, karena ketersediaannya dana pemeliharaan alat akan mempengaruhi kondisi peralatan yang baik dan laik dan akan mempengaruhi kinerja rumah sakit dalam segi pelayanan maupun segi finansial. Berdasarkan hasil penelitian bahwa semua rumah sakit responden sebanyak 30 rumah sakit (100%) mempunyai dana untuk pemeliharaan alat.

Sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Operasional Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Depkes (2001), bahwa ”Pemeliharaan peralatan kesehatan elektromedik merupakan suatu upaya yang dilakukan agar supaya peralatan kesehatan selalu dalam kondisi laik pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama. Aspek-aspek yang berkaitan dalam pelaksanaan pemeliharaan yaitu Sumber daya manusia (SDM), fasilitas dan peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan. Aspek-aspek ini pada umumnya memerlukan pembiayaan”.

Biaya pemeliharaan meliputi biaya pemeliharaan preventif, korektif dan darurat. Biaya pemeliharaan preventif antara lain biaya pembelian bahan pemeliharaan dan bahan penggantian bagian alat (manset, balon, air raksa, oli, dsb.), biaya pengujian unjuk kerja dan keamanan alat (kalibrasi). Biaya pemeliharaan korektif antara lain biaya perbaikan overhaul suction pump (pembelian oli, klep, membran). Biaya pemeliharaan darurat adalah biaya perbaikan mendadak atas kerusakan alat, pada mumnya perbaikan darurat dilaksanakan oleh teknisi luar (pihak ketiga.

Pada umumnya beberapa responden mengatakan besar dana pemeliharaan yang disetujui biasanya tidak selalu mencukupi untuk pemeliharaan peralatan setiap tahunnya, untuk itu diambil kebijakan dengan skala prioritas, diutamakan untuk pemeliharaan peralatan yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan.

5.1.3. Sarana

Sarana adalah alat pendukung untuk kegiatan pemeliharaan yang meliputi tempat atau ruangan kerja (workshop), peralatan kerja dan bahan pemeliharaan.

Rumah sakit yang mempunyai ruangan kerja / workshop sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%. Selain untuk kegiatan pemeliharaan peralatan kesehatan, workshop tersebut dimanfaatkan untuk menyimpan peralatan kerja, bahan-bahan pemeliharaan, suku cadang, dokumen teknis termasuk inventaris peralatan dan laporan pemeliharaan.

Rumah sakit yang belum memiliki ruangan kerja sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, hal ini mengingat kegiatan pemeliharaan alat dilakukan oleh operator alat yang bersangkutan cukup di ruang dimana alat dipasang, untuk perbaikan alat atau pemeliharaan darurat dilaksanakan oleh teknisi suplier alat atau teknisi dari luar rumah sakit di ruang dimana alat disimpan.

Menurut standar luas ruangan workshop atau ruang IPSRS untuk rumah sakit pemerintah kelas C adalah 130 m2, dan untuk rumah sakit kelas D adalah 70m2, (Depkes 1982).

Rumah sakit yang mempunyai peralatan kerja sebanyak 15 rumah sakit atau 50 % yang dimaksud peralatan kerja disini adalah peralatan kerja untuk mendukung pelaksanaan pemeliharaan alat kesehatan, minimal memiliki peralatan kerja listrik sederhana, seperti tool set dan alat ukur listrik (AVO meter), sedangkan peralatan kerja yang dimiliki RSUP. H.Adam Malik adalah peralatan kerja dan alat ukur yang paling sederhana sampai peralatan dan alat ukur yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan preventif alat elektromedik menengah seperti alat ukur KVP meter, ECG simulator, dan yang lainnya, sampai dengan tahun 2006 RSUP. H. Adam Malik mempunyai 49 unit peralatan kerja.

Rumah sakit yang belum mempunyai peralatan kerja, disebabkan rumah sakit tersebut belum mempunyai teknisi, belum mempunyai ruangan / workshop, dan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemeliharaan darurat, yaitu pemeliharaan yang dilakukan karena terjadi kerusakan mendadak, dan perbaikannya dilakukan oleh teknisi alat dari luar.

Menurut standar peralatan, ruang dan tenaga kesehatan rumah sakit kelas C Depkes (1994), bahwa jumlah peralatan kerja listrik & AC, dan peralatan kerja elektromedik & laboratorium masing-masing adalah 41 jenis (Lampiran 10).

