ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
KOTA MEDAN
TESIS
Oleh SITI RAHMAH 037 012 021/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
KOTA MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (Mkes) Dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh SITI RAHMAH 037 012 021/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Siti Rahmah
Nomor Pokok : 037012021
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof.dr. Burhanuddin Nasution, Sp.Pk (K) (Dra. Elly Zahara, Apt. MARS) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji
Pada tanggal : 24 Juni 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Burhanuddin Nasution, Sp.PK(K) Anggota : 1. Dra. Elly Zahara, Apt. MARS
PERNYATAAN
ANALISIS SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2008
( Siti Rahmah )
ABSTRAK
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan Kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik.
Derajat kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satunya melalui upaya penyediaan alat kesehatan yang baik, aman dan laik pakai. Agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik, aman dan laik pakai, diperlukan pemeliharaan preventif meliputi pemeliharaan berkala dan pelaksanaan pengujian dan kalibrasi.
Menurut data dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan, jumlah rumah sakit yang mengalibrasi alat kesehatanya pada tahun 2005 sebanyak 5 rumah sakit atau 10% dan tahun 2006 sebanyak 12 rumah sakit atau 24%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit kota Medan, yang selanjutnya disesuaikan dengan peraturan, ketentuan atau standar dari Departemen Kesehatan.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dilakukan dengan sampel penelitian sebanyak 30 rumah sakit. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional stratified systematic sampling berdasarkan strata kelas rumah sakit , analisis data dilakukan dengan univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit belum melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan dengan baik yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, sedangkan rumah sakit yang melakukan pengujian dan kalibrasi beberapa peralatan kesehatannya, atau yang mempunyai laporan dan sertifikat kalibrasi dalam kurun waktu 2005 – 2007 sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%.
Diharapkan kepada Penanggung jawab peralatan kesehatan rumah sakit, agar dapat meningkatkan pengawasannya terhadap petugas administrasi peralatan, operator alat, dan teknisi peralatan kesehatan, agar supaya pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik.
ABSTRACT
Health equipment is one of the factor that play an important role in organizing health service need to be supported with the equipment which in always in standby condition and can be functioned well.
The level of community health needs to be improved through a qualified health service. One of the ways to achieve a qualified health services is by the providing good, safe and useable health equipment. In order to keep the health equipment in good, safe and useable condition, a preventive maintenance including the implementation of periodical maintenance and test and calibration is needed.
According to the data received from the Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan (Medan Health Facility Safety Bureau), only five hospitals (10)% in 2005 and twelve hospitals (24%) in 2006, had their health equipment calibrated.
The purpose of this descriptive study is to examine the implementation of health equipment maintenance applied in the hospitals in Medan whether or not it has been adjusted to the regulation, decision or standard determined by the Department of Health.
The samples for this study are 30 hospitals which where selected throught proportional stratified systematic sampling technique base on the hospital class. The obtained were analyzed through the univariate analysis.
The result of this study shows that, generally hospitals (26 hospitals) or 86,7% have not maintained their health equipment well. From 2005 to 2007, there were only 10 hospitsls (33,3%) which have got the reports or certificate stating that their health equipment has been tested and calibrated .
It is suggested that those who are responsible for the savety of the hospital equipment improve the control on the equipment administrator, equipment, operators, and health equipment technicians in order that implementation of health equipment maintenance system can be done well.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya serta bimbingan dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Magister Kesehatan pada program studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan di Rumah Sakit kota Medan”.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Bapak Prof.dr. Burhanuddin, Sp.PK(K) selaku ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Ir.Torang Panyusunan Batubara, MARS, MMR dan Ibu Dra. Elly Zahara, Apt. MARS selaku anggota komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam membimbing mulai dari penyusunan proposal hingga selesai penulisan tesis ini, demikian juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Dra.Ida Yustina MSi dan Bapak dr. Fauzi SKM atas kesediaan waktu, tenaga dan fikiran sebagai Tim penguji tesis ini.
1. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.
3. Ibu Dr.Dra.Ida Yustina MSi, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.
4. Seluruh Direktur dan staf rumah sakit yang turut berpartisipasi dalam penulisan tesis ini.
5. Ibu Minaria, SE. MKes, selaku .Kepala BPFK Medan beserta seluruh stafnya, yang memberikan kesempatan dan waktu kepada penulis untuk mengambil data.
6. Seluruh Dosen dan staf Administrasi Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU tahun 2003, serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran dan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini..
Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit, Dinas Kesehatan kota Medan dan bagi penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kriik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan tesis ini.
Medan, Juni 2008
RIWAYAT HIDUP
Nama : SITI RAHMAH
Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 28 Desember 1949 Agama : Islam
Status : Janda
Alamat : Jl. Sidodadi No. 22A LK. VII Kel. Deli Tua Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1961 : Lulus SR Negeri no 23 Bogor Tahun 1964 : Lulus SMP Taman Siswa Bogor Tahun 1968 : Lulus STM Negeri Bogor
Tahun 1975 : Lulus Akademi Teknik Rontgen, Depkes RI. Jakarta Tahun 1999 : Lulus Fakultas Tenik Elektro UPMI Medan
Tahun 2003 : Lulus Akta IV Universitas Medan
RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 1976 - 1982 : Staf Sub. Dit. Instalasi Kesehatan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Tahun 1982 - 1994 : Staf Seksi Instalasi Kesehatan, Bidang Yankes. Kanwil Depkes RI. Prop. Sumatera Utara
Tahun 1994 – 2000 : Staf Seksi Instalasi Kesehatan, Bidang Regdit. Kanwil Depkes RI. Prop. Sumatera Utara
Tahun 2000 - 2005 : Kepala Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Medan Departemen Kesehatan RI.
