• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil tes tertulis tentang konsep gerak dan gaya ditemukan bahwa pemahaman partisipan mengenai konsep tersebut kurang. Dikatakan

kurang karena ada topik tertentu yang tidak dipahami sama sekali dengan persentase pemahaman 0%, sedangkan persentase pemahaman tertinggi hanya mencapai 50% dari 10 partisipan. Ketika ditinjau dari persentase miskonsepsi untuk setiap sub topik, persentase tertinggi miskonsepsi mencapai 70% sedangkan miskonsepsi terendah sebesar 10%. Tidak ada sub topik yang luput dari partisipan yang mengalami miskonsepsi.

Jika ditinjau dari kategori tingkat pemahaman dan kategori tingkat miskonsepsi partisipan, dapat diketahui bahwa ada banyak topik yang termasuk kategori tinggi miskonsepsi dan hanya sedikit topik yang termasuk kategori pemahaman tinggi. Rata-rata topik yang termasuk kategori miskonsepsi tinggi termasuk pada kategori pemahaman rendah. Namun, tidak dapat dikatakan bahwa topik dengan persentase miskonsepsi paling tinggi termasuk dalam topik dengan tingkat pemahaman terendah. Topik dengan tingkat pemahaman tinggi, ada yang termasuk dalam topik dengan miskonsepsi sedang dan ada juga yang termasuk kategori miskonsepsi rendah. 1. Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa tentang Konsep Gerak dan Gaya.

Berdasarkan Tabel 4.4 dan tabel 4.5 juga dapat diketahui ada dua topik yang termasuk kategori pemahaman tinggi yaitu gerak lurus dan gaya; serta gaya-gaya ketika benda di udara. Topik tersebut juga termasuk dalam topik dengan kategori miskonsepsi sedang. Hal ini menunjukan bahwa meskipun banyak siswa yang memahami topik tersebut dengan baik tetapi ada juga siswa dalam kelas XI IPA SMAN I Titehena yang mengalami miskonsepsi pada topik tersebut.

Tabel 4.4 dan tabel 4.5 juga menunjukan ada beberapa topik yang termasuk dalam kategori pemahaman rendah. Namun tidak semua topik dengan kategori pemahaman rendah tersebut masuk dalam kategori miskonsepsi tinggi. Hal ini menunjukan bahwa jika kebanyakan siswa dalam kelas tidak memahami dengan baik suatu topik, belum tentu siswa tersebut mengalami miskonsepsi. Mungkin siswa tersebut hanya belum memahami materi pada topik tersebut. Topik-topik yang termasuk dalam kategori miskonsepsi tinggi tersebut diantaranya adalah hukum Newton III; gerak jatuh bebas; gerak parabola; gerak vertikal ke atas; arah kecepatan linier; resultan gaya dan gaya gesek; hukum Newton I; perlambatan dan gaya gesek; serta gaya gesek pada benda diam.

Dalam laporan ini peneliti hanya akan membahas bentuk pemahaman dan miskonsepsi partisipan pada topik dengan kategori tingkat pemahaman rendah dan topik dengan kategori tingkat miskonsepsi tinggi. Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 dapat diketahui bentuk pemahaman dan bentuk miskonsepsi yang dialami partisipan pada topik tertentu dalam konsep gerak dan gaya. Pertama, pada topik gerak jatuh bebas terdapat dua soal yaitu soal nomor 1 dan 5. Pada soal nomor satu yaitu mengenai kasus benda dengan massa yang berbeda dijatuhkan dari ketinggian sama diketahui tidak ada siswa yang memahami konsep tersebut dan 80% dari 10 partisipan mengalami miskonsepsi. Partisipan tersebut berpikir bahwa benda ketika benda dengan massa yang berbeda dijatuhkan dari ketinggian yang sama dan

pada saat yang bersamaan maka benda dengan massa yang lebih besar akan menyentuh lantai terlebih dahulu.

Pada soal nomor 5 yaitu tentang pernyataan yang benar mengenai benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Ada partisipan yang memahami bahwa massa benda tidak mempengaruhi percepatan. Namun cukup banyak partisipan yang mengalami miskonsepsi. Partisipan tersebut berpikir bahwa ketika benda dijatuhkan kecepatan benda tidak berubah-ubah atau tetap; gerak jatuh benda tidak dipengaruhi oleh percepatan gravitasi; serta kecepatan awal benda tidak sama dengan nol.

