• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Di Rumah Sakit Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Di Rumah Sakit Kota Medan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN

KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

KOTA MEDAN

TESIS

Oleh SITI RAHMAH 037 012 021/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN

KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (Mkes) Dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh SITI RAHMAH 037 012 021/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN KESEHATAN

DI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Siti Rahmah

Nomor Pokok : 037012021

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.dr. Burhanuddin Nasution, Sp.Pk (K) (Dra. Elly Zahara, Apt. MARS) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 24 Juni 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Burhanuddin Nasution, Sp.PK(K) Anggota : 1. Dra. Elly Zahara, Apt. MARS

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2008

( Siti Rahmah )

(6)
(7)

ABSTRAK

Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan Kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik.

Derajat kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satunya melalui upaya penyediaan alat kesehatan yang baik, aman dan laik pakai. Agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik, aman dan laik pakai, diperlukan pemeliharaan preventif meliputi pemeliharaan berkala dan pelaksanaan pengujian dan kalibrasi.

Menurut data dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan, jumlah rumah sakit yang mengalibrasi alat kesehatanya pada tahun 2005 sebanyak 5 rumah sakit atau 10% dan tahun 2006 sebanyak 12 rumah sakit atau 24%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit kota Medan, yang selanjutnya disesuaikan dengan peraturan, ketentuan atau standar dari Departemen Kesehatan.

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dilakukan dengan sampel penelitian sebanyak 30 rumah sakit. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional stratified systematic sampling berdasarkan strata kelas rumah sakit , analisis data dilakukan dengan univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit belum melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan dengan baik yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, sedangkan rumah sakit yang melakukan pengujian dan kalibrasi beberapa peralatan kesehatannya, atau yang mempunyai laporan dan sertifikat kalibrasi dalam kurun waktu 2005 – 2007 sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%.

Diharapkan kepada Penanggung jawab peralatan kesehatan rumah sakit, agar dapat meningkatkan pengawasannya terhadap petugas administrasi peralatan, operator alat, dan teknisi peralatan kesehatan, agar supaya pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik.

(8)

ABSTRACT

Health equipment is one of the factor that play an important role in organizing health service need to be supported with the equipment which in always in standby condition and can be functioned well.

The level of community health needs to be improved through a qualified health service. One of the ways to achieve a qualified health services is by the providing good, safe and useable health equipment. In order to keep the health equipment in good, safe and useable condition, a preventive maintenance including the implementation of periodical maintenance and test and calibration is needed.

According to the data received from the Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan (Medan Health Facility Safety Bureau), only five hospitals (10)% in 2005 and twelve hospitals (24%) in 2006, had their health equipment calibrated.

The purpose of this descriptive study is to examine the implementation of health equipment maintenance applied in the hospitals in Medan whether or not it has been adjusted to the regulation, decision or standard determined by the Department of Health.

The samples for this study are 30 hospitals which where selected throught proportional stratified systematic sampling technique base on the hospital class. The obtained were analyzed through the univariate analysis.

The result of this study shows that, generally hospitals (26 hospitals) or 86,7% have not maintained their health equipment well. From 2005 to 2007, there were only 10 hospitsls (33,3%) which have got the reports or certificate stating that their health equipment has been tested and calibrated .

It is suggested that those who are responsible for the savety of the hospital equipment improve the control on the equipment administrator, equipment, operators, and health equipment technicians in order that implementation of health equipment maintenance system can be done well.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat

dan Karunia-Nya serta bimbingan dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Magister Kesehatan pada program studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan di Rumah Sakit kota Medan”.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Bapak Prof.dr. Burhanuddin, Sp.PK(K) selaku ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Ir.Torang Panyusunan Batubara, MARS, MMR dan Ibu Dra. Elly Zahara, Apt. MARS selaku anggota komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam membimbing mulai dari penyusunan proposal hingga selesai penulisan tesis ini, demikian juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Dra.Ida Yustina MSi dan Bapak dr. Fauzi SKM atas kesediaan waktu, tenaga dan fikiran sebagai Tim penguji tesis ini.

(10)

1. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.

3. Ibu Dr.Dra.Ida Yustina MSi, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.

4. Seluruh Direktur dan staf rumah sakit yang turut berpartisipasi dalam penulisan tesis ini.

5. Ibu Minaria, SE. MKes, selaku .Kepala BPFK Medan beserta seluruh stafnya, yang memberikan kesempatan dan waktu kepada penulis untuk mengambil data.

6. Seluruh Dosen dan staf Administrasi Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU tahun 2003, serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran dan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini..

(11)

Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit, Dinas Kesehatan kota Medan dan bagi penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kriik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan tesis ini.

Medan, Juni 2008

(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : SITI RAHMAH

Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 28 Desember 1949 Agama : Islam

Status : Janda

Alamat : Jl. Sidodadi No. 22A LK. VII Kel. Deli Tua Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1961 : Lulus SR Negeri no 23 Bogor Tahun 1964 : Lulus SMP Taman Siswa Bogor Tahun 1968 : Lulus STM Negeri Bogor

Tahun 1975 : Lulus Akademi Teknik Rontgen, Depkes RI. Jakarta Tahun 1999 : Lulus Fakultas Tenik Elektro UPMI Medan

Tahun 2003 : Lulus Akta IV Universitas Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 1976 - 1982 : Staf Sub. Dit. Instalasi Kesehatan

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Tahun 1982 - 1994 : Staf Seksi Instalasi Kesehatan, Bidang Yankes. Kanwil Depkes RI. Prop. Sumatera Utara

Tahun 1994 – 2000 : Staf Seksi Instalasi Kesehatan, Bidang Regdit. Kanwil Depkes RI. Prop. Sumatera Utara

Tahun 2000 - 2005 : Kepala Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Medan Departemen Kesehatan RI.

(13)
(14)

3.6.2. Unsur Proses / Pelaksanaan ... 31

3.6.3. Unsur Output / Kinerja... 32

3.7. Metoda Analisis Data ... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN.... ... 34

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

4.2. Deskripsi KarakteristikResponden ... 35

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 36

4.3.1. Input Sistem Pemeliharaan... 36

4.3.2. Proses/Pelaksanaan Sistem Pemeliharaan... . 40

4.3.3. Output/Kinerja Sistem Pemeliharaan ... 41

BAB 5. PEMBAHASAN... 47

5.1. Input Sistem Pemeliharaan... 47

5.1.1. Sumber Daya Manusia... 47

5.1.2. Dana / Biaya ... . 50

5.1.3. Sarana ... ... 51

5.1.4. Pedoman ... ... 53

5.2. Proses/Pelaksanaan Sistem Pemeliharaan... 56

5.2.1. Inventaris Peralatan... 56

5.2.2. Jadwal Pemeliharaan... 58

5.2.3. Pelaksanaan Pemeliharaan... 60

5.3. Output / Kinerja Sistem Pemeliharaan... 60

5.3.1. Kartu Pemeliharaan dan Laporan Kerja... 60

5.3.2. Laporan Pengujian dan Kalibrasi... ... 61

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Nama Rumah Sakit yang Mengalibrasi Peralatan

Kesehatannya di Medan dari Tahun 2002 s/d Tahun 2006 ... 5

3.1. Tabel Kerja Menghitung Nh, Wh, Ph, dan Besar Sampel tiap Kelompok... 26

4.1. Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Masa Kerja, Tugas dalam Bidang Alkes/Jabatan, Lama Tugas, dan Tempat Tugas... 35

4.2. Distribusi Kategori Tenaga Teknisi Pemelihara Alat Kesehatan... 37

4.3. Distribusi Kategori Dana Pemelihara Alat Kesehatan... 37

4.4. Distribusi Kategori Sarana Pemelihara Alat Kesehatan... 38

4.5. Distribusi Kategori Pedoman (Dokumen, Protap Pengoperasian, Dan Protap Pemeliharaan)... 39

4.6. Distribusi Kategori Pelaksanaan Sistem (Membuat Inventaris Alat, Membuat Jadwal, dan Pelaksanaan Pemeliharaan Alat)... 41

