• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

B. Pembahasan Data

Dalam pembahasan data ini, penulis akan membahas data-data peristiwa alih kode dan campur kode dalam iklan radio Merapi Indah

104.9 FM Kabupaten Magelang. Pada peristiwa alih kode akan dibahas 5 buah bentuk alih kode antarbahasa. Adapun , pada peristiwa campur kode akan dibahas penyisipan-penyisipan unsur berwujud kata sebanyak 28 buah tuturan dalam iklan, penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa sebanyak 4 buah tuturan, penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata berjumlah 2 buah tuturan dalam iklan, penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster sebanyak 6 buah tuturan dalam iklan, dan penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa sebanyak 1 buah tuturan dalam iklan.

1. Alih Kode

a. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia

Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dianalisis ada 1 buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode akan penulis bahas di bawah ini.

(1) Penutur I : “Tak kandani”. Penutur II : “Kosek!”

Penutur I : “Sekarang kalau mau belanja di HS Toserba aja komplit-plit bu. Pakaian anak

klontong sembako semua lengkap, alat tulis juga ada bu”. (HS Toserba)

Terjemahan:

Penutur I : “saya kasih tahu”. Penutur II : “sebentar!”

Penutur I : “Sekarang kalau mau belanja di HS Toserba aja komplit-plit bu. Pakaian anak sampai dewasa, perlengkapan bayi, klontong sembako semua lengkap, alat tulis juga ada bu”.

Data tuturan (1) di atas merupakan alih kode antarbahasa, dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan di atas yang dilakukan oleh penutur 1 tak kandani ‘saya kasih tahu’ yang kemudian beralih kode ke bahasa Indonesia ‘sekarang kalau mau belanja di HS Toserba aja komplit-plit bu. Pakaian anak sampai dewasa, perlengkapan bayi, klontong sembako semua lengkap, alat tulis juga ada bu’ untuk menjelaskan kepada istrinya bahwa kalau mau belanja di HS Toserba aja sudah komplit dan murah. Peristiwa alih kode tersebut terjadi karena faktor kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur.

b. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia

Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dianalisis 1 buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode akan penulis bahas di bawah ini.

(1) Penutur I :“Wahh, ketoke kok seger tenan to kuwi. Wedang apa ta mas?”

Penutur II : “Belum tau dia. Ni saya pakai yang bisa bikin badan sehat anti masuk angin, capek-capek dan pegel linu”.

Penutur I : “Ow. Coba lihat. Weee, JM Harmoni, jahe merah kesehatan”. (JM Harmoni)

Terjemahan:

Penutur I : “Wahh, kelihatannya kok segar sekali itu. Minuman apa itu mas?”

Penutur II : “Belum tahu dia. Ini saya pakai yang bisa buat badan sehat anti masuk angin, capek-capek dan pegel linu”.

Penutur I : “Ow. Coba lihat. Weee, JM Harmoni, jahe merah kesehatan”.

Data tuturan (2) di atas berupa alih kode antarbahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan di atas yang dilakukan oleh penutur 1 dari bahasa Jawa Wahh, ketoke kok seger tenan to kuwi. Wedang apa ta mas? ‘Wahh, kelihatannya kok segar banget itu. Minuman apa ta mas?’ yang beralih kode ke bahasa Indonesia ‘Ow. Coba lihat. Wee, JM Harmoni, jahe merah kesehatan’ untuk menanyakan apa yang sedang diminum oleh penutur kedua. Peristiwa alih kode tersebut terjadi karena faktor kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur.

c. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia

Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dianalisis 1 buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode akan penulis bahas di bawah ini.

(1) Penutur I : “Mangga Mas”.

Penutur II :“Nggih mangga-mangga. Ow jenengan ta, mau kemana?”

Penutur I : “Biasa Mas mau cari cat dan keramik di Toko Besi Afrika Selatan”. (Toko Besi Afrika Selatan) Terjemahan:

Penutur I : “Silahkan Mas”.

Penutur II : “Iya silahkan-silahkan. Ow kamu ya, mau kemana!”

Penutur I : “Biasa Mas mau cari cat dan keramik di Toko Besi Afrika Selatan”.

Data tuturan (3) di atas merupakan alih kode antarbahasa, dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan di atas yang dilakukan oleh penutur 1 dari bahasa Jawa Nggih mangga-mangga ‘iya silahkan-silahkan’ yang beralih kode ke bahasa Indonesia ‘Biasa Mas mau cari cat dan keramik di Toko Besi Afrika Selatan’. Peristiwa alih kode tersebut terjadi karena faktor kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur. Dalam tuturan di atas, penutur beralih kode karena penutur kedua menanyakan ke penutur pertama jika mau pergi mencari cat dan keramik.

d. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa

Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dianalisis 1 buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode akan penulis bahas di bawah ini.