Kedua, mengenai Hukum Newton III yang diujikan dalam soal tes dengan nomor soal 13 dan 14. Pada soal nomor 13 terdapat kasus meja yang didorong tetapi meja tidak bergerak. Partisipan diminta menjelaskan peristiwa tersebut dalam fisika. Ada partisipan yang memahami bahwa meja yang didorong anak tidak bergerak karena gaya yang diberikan anak tersebut terhadap meja sama besar dengan gaya yang diberikan meja terhadap anak. Namun, ada lebih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi yaitu mereka menganggap bahwa meja tidak bergerak karena gaya yang diberikan meja lebih besar dan gaya yang diberikan anak sebesar 0 N.

Pada soal nomor 14 terdapat kasus mobil yang menabrak tembok tetapi tembok tidak bergerak sama sekali. Partisipan diminta memberikan alasan kenapa tembok tidak bergerak. Pada soal ini tidak ada partisipan memahami konsep ini. Sedangkan cukup banyak partisipan mengalami

miskonsepsi. Mereka berpikir bahwa tembok tidak bergerak karena mobil memberikan gaya sebesar 0 N; mobil memberikan gaya yang lebih kecil serta berlawanan dengan gaya gesek; mobil memberikan gaya yang lebih besar serta searah dengan gaya gesek.

Ketiga, mengenai topik gerak vertikal ke atas yang terdapat soal nomor 3 dalam tes tertulis. Pada bola yang dilempar ke atas kemudian jatuh ke bawah maka gaya apa saja yang bekerja pada bola tersebut. Ada partisipan yang memahami bahwa gaya yang bekerja adalah gaya dari tangan, gaya berat, serta gaya gesek dengan udara. Ada juga partisipan yang mengalami miskonsepsi. Mereka berpikir bahwa ada gaya normal yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas kemudian jatuh ke bawah.

Keempat, mengenai arah kecepatan linier yang diujikan dalam soal nomor 6. Pada soal ini terdapat kasus benda yang diikatkan pada tali kemudian diputar. Jika tali tiba-tiba terputus maka kemanakah arah benda berdasarkan gambar 1. Ada partisipan yang memahami bahwa benda akan bergerak kearah (B) yang tegak lurus dengan tali. Sedangkan partisipan yang mengalami miskonsepsi berpikir bahwa bola akan bergerak ke arah

(A) karena bisa bergerak ke segala arah. Selain itu ada yang berpikir bahwa benda akan bergerak ke arah (E) karena benda akan bergerak dengan arah tegak lurus titik pusat, mungkin karena partisipan tersebut berpikir bahwa yang merupakan titik pusat adalah titik hitam yang besar.

Kelima, topik resultan gaya dan gaya gesek yang dalam soal tes diujikan pada soal nomor 12. Kasus pada soal ini adalah sebuah buku diletakan diatas meja kemudian meja tersebut dimiringkan tetapi buku tersebut tetap diam. Pada kasus ini tidak ada partisipan yang paham. Sedangkan partisipan yang mengalami miskonsepsi berpikir bahwa gaya geseknya sejajar dengan bidang dan arahnya kebawah; gaya gesek sama dengan gaya normal; serta gaya geseknya sama dengan gravitasi bumi.

Keenam, topik Hukum Newton I yang diujikan pada soal nomor 18 mengenai penyebab benda tetap diam ketika diletakan di atas meja. Ada partisipan yang memahami bahwa tidak benar jika tidak ada yang bekerja pada benda tersebut. Sedangkan menurut partisipan yang mengalami miskonsepsi benda tersebut tetap diam karena tidak mengalami gaya gesek yang sangat besar serta tidak mengalami gaya berat.

Ketujuh, topik perlambatan dan gaya gesek yang diujikan dalam soal nomor 19 dan 20. Pada soal nomor 19 ada kasus mobil mainan yang digerakan dengan gaya konstan, sehingga mobil bergerak dengan kecepatan kostan. Tiba-tiba dihentikan, maka yang apa yang terjadi pada mobil tersebut? Ada partisipan yang memahami bahwa mobil tersebut

akan melambat dan akhirnya berhenti bergerak. Sedangkan partisipan yang mengalami miskonsepsi berpikir bahwa mobil akan berhenti seketika.

Pada soal 20 yang ditanyakan adalah peristiwa apa yang cocok dengan kasus bus yang bergerak selama 2 detik sejauh 10 m dan pada menit ketiga bergerak sejauh 12 m. Tidak ada partisipan yang memahami konsep tersebut. namun ada yang mengalami miskonsepsi. Partispan yang mengalami miskonsepsi berpikir bahwa mobil yang mengalami perubahan kecepatan pasti mengalami kecepatan berubah beraturan.

Kedelapan, topik gerak parabola yang diujikan pada soal nomor 10.