4.7. Distribusi Kategori Kinerja (Kartu Pemeliharaan / Laporan Kerja Pemeliharaan, dan Laporan Kalibrasi Alat Kesehatan)... 42

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Pertanyaan Penelitian... 69

2. Formulir Cek List ... 72

3. Hasil Rekap Unsur Input, Proses, dan Output Sistm Pemeliharaan Peralatan Kesehatan ... 74

4. Daftar Nama Rumah Sakit di kota Medan ... 75

5. Daftar Nama Rumah Sakit yang menjadi Sampel Penelitian ... 77

6. Protap Pelayanan Kalibrasi Alat Kesehatan ... 78

7. Kemampuan Pelayanan Kalibrasi BPFK Medan tahun 2006 ... 80

8. Daftar Alat yang wajib diuji dan dikalibrasi ... 81

9. Prosedur Tetap Pengujian & Kalibrasi Alat ECG... 83

10. Daftar Peralatan Kerja untuk pemeliharaan peralatan Listrik dan Peralatan Kesehatan (Elektromedik)... 87

11. Prosedur Tetap Pengoperasian alat ECG. ... 88

12. Prosedur Tetap Pemeliharaan alat ECG ... 89

13. Formulir Inventaris Alat kesehatan (Elektromedik) ... 90

14. Kartu Pemeliharaan Alat Kesehatan ... 91

15. Lembar Laporan Pemeliharaan (Preventif) ... 92

(18)

DAFTAR ISTILAH Akurasi (accuracy) = ketelitian, kecermatan, ketepatan. Andal, handal = dapat dipercaya

ATEM = Akademi teknik Elektromedik

Bahan pemeliharaan (consumable parts for maintenance) adalah komponen yang mempunyai usia pakai tertentu digunakan untuk keperluan pemeliharaan (contoh : filter, oli, vaselin, belt).

IPSRS = Instalasi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit.

Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukkan suatu instrumen ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukurnya yang tertelusur (treaceble) ke standar nasional atau internasional.

Operating manual adalah buku yang berisi petunjuk mengenai pengoperasian alat sesuai dengan prosedur yang benar.

Service manual adalah buku yang berisi petunjuk cara pemeliharaan alat sesuai dengan prosedur yang benar.

Wiring / Schematic diagram adalah gambar hubungan listrik atau perkabelan antara masing-masing komponen / bagian alat.

Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ”besaran fisis” dari suatu alat.

Laik pakai adalah suatu kondisi alat kesehatan yang telah memenuhi persyaratan, fisik baik, norma keselamatan kerja, keandalan keluaran dan memiliki ijin operasional yang dikeluarkan oleh instansi berwenang.

Uji coba adalah pengujian alat yang dilakukan setelah uji fungsi, yaitu pengujian dengan dicobakan beban sebenarnya.

(19)

Uji kinerja (performance test), adalah pengujian alat untuk mengetahui kemampuan keluaran sesuai dengan kondisi pemakaian.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan

penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan yang

selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik (Depkes, 2001).

Peralatan kesehatan yang aman, akurat dan handal sangat diperlukan untuk

mendukung pelayanan medik prima kepada masyarakat agar visi Departemen

Kesehatan, yaitu Indonesia sehat 2010 dapat terwujud.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 39 berbunyi :

Pemerintah melindungi masyarakat dari adanya alat kesehatan yang tidak memenuhi

keamanan, mutu dan manfaat. Alat kesehatan yang dimaksud adalah instrument,

apparatus, mesin yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis menyembuhkan

dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan kepada

manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Penggunaan alat-alat medik yang berteknologi oleh rumah sakit secara

signifikan terlihat semakin bertambah jumlahnya baik dalam hal jenisnya maupun

dalam hal variasinya. Oleh karena itu Departemen Kesehatan berupaya

menyempurnakanan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pengadaan peralatan

(21)

pelaksanaan pengujian dan kalibrasi oleh perusahaan penjual terhadap alat kesehatan

yang baru dibeli sebelum diserahkan kepada pembeli, sehingga alat kesehatan yang

sudah dibeli dapat digunakan dengan baik, aman, dan laik pakai. Penyempurnaan

peraturan pengadaan khusus alat kesehatan tersebut disebabkan pengalaman yang

telah terjadi selama ini seperti adanya kasus alat kesehatan yang masih baru tidak

dapat digunakan padahal alat kesehatan tersebut sangat diperlukan untuk menunjang

pelayanan kesehatan, dan dana yang dikeluarkan untuk pembelian alat kesehatan

tersebut cukup mahal.

Menurut penelitian Janahar (1991) tentang tentang Sistem Monitoring Efek

Pengamanan Alat Kesehatan, alat kesehatan yang bermasalah 63 persen, sedangkan

alat kesehatan yang rusak 10 persen. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa

peralatan kesehatan yang seringkali mengalami kerusakan misalnya tensimeter sering

macet waktu dipakai, akibatnya hasil yang didapat tidak tepat sehingga akan

mempengaruhi pemberian obat. Alat bedah listrik kadang kadang menyebabkan kulit

terbakar waktu digunakan selama operasi. Alarm dan signal pada alat bantu

pernafasan terganggu akibat perubahan tegangan. Elektrokardiograf yang tidak

pernah dilakukan kalibrasi hasilnya sukar dipercaya. Contoh lain yang ada di bagian

radiologi, alat ultrasonograf baru 6 bulan dipakai gambarnya sudah tidak jelas lagi.

Kasus-kasus tersebut terjadi karena pada umumnya selama ini rumah sakit

membeli atau menerima peralatan kesehatan dengan hanya melihat fisiknya dalam

keadaan baik, spesifikasinya lengkap dan dapat berfungsi dengan baik, padahal

(22)

keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap

peralatan kesehatan yang baru dibeli meliputi tahapan uji fungsi, uji coba dan

pengukuran unjuk kerja dan keamanan alat kesehatan tersebut. Demikian juga dalam

upaya mempertahankan fungsi dan keandalannya diperlukan pemeliharaan dan

pengalibrasian / peneraan secara terprogram yang berkesinambungan untuk

mendukung jaminan mutu pelayanan kesehatan.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi

Legal (UUML) yang dalam penjelasan pembukaannya berbunyi sebagai berikut :

“Pengaturan tentang Metrologi menjadi semakin penting karena tertib ukur, disegala

bidang menyangkut juga segi keamanan bagi manusia sendiri, antara lain dosis

obat-obatan, penyinaran, pengukuran tekanan darah, suhu manusia, suara, polusi,

pengukuran dalam navigasi dan lain sebagainya”.

Hal ini berarti dengan sangat jelas dinyatakan bahwa alat-alat ukur kesehatan

merupakan alat ukur yang “WAJIB DITERA DAN DITERA ULANG”, dijamin

kebenarannya dan memiliki kepastian aspek legalitas dan perlindungan hukumnya.

Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen pasal 4

berbunyi : Hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Jasa dalam hal ini termasuk jasa

pelayanan yang dilakukan di rumah sakit. Kasus-kasus mengenai kegagalan diagnosa

dan pengobatan suatu penyakit oleh tenaga medis (dokter) akhir-akhir ini sering

(23)

Berkaitan dengan tuntutan global yaitu adanya ISO 9000 series, maka

diperlukan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan secara berkala, unsur pemeriksaan

dan pengujian ini merupakan salah satu unsur sistim mutu ISO 9000 yang wajib

dipenuhi oleh rumah sakit atau suatu perusahaan.

Derajat kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan melalui pelayanan

kesehatan yang berkualitas. Salah satunya melalui upaya penyediaan alat kesehatan

yang baik, aman dan laik pakai. Agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik,

aman dan laik pakai, diperlukan pemeliharaan preventif termasuk pengujian dan

kalibrasi.