3.6.2. Unsur Proses / Pelaksanaan ... 31
3.6.3. Unsur Output / Kinerja... 32
3.7. Metoda Analisis Data ... 33
BAB 4. HASIL PENELITIAN.... ... 34
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34
4.2. Deskripsi KarakteristikResponden ... 35
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 36
4.3.1. Input Sistem Pemeliharaan... 36
4.3.2. Proses/Pelaksanaan Sistem Pemeliharaan... . 40
4.3.3. Output/Kinerja Sistem Pemeliharaan ... 41
BAB 5. PEMBAHASAN... 47
5.1. Input Sistem Pemeliharaan... 47
5.1.1. Sumber Daya Manusia... 47
5.1.2. Dana / Biaya ... . 50
5.1.3. Sarana ... ... 51
5.1.4. Pedoman ... ... 53
5.2. Proses/Pelaksanaan Sistem Pemeliharaan... 56
5.2.1. Inventaris Peralatan... 56
5.2.2. Jadwal Pemeliharaan... 58
5.2.3. Pelaksanaan Pemeliharaan... 60
5.3. Output / Kinerja Sistem Pemeliharaan... 60
5.3.1. Kartu Pemeliharaan dan Laporan Kerja... 60
5.3.2. Laporan Pengujian dan Kalibrasi... ... 61
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 64
6.1. Kesimpulan ... 64
6.2. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Daftar Nama Rumah Sakit yang Mengalibrasi Peralatan
Kesehatannya di Medan dari Tahun 2002 s/d Tahun 2006 ... 5
3.1. Tabel Kerja Menghitung Nh, Wh, Ph, dan Besar Sampel tiap Kelompok... 26
4.1. Karakteristik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Masa Kerja, Tugas dalam Bidang Alkes/Jabatan, Lama Tugas, dan Tempat Tugas... 35
4.2. Distribusi Kategori Tenaga Teknisi Pemelihara Alat Kesehatan... 37
4.3. Distribusi Kategori Dana Pemelihara Alat Kesehatan... 37
4.4. Distribusi Kategori Sarana Pemelihara Alat Kesehatan... 38
4.5. Distribusi Kategori Pedoman (Dokumen, Protap Pengoperasian, Dan Protap Pemeliharaan)... 39
4.6. Distribusi Kategori Pelaksanaan Sistem (Membuat Inventaris Alat, Membuat Jadwal, dan Pelaksanaan Pemeliharaan Alat)... 41
4.7. Distribusi Kategori Kinerja (Kartu Pemeliharaan / Laporan Kerja Pemeliharaan, dan Laporan Kalibrasi Alat Kesehatan)... 42
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Pertanyaan Penelitian... 69
2. Formulir Cek List ... 72
3. Hasil Rekap Unsur Input, Proses, dan Output Sistm Pemeliharaan Peralatan Kesehatan ... 74
4. Daftar Nama Rumah Sakit di kota Medan ... 75
5. Daftar Nama Rumah Sakit yang menjadi Sampel Penelitian ... 77
6. Protap Pelayanan Kalibrasi Alat Kesehatan ... 78
7. Kemampuan Pelayanan Kalibrasi BPFK Medan tahun 2006 ... 80
8. Daftar Alat yang wajib diuji dan dikalibrasi ... 81
9. Prosedur Tetap Pengujian & Kalibrasi Alat ECG... 83
10. Daftar Peralatan Kerja untuk pemeliharaan peralatan Listrik dan Peralatan Kesehatan (Elektromedik)... 87
11. Prosedur Tetap Pengoperasian alat ECG. ... 88
12. Prosedur Tetap Pemeliharaan alat ECG ... 89
13. Formulir Inventaris Alat kesehatan (Elektromedik) ... 90
14. Kartu Pemeliharaan Alat Kesehatan ... 91
15. Lembar Laporan Pemeliharaan (Preventif) ... 92
DAFTAR ISTILAH Akurasi (accuracy) = ketelitian, kecermatan, ketepatan. Andal, handal = dapat dipercaya
ATEM = Akademi teknik Elektromedik
Bahan pemeliharaan (consumable parts for maintenance) adalah komponen yang mempunyai usia pakai tertentu digunakan untuk keperluan pemeliharaan (contoh : filter, oli, vaselin, belt).
IPSRS = Instalasi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit.
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukkan suatu instrumen ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukurnya yang tertelusur (treaceble) ke standar nasional atau internasional.
Operating manual adalah buku yang berisi petunjuk mengenai pengoperasian alat sesuai dengan prosedur yang benar.
Service manual adalah buku yang berisi petunjuk cara pemeliharaan alat sesuai dengan prosedur yang benar.
Wiring / Schematic diagram adalah gambar hubungan listrik atau perkabelan antara masing-masing komponen / bagian alat.
Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ”besaran fisis” dari suatu alat.
Laik pakai adalah suatu kondisi alat kesehatan yang telah memenuhi persyaratan, fisik baik, norma keselamatan kerja, keandalan keluaran dan memiliki ijin operasional yang dikeluarkan oleh instansi berwenang.
Uji coba adalah pengujian alat yang dilakukan setelah uji fungsi, yaitu pengujian dengan dicobakan beban sebenarnya.
Uji kinerja (performance test), adalah pengujian alat untuk mengetahui kemampuan keluaran sesuai dengan kondisi pemakaian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan yang
selalu dalam kondisi siap pakai serta dapat difungsikan dengan baik (Depkes, 2001).
Peralatan kesehatan yang aman, akurat dan handal sangat diperlukan untuk
mendukung pelayanan medik prima kepada masyarakat agar visi Departemen
Kesehatan, yaitu Indonesia sehat 2010 dapat terwujud.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 39 berbunyi :
Pemerintah melindungi masyarakat dari adanya alat kesehatan yang tidak memenuhi
keamanan, mutu dan manfaat. Alat kesehatan yang dimaksud adalah instrument,
apparatus, mesin yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan kepada
manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Penggunaan alat-alat medik yang berteknologi oleh rumah sakit secara
signifikan terlihat semakin bertambah jumlahnya baik dalam hal jenisnya maupun
dalam hal variasinya. Oleh karena itu Departemen Kesehatan berupaya
menyempurnakanan peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pengadaan peralatan
pelaksanaan pengujian dan kalibrasi oleh perusahaan penjual terhadap alat kesehatan
yang baru dibeli sebelum diserahkan kepada pembeli, sehingga alat kesehatan yang
sudah dibeli dapat digunakan dengan baik, aman, dan laik pakai. Penyempurnaan
peraturan pengadaan khusus alat kesehatan tersebut disebabkan pengalaman yang
telah terjadi selama ini seperti adanya kasus alat kesehatan yang masih baru tidak
dapat digunakan padahal alat kesehatan tersebut sangat diperlukan untuk menunjang
pelayanan kesehatan, dan dana yang dikeluarkan untuk pembelian alat kesehatan
tersebut cukup mahal.
Menurut penelitian Janahar (1991) tentang tentang Sistem Monitoring Efek
Pengamanan Alat Kesehatan, alat kesehatan yang bermasalah 63 persen, sedangkan
alat kesehatan yang rusak 10 persen. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa
peralatan kesehatan yang seringkali mengalami kerusakan misalnya tensimeter sering
macet waktu dipakai, akibatnya hasil yang didapat tidak tepat sehingga akan
mempengaruhi pemberian obat. Alat bedah listrik kadang kadang menyebabkan kulit
terbakar waktu digunakan selama operasi. Alarm dan signal pada alat bantu
pernafasan terganggu akibat perubahan tegangan. Elektrokardiograf yang tidak
pernah dilakukan kalibrasi hasilnya sukar dipercaya. Contoh lain yang ada di bagian
radiologi, alat ultrasonograf baru 6 bulan dipakai gambarnya sudah tidak jelas lagi.
Kasus-kasus tersebut terjadi karena pada umumnya selama ini rumah sakit
membeli atau menerima peralatan kesehatan dengan hanya melihat fisiknya dalam
keadaan baik, spesifikasinya lengkap dan dapat berfungsi dengan baik, padahal
keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap
peralatan kesehatan yang baru dibeli meliputi tahapan uji fungsi, uji coba dan
pengukuran unjuk kerja dan keamanan alat kesehatan tersebut. Demikian juga dalam
upaya mempertahankan fungsi dan keandalannya diperlukan pemeliharaan dan
pengalibrasian / peneraan secara terprogram yang berkesinambungan untuk
mendukung jaminan mutu pelayanan kesehatan.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi
Legal (UUML) yang dalam penjelasan pembukaannya berbunyi sebagai berikut :
“Pengaturan tentang Metrologi menjadi semakin penting karena tertib ukur, disegala
bidang menyangkut juga segi keamanan bagi manusia sendiri, antara lain dosis
obat-obatan, penyinaran, pengukuran tekanan darah, suhu manusia, suara, polusi,
pengukuran dalam navigasi dan lain sebagainya”.
Hal ini berarti dengan sangat jelas dinyatakan bahwa alat-alat ukur kesehatan
merupakan alat ukur yang “WAJIB DITERA DAN DITERA ULANG”, dijamin
kebenarannya dan memiliki kepastian aspek legalitas dan perlindungan hukumnya.
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen pasal 4
berbunyi : Hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa. Jasa dalam hal ini termasuk jasa
pelayanan yang dilakukan di rumah sakit. Kasus-kasus mengenai kegagalan diagnosa
dan pengobatan suatu penyakit oleh tenaga medis (dokter) akhir-akhir ini sering
Berkaitan dengan tuntutan global yaitu adanya ISO 9000 series, maka
diperlukan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan secara berkala, unsur pemeriksaan
dan pengujian ini merupakan salah satu unsur sistim mutu ISO 9000 yang wajib
dipenuhi oleh rumah sakit atau suatu perusahaan.