Rumah sakit yang menyediakan bahan pemeliharaan sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3%. Bahan pemeliharaan ialah bahan-bahan yang diperlukan untuk pemeliharaan sebagai contoh cairan pembersih (soapy solution) untuk membersihkan lampu operasi, kain pembersih/lap, desinfecting solution untuk membersihkan inkubator perawatan, oli untuk pemeliharaan suction pump dan bahan lainnya. Rumah sakit yang telah melaksanakan pemeliharaan preventif sendiri seperti RSUP.H.Adam Malik mengelompokkan bahan habis pakai atau bagian alat yang frekwensi penggatiannya tinggi sebagai bahan pemeliharaan, seperti manset, balon, air raksa merupakan bahan pemeliharaan untuk alat tensimeter.

Bahan pemeliharaan dan peralatan kerja setiap alat dapat dilihat dalam dokumen teknis dari masing-masing pabrik pembuat alat (Depkes, 2001).

5.1.4. Pedoman

Pedoman adalah merupakan buku atau berkas yang berisi petunjuk untuk melaksanakan pemeliharaan yang meliputi dokumen teknis dari pabrik pembuat alat, prosedur tetap (protap) pengoperasian alat, dan protap pemeliharaan alat. Rumah sakit yang mempunyai dokumen teknis (dan menyimpannya dengan baik) adalah sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3%, lebih banyak dibandingkan dengan rumah sakit

mempunyai dokumen teknis umumnya memiliki dokumen teknis antara sekitar 30 sampai 50% dari peralatan yang ada, hal ini disebabkan dokumen teknis alat yang sudah lama tidak dapat ditemukan, sedangkan beberapa dokumen teknis peralatan yang baru ada yang belum diberikan oleh suplier alat.

Dokumen teknis adalah dokumen yang menyertai alat pada waktu pembelian alat kesehatan (elektromedis), yang meliputi brosur, installation manual, installation report, operating manual, sevice manual yang mencakup schematic diagram, part list, recomended parts. (Depkes, 2001). Mengingat isi dari berkas dokumen teknis tersebut sangat diperlukan dalam pelaksanaan pengoperasian dan pemeliharaan alat , dianjurkan kepada rumah sakit untuk mencantumkan persyaratan kelengkapan dokumen teknis dalam setiap kontrak pengadaan alat kesehatan (elektromedik), menyimpan dokumen teknis dengan baik, agar dapat dipergunakan pada saat diperlukan.

Rumah sakit yang mempunyai prosedur tetap (protap) pengoperasian alat sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%, dan yang belum sebanyak 20 rumah sakit atau 66,7%.

Protap pengoperasian peralatan adalah prasyarat atau urutan kerja yang harus dipenuhi dan dilakukan, sehingga suatu alat dapat difungsikan dengan baik dan menghasilkan keluaran sesuai dengan fungsinya (Depkes, 2001). Protap pengoperasian alat dapat membantu operator dalam melaksanakan pengoperasian alat, dan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengoperasian, yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan alat.

Prosedur tetap (protap) pengoperasian alat kesehatan dibuat pihak rumah sakit berdasarkan petunjuk dari dokumen teknis alat dari pabrik pembuat alat, atau dapat mengacu kepada protap pengoperasian alat yang telah dibuat Depkes. Protap peralatan dimaksud dianjurkan dipasang pada dinding di ruang alat berada, dan rangkap yang lain disimpan sebagai arsip. Contoh salah satu protap pengoperasian alat yang dibuat Depkes adalah protap pengoperasian alat ECG, seperti terdapat pada Lampiran 11.

Rumah sakit yang mempunyai protap pemeliharaan peralatan elektromedik sebanyak 4 rumah sakit (13,3%), dan yang belum sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%.

Prosedur tetap pemeliharaan adalah prasyarat dan urutan kerja yang harus dipenuhi dan dilakukan agar pemeliharaan suatu alat dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga alat tersebut selalu dalam keadaan siap dan laik pakai.(Depkes, 2001).