Berdasarkan data pelayanan kalibrasi di Balai Pengamanan Fasilitas

Kesehatan (BPFK) Medan jumlah rumah sakit di kota Medan yang mengalibrasi alat

kesehatannya pada tahun 2002 sebanyak 15 rumah sakit (30%) tahun 2003, 2004 dan

2005 masing-masing sebanyak 5 rumah sakit (10%) dan tahun 2006 sebanyak 12

Rumah Sakit (24%), dari jumlah rumah sakit yang ada di kota Medan sebanyak 50

rumah sakit, dari data tersebut jumlah rumah sakit yang mengalibrasi peralatannya

masih rendah yaitu dibawah 50 %.

Dalam kurun waktu 5 tahun mulai tahun 2002 sampai dengan 2006 kegiatan

kalibrasi peralatan kesehatan di Medan, terdapat 1 rumah sakit yang mengalibrasi

peralatan kesehatannya sebanyak 5 kali dan 1 rumah sakit. mengalibrasi 4 kali atau

masing-masing 4,35% dari 23 rumah sakit , 3 rumah sakit mengalibrasi 3 kali atau

13,04%, 6 rumah sakit mengalibrasi 2 kali atau 26,08% dan 13 rumah sakit

(24)

Tabel 1. Daftar nama rumah sakit di kota Medan yang mengalibrasi peralatan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rumah sakit tidak

mengalibrasi peralatan kesehatan setiap tahunnya sebagaimana dianjurkan

permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan

(25)

1.2. Permasalahan

Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang diatas, dapat disimpulkan

bahwa jumlah pemakai jasa pelayanan kalibrasi alat kesehatan rumah sakit relatif

masih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah sakit yang ada di Medan yaitu di

bawah 50 %. Keadaan ini dapat mempengaruhi jaminan keamanan dalam

pemanfaatan peralatan kesehatan dan tingkat mutu pelayanan kesehatan rumah sakit

di kota Medan. Rumusan masalah perlu diketahui adalah : Bagaimana pelaksanaan

sistem pemeliharaan peralatan kesehatan dapat diselenggarakan dengan baik oleh

rumah sakit di kota Medan, sehingga peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik

dan laik pakai, dan faktor apa yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan sistem

pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem

pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Pimpinan dan staf bagian administrasi atau tata usaha rumah sakit untuk dapat

memperhatikan lebih baik lagi serta ikut serta dalam menangani sistem

pemeliharaan peralatan kesehatan khususnya dalam segi administrasi

(26)

2. Operator alat kesehatan untuk dapat melaksanakan tugas pengoperasian alat

kesehatan dengan baik sesuai prosedur tetap pengoperasian alat.

3. Teknisi alat kesehatan untuk dapat melaksanakan tugas pemeliharaan alat

kesehatan dengan baik sesuai jadwal pemeliharaan yang telah dibuat.

4. Penanggung jawab alat untuk dapat meningkatkan pengawasannya terhadap

pelaksanaan sistem pemeliharaan alat kesehatan.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Pemeliharaan Peralatan Kesehatan

Manajemen Pemeliharaan Peralatan Kesehatan merupakan suatu sistem

rancangan yang disusun untuk membantu personil biomedic rumah sakit dan atau

teknisi rumah sakit dalam mengembangkan, memonitor dan mengatur (manage)

pemeliharaan peralatan kesehatan (American Hospital Association, 1996).

Pelaksanaan manajemen pemeliharaan peralatan kesehatan, yang selanjutnya dalam

penelitian ini disebut sebagai sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, meliputi

pekerjaan dokumentasi, pengoperasian, dan pemeliharaan.

2.1.1. Dokumentasi

Dokumentasi disini adalah dokumen pemeliharaan (POPPK, Depkes, 2001),

yang terdiri dari dokumen teknis dan data atau laporan hasil pemeliharaan. Dokumen

teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada waktu pengadaannya,

meliputi: brosur, installation manual, installation report, operating manual, service manual, yang mencakup schematic diagram, part list, recommended parts, Prosedur tetap pengoperasian, prosedur tetap pemeliharaan dan sertifikat kalibrasi juga

merupakan dokumen teknis.

Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang

(28)

yang berisi data setiap peralatan yang dimiliki rumah sakit, disertai aspek teknis,

yaitu nama alat, merk, model/type, tahun pembelian, nama perusahaan yang

mengageninya, apakah mempunyai operating manual dan service manual, kalau tidak

memilikinya maka perlu diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat

dipenuhi, berapa jumlahnya alat yang type/modelnya sama. Selain Inventaris

peralatan, setiap peralatan mempunyai kartu pemeliharaan alat, catatan pemeliharaan

alat, dan pelaporan dan evaluasi.

2.1.2. Pengoperasian

Operasionalisasi peralatan kesehatan harus didukung dan memenuhi berbagai

aspek, yaitu :

a. Alat dalam keadaan laik pakai berfungsi dengan baik dan aman

digunakan.

b. Aksesori alat lengkap dan baik.

c. Ruangan pelayanan memenuhi syarat untuk menunjang pengoperasian

alat

d. Prasarana listrik, air, gas dan lain-lain memadai.

e. Sumber daya manusia (SDM) siap.

f. Bahan operasional tersedia.

g. Prosedur tetap pelayanan tersedia, dipahami dan dilaksanakan.

(29)

Untuk menjamin operasionalisasi peralatan kesehatan,maka aspek-aspek tersebut

diatas perlu diupayakan keberadaannya. (Depkes, 2001)

Operasionalisasi peralatan dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan

kesehatan terhadap masyarakat, memerlukan prosedur yang baku mengenai

pengoperasian dan pemeliharaan peralatan kesehatan. Prosedur yang baku tersebut

adalah “Prosedur tetap (Protap) Pengoperasian” dan “Prosedur tetap (Protap)

Pemeliharaan”, (Depkes, 2001).

2.1.3. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan untuk menjaga

suatu alat agar mencapai suatu kondisi yang bisa diterima, yaitu kondisi alat dapat

berfungsi normal (Depkes, 1992).

Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan

untuk menjaga suatu barang, atau memperbaikinya, sampai pada kondisi yang bisa

diterima (Corder, 1992).

Pemeliharaan adalah seluruh kegiatan yang berlangsung dalam dan sekitar

fungsi pemeliharaan biasanya mencakup salah satu diantara kategori sebagai berikut

yaitu : Teknik-teknik manajemen, prosedur-prosedur administratif, praktek teknologi,

manajemen personalia dan pengendalian atas aspek pelaksanaannya. Jika kelima

unsur fungsi pemeliharaan tersebut dikombinasikan, barulah akan didapatkan sistem

(30)

Pemeliharaan yang sistematik merupakan pengembangan suatu pelayanan

yang didasarkan atas tata urutan operasi yang terinci, sedangkan rincian operasinya

sendiri dalam implementasinya dapat dipilih dengan mencocokan dengan kondisi dan

lingkungan yang ada. (Priel, 1974).

Pemeliharaan peralatan tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas operator

alat, tenaga pemeliharaan sarana rumah sakit, oleh tehnisi yang mempunyai

pengetahuan khusus tentang peralatan yang bersangkutan atau oleh tenaga ahli yang

mempunyai pengetahuan khusus (WHO, 1994).

Menurut Corder (1992), tujuan utama dari pemeliharaan adalah :

1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset. Hal ini penting terutama di Negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian.

2. Untuk menjamin ketersediaan yang optimum peralatan yang dipasang untuk

produksi (jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) semaksimal mungkin.

3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan

dalam keadaan darurat seperti peralatan cadangan dan pemadam kebakaran.

4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan atau sarana

tersebut.

Dalmy Iskandar (1998) mengatakan bahwa salah satu dari kewajiban umum

Rumah Sakit adalah, memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam

(31)

Pemeliharaan peralatan kesehatan elektromedik merupakan suatu upaya yang

dilakukan agar supaya peralatan kesehatan selalu dalam kondisi laik pakai, dapat

difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama. Aspek-aspek yang

berkaitan dalam pelaksanaan pemeliharaan yaitu Sumber daya manusia (SDM),

fasilitas dan peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan

pemeliharaan. Aspek-aspek ini pada umumnya memerlukan pembiayaan. (POPPK,

Depkes 2001).