Derajat kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan melalui pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Salah satunya melalui upaya penyediaan alat kesehatan
yang baik, aman dan laik pakai. Agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik,
aman dan laik pakai, diperlukan pemeliharaan preventif termasuk pengujian dan
kalibrasi.
Berdasarkan data pelayanan kalibrasi di Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan (BPFK) Medan jumlah rumah sakit di kota Medan yang mengalibrasi alat
kesehatannya pada tahun 2002 sebanyak 15 rumah sakit (30%) tahun 2003, 2004 dan
2005 masing-masing sebanyak 5 rumah sakit (10%) dan tahun 2006 sebanyak 12
Rumah Sakit (24%), dari jumlah rumah sakit yang ada di kota Medan sebanyak 50
rumah sakit, dari data tersebut jumlah rumah sakit yang mengalibrasi peralatannya
masih rendah yaitu dibawah 50 %.
Dalam kurun waktu 5 tahun mulai tahun 2002 sampai dengan 2006 kegiatan
kalibrasi peralatan kesehatan di Medan, terdapat 1 rumah sakit yang mengalibrasi
peralatan kesehatannya sebanyak 5 kali dan 1 rumah sakit. mengalibrasi 4 kali atau
masing-masing 4,35% dari 23 rumah sakit , 3 rumah sakit mengalibrasi 3 kali atau
13,04%, 6 rumah sakit mengalibrasi 2 kali atau 26,08% dan 13 rumah sakit
Tabel 1. Daftar nama rumah sakit di kota Medan yang mengalibrasi peralatan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada umumnya rumah sakit tidak
mengalibrasi peralatan kesehatan setiap tahunnya sebagaimana dianjurkan
permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
1.2. Permasalahan
Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang diatas, dapat disimpulkan
bahwa jumlah pemakai jasa pelayanan kalibrasi alat kesehatan rumah sakit relatif
masih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah sakit yang ada di Medan yaitu di
bawah 50 %. Keadaan ini dapat mempengaruhi jaminan keamanan dalam
pemanfaatan peralatan kesehatan dan tingkat mutu pelayanan kesehatan rumah sakit
di kota Medan. Rumusan masalah perlu diketahui adalah : Bagaimana pelaksanaan
sistem pemeliharaan peralatan kesehatan dapat diselenggarakan dengan baik oleh
rumah sakit di kota Medan, sehingga peralatan kesehatan selalu dalam kondisi baik
dan laik pakai, dan faktor apa yang menjadi kendala dalam penyelenggaraan sistem
pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem
pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Pimpinan dan staf bagian administrasi atau tata usaha rumah sakit untuk dapat
memperhatikan lebih baik lagi serta ikut serta dalam menangani sistem
pemeliharaan peralatan kesehatan khususnya dalam segi administrasi
2. Operator alat kesehatan untuk dapat melaksanakan tugas pengoperasian alat
kesehatan dengan baik sesuai prosedur tetap pengoperasian alat.
3. Teknisi alat kesehatan untuk dapat melaksanakan tugas pemeliharaan alat
kesehatan dengan baik sesuai jadwal pemeliharaan yang telah dibuat.
4. Penanggung jawab alat untuk dapat meningkatkan pengawasannya terhadap
pelaksanaan sistem pemeliharaan alat kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Pemeliharaan Peralatan Kesehatan
Manajemen Pemeliharaan Peralatan Kesehatan merupakan suatu sistem
rancangan yang disusun untuk membantu personil biomedic rumah sakit dan atau
teknisi rumah sakit dalam mengembangkan, memonitor dan mengatur (manage)
pemeliharaan peralatan kesehatan (American Hospital Association, 1996).
Pelaksanaan manajemen pemeliharaan peralatan kesehatan, yang selanjutnya dalam
penelitian ini disebut sebagai sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, meliputi
pekerjaan dokumentasi, pengoperasian, dan pemeliharaan.
2.1.1. Dokumentasi
Dokumentasi disini adalah dokumen pemeliharaan (POPPK, Depkes, 2001),
yang terdiri dari dokumen teknis dan data atau laporan hasil pemeliharaan. Dokumen
teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada waktu pengadaannya,
meliputi: brosur, installation manual, installation report, operating manual, service manual, yang mencakup schematic diagram, part list, recommended parts, Prosedur tetap pengoperasian, prosedur tetap pemeliharaan dan sertifikat kalibrasi juga
merupakan dokumen teknis.
Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang
yang berisi data setiap peralatan yang dimiliki rumah sakit, disertai aspek teknis,
yaitu nama alat, merk, model/type, tahun pembelian, nama perusahaan yang
mengageninya, apakah mempunyai operating manual dan service manual, kalau tidak
memilikinya maka perlu diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat
dipenuhi, berapa jumlahnya alat yang type/modelnya sama. Selain Inventaris
peralatan, setiap peralatan mempunyai kartu pemeliharaan alat, catatan pemeliharaan
alat, dan pelaporan dan evaluasi.
2.1.2. Pengoperasian
Operasionalisasi peralatan kesehatan harus didukung dan memenuhi berbagai
aspek, yaitu :
a. Alat dalam keadaan laik pakai berfungsi dengan baik dan aman
digunakan.
b. Aksesori alat lengkap dan baik.
c. Ruangan pelayanan memenuhi syarat untuk menunjang pengoperasian
alat
d. Prasarana listrik, air, gas dan lain-lain memadai.
e. Sumber daya manusia (SDM) siap.
f. Bahan operasional tersedia.
g. Prosedur tetap pelayanan tersedia, dipahami dan dilaksanakan.
Untuk menjamin operasionalisasi peralatan kesehatan,maka aspek-aspek tersebut
diatas perlu diupayakan keberadaannya. (Depkes, 2001)
Operasionalisasi peralatan dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat, memerlukan prosedur yang baku mengenai
pengoperasian dan pemeliharaan peralatan kesehatan. Prosedur yang baku tersebut
adalah “Prosedur tetap (Protap) Pengoperasian” dan “Prosedur tetap (Protap)
Pemeliharaan”, (Depkes, 2001).
2.1.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan untuk menjaga
suatu alat agar mencapai suatu kondisi yang bisa diterima, yaitu kondisi alat dapat
berfungsi normal (Depkes, 1992).
Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan
untuk menjaga suatu barang, atau memperbaikinya, sampai pada kondisi yang bisa
diterima (Corder, 1992).
Pemeliharaan adalah seluruh kegiatan yang berlangsung dalam dan sekitar
fungsi pemeliharaan biasanya mencakup salah satu diantara kategori sebagai berikut
yaitu : Teknik-teknik manajemen, prosedur-prosedur administratif, praktek teknologi,
manajemen personalia dan pengendalian atas aspek pelaksanaannya. Jika kelima
unsur fungsi pemeliharaan tersebut dikombinasikan, barulah akan didapatkan sistem
Pemeliharaan yang sistematik merupakan pengembangan suatu pelayanan
yang didasarkan atas tata urutan operasi yang terinci, sedangkan rincian operasinya
sendiri dalam implementasinya dapat dipilih dengan mencocokan dengan kondisi dan
lingkungan yang ada. (Priel, 1974).
Pemeliharaan peralatan tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas operator
alat, tenaga pemeliharaan sarana rumah sakit, oleh tehnisi yang mempunyai
pengetahuan khusus tentang peralatan yang bersangkutan atau oleh tenaga ahli yang
mempunyai pengetahuan khusus (WHO, 1994).
Menurut Corder (1992), tujuan utama dari pemeliharaan adalah :
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset. Hal ini penting terutama di Negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian.