Sesuai rekomendasi The American Society for Health care Engineering,

standar prosedur pemeliharaan terdiri dari 3 kegiatan yaitu pemeliharaan berkala, inspeksi unjuk kerja dan inspeksi keamanan alat, yang semuanya itu merupakan pemeliharaan preventif. Dengan demikian ada 3 jenis protap pemeliharaan, yaitu protap pemeliharaan berkala, protap inspeksi keamanan alat dan protap inspeksi keamanan alat.

mempunyai bagian yang berputar atau bergerak menghidupkan alat (untuk pemanasan) apabila alat tidak digunakan dalam waktu relatif lama. Penyusunan protap pemeliharaan alat secara berkala dapat mengacu kepada dokumen teknis (service manual) alat, atau protap pemeliharaan yang disusun Depkes.

Inspeksi unjuk kerja dan keamanan alat adalah kegiatan pengujian dan kalibrasi. Protap pengujian dan kalibrasi dimiliki oleh rumah sakit yang mempunyai peralatan kerja untuk kalibrasi yaitu RSUP. H. Adam Malik, dimana RSUP.H.Adam Malik mempunyai beberapa peralatan kerja untuk kalibrasi. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan bagi rumah sakit yang tidak memiliki peralatan kerja untuk kalibrasi dilakukan oleh BPFK Medan.

Sebagai contoh protap pemeliharaan yang dibuat Depkes adalah seperti terdapat pada Lampiran 12 yaitu protap pemeliharaan alat ECG.

5.2. Proses/Pelaksanaan Sistem Pemeliharaan

Pelaksanaan sistem pemeliharaan atau proses meliputi penyusunan inventarisasi alat, menyusun jadwal pemeliharaan, dan pelaksanaan pemeliharaan sesuai jadwal.

5.2.1. Inventaris peralatan

Rumah sakit yang mempunyai inventaris peralatan sebanyak 19 rumah sakit (63,3%), dan yang belum mempunyai sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7%. Pada umumnya daftar inventaris peralatan yang dibuat adalah semua peralatan kesehatan yang dimiliki rumah sakit, sedangkan yang dimaksud dengan inventaris pada sistem

pemeliharaan alat elektromedik adalah inventaris khusus alat medik dan elektromedik (Depkes, 2001), hal ini untuk membantu teknisi atau petugas pengelola alat dalam memonitor kondisi peralatan kesehatan (elektromedis) yang dimiliki rumah sakit.

Daftar inventaris alat medik menurut Depkes, 2001, terdiri dari Nomor, nama alat, merek, type, jumlah alat, nama agen, operating manual, service manual dan keterangan. Nomor adalah nomor urut dari urutan peralatan yang dimiliki rumah sakit, nama alat adalah nama alat medik dan atau elektromedik.

Merek pada umumnya adalah pembuat alat, karena terdapat beberapa pembuat alat atau merek untuk satu jenis alat misalnya tensimeter, ada tensimeter merek Nova, merek ABN. Pesawat Elektrokardiograph merek Fukuda, merek Cardimax, Pesawat sinar-X, merek Hitachi, merek siemens dan lain sebagainya.

Type pada umumnya menunjukkan ciri khusus alat tersebut yang berhubungan degan kapasitas dari alat atau ada juga yang berhubungan dengan karakteristik dari alat. Untuk data merek dan type alat, memudahkan pemilik alat atau teknisi untuk pemesanan spare part apabila terjadi kerusakan pada alat tersebut.

Jumlah alat menunjukkan berapa unit atau set alat yang dimiliki rumah sakit, berapa unit/set alat yang jenisnya sama. Dengan melihat jumlah alat memudahkan pemilik alat atau tenisi untuk mengecek keberadaan alat tersebut. Satuan alat disebut unit apabila alat tersebut merupakan satu kesatuan dalam pengoperasiannya seperti pesawat sinar-X, EKG, tensimeter. Satuan set diperuntukkan untuk alat medik seperi alat bedah (minor surgery set) yang terdiri dari beberapa jenis alat, pisau, pinset dan

Nama Agen disertai alamat agen diperlukan untuk keperluan apabila terjadi kerusakan teknis alat atau pengadaan bahan pendukung operasional, apabila alat memerlukan bahan tersebut dalam pengoperasiannya.