Terdapat dua kriteria pemeliharaan dalam pemeliharaan peralatan yaitu

pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana, seperti terlihat pada bagan

kriteria pemeliharaan (Depkes 2001).

Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan

terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Pemeliharaan terencana

meliputi pemeliharaan preventif / pencegahan dan pemeliharaan korektif / perbaikan.

Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat darurat

berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang tidak terduga dan harus segera

dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan.

Pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin apabila pihak

rumah sakit membuat jadwal kegiatan pemeliharaan terencana dan disiplin

melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan,

termasuk pemeliharaan terencana yaitu pemeliharaan preventif, pada saat inspection

(32)

PEMELIHARAAN

Sumber Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, 2001

Gambar 1. Kriteria Pemeliharaan

2.2. Peralatan Kesehatan

Permenkes nomor : 1184/MENKES/PER/X/2004 tentang pengamanan alat

kesehatan dan perbekalan rumah tangga pada bab 1 ayat 2, bahwa alat kesehatan

adalah instrument, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagens/produk

diagnostic invitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait termasuk komponen,

(33)

a. Disebut dalam farmakope Indonesia, ekstra farmakope Indonesia dan

formularium nasional atau suplemennya dan atau;

b. Digunakan untuk mendiagnosa penyakit, menyembuhkan, merawat,

memulihkan, meringankan atau mencegah penyakit pada manusia dan atau;

c. Dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh manusia

dan/atau:

d. Dimaksudkan untuk menopang atau menunjang hidup atau mati;

e. Dimaksudkan untuk mencegah kehamilan dan atau;

f. Dimaksudkan untuk pensucihamaan alat kesehatan dan atau;

g. Dimaksudkan untuk mendiagnosa kondisi bukan penyakit yang dalam

mencapai tujuan utamanya;

h. Memberi informasi untuk maksud medis dengan cara pengujian invitro

terhadap specimen yang dikeluarkan dari tubuh manusia;

i. Dan tidak mencapai target dalam tubuh manusia secara farmakologis,

imunologis dan atau cara metabolisme tetapi mungkin membantu fungsi

tersebut;

j. Digunakan, diakui sebagai alat kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu

Pengetahuan dan teknologi.

Pada babVI pasal 71 disebutkan bahwa untuk menjamin mutu, manfaat dan

keamanan Alat Kesehatan Elektromedik dan Radiologi perlu dilakukan kalibrasi alat

secara periodik sesuai ketentuan yang berlaku.

(34)

2.3. Pengukuran Pengujian dan Kalibrasi Peralatan Kesehatan

Permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat

kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan, antara lain menyatakan bahwa setiap alat

kesehatan wajib dilakukan pengujian dan atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran

nilai keluaran dan keselamatan pemakai, dan dianjurkan untuk melaksanakan

kalibrasi setiap satu tahun sekali. jumlah alat kesehatan yang wajib diuji dan / atau

dikalibrasi adalah 125 alat dan pembinaan serta pengawasan terhadap segala kegiatan

yang berhubungan dengan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan diarahkan untuk

meningkatkan mutu dan cakupan

Manfaat dari pengujian dan atau kalibrasi terhadap peralatan kesehatan

dimaksud antara lain :

1. Mengetahui sejauh mana peralatan yang diuji / dikalibrasi mempunyai tingkat

keakurasian (ketepatan).

2. Mengetahui seberapa besar penyimpangan pada output yang dihasilkan

dibandingkan dengan spesifikasi alat kesehatan yang diuji dan dikalibrasi.

3. Untuk menjamin keamanan terhadap pasien, operator dan lingkungan sekitar,

dari bahaya yang ditimbulkan dari peralatan kesehatan tersebut.

4. Dengan diketahui nilai keluaran sebenarnya, maka akan membantu proses

diagnosa dan terapi yang tepat.

5. Sebagai data yang menunjang program pemeliharaan peralatan kesehatan.

(35)

1. Pengukuran nilai keluaran : Tegangan, frekwensi, putaran, temperature,

tekanan, kecepatan, dan lain-lain.

2. Pengukuran Keamanan : Arus bocor, pelindung radiasi, timer, mekanik,

balance dan otomatisasi.

3. Penilaian performance : kelengkapan, hasil pembacaan, kenyamanan operasional.

2.4. Biaya Pemeliharaan Alat Kesehatan

Menurut Gani (1991), biaya pemeliharaan rumah sakit adalah biaya yang

fungsinya untuk mempertahankan / memperpanjang kapasitas barang investasi terdiri

atas biaya pemeliharaan gedung, alat medis (alat kesehatan) dan alat non medis serta

latihan personil.

Biaya pemeliharaan alat kesehatan merupakan biaya pemeliharan preventif

atau pencegahan dan biaya pemeliharaan korektif atau perbaikan. Biya pemeliharaan

preventif meliputi biaya pemeliharaan berkala sampai dengan pengukuran unjuk kerja

alat dan keamanan alat atau pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.

Biaya pemeliharaan berkala adalah biaya pembelian bahan pemeliharaan dan

material bantu seperti pembelian cairan pembersih, kain lap, contact cleaner, oli untuk pelumasan atau pemeliharaan suction pump, pergantian bagian dari alat seperti

manset dan balon untuk tensimeter, filter anti bakteri untuk inkubator perawatan.

Biaya pengujian dan kalibrasi Alat kesehatan adalah biaya untuk pelaksanaan

(36)

Biaya (tarif) pengujian dan kalibrasi alat kesehatan telah ditetapkan dalam

Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2001 tentang tarif atas jenis penerimaan

Negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan

Sosial.

2.5. Tugas dan Fungsi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan

Untuk melaksanakan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, Departemen

Kesehatan telah mendirikan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dengan

surat keputusan yang baru nomor : 530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi

dan tata kerja Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) sebagai pengganti surat

keputusan nomor 1164/MENKES/SK/VIII/2000, yang menetapkan 4 BPFK yaitu :

1. BPFK Jakarta sebagai BPFK tipe A dengan jumlah wilayah kerja 9 Provinsi.

2. BPFK Surabaya sebagai BPFK tipe A dengan wilayah kerja 7 Provinsi.

3. BPFK Makasar sebagai BPFK tipe B dengan wilayah kerja 10 Provinsi.

4. BPFK Medan sebagai BPFK tipe B dengan wilayah kerja 7 Provinsi meliputi

Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Daratan,

Riau Kepulauan, Jambi dan Bengkulu.

Dalam Permenkes 530 disebutkan bahwa tugas BPFK melaksanakan

pengamanan fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan

melalui pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi di lingkungan pemerintah maupun

(37)

Dalam melaksanakan tugasnya BPFK menyelenggarakan fungsi :

a. pengujian dan kalibrasi alat kesehatan;

b. pengujian dan kalibrasi sarana dan prasarana kesehatan;

c. pengamanan dan pengukuran paparan radiasi;

d. pelayanan monitoring dosis radiasi personil;

e. pengukuran luaran radiasi terapi;

f. pengendalian mutu dan pengembangan teknologi pengamanan

fasilitas kesehatan;

g. pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengujian, kalibrasi,

proteksi radiasi, sarana dan prasarana kesehatan;

h. pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan;

i. pelaksanaan bimbingan teknis dibidang pengamanan fasilitas

kesehatan;

j. pelaksanaan ketatausahaan.

2.6. Prosedur Pelayanan Kalibrasi

Prosedur pelayanan kalibrasi meliputi : prosedur permintaan pelayanan

pengujian dan kalibrasi, prosedur pelaksanaan pengujian dan kalibrasi, pembuatan

laporan, pembuatan sertifikat dan label /stiker laik pakai atau tidak laik pakai sampai

dengan pengiriman laporan, sertifikat dan label ke rumah sakit pelanggan. Untuk

pelayanan pengujian dan kalibrasi, BPFK Medan telah membuat prosedur tetap

(38)

kalibrasi di rumah sakit dan protap permintaan pelayanan kalibrasi yang dilakukan di

BPFK Medan, yang dapat dilihat pada Lampiran 6.