(1) Penutur I : “Yuda, Cici jangan lupa disiapkan bekalnya untuk piknik”.

Penutur II : “Wong kula mboten nderek piknik kok”.

Penutur I : “Tenane Yuda ra melu? Ya wis tak karo Cici wae Pak’e”. (Promo Minggu Ceria)

Terjemahan:

Penutur I : “Yuda, Cici jangan lupa disiapkan bekalnya untuk piknik”.

Penutur II : “Saya tidak ikut piknik kok”.

Penutur I : “Benar Yuda tidak ikut? Ya sudah bapak sama Cici saja ”.

Data tuturan (4) di atas merupakan alih kode antarbahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal tersebut ditandai dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan di atas yang dilakukan oleh penutur 1 dari bahasa Indonesia ‘Yuda, Cici jangan lupa disiapkan bekalnya untuk piknik’ yang beralih kode ke bahasa Jawa tenane Yuda ra melu? Ya wis tak karo Cici wae Pak’e ‘Benar Yuda tidak ikut? Ya sudah bapak sama Cici saja’. Peristiwa alih kode tersebut terjadi karena faktor kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur. Dalam tuturan di atas, penutur beralih kode karena penutur mengingatkan kepada anaknya jika jangan lupa bawa bekal untuk piknik tetapi anaknya tidak ikut.

e. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa

Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa yang dianalisis 1 buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode akan penulis bahas di bawah ini.

(1) Penutur I : “ pak”

Penutur II : “ pie pie ana apa?”

Penutur I : “ anak kita sakit ni pak badannya panas aduh gimana ini ya cari dokter anak sore gini dimana. Mana ada poli klinik yang buka sore”

Penutur II : “ aku sakjane ya butuh priksa e bu” Penutur I : “ walah priksa apa maneh pak?”

Terjemahan:

Penutur I : “Pak”

Penutur II : “ Bagaimana ada apa?

Penutur I : “Anak kita sakit ini Pak badannya panas aduh bagaimana ini ya cari dokter anak sore begini dimana. Mana ada poliklinik yang buka sore”.

Penutur II : “Aku sebenarnya ya butuh periksa bu”. Penutur I : “Periksa apa lagi Pak?”

Data tuturan (5) di atas merupakan alih kode antarbahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal tersebut ditandai dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan di atas yang dilakukan oleh penutur 1 dari bahasa Indonesia ‘Anak kita sakit ini Pak badannya panas aduh gimana ini ya cari dokter anak sore gini dimana. Mana ada poliklinik yang buka sore’ yang beralih kode ke bahasa Jawa walah priksa apa maneh Pak? ‘periksa apa lagi Pak?’. Peristiwa alih kode tersebut terjadi karena faktor kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur. Dalam tuturan di atas, penutur beralih kode karena penutur menanyakan ke penutur kedua jika anaknya sakit.

2. Campur Kode

a. Penyisipan unsur-unsur berwujud kata

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata yang dianalisis 28 buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa campur kode. Data campur kode dan pembahasan kalimat yang megalami peristiwa campur kode akan penulis bahas di bawah ini. (1) “Wahh, nek ngene iki ya kangelan, blanja sembako kok juk arep

muter-muter golek baju. Heemm. Marai kesel, wegah aku mas!” (Abadi Mart and Fashion)

Terjemahan:

‘wah, kalau gini ya kesusahan, belanja sembako kok terus mau muter-muter cari baju. Heemm buat capek tidak mau aku mas’

Pada data (1) terjadi peristiwa campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata baju. Penggunaan kata baju sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata baju dimaksudkan bahwa si penutur tidak mau muter-muter cari baju kepada penutur sebelumnya. Apabila kata baju diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘klambi’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Abadi Mart and Fashion di atas dipaparkan di bawah ini.

(1a) “Wahh, nek ngene iki ya kangelan, blanja sembako kok juk arep muter-muter golek klambi. Heemm. Marai kesel, wegah aku mas!”

Terjemahan:

‘wah, kalau begini ya kesusahan, belanja sembako kok terus mau muter-muter cari baju. Heemm buat capek tidak mau aku mas’

(2) “Kanca-kanca sing hasil pertanian ra mirakna, ra cucuk dikumpulke wae ben dijelaske karo sing kawagan ben do sukses” (Biotogrow)

Terjemahan:

‘teman-teman yang hasil pertanian tidak seberapa, tidak sebanding dikumpulkan aja supaya dijelaskan sama orang yang ahli supaya sukses’

Pada data (2) terjadi peristiwa campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata sukses. Penggunaan kata sukses sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata sukses dimaksudkan bahwa si penutur menyuruh temannya untuk mengumpulkan teman yang lain supaya ikut sukses. Apabila kata sukses diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘kasil apik’. Perbaikan salah satu pada iklan Biotogrow di atas dipaparkan di bawah ini.