Operating manual dan service manual yaitu dokumen teknis alat yang menyertai alat pada waktu pengadaannya atau pembeliannya dan sangat penting keberadaannya, bila belum ada diupayakan unuk mendapatkannya dengan menghubungi agen alat.

Keterangan dapat diisi dengan tambahan data penting tentang alat yang tidak terdapat pada kolom sebelumnya, misalnya tahun pembelian/tahun mulai digunakan, kondisi alat baik atau rusak. Tahun pembelian alat penting untuk dicatat untuk mengetahui umur pemakaian alat sebagai bahan pertimbangan dalam hal apakah alat tersebut sudah saatnya diganti dengan yang baru. Selain untuk memudahkan teknisi atau pemilik alat dalam mengelola peralatan medik di rumah sakit, inventaris alat juga diperlukan untuk permohonan izin atau permohonan akreditasi rumah sakit. Daftar Inventaris alat elektromedik menurut Depkes, 2001, dapat dilihat pada Lampiran 13.

5.2.2. Jadwal pemeliharaan

Jadwal pemeliharaan bagi setiap alat, sangat diperlukan untuk melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan yang terencana (Depkes, 2001). Penyusunan / pembuatan jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan dilakukan pada saat sebelum pelaksanaan pemeliharaan dilakukan, atau disusun pada tahun sebelum tahun

pelaksanaan berjalan. Jadwal pemeliharaan disusun bersamaan dengan penyusunan program pemeliharaan alat kesehatan untuk setiap tahunnya.

Rumah sakit yang mempunyai jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan sebanyak 4 rumah sakit (13,3%), dan yang tidak mempunyai jadwal 26 rumah sakit atau 86,7%.

Jadwal pemeliharaan merupakan pedoman waktu kapan saatnya melakukan pemeliharaan terhadap suatu peralatan kesehatan. Penyusunan jadwal disesuaikan dengan kondisi masing-masing rumah sakit, dengan mengingat unsur-usur penting dalam menyusun jadwal antara lain nomor urut, nama alat, jenis pemeliharaan (pemeliharaan berkala, dan kalibrasi) yang dilakukan, tanggal pelaksanaan pemeliharaan dan petugas atau nama petugas yang melaksanaan pemeliharaan.

Menurut Solehudin (1999), mengingat banyaknya jumlah dan jenis alat yang dimiliki rumah sakit, perlu adanya pemilahan alat kesehatan , yang dikelompokkan menurut petugas pemeliharanya, yaitu peralatan yang pemeliharaannya dilakukan petugas operator, peralatan yang pemeliharaannya dilakukan oleh teknisi IPSRS, teknisi elektromedik, dan peralatan yang dilakukan oleh teknisi dari luar atau pihak ketiga.

Dokumentasi atau dokumen pemeliharaan merupakan bahan pendukung yang penting dalam menyusun jadwal pemeliharaan, seperti daftar inventaris alat kesehatan, dokumen teknis, kartu pemeliharaan alat atau laporan kerja pemeliharaan peralatan, dan laporan kalibrasi alat. Data yang terdapat dalam dokumen tenis, kartu

pemeliharaan dan laporan kalibrasi digunakan sebagai dasar penentuan tanggal pelaksanaan pemeliharaan selanjutnya.

5.2.3. Pelaksanaan pemeliharaan

Rumah sakit yang melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%, dan yang belum melaksanakan sebanyak 20 rumah sakit atau 66,7%.

Pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan oleh rumah sakit yang mempunyai kategori baik meliputi pemeliharaan yang dilakukan oleh operator berpedoman pada protap pengoperasian, dan pemeliharaan berkala yang dilakukan teknisi elektromedik, dengan berpedoman pada protap pemeliharaan dan jadwal pemeliharaan alat, sedangkan pemeliharaan inspeksi unjuk kerja dan keamanan alat (pengujian dan kalibrasi alat kesehatan) dilakukan BPFK Medan.

Pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan rumah sakit lain pada umumnya melaksanakan pemeliharaan darurat (emergency maintenance), yaitu pemeliharaan atau perbaikan dilakukan pada waktu terjadi kerusakan alat.

5.3. Output / Kinerja Sistem Pemeliharaan

Kinerja sistem pemeliharaan dapat dilihat dari kartu pemeliharaan alat, atau laporan kerja pemeliharaan alat, dan laporan pengujian & kalibrasi.