2.7. Teknisi dan Alat ukur Kalibrasi

Teknisi kalibrasi adalah petugas yang melaksanakan kalibrasi peralatan

kesehatan.Alat ukur kalibrasi adalah alat untuk mengukur unjuk kerja (kinerja) dan

keamanan alat kesehatan.

Teknisi kalibrasi Laboratorium kalibrasi BPFK Medan bertugas

melaksanakan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, mempunyai persyaratan

sebagai berikut :

1. Berlatar pendidikan D3 Teknik Elektromedik (ATEM), atau D3 Teknik

Instrumentasi atau S1 Teknik Fisika Medik, atau Teknik Fisika atau Teknik

Elektronika atau Teknik Elektro.

2. Telah mengikuti kegiatan pelatihan kalibrasi alat kesehatan yang

diselenggarakan Depkes atau BPFK Jakarta.

3. Telah mengikuti pelatihan kalibrasi salah satu atau semua parameter antara

lain parameter kelistrikan, suhu, volume, gaya dan massa yang

diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau Badan

Standar Nasional (BSN).

4. Telah mengikuti pelatihan ketidak pastian salah satu atau semua parameter

(39)

5. Mengikuti pelatihan-pelatihan lain yang berkaitan dengan peningkatan

pelayanan mutu laboratorium (sistim mutu laboratoriun SNI-19- 17025-2000).

6. Mengikuti proses sertifikasi teknisi kalibrasi yang diselenggarakan

Depertemen Kesehatan, sehingga semua teknisi Kalibrasi mempunyai

sertifikat.

Alat ukur kalibrasi (kalibrator) yang dimiliki Laboratorium Kalibrasi BPFK

Medan pada tahun 2006 sebanyak 38 unit yang mampu mengkalibrasi sebanyak 44

jenis alat kesehatan seperti terdapat pada Lampiran 7. Dalam rangka memenuhi

ketentuan dalam Permenkes 363 tahun 1998 yaitu jumlah alat yang wajib dikalibrasi

adalah 125 jenis alat kesehatan (Lampiran 8), maka BPFK Medan setiap tahunnya

selalu menambah jumlah alat kalibrator secara bertahap. Pemeliharaan terhadap

peralatan ukur (kalibrator) dilakukan sesuai prosedur tetap agar kalibrator tersebut

dapat berfungsi dengan baik, dan berumur panjang, salah satu tindakan dari

pemeliharaan tersebut adalah mengalibrasi alat ukur ke institusi / laboratorium yang

telah diakui Komite Akreditasi Nasional (KAN) seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

2.8. Prosedur Tetap Pengujian / Kalibrasi Alat Kesehatan

Setiap Tehnisi kalibrasi yang melaksanakan kegiatan pengujian dan kalibrasi

alat kesehatan, mengacu kepada prosedur tetap pengujian / kalibrasi yang telah

disusun BPFK Medan (Departemen Kesehatan) berdasarkan pedoman standar acuan

(40)

seperti ECRI (Emergency Care Research Institute) dan IEC (International Elactrical Commision). Salah satu prosedur tetap pengujian dan kalibrasi Alat kesehatan, dapat

dilihat pada Lampiran 9, yaitu prosedur tetap pengujian dan kalibrasi alat ECG,

2.9. Penelitian Terdahulu

Penelitian analisis sistem pemeliharaan alat kesehatan di rumah sakit kota

Medan belum pernah dilaksanakan, terdapat penelitian sejenis yang dilaksanakan di

tempat lain seperti yang dilakukan oleh :

1. Solehudin (1999), dengan judul ”Pengembangan rancangan sistem

pemeliharaan alat-alat medis di rumah sakit Tanggerang”. Penelitian ini

merupakan penelitian dalam bidang manajemen pemeliharaan sarana rumah

sakit. Dilakukan dengan menganalisa bagian-bagian yang terkait dengan

pelaksanaan upaya pemeliharaan sarana rumah sakit. Lingkup penelitian

dibatasi hanya pada pelaksanaan pemeliharaan alat medis dengan

pertimbangan keberadaan dan kesiapan alat-alat medis di rumah sakit sangat

erat hubungannya terhadap keberhasilan pengobatan dan kualitas pelayanan

rumah sakit secara umum. Selain itu dampak kerusakan alat-alat medis di

rumah sakit sangat besar pengaruhnya terhadap pendapatan dan citra rumah

sakit. Diharapkan penelitian ini mampu menemukan suatu rancangan

pemeliharaan alat-alat medis yang sesuai dengan kondisi rumah sakit

(41)

2. Supardjo (2003), dengan judul ”Upaya peningkatan pelaksanaan manajemen

teknologi peralatan medik guna pencapaian kesesuaian mutu pelayanan

medik, studi kasus di Perusahaan Jawatan RSAB. Harapan Kita Jakarta”.

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang manajemen pemeliharaan

sarana rumah sakit. Dilakukan dengan menganalisa bagian-bagian yang terkait

dengan pelaksanaan upaya peningkatan pelaksanaan manajemen teknologi

peralatan medik untuk mencapai kesesuaian mutu pelayanan medik dengan

Instrumen Akreditasi Surveyor Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Diharapkan

penelitian ini dapat memberikan masukan pada penyempurnaan sistem

manajemen teknologi peralatan medik guna peningkatan kesesuaian mutu

pelayanan Perjan RSAB. Harapan Kita dari segi jaminan mutu dalam

pemanfaatan pelayanan medik.

2.10. Landasan Teori

Sistem pemeliharaan peralatan di rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang

perlu dilakukan dengan baik, karena berfungsi tidaknya , dan laik tidaknya peralatan

kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas, kinerja dan mutu pelayanan rumah sakit.

Menurut Bronzuny (1992) dan Emergency Care Research Institute (ECRI) (1996), menyebutkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi pemeliharaan tetapi

yang terbesar pengaruhnya adalah pendidikan, pengetahuan tentang pemeliharaan,

fasilitas bengkel, spare part, pemeliharaan korektif / pencegahan dan anggaran/dana

(42)

Kinerja (Lembaga Administrasi Negara, 2000) adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program dan kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. dengan memperhatikan

indikator masukan / input, proses, keluaran / output (hasil), dan dampak. Sementara

untuk mendapatkan indikator keluaran yang merupakan kinerja dari sistem

pemeliharaan peralatan kesehatan, diperlukan indikator masukan yaitu sumber

daya manusia , dana / biaya, sarana, pedoman, dan proses sebagai pelaksanaan sistem

pemeliharaan alat kesehatan, sedangkan dampaknya adalah mutu pelayanan

(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

dilakukan dengan mempelajari pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan

di rumah sakit kota Medan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 30 rumah sakit umum meliputi rumah sakit

pemerintah, rumah sakit BUMN, dan rumah sakit swasta di kota Medan.

Penelitian dimulai dengan kegiatan penelusuran pustaka, konsultasi dengan

pembimbing, mempersiapkan proposal penelitian, seminar kolokium, dilanjutkan

dengan penelitian lapangan untuk pengumpulan data serta melakukan pengolahan dan

analisa data, menyusun laporan penelitian dan penulisan tesis, seminar hasil

penelitian dan ujian komprehensif yang membutuhkan waktu selama 10 bulan,

mulai bulan Pebruari sampai dengan Desember 2007.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah rumah sakit umum yang ada di kota

Medan sebanyak 60 rumah sakit (Lampiran 4). Besar sampel dihitung berdasarkan

(44)

1. Menentukan rumah sakit berdasarkan kelas rumah sakit. Rumah salit kelas A

dan B sebagai rumah sakit kelompok I, rumah sakit kelas C sebagai rumah

sakit kelompok II, dan kelompok III adalah rumah sakit kelas D.