2. Untuk menjamin ketersediaan yang optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi (jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) semaksimal mungkin.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan
dalam keadaan darurat seperti peralatan cadangan dan pemadam kebakaran.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan atau sarana
tersebut.
Dalmy Iskandar (1998) mengatakan bahwa salah satu dari kewajiban umum
Rumah Sakit adalah, memelihara peralatan dengan baik dan agar selalu dalam
Pemeliharaan peralatan kesehatan elektromedik merupakan suatu upaya yang
dilakukan agar supaya peralatan kesehatan selalu dalam kondisi laik pakai, dapat
difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama. Aspek-aspek yang
berkaitan dalam pelaksanaan pemeliharaan yaitu Sumber daya manusia (SDM),
fasilitas dan peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan
pemeliharaan. Aspek-aspek ini pada umumnya memerlukan pembiayaan. (POPPK,
Depkes 2001).
Terdapat dua kriteria pemeliharaan dalam pemeliharaan peralatan yaitu
pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana, seperti terlihat pada bagan
kriteria pemeliharaan (Depkes 2001).
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Pemeliharaan terencana
meliputi pemeliharaan preventif / pencegahan dan pemeliharaan korektif / perbaikan.
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat darurat
berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang tidak terduga dan harus segera
dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan.
Pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin apabila pihak
rumah sakit membuat jadwal kegiatan pemeliharaan terencana dan disiplin
melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan,
termasuk pemeliharaan terencana yaitu pemeliharaan preventif, pada saat inspection
PEMELIHARAAN
Sumber Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, 2001
Gambar 1. Kriteria Pemeliharaan
2.2. Peralatan Kesehatan
Permenkes nomor : 1184/MENKES/PER/X/2004 tentang pengamanan alat
kesehatan dan perbekalan rumah tangga pada bab 1 ayat 2, bahwa alat kesehatan
adalah instrument, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagens/produk
diagnostic invitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait termasuk komponen,
a. Disebut dalam farmakope Indonesia, ekstra farmakope Indonesia dan
formularium nasional atau suplemennya dan atau;
b. Digunakan untuk mendiagnosa penyakit, menyembuhkan, merawat,
memulihkan, meringankan atau mencegah penyakit pada manusia dan atau;
c. Dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh manusia
dan/atau:
d. Dimaksudkan untuk menopang atau menunjang hidup atau mati;
e. Dimaksudkan untuk mencegah kehamilan dan atau;
f. Dimaksudkan untuk pensucihamaan alat kesehatan dan atau;
g. Dimaksudkan untuk mendiagnosa kondisi bukan penyakit yang dalam
mencapai tujuan utamanya;
h. Memberi informasi untuk maksud medis dengan cara pengujian invitro
terhadap specimen yang dikeluarkan dari tubuh manusia;
i. Dan tidak mencapai target dalam tubuh manusia secara farmakologis,
imunologis dan atau cara metabolisme tetapi mungkin membantu fungsi
tersebut;
j. Digunakan, diakui sebagai alat kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu
Pengetahuan dan teknologi.
Pada babVI pasal 71 disebutkan bahwa untuk menjamin mutu, manfaat dan
keamanan Alat Kesehatan Elektromedik dan Radiologi perlu dilakukan kalibrasi alat
secara periodik sesuai ketentuan yang berlaku.
2.3. Pengukuran Pengujian dan Kalibrasi Peralatan Kesehatan
Permenkes 363/MENKES/PER/1998 tentang Pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan, antara lain menyatakan bahwa setiap alat
kesehatan wajib dilakukan pengujian dan atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran
nilai keluaran dan keselamatan pemakai, dan dianjurkan untuk melaksanakan
kalibrasi setiap satu tahun sekali. jumlah alat kesehatan yang wajib diuji dan / atau
dikalibrasi adalah 125 alat dan pembinaan serta pengawasan terhadap segala kegiatan
yang berhubungan dengan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan mutu dan cakupan
Manfaat dari pengujian dan atau kalibrasi terhadap peralatan kesehatan
dimaksud antara lain :
1. Mengetahui sejauh mana peralatan yang diuji / dikalibrasi mempunyai tingkat
keakurasian (ketepatan).
2. Mengetahui seberapa besar penyimpangan pada output yang dihasilkan
dibandingkan dengan spesifikasi alat kesehatan yang diuji dan dikalibrasi.
3. Untuk menjamin keamanan terhadap pasien, operator dan lingkungan sekitar,
dari bahaya yang ditimbulkan dari peralatan kesehatan tersebut.
4. Dengan diketahui nilai keluaran sebenarnya, maka akan membantu proses
diagnosa dan terapi yang tepat.
5. Sebagai data yang menunjang program pemeliharaan peralatan kesehatan.
1. Pengukuran nilai keluaran : Tegangan, frekwensi, putaran, temperature,
tekanan, kecepatan, dan lain-lain.
2. Pengukuran Keamanan : Arus bocor, pelindung radiasi, timer, mekanik,
balance dan otomatisasi.
3. Penilaian performance : kelengkapan, hasil pembacaan, kenyamanan operasional.
2.4. Biaya Pemeliharaan Alat Kesehatan
Menurut Gani (1991), biaya pemeliharaan rumah sakit adalah biaya yang
fungsinya untuk mempertahankan / memperpanjang kapasitas barang investasi terdiri
atas biaya pemeliharaan gedung, alat medis (alat kesehatan) dan alat non medis serta
latihan personil.
Biaya pemeliharaan alat kesehatan merupakan biaya pemeliharan preventif
atau pencegahan dan biaya pemeliharaan korektif atau perbaikan. Biya pemeliharaan
preventif meliputi biaya pemeliharaan berkala sampai dengan pengukuran unjuk kerja
alat dan keamanan alat atau pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.
Biaya pemeliharaan berkala adalah biaya pembelian bahan pemeliharaan dan
material bantu seperti pembelian cairan pembersih, kain lap, contact cleaner, oli untuk pelumasan atau pemeliharaan suction pump, pergantian bagian dari alat seperti
manset dan balon untuk tensimeter, filter anti bakteri untuk inkubator perawatan.
Biaya pengujian dan kalibrasi Alat kesehatan adalah biaya untuk pelaksanaan
Biaya (tarif) pengujian dan kalibrasi alat kesehatan telah ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2001 tentang tarif atas jenis penerimaan
Negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial.
2.5. Tugas dan Fungsi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Medan
Untuk melaksanakan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, Departemen
Kesehatan telah mendirikan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dengan
surat keputusan yang baru nomor : 530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi
dan tata kerja Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) sebagai pengganti surat
keputusan nomor 1164/MENKES/SK/VIII/2000, yang menetapkan 4 BPFK yaitu :
1. BPFK Jakarta sebagai BPFK tipe A dengan jumlah wilayah kerja 9 Provinsi.
2. BPFK Surabaya sebagai BPFK tipe A dengan wilayah kerja 7 Provinsi.
3. BPFK Makasar sebagai BPFK tipe B dengan wilayah kerja 10 Provinsi.
4. BPFK Medan sebagai BPFK tipe B dengan wilayah kerja 7 Provinsi meliputi
Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Daratan,
Riau Kepulauan, Jambi dan Bengkulu.
Dalam Permenkes 530 disebutkan bahwa tugas BPFK melaksanakan
pengamanan fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
melalui pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi di lingkungan pemerintah maupun
Dalam melaksanakan tugasnya BPFK menyelenggarakan fungsi :
a. pengujian dan kalibrasi alat kesehatan;
b. pengujian dan kalibrasi sarana dan prasarana kesehatan;
c. pengamanan dan pengukuran paparan radiasi;
d. pelayanan monitoring dosis radiasi personil;
e. pengukuran luaran radiasi terapi;
f. pengendalian mutu dan pengembangan teknologi pengamanan
fasilitas kesehatan;
g. pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengujian, kalibrasi,
proteksi radiasi, sarana dan prasarana kesehatan;
h. pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan;
i. pelaksanaan bimbingan teknis dibidang pengamanan fasilitas
kesehatan;
j. pelaksanaan ketatausahaan.