Gambar 4.2. Ilustrasi bom yang dijatuhkan dari pesawat

Kasus pada soal ini adalah sebuah bom yang dijatuhkan dari pesawat yang sedang bergerak maka kemanakah arah jatuhnya bom. Tidak ada partisipan yang memahami konsep tersebut. Namun, ada partisipan yang megalami miskonsespsi. Mereka berpikir bahwa bom akan jatuh membentuk setengah parabola dengan arah berlawanan dengan gerak pesawat (D). Ada juga yang berpikir bahwa bom akan jatuh tegak lurus dengan permukaan tanah (B).

Kesembilan, topik gaya gesek pada benda diam yang diujikan pada soal nomor 15. Kasusnya adalah lemari yang didorong di atas lantai kasar

tetapi tidak bergerak. Ada partisipan yang memahami bahwa lemari tidak bergerak karena gaya gesek sama besar dengan gaya yang diberikan oleh pendorong. Sedangkan menurut yang mengalami miskonsepsi lemari tersebut tidak bergerak karena gaya pendorong lebih kecil dari gaya gesek. Ada juga yang berpikir karena gaya gesek sama dengan nol maka lemari tidak bergerak. Selain itu ada miskonsepsi lain yaitu partisipan mengganggap bahwa jika gaya yang diberikan lebih sedikit maka besarnya gaya sama dengan nol.

2. Penyebab Miskonsepsi

Penyebab terjadinya miskonsepsi pada partisipan tidak dapat diketahui secara jelas karena keterbatasan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Secara garis besar penyebab terjadi miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, pengalaman kehidupan dan metode mengajar (Suparno, 2005). Dari lima kelompok tersebut, yang paling banyak menjadi penyebab miskonsepsi adalah siswa sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti selama melakukan penelitian serta dikaitkan dengan pendapat ahli maka ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab miskonsepsi diantaranya:

1) Pemahaman awal (prakonsepsi) siswa sebelum memperoleh pembelajaran di sekolah.

2) Siswa mengkonstruksi pengetahuan secara tidak sempurna. Hal ini ditunjukan dari wawancara yang mengatakan bahwa mereka memahami

konsep gerak dan gaya, namun ternyata mereka tidak memahami dengan benar konsep gerak dan gaya.

3) Kemampuan siswa dalam membaca buku teks yang digunakan. Siswa kelas XI IPA SMAN I Titehena diminta mempelajari terlebih dahulu buku teks sebelum guru menjelaskan materi. Siswa mungkin saja tidak membaca dengan baik buku teks sehingga inti dari materi bisa saja tidak ditangkap dengan baik.

4) Penggunaan bahasa sehari-hari.

Siswa di SMAN I Titehena berbahasa Indonesia di sekolah. Meskipun menggunakan bahasa Indonesia, dalam fisika kerap istilah yang digunakan memiliki makna yang berbeda dengan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

5) Teman lain bisa menjadi penyebab miskonsepsi karena siswa lebih cenderung belajar bersama teman-teman yang mungkin juga mengalami miskonsepsi sehingga siswa yang bertanya ikut mengalami miskonsepsi. 6) Belum tersedianya laboratorium Fisika sehingga tidak memungkinkan

bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar berbasis eksperimen. Padahal metode praktikum sangat membantu dalam proses pemahaman meskipun metode ini juga bisa menimbulkan miskonsepsi.

Setiap penyebab miskonsepsi membutuhkan cara untuk mengatasi miskonsepsi tersendiri. Oleh karena itu, berdasarkan kemungkinan penyebab miskonsepsi tentang konsep gerak dan gaya pada siswa kelas XI IPA SMAN I Titehena tahun ajaran 2016/2017, disarankan kiat-kiat

mengatasi miskonsepsi tersebut seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Kiat Mengatasi Miskonsepsi

Penyebab Miskonsepsi Kiat Mengatasi

Prakonsepsi Guru sebaiknya mengecek terlebih

dahulu apakah siswa memiliki pemahaman awal yang keliru Siswa tidak membaca dengan

buku teks secara lengkap dan benar

Dilatih oleh guru cara membaca buku teks secara lengkap dan jelas

Bahasa sehari-hari berbeda dengan istilah dalam Fisika

Dijelaskan perbedaannya beserta contoh.

Teman lain yang mungkin mengalami miskonsepsi tanpa disadari

Siswa diminta untuk bertanya pada guru jika siswa tidak memahami materi dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak mengalami miskonsepsi karena teman yang mengalami miskonsepsi juga Tidak tersedianya laboratorium

di sekolah

Disediakan laboratorium

Dokumen terkait