(2a) “Kanca-kanca sing hasil pertanian ra mirakna, ra cucuk dikumpulke wae ben dijelaske karo sing kawagan ben do kasil apik”

Terjemahan:

‘teman-teman yang hasil pertanian tidak seberapa, tidak sebanding dikumpulkan aja supaya dijelaskan sama orang yang ahli supaya sukses’

(3) “Ngene Kang rokok kuwi aja asal. Ananging di delok bercukai asli apa ora? Pira kandungan tar, nikotin aja asal kemelun wae to Kang” (Cukai Tembakau)

Terjemahan:

‘begini Mas rokok itu jangan asal. Tetapi dilihat bercukai asli atau tidak? Berapa kandungan tar, nikotin jangan asal berasap saja ya Mas’

Pada data (3) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata bercukai dan kandungan. Penggunaan kata bercukai dan kandungan sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Apabila kata bercukai dan kandungan diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘pajak’ dan ‘ngandhut’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Cukai Tembakau di atas dipaparkan di bawah ini.

(3a) “Ngene Kang rokok kuwi aja asal. Ananging di delok pajak asli apa ora? Pira ngandhut tar, nikotin aja asal kemelun wae to Kang”

Terjemahan:

begini Mas rokok itu jangan asal. Tetapi dilihat bercukai asli atau tidak? Berapa kandungan tar, nikotin jangan asal berasap aja ya Mas’

(4) “Makane Kang awak dewe kudu ngati-ati, aja asal sebagai warga Negara yang baik. Awak dewe kudu taat karo peraturan Kang”. (Cukai Tembakau)

‘oleh karena itu Mas, kita sendiri harus hati-hati jangan asal, sebagai warga Negara yang baik. Kita harus taat dengan peraturan Mas’

Pada data (4) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata sebagai, baik dan taat. Penggunaan kata sebagai, baik dan taat sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Apabila kata semangat diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘minangka’, ‘sae’ dan ‘miturut’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Cukai Tembakau di atas dipaparkan di bawah ini.

(4a) “Makane Kang awak dewe kudu ngati-ati, aja asal minangka warga Negara ingkang sae. Awak dewe kudu miturut karo peraturan Kang”.

Terjemahan:

‘oleh karena itu Mas, kita sendiri harus hati-hati jangan asal, sebagai warga Negara yang baik. Kita harus taat dengan peraturan Mas’

(5) “Saiki ki wong lara penyakite werna-werna ta ya. Nganti le ragat we entek akeh ra mari-mari. Haiya bangkrut” (Herbal RmI)

Terjemahan:

‘sekarang ini orang sakit penyakitnya bermacam-macam. Sampai habis biaya banyak tidak sembuh-sembuh. ya bangkrut’

Pada data (5) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata bangkrut. Penggunaan kata bangkrut sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata bangkrut dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan jika orang sakit penyakitnya bermacam-macam akan membutuhkan biaya banyak. Apabila kata bangkrut diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘tuna’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Herbal RmI di atas dipaparkan di bawah ini.

(5a) “Saiki ki wong lara penyakite werna-werna ta ya. Nganti le ragat we entek akeh ra mari-mari. Haiya tuna”

Terjemahan:

‘sekarang ini orang sakit penyakitnya bermacam-macam. Sampai habis biaya banyak tidak sembuh-sembuh. ya bangkrut’ (6) “Nggih ta mbah. Wong niki nggih terapi tinggi badan ting

gen’e Bu Nur Azimah’e”. (Bu Nur Azimah) Terjemahan:

‘iya mbah. Ini juga terapi tinggi badan di Bu Nur Azimah’ Pada data (6) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata tinggi. Penggunaan kata tinggi sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata tinggi dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan jika

mau terapi atau berobat kepada penutur sebelumnya. Apabila kata tinggi diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘dhuwur’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Bu Nur Azimah di atas dipaparkan di bawah ini.

(6a) “Nggih ta mbah. Wong niki nggih terapi dhuwurke awak ting gen’e Bu Nur Azimah’e”.

Terjemahan:

‘iya mbah. Ini juga terapi tinggi badan di Bu Nur Azimah’

(7) “Rugi nek mboten mirengke. Jangan lupa ya Minggu pagi jam 8 di Merapi Indah”. (Promo Minggu Ceria)

Terjemahan:

‘rugi kalau tidak mendengarkan. Jangan lupa ya Minggu pagi jam 8 di Merapi Indah’.

Pada data (7) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata jangan dan pagi. Penggunaan kata jangan dan pagi sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Apabila kata jangan dan pagi diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘aja’ dan ‘esuk’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Promo Minggu Ceria di atas dipaparkan di bawah ini.