2. Menghitung jumlah sampel berdasarkan strata/kelompok rumah sakit (N ). h

3. Menghitung proporsi tiap strata/kelompok rumah sakit berdasarkan ukuran

populasi (Wh).

(45)

Tabel 3.1. Tabel Kerja Menghitung Nh, Wh, Ph, dan Besar Sampel

Berdasarkan perhitungan rumus maka besar sampel (n) = 31 rumah sakit,

selanjutnya jumlah sampel yang diambil adalah 30 rumah sakit.

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sistematik berstrata (berdasarkan

kelas rumah sakit), berperbandingan (proportional stratified sytematic/ordinal sampling), (Amirin, 2000). Daftar rumah sakit yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5.

Dengan menggunakan alokasi proporsional, maka diperlukan sampel untuk

(46)

a. Rumah sakit kelas A dan B adalah 0,05 x 30 = 2 rumah sakit.

b. Rumah sakit kelas C adalah 0,23 x 30 = 7 rumah sakit.

c. Rumah sakit kelas D adalah 0,72 x 30 = 21 rumah sakit.

3.4. Metoda Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti, data yang terkumpul berasal dari data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan

responden yaitu Pimpinan rumah sakit / wakil pimpinan / personil yang menangani

masalah peralatan kesehatan di rumah sakit. Alat untuk mengumpulkan data adalah

daftar pertanyaan tentang sistem pemeliharaan alat kesehatan.

Data sekunder diperoleh dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)

Medan, dan Dinas Kesehatan Kota Medan berupa :

1. Data rumah sakit yang ada di kota Medan.

2. Laporan pelaksanaan Pengujian dan Kalibrasi tahun, 2003, 2004, 2005, 2006.

3. Data lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.5. Definisi Operasional

1. Sumber Daya Manusia adalah personil / teknisi yang melaksanakan

pemeliharaan terhadap peralatan kesehatan yang termasuk dalam daftar alat

(47)

2. Dana adalah biaya yang disediakan khusus untuk biaya pemeliharaan

peralatan kesehatan meliputi biaya pemeliharaan preventif, korektif maupun

darurat.

3. Sarana adalah alat pendukung untuk pelaksanakan sistem pemeliharaan

peralatan elektromedis yang meliputi ruangan/workshop, peralatan kerja, dan bahan pemeliharaan.

4. Pedoman adalah panduan/petunjuk untuk melaksanakan pemeliharaan yang

meliputi dokumen teknis, prosedur tetap pengoperasian peralatan kesehatan,

dan prosedur tetap pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan

yang ada.

5. Proses adalah pelaksanaan kegiatan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan

dimulai dengan membuat daftar inventaris peralatan kesehatan dengan data

yang lengkap, menyusun jadwal pemeliharaan korektif dan preventif peralatan

kesehatan termasuk jadwal pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, dan

pelaksanaan pemeliharaan korektif, preventif termasuk pelaksanaan

pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.

6. Kinerja sistem pemeliharaan peralatan kesehatan adalah hasil dari

pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, dapat dilihat dari

laporan hasil pemeliharaan yang meliputi, inventaris peralatan, kartu

pemeliharaan alat, catatan pemeliharaan alat, laporan pengujian dan kalibrasi,

(48)

3.6. Metoda Pengukuran

Dalam penelitian ini cara pengukuran yang dilakukan adalah dengan

menghadapkan lembar kuesioner yang berisi pertanyaan terbuka dan cek list

mengenai sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, yang terdiri dari unsur input yang

meliputi variabel Sumber Daya Manusia (SDM), dana / biaya, sarana dan pedoman,

unsur proses meliputi penyusunan inventarisasi, penyusunan jadwal, dan pelaksanaan

pemeliharaan, untuk unsur output yang merupakan kinerja / hasil pelaksanaan

pemeliharaan yang berupa laporan kerja pemeliharaan dan laporan kalibrasi

peralatan.

3.6.1. Unsur input

3.6.1.1. Sumber daya manusia

1. Baik apabila ada petugas/teknisi yang melaksanakan pemeliharaan peralatan

kesehatan berpendidikan D3 ATEM, atau STM yang berpengalaman minimal

5 tahun dalam pemeliharaan alat kesehatan (yang termasuk dalam daftar alat

kesehatan dalam permenkes 363 tahun 1998, sebaimana terdapat pada

Lampiran 8).

2. Kurang baik apabila tidak ada petugas/teknisi yang melaksanakan

(49)

3.6.1.2. Dana / biaya

1. Ada apabila tersedia dana untuk pemeliharaan korektif, preventif

(pelaksanaan pengujian dan kalibrasi), dan pemeliharaan darurat (emergency maintenance).

2. Tidak ada apabila tidak tersedia dana untuk pemeliharaan korektif, preventif

(pelaksanaan pengujian dan kalibrasi), dan pemeliharaan darurat.

3.6.1.3. Sarana (Ruangan, Peralatan kerja, Bahan pemeliharaan)

Ruangan /workshop

1. Baik apabila ada ruangan/tempat khusus untuk pelaksanaan pemeliharaan,

untuk menyimpan peralatan kerja dan dokumen teknis.

2. Kurang baik apabila tidak ada ruangan/tempat khusus untuk pelaksanaan

pemeliharaan, untuk menyimpan peralatan kerja dan dokumen teknis

Peralatan kerja

1. Baik apabila tersedia peralatan kerja sesuai dengan peralatan yang ada.

2. Kurang baik apabila tidak tersedia peralatan kerja, sesuai dengan peralatan

yang ada.

Bahan pemeliharaan

1. Baik apabila tersedia bahan pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan

peralatan yang ada.

2. Kurang baik apabila tidak tersedia bahan pemeliharaan peralatan kesehatan

(50)

3.6.1.4. Pedoman (Dokumen teknis, Protap pengoperasian, Protap pemeliharaan)

Dokumen teknis

1. Baik apabila mempunyai / menyimpan dokumen teknis dengan baik sekitar

30% – 100% dari peralatan yang dimiliki.

2. Kurang baik apabila mempunyai / menyimpan dokumen teknis peralatan

dibawah 30% dari peralatan yang dimiliki.

Prosedur tetap pengoperasian

1. Baik apabila tersedia prosedur tetap pengoperasian peralatan kesehatan sesuai

dengan peralatan yang ada.

2. Kurang baik apabila tidak tersedia prosedur tetap pengoperasian peralatan

kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.

Prosedur tetap pemeliharaan

1. Baik apabila tersedia prosedur tetap pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai

dengan peralatan yang ada.

2. Kurang baik apabila tidak tersedia prosedur tetap pemeliharaan peralatan

kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.

3.6.2. Unsur proses / pelaksanaan

3.6.2.1. Membuat inventaris peralatan

1. Baik apabila mempunyai / membuat daftar inventaris peralatan kesehatan.

(51)

3.6.2.2. Membuat jadwal pemeliharaan

1. Baik apabila mempunyai / membuat jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan.

2. Kurang baik apabila tidak mempunyai / membuat jadwal pemeliharaan

peralatan kesehatan.

3.6.2.3. Pelaksanaan pemeliharaan

1. Baik apabila melaksanakan pemeliharaan sesuai jadwal pemeliharaan

peralatan kesehatan (termasuk pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan).

2. Kurang baik apabila tidak melaksanakan pemeliharaan sesuai jadwal

pemeliharaan peralatan kesehatan.

3.6.3. Unsur output / kinerja

3.6.3.1. Laporan pemeliharaan

1. Baik apabila ada laporan kerja pemeliharaan alat kesehatan / kartu peliharaan

setelah selesai melaksanakan pemeliharaan

2. Kurang baik apabila tidak ada laporan kerja pemeliharaan alat kesehatan /

kartu pemeliharaan) setelah selesai melaksanakan pemeliharaan

3.6.3.2. Laporan kalibrasi dan sertifikat kalibrasi

1. Baik apabila ada laporan dan atau sertifikat kalibrasi alat kesehatan dari

BPFK Medan

2. Kurang baik apabila tidak ada laporan dan atau sertifikat kalibrasi alat

(52)

3.7. Metoda Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses

pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adaya kuesioner yang belum terisi.

b. Coding, pemberian kode/ tanda √ pada formulir cek list untuk memudahkan proses entry data.

c. Cleaning, sebelum analisa data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk.