2.6. Prosedur Pelayanan Kalibrasi
Prosedur pelayanan kalibrasi meliputi : prosedur permintaan pelayanan
pengujian dan kalibrasi, prosedur pelaksanaan pengujian dan kalibrasi, pembuatan
laporan, pembuatan sertifikat dan label /stiker laik pakai atau tidak laik pakai sampai
dengan pengiriman laporan, sertifikat dan label ke rumah sakit pelanggan. Untuk
pelayanan pengujian dan kalibrasi, BPFK Medan telah membuat prosedur tetap
kalibrasi di rumah sakit dan protap permintaan pelayanan kalibrasi yang dilakukan di
BPFK Medan, yang dapat dilihat pada Lampiran 6.
2.7. Teknisi dan Alat ukur Kalibrasi
Teknisi kalibrasi adalah petugas yang melaksanakan kalibrasi peralatan
kesehatan.Alat ukur kalibrasi adalah alat untuk mengukur unjuk kerja (kinerja) dan
keamanan alat kesehatan.
Teknisi kalibrasi Laboratorium kalibrasi BPFK Medan bertugas
melaksanakan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, mempunyai persyaratan
sebagai berikut :
1. Berlatar pendidikan D3 Teknik Elektromedik (ATEM), atau D3 Teknik
Instrumentasi atau S1 Teknik Fisika Medik, atau Teknik Fisika atau Teknik
Elektronika atau Teknik Elektro.
2. Telah mengikuti kegiatan pelatihan kalibrasi alat kesehatan yang
diselenggarakan Depkes atau BPFK Jakarta.
3. Telah mengikuti pelatihan kalibrasi salah satu atau semua parameter antara
lain parameter kelistrikan, suhu, volume, gaya dan massa yang
diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau Badan
Standar Nasional (BSN).
4. Telah mengikuti pelatihan ketidak pastian salah satu atau semua parameter
5. Mengikuti pelatihan-pelatihan lain yang berkaitan dengan peningkatan
pelayanan mutu laboratorium (sistim mutu laboratoriun SNI-19- 17025-2000).
6. Mengikuti proses sertifikasi teknisi kalibrasi yang diselenggarakan
Depertemen Kesehatan, sehingga semua teknisi Kalibrasi mempunyai
sertifikat.
Alat ukur kalibrasi (kalibrator) yang dimiliki Laboratorium Kalibrasi BPFK
Medan pada tahun 2006 sebanyak 38 unit yang mampu mengkalibrasi sebanyak 44
jenis alat kesehatan seperti terdapat pada Lampiran 7. Dalam rangka memenuhi
ketentuan dalam Permenkes 363 tahun 1998 yaitu jumlah alat yang wajib dikalibrasi
adalah 125 jenis alat kesehatan (Lampiran 8), maka BPFK Medan setiap tahunnya
selalu menambah jumlah alat kalibrator secara bertahap. Pemeliharaan terhadap
peralatan ukur (kalibrator) dilakukan sesuai prosedur tetap agar kalibrator tersebut
dapat berfungsi dengan baik, dan berumur panjang, salah satu tindakan dari
pemeliharaan tersebut adalah mengalibrasi alat ukur ke institusi / laboratorium yang
telah diakui Komite Akreditasi Nasional (KAN) seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
2.8. Prosedur Tetap Pengujian / Kalibrasi Alat Kesehatan
Setiap Tehnisi kalibrasi yang melaksanakan kegiatan pengujian dan kalibrasi
alat kesehatan, mengacu kepada prosedur tetap pengujian / kalibrasi yang telah
disusun BPFK Medan (Departemen Kesehatan) berdasarkan pedoman standar acuan
seperti ECRI (Emergency Care Research Institute) dan IEC (International Elactrical Commision). Salah satu prosedur tetap pengujian dan kalibrasi Alat kesehatan, dapat
dilihat pada Lampiran 9, yaitu prosedur tetap pengujian dan kalibrasi alat ECG,
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian analisis sistem pemeliharaan alat kesehatan di rumah sakit kota
Medan belum pernah dilaksanakan, terdapat penelitian sejenis yang dilaksanakan di
tempat lain seperti yang dilakukan oleh :
1. Solehudin (1999), dengan judul ”Pengembangan rancangan sistem
pemeliharaan alat-alat medis di rumah sakit Tanggerang”. Penelitian ini
merupakan penelitian dalam bidang manajemen pemeliharaan sarana rumah
sakit. Dilakukan dengan menganalisa bagian-bagian yang terkait dengan
pelaksanaan upaya pemeliharaan sarana rumah sakit. Lingkup penelitian
dibatasi hanya pada pelaksanaan pemeliharaan alat medis dengan
pertimbangan keberadaan dan kesiapan alat-alat medis di rumah sakit sangat
erat hubungannya terhadap keberhasilan pengobatan dan kualitas pelayanan
rumah sakit secara umum. Selain itu dampak kerusakan alat-alat medis di
rumah sakit sangat besar pengaruhnya terhadap pendapatan dan citra rumah
sakit. Diharapkan penelitian ini mampu menemukan suatu rancangan
pemeliharaan alat-alat medis yang sesuai dengan kondisi rumah sakit
2. Supardjo (2003), dengan judul ”Upaya peningkatan pelaksanaan manajemen
teknologi peralatan medik guna pencapaian kesesuaian mutu pelayanan
medik, studi kasus di Perusahaan Jawatan RSAB. Harapan Kita Jakarta”.
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang manajemen pemeliharaan
sarana rumah sakit. Dilakukan dengan menganalisa bagian-bagian yang terkait
dengan pelaksanaan upaya peningkatan pelaksanaan manajemen teknologi
peralatan medik untuk mencapai kesesuaian mutu pelayanan medik dengan
Instrumen Akreditasi Surveyor Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan masukan pada penyempurnaan sistem
manajemen teknologi peralatan medik guna peningkatan kesesuaian mutu
pelayanan Perjan RSAB. Harapan Kita dari segi jaminan mutu dalam
pemanfaatan pelayanan medik.
2.10. Landasan Teori
Sistem pemeliharaan peralatan di rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang
perlu dilakukan dengan baik, karena berfungsi tidaknya , dan laik tidaknya peralatan
kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas, kinerja dan mutu pelayanan rumah sakit.
Menurut Bronzuny (1992) dan Emergency Care Research Institute (ECRI) (1996), menyebutkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi pemeliharaan tetapi
yang terbesar pengaruhnya adalah pendidikan, pengetahuan tentang pemeliharaan,
fasilitas bengkel, spare part, pemeliharaan korektif / pencegahan dan anggaran/dana
Kinerja (Lembaga Administrasi Negara, 2000) adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program dan kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. dengan memperhatikan
indikator masukan / input, proses, keluaran / output (hasil), dan dampak. Sementara
untuk mendapatkan indikator keluaran yang merupakan kinerja dari sistem
pemeliharaan peralatan kesehatan, diperlukan indikator masukan yaitu sumber
daya manusia , dana / biaya, sarana, pedoman, dan proses sebagai pelaksanaan sistem
pemeliharaan alat kesehatan, sedangkan dampaknya adalah mutu pelayanan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian
dilakukan dengan mempelajari pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan
di rumah sakit kota Medan.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di 30 rumah sakit umum meliputi rumah sakit
pemerintah, rumah sakit BUMN, dan rumah sakit swasta di kota Medan.