(7a) “Rugi nek mboten mirengke. Aja lupa ya Minggu esuk jam 8 nang Merapi Indah”

Terjemahan:

‘rugi kalau tidak mendengarkan. Jangan lupa ya Minggu pagi jam 8 di Merapi Indah’.

(8) “Lho-lho ning ngapa cah wit gedhang kok disruduk lha ya tambah pusing to” (Puder 38)

Terjemahan:

‘Lho-lho kenapa cah, pohon pisang kok ditabrak lha ya tambah pusing’

Pada data (8) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata pusing. Penggunaan kata pusing sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata pusing dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan bahwa penutur ke dua menabrak pohon pisang menjadi tambah pusing. Apabila kata pusing diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘mumet’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan PUDER 38 di atas dipaparkan di bawah ini.

(8a) “Lho-lho ning ngapa cah, wit gedhang kok disruduk lha ya tambah mumet to.”

Terjemahan:

‘Lho-lho kenapa cah, pohon pisang kok ditabrak lha ya tambah pusing’

(9) “gus agus reuni SMP N tujupuluh empat blabak ki sidane kapan?” (Reuni SMP N)

Terjemahan:

‘Gus Agus reuni SMP N tujuh puluh empat blabak itu jadinya kapan?’

Pada data (9) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata reuni. Penggunaan kata reuni sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata reuni dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan bahwa akan ada reuni di SMP N 47. Apabila kata reuni diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘kumpul’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Reuni SMP N di atas dipaparkan di bawah ini.

(9a) “gus agus kumpul SMP N tujupuluh empat blabak ki sidane kapan?”

Terjemahan:

‘Gus Agus reuni SMP N tujuh puluh empat blabak itu jadinya kapan?’

(10) “halah sek penting ki le teka ketemu ro konca konca, iya to perkara arep ngisi kas silahkan ora ya ora popo. Lha ya to.” (Reuni SMP N)

Terjemahan:

‘halah yang penting itu datang bertemu teman-teman, iya masalah mau mengisi kas silahkan tidak juga tidak apa-apa. Betul kan?.

Pada data (10) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata silahkan. Penggunaan kata silahkan sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata silahkan dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan kalau mau mengisi kas silahkan tidak juga tidak apa-apa. Apabila kata silahkan diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘mangga’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Reuni SMP N di atas dipaparkan di bawah ini.

(10a) “halah sek penting ki le teka ketemu ro konca konca, iya to perkara arep ngisi kas mangga ora ya ora popo. Lha ya to.” Terjemahan:

‘halah yang penting itu datang bertemu teman-teman, iya masalah mau mengisi kas silahkan tidak juga tidak apa-apa’.betul kan?

(11) “kula ngadahi keluhan wonten ing payudara sampun matahun-tahun kula raosaken. Raosipun kemranyas lajeng medal kados nanah menika lewat putingipun. Sak umpami kula resiki setiap hari niku malah tambah katah ambetipun mboten eco pecing lajeng kula tumbasaken jamu herbal microbac kula konsumsi niku sehari tiga kali pisan tigang tetes”. (Microbac Bu Titik Susilo Ningsih)

Terjemahan:

‘saya punya keluhan di payudara sudah bertahun-tahun saya rasakan. Rasanya panas lalu keluar seperti nanah lewat puting. Seumpama saya bersihkan setiap hari malah tambah banyak baunya tidak enak lalu saya belikan jamu herbal microbac. Saya konsumsi itu sehari tiga kali sekali tiga tetes’

Pada data (11) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata keluhan, dan setiap. Penggunaan kata keluhan dan setiap sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Apabila kata semangat diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘ngesah awit krasa lara’, dan ‘saben’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Microbac Bu Titik Susilo Ningsih di atas dipaparkan di bawah ini.

(11a) “kula ngadahi sambat wonten ing payudara sampun matahun-tahun kula raosaken. Raosipun kemranyas lajeng medal kados nanah menika lewat putingipun. Sak umpami kula resiki saben dinten niku malah tambah katah ambetipun mboten eco pecing lajeng kula tumbasaken jamu herbal microbac kula konsumsi niku sehari tiga kali pisan tigang tetes”.

Terjemahan:

‘saya punya keluhan di payudara sudah bertahun-tahun saya rasakan. Rasanya panas lalu keluar seperti nanah lewat puting. Seumpama saya bersihkan setiap hari malah tambah banyak baunya

tidak enak lalu saya belikan jamu herbal microbac. Saya konsumsi itu sehari tiga kali sekali tiga tetes’

(12) “Kae lho anake ki lak bar lulus SD, karepku ki lak ya ben sempurna sisan. Enake daftar ngendi ngana lho?” (M Plus)

Terjemahan :

‘itu lho anaknya kan baru lulus SD, keinginan saya itu ya supaya sempurna sekalian. Enaknya daftar dimana begitu lho?’

Pada data (12) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata sempurna.

Dokumen terkait