Analisis data dilakukan analisis data univariat, untuk mengetahui frekwensi hasil

wawancara dengan menggunakan kuesioner dan formulir cek list untuk menganalisis

pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan yang terdiri dari input (petugas,

dana, sarana, pedoman), proses / pelaksanaan sistem (dokumentasi, menyusun

prosedur tetap operasional, prosedur tetap pemeliharaan, jadwal pemeliharaan, dan

pelaksanaannya), output / kinerja pelaksanaan sistem pemeliharaan (inventaris alat,

(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan

Surabaya, letak geografis kota berada di pesisir timur pulau Sumatera bagian utara

dengan luas wilayah 265,10 Km². Daerah yang berbatasan langsung dengan kota

Medan adalah sebelah utara Selat Malaka, sebelah timur Percut Sei Tuan (kabupaten

Deli Serdang), sebelah selatan Tanjung Morawa dan Pancur Batu (kabupaten Deli

Serdang), sebelah barat Sunggal dan Hamparan Perak (kabuaten Deli Serdang).

Secara administratif kota Medan terbagi atas 21 kecamatan definitif yang

meliputi 151 kelurahan dan 1887 lingkungan.

Menurut data dari BPS Propinsi Sumatera Utara 2006, jumlah penduduk kota

Medan tahun 2006 adalah 2.067.288 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata

7798/km². jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.027.607 jiwa (49,71%), jumlah

penduduk perempuan dengan jumlah 1.039.681 jiwa (50,29%) sedangkan dengan

angka rasio jenis kelamin 98,84%.

Menurut data dari Departemen Kesehatan RI. dan Kantor Dinas Kesehatan

Kotamadya Medan tahun 2007, kota Medan memiliki 76 rumah sakit umum dan

khusus, dengan perincian rumah sakit umum 60 unit, rumah sakit jiwa 5 unit.dan

rumah sakit khusus lainnya 11 unit. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah

(54)

dari 50 menjadi 60 rumah sakit. Peningkatan jumlah rumah sakit ini pada umumnya

disebabkan meningkatnya status beberapa Balai pengobatan, klinik bersalin yang

beralih menjadi rumah sakit umum.

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik informan/responden berumur antara 24 sampai dengan 54 tahun,

sebagian besar adalah laki-laki, berlatar pendidikan dari D2 sampai S2, masa kerja

berkisar antara 1 sampai 28 tahun, lama tugas jabatan berkisar antara 1 sampai 15

tahun, seperti terlihat pada Tabel 4.1.

(55)

Lanjutan Tabel 4.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit responden

mempunyai kategori kurang baik dalam hal tenaga teknisi pemelihara alat kesehatan,

yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%,

(56)

Tabel 4.2. Distribusi Kategori Tenaga Teknisi Pemelihara Alat Kesehatan

No. Kategori Teknisi N %

1. Baik 4 13,3 2. Kurang baik 26 86,7

____________________________________________________________________

Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

4.3.1.2. Dana pemeliharaan peralatan kesehatan

Pada umumnya semua rumah sakit sebanyak 30 rumah sakit (100%)

mempunyai dana untuk pemeliharaan alat kesehatan, seperti pada terdapat Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Dana Pemelihara Alat Kesehatan

____________________________________________________________________

No. Dana/biaya N %

1. Ada 30 100

2. Tidak ada 0 0

____________________________________________________________________

Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

4.3.1.3. Sarana Pemelihara Peralatan Kesehatan

(Ruangan/Workshop, Peralatan Kerja, Bahan Pemeliharaan)

Sarana pemelihara peralatan kesehatan adalah faktor pendukung untuk pelaksanakan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan yang meliputi ruangan /

(57)

Sebagian besar rumah sakit responden mempunyai kategori kurang baik

dalam hal ruangan/workshop yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, dan yang mempunyai kategori baik sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%.

Rumah sakit yang mempunyai kategori baik dalam hal peralatan kerja

sebanyak 15 rumah sakit atau 50%. Rumah sakit yang mempunyai kategori kurang

baik dalam hal peralatan kerja sebanyak 15 rumah sakit atau 50%.

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal penyediaan

bahan pemeliharaan yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3%. Rumah sakit yang

mempunyai kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7%, seperti

terdapat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Kategori Sarana Pemelihara Alat Kesehatan

No. Kategori Sarana N %

A Ruang Pemeliharaan

1. Baik 4 13,3

2. Kurang baik 26 86,7 Jumlah 30 100

B Peralatan Kerja

3. Baik 15 50

4. Kurang baik 15 50

(58)

Lanjutan Tabel 4.4.

N %

C Bahan Pemeliharaan

5. Baik 19 63,3

6. Kurang baik 11 36,7

Jumlah 30 100

Sumber data primer 2007

4.3.1.4. Pedoman Pemeliharaan Alat Kesehatan

Pedoman adalah merupakan buku atau berkas yang berisi petunjuk untuk

melaksanakan pemeliharaan yang meliputi dokumen teknis dari pabrik pembuat alat,

prosedur tetap (protap) pengoperasian alat, dan protap pemeliharaan alat.

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal dokumen

teknis dari pabrik yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3% dan yang mempunyai

kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7% seperti terdapat pada

Tabel 4.5.

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal

prosedur tetap pengoperasian alat sebanyak 20 rumah sakit atau 66,7%, dan yang

mempunyai kategori baik sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%. seperti terdapat pada

Tabel 4.5.

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal

(59)

86,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%, mempunyai kategori baik seperti

terdapat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Distribusi Kategori Pedoman (Dokumen, Protap Pengoperasian, dan Protap Pemeliharaan)

No. Kategori Pedoman N %

A Dokumen Teknis Alat

1. Baik 19 63,3 2. Kurang baik 11 36,7

Jumlah 30 100 B Protap Pengoperasian

3. Baik 10 33,3 4. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100 C Protap Pemeliharaan

5. Baik 4 13,3 6. Kurang baik 26 86,7

Jumlah 30 100 Sumber data primer 2007

4.3.2. Proses/pelaksanaan sistem pemeliharaan

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal inventaris

peralatan kesehatan yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3%, dan yang mempunyai

kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7% seperti terdapat pada

Tabel 4.6.

Pada umumnya rumah sakit mempunyai mempunyai kategori kurang baik

dalam hal jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 26 rumah sakit

atau 86,7%, dan yang mempunyai kategori baik sebanyak 4 rumah sakit (13,3%), dan

(60)

Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam

melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 20 rumah sakit atau

66,7%, dan sebanyak 10 rumah sakit (33,3%), mempunyai kategori baik seperti

terdapat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Kategori Pelaksanaan Sistem (Membuat Inventaris Alat, Membuat Jadwal, dan Pelaksanaan Pemeliharaan Alat)

No. Kategori Pelaksanaan N % A Membuat Inventaris Alat

1. Baik 19 63,3 2. Kurang baik 11 36,7

Jumlah 30 100 B Jadwal Pemeliharaan

3. Baik 4 13,3 4. Kurang baik 26 86,7 Jumlah 30 100 C Pelaksanaan Pemeliharaan

5. Baik 10 33,3 6. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100 Sumber data primer 2007

4.3.3. Output/kinerja sistem pemeliharaan

Kinerja sistem pemeliharaan alat kesehatan dapat dilihat dari kartu

pemeliharaan atau laporan kerja pemeliharaan peralatan kesehatan dan laporan

pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan.

Pada umumnya rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal

(61)

sebanyak 26 rumah sakit atau 87,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%,

mempunyai kategori baik seperti terdapat pada Tabel 4.7.