Penelitian dimulai dengan kegiatan penelusuran pustaka, konsultasi dengan
pembimbing, mempersiapkan proposal penelitian, seminar kolokium, dilanjutkan
dengan penelitian lapangan untuk pengumpulan data serta melakukan pengolahan dan
analisa data, menyusun laporan penelitian dan penulisan tesis, seminar hasil
penelitian dan ujian komprehensif yang membutuhkan waktu selama 10 bulan,
mulai bulan Pebruari sampai dengan Desember 2007.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah rumah sakit umum yang ada di kota
Medan sebanyak 60 rumah sakit (Lampiran 4). Besar sampel dihitung berdasarkan
∑
1. Menentukan rumah sakit berdasarkan kelas rumah sakit. Rumah salit kelas A
dan B sebagai rumah sakit kelompok I, rumah sakit kelas C sebagai rumah
sakit kelompok II, dan kelompok III adalah rumah sakit kelas D.
2. Menghitung jumlah sampel berdasarkan strata/kelompok rumah sakit (N ). h
3. Menghitung proporsi tiap strata/kelompok rumah sakit berdasarkan ukuran
populasi (Wh).
Tabel 3.1. Tabel Kerja Menghitung Nh, Wh, Ph, dan Besar Sampel
Berdasarkan perhitungan rumus maka besar sampel (n) = 31 rumah sakit,
selanjutnya jumlah sampel yang diambil adalah 30 rumah sakit.
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah sistematik berstrata (berdasarkan
kelas rumah sakit), berperbandingan (proportional stratified sytematic/ordinal sampling), (Amirin, 2000). Daftar rumah sakit yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5.
Dengan menggunakan alokasi proporsional, maka diperlukan sampel untuk
a. Rumah sakit kelas A dan B adalah 0,05 x 30 = 2 rumah sakit.
b. Rumah sakit kelas C adalah 0,23 x 30 = 7 rumah sakit.
c. Rumah sakit kelas D adalah 0,72 x 30 = 21 rumah sakit.
3.4. Metoda Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti, data yang terkumpul berasal dari data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan
responden yaitu Pimpinan rumah sakit / wakil pimpinan / personil yang menangani
masalah peralatan kesehatan di rumah sakit. Alat untuk mengumpulkan data adalah
daftar pertanyaan tentang sistem pemeliharaan alat kesehatan.
Data sekunder diperoleh dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
Medan, dan Dinas Kesehatan Kota Medan berupa :
1. Data rumah sakit yang ada di kota Medan.
2. Laporan pelaksanaan Pengujian dan Kalibrasi tahun, 2003, 2004, 2005, 2006.
3. Data lain yang berhubungan dengan penelitian.
3.5. Definisi Operasional
1. Sumber Daya Manusia adalah personil / teknisi yang melaksanakan
pemeliharaan terhadap peralatan kesehatan yang termasuk dalam daftar alat
2. Dana adalah biaya yang disediakan khusus untuk biaya pemeliharaan
peralatan kesehatan meliputi biaya pemeliharaan preventif, korektif maupun
darurat.
3. Sarana adalah alat pendukung untuk pelaksanakan sistem pemeliharaan
peralatan elektromedis yang meliputi ruangan/workshop, peralatan kerja, dan bahan pemeliharaan.
4. Pedoman adalah panduan/petunjuk untuk melaksanakan pemeliharaan yang
meliputi dokumen teknis, prosedur tetap pengoperasian peralatan kesehatan,
dan prosedur tetap pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan peralatan
yang ada.
5. Proses adalah pelaksanaan kegiatan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan
dimulai dengan membuat daftar inventaris peralatan kesehatan dengan data
yang lengkap, menyusun jadwal pemeliharaan korektif dan preventif peralatan
kesehatan termasuk jadwal pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, dan
pelaksanaan pemeliharaan korektif, preventif termasuk pelaksanaan
pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.
6. Kinerja sistem pemeliharaan peralatan kesehatan adalah hasil dari
pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, dapat dilihat dari
laporan hasil pemeliharaan yang meliputi, inventaris peralatan, kartu
pemeliharaan alat, catatan pemeliharaan alat, laporan pengujian dan kalibrasi,
3.6. Metoda Pengukuran
Dalam penelitian ini cara pengukuran yang dilakukan adalah dengan
menghadapkan lembar kuesioner yang berisi pertanyaan terbuka dan cek list
mengenai sistem pemeliharaan peralatan kesehatan, yang terdiri dari unsur input yang
meliputi variabel Sumber Daya Manusia (SDM), dana / biaya, sarana dan pedoman,
unsur proses meliputi penyusunan inventarisasi, penyusunan jadwal, dan pelaksanaan
pemeliharaan, untuk unsur output yang merupakan kinerja / hasil pelaksanaan
pemeliharaan yang berupa laporan kerja pemeliharaan dan laporan kalibrasi
peralatan.
3.6.1. Unsur input
3.6.1.1. Sumber daya manusia
1. Baik apabila ada petugas/teknisi yang melaksanakan pemeliharaan peralatan
kesehatan berpendidikan D3 ATEM, atau STM yang berpengalaman minimal
5 tahun dalam pemeliharaan alat kesehatan (yang termasuk dalam daftar alat
kesehatan dalam permenkes 363 tahun 1998, sebaimana terdapat pada
Lampiran 8).
2. Kurang baik apabila tidak ada petugas/teknisi yang melaksanakan
3.6.1.2. Dana / biaya
1. Ada apabila tersedia dana untuk pemeliharaan korektif, preventif
(pelaksanaan pengujian dan kalibrasi), dan pemeliharaan darurat (emergency maintenance).
2. Tidak ada apabila tidak tersedia dana untuk pemeliharaan korektif, preventif
(pelaksanaan pengujian dan kalibrasi), dan pemeliharaan darurat.
3.6.1.3. Sarana (Ruangan, Peralatan kerja, Bahan pemeliharaan)
Ruangan /workshop
1. Baik apabila ada ruangan/tempat khusus untuk pelaksanaan pemeliharaan,
untuk menyimpan peralatan kerja dan dokumen teknis.
2. Kurang baik apabila tidak ada ruangan/tempat khusus untuk pelaksanaan
pemeliharaan, untuk menyimpan peralatan kerja dan dokumen teknis
Peralatan kerja
1. Baik apabila tersedia peralatan kerja sesuai dengan peralatan yang ada.
2. Kurang baik apabila tidak tersedia peralatan kerja, sesuai dengan peralatan
yang ada.
Bahan pemeliharaan
1. Baik apabila tersedia bahan pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan
peralatan yang ada.
2. Kurang baik apabila tidak tersedia bahan pemeliharaan peralatan kesehatan
3.6.1.4. Pedoman (Dokumen teknis, Protap pengoperasian, Protap pemeliharaan)
Dokumen teknis
1. Baik apabila mempunyai / menyimpan dokumen teknis dengan baik sekitar
30% – 100% dari peralatan yang dimiliki.
2. Kurang baik apabila mempunyai / menyimpan dokumen teknis peralatan
dibawah 30% dari peralatan yang dimiliki.
Prosedur tetap pengoperasian
1. Baik apabila tersedia prosedur tetap pengoperasian peralatan kesehatan sesuai
dengan peralatan yang ada.
2. Kurang baik apabila tidak tersedia prosedur tetap pengoperasian peralatan
kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.
Prosedur tetap pemeliharaan
1. Baik apabila tersedia prosedur tetap pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai
dengan peralatan yang ada.
2. Kurang baik apabila tidak tersedia prosedur tetap pemeliharaan peralatan
kesehatan sesuai dengan peralatan yang ada.