5.3.1. Kartu pemeliharaan dan laporan kerja

Rumah sakit yang mempunyai kategori baik dalam hal kartu pemeliharaan dan laporan kerja pemeliharaan ada 4 rumah sakit (13,3%), dan yang mempunyai kategori kurang baik 26 rumah sakit atau 86,7%.

Kartu pemeliharaan dan laporan kerja pemeliharaan alat sangat bermanfaat bagi teknisi, operator dan penangung jawab alat dalam monitoring kondisi alat tersebut, dan juga sebagai bahan laporan tahunan, yang selanjutnya dievaluasi untuk perencanaan kegiatan pemeliharaan dan atau pembelian alat baru pada tahun yang akan datang.

Kartu pemeliharaan alat dan laporan kerja pemeliharaan alat menurut Depkes (2001) seperti terdapat pada lampiran 14 dan 15, dalam kartu pemeliharaan terdapat uraian kegiatan, hasil dan pelaksanaan pemeliharaan.

5.3.2. Laporan pengujian dan kalibrasi

Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan sebagai pelaksanaan unjuk kerja dan inspeksi keamanan alat dapat dilihat dari laporan pengujian & kalibrasi, dan sertifikat kalibrasi alat dari BPFK Medan. Rumah sakit yang mempunyai laporan kalibrasi dan sertitifikat kalibrasi sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%, dan yang mempunyai kategori kurang baik 20 rumah sakit atau 66,7%.

Laporan kalibrasi berisi laporan hasil pengukuran kondisi lingkungan, kondisi fisik alat dan pengukuran unjuk kerja (kinerja) alat sesuai dengan jenis

elektromedis, untuk pesawat radiologi keamanan dari bahaya listrik dan radiasi. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai standar, apabila hasil unjuk kerja alat sesuai dengan standar atau dalam daerah toleransi standar, maka alat tersebut dinyatakan laik pakai, kemudian diberi sertifikat kalibrasi dan stiker laik pakai untuk ditempekan pada alat yang bersangkutan. Apabila hasil unjuk kerja alat tidak sesuai atau diluar batas toleransi, maka alat tersebut dinyatakan tidak laik pakai, diberi stiker tidak laik pakai. Khusus peralatan radiologi dilakukan pengukuran paparan radiasi untuk mengetahui keamanan ruangan dan lingkungan ruang radiologi terhadap bahaya radiasi.

Pada umumnya rumah sakit mengalibrasi peralatan kesehatannya disesuaikan dengan dana yang tersedia di rumah sakit, setiap rumah sakit menyusun terlebih dahulu skala prioritas peralatan mana yang perlu dikalibrasi atau diukur unjuk kerjanya dan keamanannya seperti terlihat pada Tabel 4.8.

Beberapa rumah sakit mengalibrasi peralatan tertentu disebabkan pentingnya atau tinggiya frekwensi penggunaan alat,.sehingga kalibrasi peralatan lain ditunda pelaksanaannya untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya.

Beberapa rumah sakit mengalibrasi pesawat X-ray untuk mendapatkan laporan unjuk kerja / kalibrasi dan laporan unjuk keamanan / laporan pengukuran paparan radiasi sebagai salah satu syarat untuk melengkapi permohonan / perpanjangan izin pengunaan pesawat X-ray dari Badan Pengawasan Tenaga Nuklir (BAPETEN). Beberapa rumah sakit mengalibrasi peralatan kesehatannya dalam rangka persiapan akreditasi rumah sakit.

Bagi rumah sakit yang tidak atau belum pernah melakukan kalibrasi peralatannya di BPFK disebabkan beberapa hal :

1. Beberapa responden rumah sakit mengatakan bahwa, peralatan laboratoriumnya telah dikalibrasi oleh supplier alat.

2. Beberapa responden rumah sakit mengetahui manfaat dan kewajiban dari pelaksanaan kalibrasi peralatan, tetapi tidak dapat melaksanakannya disebabkan dana yang tersedia untuk pemeliharaan alat tidak mencukupi setiap tahunnya.

3. Beberapa rumah sakit belum mengetahui adanya permenkes 363 tahun 1998 Mengenai kewajiban rumah sakit untuk mengalibrasi peralatan kesehatannya.

Dokumen terkait