Sebagian besar rumah sakit yang mempunyai kategori kurang baik dalam hal

laporan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 20 rumah sakit

atau 66,7%, dan sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3% mempunyai kategori baik

seperti terdapat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Kategori Kinerja (Kartu pemeliharaan / Laporan kerja Pemeliharaan, dan Laporan Kalibrasi Alat Kesehatan)

No. Kategori Kinerja N %

A Kartu Pemeliharaan Alat

1. Baik 4 13,3 2. Kurang baik 26 86,7 Jumlah 30 100

B Laporan Kalibrasi Alat

3. Baik 10 33,3 4. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100 Sumber data primer 2007

Menurut data dari BPFK Medan mengenai Rumah sakit yang mempunyai

laporan kalibrasi peralatan kesehatannya dari tahun 2005 sampai 2007 adalah

(62)
(63)
(64)
(65)

Lanjutan Tabel 4.8.

1 2 3 4 5 6

15. RS. Mitra Sejati April Mobile X-ray 1 Lap.kal. & 2006 Sertifikat

16. RS. Imelda April Mobile X-ray 1 Lap.kal. & 2007 Sertifikat

(66)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Input Sistem Pemeliharaan

Hasil penelitian dari lembar kuesioner yang merupakan komponen input,

meliputi sumber daya manusia, dana, sarana, dan pedoman.

5.1.1. Sumber daya manusia

Dari hasil penelitian, rumah sakit responden yang mempunyai teknisi

pemelihara alat kesehatan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%. Rumah sakit kelas A

milik Departemen Kesehatan memiliki jumlah teknisi yang paling banyak yaitu

sebanyak 12 orang, 11 orang berlatar pendidikan Akademi Teknik Elektromedik

(ATEM), 1 orang berlatar pendidikan STM berpengalaman 20 tahun menangani

peralatan laboratorium. Rumah sakit lain yang mempunyai tenaga teknisi ATEM

merupakan rumah sakit kelas A milik swasta mempunyai 1 orang teknisi, dan dua

rumah sakit kelas B masing-masing milik BUMN mempunyai 1 orang teknisi, dan

milik suatu yayasan memiliki 2 orang teknisi.

Jumlah rumah sakit yang belum mempunyai teknisi pemelihara alat kesehatan

sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, terdiri dari 2 kelompok, kelompok pertama

adalah rumah sakit yang mempunyai teknisi dengan latar belakang pendidikan STM

sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7%, dan kelompok kedua adalah rumah sakit yang

(67)

Rumah sakit kelompok pertama pada umumnya adalah rumah sakit kelas C,

yang mana tenaga teknisinya mempunyai tugas untuk menangani instalasi sarana dan

prasarana rumah sakit (IPSRS) yaitu instalasi bangunan, air, listrik, gas tidak untuk

menangani pemeliharaan peralatan kesehatan.

Rumah sakit kelompok kedua adalah rumah sakit yang tidak mempunyai

teknisi sebanyak 15 rumah sakit atau 50%, pada umumya rumah sakit kelas D dan

belum lama beroperasi.

Menurut World Health Organization (1994), pemeliharaan peralatan tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas operator alat, tenaga pemeliharaan sarana rumah

sakit, oleh teknisi yang mempunyai pengetahuan khusus tentang peralatan yang

bersangkutan atau oleh tenaga ahli yang mempunyai pengetahuan khusus.

Pernyataan WHO tersebut diatas menunjukkan pentingnya pemeliharaan

peralatan kesehatan, pemeliharaan yang dimaksud WHO adalah pemeliharaan

preventif sebatas pemeliharaan berkala, yaitu pemeliharaan rutin yang harus

dilakukan pada saat-saat tertentu, tidak termasuk pelaksanaan pengujian dan kalibrasi.

Pelaksanaan pemeliharaan oleh petugas operator yang dimaksud WHO adalah

melaksanakan pengoperasian alat sesuai dengan protap, dimulai dari persiapan

sampai dengan pengemasan dan penyimpanan alat hal ini dapat dilihat pada contoh

protap pengoperasian alat ECG yang terdapat pada Lampiran 11. Sedangkan tindakan

pemeliharaan yang dilakukan oleh teknisi yang mempunyai pengetahuan khusus

tentang peralatan kesehatan, adalah tindakan pemeliharaan yang sesuai protap

(68)

pelaksanaan pengujian dan kalibrasi (pelaksanaan point 3.6 sampai dengan 3.9)

sebagaimana terdapat pada Lampiran 12, tentang protap pemeliharaan alat ECG.

Hasil penelitian Solehudin (1999), yang berjudul ”Pengembangan rancangan

sistem pemeliharaan alat-alat medis di rumah sakit Tanggerang”, menyebutkan

bahwa peralatan medis yang pemeliharaannya cukup dilakukan oleh operator adalah

peralatan medis yang terbuat dari bahan logam, karet dan bahan lainnya, yang tidak

mengandung unsur listrik, mekanik dan elektronik (elektromedik) yang tidak

memerlukan penyetelan, penggantian komponen (komponen elektronik) dan kalibrasi

dalam pemeliharaannya. Peralatan medis yang pemeliharaannya dilakukan oleh

tenaga IPSRS adalah peralatan yang didalamnya mengandung unsur listrik dan

mekanik dan tidak mengandung unsur elektronik (elektromedik), memerlukan

tindakan penyetelan atau penggantian beberapa bagian/komponen dalam

pemeliharaannya tetapi tidak memerlukan tindakan kalibrasi.

Teknisi Instalasi Prasarana Rumah Sakit (IPSRS), dapat melakukan

pemeliharaan alat kesehatan dimaksud, dengan anjuran agar teknisi IPSRS tersebut

terlebih dahulu mendapat pelatihan tentang pemeliharan peralatan kesehatan

dimaksud, atau dengan mengikuti pelatihan/magang di rumah sakit terdekat seperti

RSUP.H. Adam Malik sebagai rumah sakit umum pusat dan pendidikan di propinsi

Sumatera Utara, sehingga teknisi IPSRS tersebut dapat diandalkan minimal

melaksanakan pemeliharaan preventif alat sederhana.

Gambar

Tabel 1. Daftar nama rumah sakit di kota Medan  yang  mengalibrasi peralatan
Gambar 1. Kriteria Pemeliharaan
Tabel 3.1. Tabel Kerja Menghitung Nh, Wh, Ph, dan Besar Sampel
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
+7

Referensi

Dokumen terkait

penelitian saya yang berjudul Pengetahuan dan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Ibu Anak Stella Maris Medan” yang bertujuan

Kesimpulan: Dari 100 responden mayoritas merasa puas pada pelayanan kesehatan, pada kinerja dokter dan pada biaya yang diberikan oleh rumah sakit.. Sedangkan mayoritas

Mengetahui adanya tidaknya korelasi antara pelaksanaan pemeliharaan bangunan Gedung Rumah Sakit Umum Swasta di Yogyakarta dengan penilaian pengguna terhadap

MANUSIA DAN PENDIDIKAN BAGIAN UMUM BAGIAN KEUANGAN BAGIAN PERLENGKAPAN PEMELIHARAAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUB BAGIAN PERBENDAHARAA N SUB BAGIAN INVENTARIS

MANUSIA DAN PENDIDIKAN BAGIAN UMUM BAGIAN KEUANGAN BAGIAN PERLENGKAPAN PEMELIHARAAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUB BAGIAN PERBENDAHARAA N SUB BAGIAN INVENTARIS

4 Saat ini, RSAM telah memiliki Instalasi Pemeliharaan Sarana (IPS) sebagai unit kerja yang bertugas memelihara dan melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana rumah sakit

Pedoman Pemeliharaan Fasilitas Rumah Sakit penting artinya untuk pekerjaan permeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian,

Informasi dari beberapa orang perawat Rumah Sakit Herawaty mengatakan bahwa, di Rumah Sakit Herawaty belum memiliki prosedur pelayanan kesehatan rawat inap dan