3.6.2. Unsur proses / pelaksanaan
3.6.2.1. Membuat inventaris peralatan
1. Baik apabila mempunyai / membuat daftar inventaris peralatan kesehatan.
3.6.2.2. Membuat jadwal pemeliharaan
1. Baik apabila mempunyai / membuat jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan.
2. Kurang baik apabila tidak mempunyai / membuat jadwal pemeliharaan
peralatan kesehatan.
3.6.2.3. Pelaksanaan pemeliharaan
1. Baik apabila melaksanakan pemeliharaan sesuai jadwal pemeliharaan
peralatan kesehatan (termasuk pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan).
2. Kurang baik apabila tidak melaksanakan pemeliharaan sesuai jadwal
pemeliharaan peralatan kesehatan.
3.6.3. Unsur output / kinerja
3.6.3.1. Laporan pemeliharaan
1. Baik apabila ada laporan kerja pemeliharaan alat kesehatan / kartu peliharaan
setelah selesai melaksanakan pemeliharaan
2. Kurang baik apabila tidak ada laporan kerja pemeliharaan alat kesehatan /
kartu pemeliharaan) setelah selesai melaksanakan pemeliharaan
3.6.3.2. Laporan kalibrasi dan sertifikat kalibrasi
1. Baik apabila ada laporan dan atau sertifikat kalibrasi alat kesehatan dari
BPFK Medan
2. Kurang baik apabila tidak ada laporan dan atau sertifikat kalibrasi alat
3.7. Metoda Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses
pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adaya kuesioner yang belum terisi.
b. Coding, pemberian kode/ tanda √ pada formulir cek list untuk memudahkan proses entry data.
c. Cleaning, sebelum analisa data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk.
Analisis data dilakukan analisis data univariat, untuk mengetahui frekwensi hasil
wawancara dengan menggunakan kuesioner dan formulir cek list untuk menganalisis
pelaksanaan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan yang terdiri dari input (petugas,
dana, sarana, pedoman), proses / pelaksanaan sistem (dokumentasi, menyusun
prosedur tetap operasional, prosedur tetap pemeliharaan, jadwal pemeliharaan, dan
pelaksanaannya), output / kinerja pelaksanaan sistem pemeliharaan (inventaris alat,
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan
Surabaya, letak geografis kota berada di pesisir timur pulau Sumatera bagian utara
dengan luas wilayah 265,10 Km². Daerah yang berbatasan langsung dengan kota
Medan adalah sebelah utara Selat Malaka, sebelah timur Percut Sei Tuan (kabupaten
Deli Serdang), sebelah selatan Tanjung Morawa dan Pancur Batu (kabupaten Deli
Serdang), sebelah barat Sunggal dan Hamparan Perak (kabuaten Deli Serdang).
Secara administratif kota Medan terbagi atas 21 kecamatan definitif yang
meliputi 151 kelurahan dan 1887 lingkungan.
Menurut data dari BPS Propinsi Sumatera Utara 2006, jumlah penduduk kota
Medan tahun 2006 adalah 2.067.288 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata
7798/km². jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.027.607 jiwa (49,71%), jumlah
penduduk perempuan dengan jumlah 1.039.681 jiwa (50,29%) sedangkan dengan
angka rasio jenis kelamin 98,84%.
Menurut data dari Departemen Kesehatan RI. dan Kantor Dinas Kesehatan
Kotamadya Medan tahun 2007, kota Medan memiliki 76 rumah sakit umum dan
khusus, dengan perincian rumah sakit umum 60 unit, rumah sakit jiwa 5 unit.dan
rumah sakit khusus lainnya 11 unit. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah
dari 50 menjadi 60 rumah sakit. Peningkatan jumlah rumah sakit ini pada umumnya
disebabkan meningkatnya status beberapa Balai pengobatan, klinik bersalin yang
beralih menjadi rumah sakit umum.
4.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik informan/responden berumur antara 24 sampai dengan 54 tahun,
sebagian besar adalah laki-laki, berlatar pendidikan dari D2 sampai S2, masa kerja
berkisar antara 1 sampai 28 tahun, lama tugas jabatan berkisar antara 1 sampai 15
tahun, seperti terlihat pada Tabel 4.1.
Lanjutan Tabel 4.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit responden
mempunyai kategori kurang baik dalam hal tenaga teknisi pemelihara alat kesehatan,
yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%,
Tabel 4.2. Distribusi Kategori Tenaga Teknisi Pemelihara Alat Kesehatan
No. Kategori Teknisi N %
1. Baik 4 13,3 2. Kurang baik 26 86,7
____________________________________________________________________
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2007
4.3.1.2. Dana pemeliharaan peralatan kesehatan
Pada umumnya semua rumah sakit sebanyak 30 rumah sakit (100%)
mempunyai dana untuk pemeliharaan alat kesehatan, seperti pada terdapat Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Dana Pemelihara Alat Kesehatan
____________________________________________________________________
No. Dana/biaya N %
1. Ada 30 100
2. Tidak ada 0 0
____________________________________________________________________
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2007
4.3.1.3. Sarana Pemelihara Peralatan Kesehatan
(Ruangan/Workshop, Peralatan Kerja, Bahan Pemeliharaan)
Sarana pemelihara peralatan kesehatan adalah faktor pendukung untuk pelaksanakan sistem pemeliharaan peralatan kesehatan yang meliputi ruangan /
Sebagian besar rumah sakit responden mempunyai kategori kurang baik
dalam hal ruangan/workshop yaitu sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, dan yang mempunyai kategori baik sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%.
Rumah sakit yang mempunyai kategori baik dalam hal peralatan kerja
sebanyak 15 rumah sakit atau 50%. Rumah sakit yang mempunyai kategori kurang
baik dalam hal peralatan kerja sebanyak 15 rumah sakit atau 50%.
Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal penyediaan
bahan pemeliharaan yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3%. Rumah sakit yang
mempunyai kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7%, seperti
terdapat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Kategori Sarana Pemelihara Alat Kesehatan
No. Kategori Sarana N %
A Ruang Pemeliharaan
1. Baik 4 13,3
2. Kurang baik 26 86,7 Jumlah 30 100
B Peralatan Kerja
3. Baik 15 50
4. Kurang baik 15 50
Lanjutan Tabel 4.4.
N %
C Bahan Pemeliharaan
5. Baik 19 63,3
6. Kurang baik 11 36,7
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2007
4.3.1.4. Pedoman Pemeliharaan Alat Kesehatan
Pedoman adalah merupakan buku atau berkas yang berisi petunjuk untuk
melaksanakan pemeliharaan yang meliputi dokumen teknis dari pabrik pembuat alat,
prosedur tetap (protap) pengoperasian alat, dan protap pemeliharaan alat.
Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal dokumen
teknis dari pabrik yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3% dan yang mempunyai
kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7% seperti terdapat pada
Tabel 4.5.
Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal
prosedur tetap pengoperasian alat sebanyak 20 rumah sakit atau 66,7%, dan yang
mempunyai kategori baik sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3%. seperti terdapat pada
Tabel 4.5.
Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal
86,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%, mempunyai kategori baik seperti
terdapat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5. Distribusi Kategori Pedoman (Dokumen, Protap Pengoperasian, dan Protap Pemeliharaan)
No. Kategori Pedoman N %
A Dokumen Teknis Alat
1. Baik 19 63,3 2. Kurang baik 11 36,7
Jumlah 30 100 B Protap Pengoperasian
3. Baik 10 33,3 4. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100 C Protap Pemeliharaan
5. Baik 4 13,3 6. Kurang baik 26 86,7
Jumlah 30 100 Sumber data primer 2007
4.3.2. Proses/pelaksanaan sistem pemeliharaan
Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori baik dalam hal inventaris
peralatan kesehatan yaitu sebanyak 19 rumah sakit atau 63,3%, dan yang mempunyai
kategori kurang baik sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7% seperti terdapat pada
Tabel 4.6.
Pada umumnya rumah sakit mempunyai mempunyai kategori kurang baik
dalam hal jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 26 rumah sakit
atau 86,7%, dan yang mempunyai kategori baik sebanyak 4 rumah sakit (13,3%), dan
Sebagian besar rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam
melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 20 rumah sakit atau
66,7%, dan sebanyak 10 rumah sakit (33,3%), mempunyai kategori baik seperti
terdapat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Kategori Pelaksanaan Sistem (Membuat Inventaris Alat, Membuat Jadwal, dan Pelaksanaan Pemeliharaan Alat)
No. Kategori Pelaksanaan N % A Membuat Inventaris Alat
1. Baik 19 63,3 2. Kurang baik 11 36,7
Jumlah 30 100 B Jadwal Pemeliharaan
3. Baik 4 13,3 4. Kurang baik 26 86,7 Jumlah 30 100 C Pelaksanaan Pemeliharaan
5. Baik 10 33,3 6. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100 Sumber data primer 2007
4.3.3. Output/kinerja sistem pemeliharaan
Kinerja sistem pemeliharaan alat kesehatan dapat dilihat dari kartu
pemeliharaan atau laporan kerja pemeliharaan peralatan kesehatan dan laporan
pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan.
Pada umumnya rumah sakit mempunyai kategori kurang baik dalam hal
sebanyak 26 rumah sakit atau 87,7%, dan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%,
mempunyai kategori baik seperti terdapat pada Tabel 4.7.
Sebagian besar rumah sakit yang mempunyai kategori kurang baik dalam hal
laporan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, yaitu sebanyak 20 rumah sakit
atau 66,7%, dan sebanyak 10 rumah sakit atau 33,3% mempunyai kategori baik
seperti terdapat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Kategori Kinerja (Kartu pemeliharaan / Laporan kerja Pemeliharaan, dan Laporan Kalibrasi Alat Kesehatan)
No. Kategori Kinerja N %
A Kartu Pemeliharaan Alat
1. Baik 4 13,3 2. Kurang baik 26 86,7 Jumlah 30 100
B Laporan Kalibrasi Alat
3. Baik 10 33,3 4. Kurang baik 20 66,7 Jumlah 30 100 Sumber data primer 2007
Menurut data dari BPFK Medan mengenai Rumah sakit yang mempunyai
laporan kalibrasi peralatan kesehatannya dari tahun 2005 sampai 2007 adalah
Lanjutan Tabel 4.8.
1 2 3 4 5 6
15. RS. Mitra Sejati April Mobile X-ray 1 Lap.kal. & 2006 Sertifikat
16. RS. Imelda April Mobile X-ray 1 Lap.kal. & 2007 Sertifikat
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Input Sistem Pemeliharaan
Hasil penelitian dari lembar kuesioner yang merupakan komponen input,
meliputi sumber daya manusia, dana, sarana, dan pedoman.
5.1.1. Sumber daya manusia
Dari hasil penelitian, rumah sakit responden yang mempunyai teknisi
pemelihara alat kesehatan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3%. Rumah sakit kelas A
milik Departemen Kesehatan memiliki jumlah teknisi yang paling banyak yaitu
sebanyak 12 orang, 11 orang berlatar pendidikan Akademi Teknik Elektromedik
(ATEM), 1 orang berlatar pendidikan STM berpengalaman 20 tahun menangani
peralatan laboratorium. Rumah sakit lain yang mempunyai tenaga teknisi ATEM
merupakan rumah sakit kelas A milik swasta mempunyai 1 orang teknisi, dan dua
rumah sakit kelas B masing-masing milik BUMN mempunyai 1 orang teknisi, dan
milik suatu yayasan memiliki 2 orang teknisi.
Jumlah rumah sakit yang belum mempunyai teknisi pemelihara alat kesehatan
sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7%, terdiri dari 2 kelompok, kelompok pertama
adalah rumah sakit yang mempunyai teknisi dengan latar belakang pendidikan STM
sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7%, dan kelompok kedua adalah rumah sakit yang
Rumah sakit kelompok pertama pada umumnya adalah rumah sakit kelas C,
yang mana tenaga teknisinya mempunyai tugas untuk menangani instalasi sarana dan
prasarana rumah sakit (IPSRS) yaitu instalasi bangunan, air, listrik, gas tidak untuk
menangani pemeliharaan peralatan kesehatan.
Rumah sakit kelompok kedua adalah rumah sakit yang tidak mempunyai
teknisi sebanyak 15 rumah sakit atau 50%, pada umumya rumah sakit kelas D dan
belum lama beroperasi.
Menurut World Health Organization (1994), pemeliharaan peralatan tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas operator alat, tenaga pemeliharaan sarana rumah
sakit, oleh teknisi yang mempunyai pengetahuan khusus tentang peralatan yang
bersangkutan atau oleh tenaga ahli yang mempunyai pengetahuan khusus.
Pernyataan WHO tersebut diatas menunjukkan pentingnya pemeliharaan
peralatan kesehatan, pemeliharaan yang dimaksud WHO adalah pemeliharaan
preventif sebatas pemeliharaan berkala, yaitu pemeliharaan rutin yang harus
dilakukan pada saat-saat tertentu, tidak termasuk pelaksanaan pengujian dan kalibrasi.
Pelaksanaan pemeliharaan oleh petugas operator yang dimaksud WHO adalah
melaksanakan pengoperasian alat sesuai dengan protap, dimulai dari persiapan
sampai dengan pengemasan dan penyimpanan alat hal ini dapat dilihat pada contoh
protap pengoperasian alat ECG yang terdapat pada Lampiran 11. Sedangkan tindakan
pemeliharaan yang dilakukan oleh teknisi yang mempunyai pengetahuan khusus
tentang peralatan kesehatan, adalah tindakan pemeliharaan yang sesuai protap
pelaksanaan pengujian dan kalibrasi (pelaksanaan point 3.6 sampai dengan 3.9)
sebagaimana terdapat pada Lampiran 12, tentang protap pemeliharaan alat ECG.
Hasil penelitian Solehudin (1999), yang berjudul ”Pengembangan rancangan
sistem pemeliharaan alat-alat medis di rumah sakit Tanggerang”, menyebutkan
bahwa peralatan medis yang pemeliharaannya cukup dilakukan oleh operator adalah
peralatan medis yang terbuat dari bahan logam, karet dan bahan lainnya, yang tidak
mengandung unsur listrik, mekanik dan elektronik (elektromedik) yang tidak
memerlukan penyetelan, penggantian komponen (komponen elektronik) dan kalibrasi
dalam pemeliharaannya. Peralatan medis yang pemeliharaannya dilakukan oleh
tenaga IPSRS adalah peralatan yang didalamnya mengandung unsur listrik dan
mekanik dan tidak mengandung unsur elektronik (elektromedik), memerlukan
tindakan penyetelan atau penggantian beberapa bagian/komponen dalam
pemeliharaannya tetapi tidak memerlukan tindakan kalibrasi.
Teknisi Instalasi Prasarana Rumah Sakit (IPSRS), dapat melakukan
pemeliharaan alat kesehatan dimaksud, dengan anjuran agar teknisi IPSRS tersebut
terlebih dahulu mendapat pelatihan tentang pemeliharan peralatan kesehatan
dimaksud, atau dengan mengikuti pelatihan/magang di rumah sakit terdekat seperti
RSUP.H. Adam Malik sebagai rumah sakit umum pusat dan pendidikan di propinsi
Sumatera Utara, sehingga teknisi IPSRS tersebut dapat diandalkan minimal
melaksanakan pemeliharaan preventif alat sederhana.