• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

Dari penelitian tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas V-A SDN Pisangan 03 Ciputat Timur dengan menggunakan metode pembelajaran kerja kelompok dapat dilihat adanya perbedaan hasil rata-rata kegiatan proses belajar mengajar dan keaktifan belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil rata-rata persentase kegiatan mengajar guru pada siklus I sebesar 71,85% dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus II menghasilkan rata-rata persentase kegiatan mengajar guru sebesar 92,71% dengan kategori baik. Selanjutnya pada kegiatan belajar siswa pun meningkat pada siklus I hasil persentase rata-rata sebesar 68,75% dengan kategori cukup baik. Sedangkan pada siklus II menghasilkan rata-rata persentase kegiatan belajar siswa sebesar 88,54% dengan kategori baik. Kemudian keaktifan siswa yang mengalami peningkatan yang semula pada siklus I terdapat siswa yang aktif atau dalam kategori baik sebanyak 5 (lima) orang (15,62%), siswa yang cukup aktif 13 (tiga belas) orang (40,63%), dan siswa yang kurang aktif 14 (empat belas) orang (43,75%). Dengan rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 62,19% dalam kategori cukup dan rata-rata hasil tes belajar 66 dalam kategori belum tuntas. Pada siklus II keaktifan belajar siswa meningkat dengan terdapatnya siswa yang aktif sebesar 28 (dua puluh delapan) orang (87,50%), siswa yang cukup aktif 3 (tiga) orang (9,38%), dan siswa yang kurang aktif 1 (satu) orang (3,12%). Dengan rata-rata keaktifan belajar

siswa sebesar 88,92% dalam kategori baik dan hasil tes belajar 83 dengan kategori tuntas.

Pada awal pertemuan guru menjelaskan materi pembelajaran dan langkah-langkah dalam melaksanakan metode kerja kelompok, pada awal pembelajaran siswa mengalami kesulitan dalam melaksanakan metode kerja kelompok, hal ini terjadi karena adanya perubahan kondisi belajar di dalam ruang kelas yang berbeda dengan suasana belajar siswa biasanya. Pada saat proses pembentukan kelompok terlihat saling pilih-pilih dalam menentukan anggota sehingga suasana menjadi ricuh. Pada saat proses kerja kelompokpun terlihat siswa yang pintar mendominasi kegiatan pembelajaran. Beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan selalu mengganggu temannya yang belum selesai. Siswa yang aktif bercanda di kelas mengambil kesempatan untuk bercanda dengan teman sekelompoknya, sehingga suasana belajar pada siklus I terkesan gaduh dan ribut. Jumlah siswa yang mendapatkan hasil keaktifan belajar yang baik hanya 5 (lima) orang siswa (15,62%), 13 (tiga belas) orang siswa (40,63%) mendapatkan hasil keaktifan belajar yang cukup, dan 14 (empat belas) orang siswa (43,75%) mendapatkan hasil keaktifan belajar yang kurang.Selain itu rata-rata hasil belajar pun belum tuntas yaitu sebesar 66.

Masih banyaknya hasil keaktifan siswa yang tidak sesuai dengan hasil interventasi tindakan yang diharapkan yaitu siswa yang aktif harus dalam kategori baik atau aktif dengan lebih besar atau sama dengan 80% pada siklus I ini, disebabkan siswa masih malu-malu atau belum berani dan belum terbiasa dengan metode kerja kelompok. Selama ini siswa belajar PKn dengan menggunakan metode ceramah dan pengolaan kelas yang monoton serta belum terbiasa menggunakan metode kerja kelompok yang disebabkan kelas yang sempit.

Selanjutnya, kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode kerja kelompok yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta dilakukannya observasi kegiatan pembelajaran dan observasi keaktifan belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi, siswa terlihat lebih aktif dan merasa senang karena merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. Sebelumnya siswa tergolong pasif dan terlihat bosan dalam

kegiatan pembelajaran, meskipun ada beberapa siswa terlihat aktif bertanya dan menanggapi pertanyaan guru.

Sehingga kegiatan tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Abu Ahmadi

dan Joko Tri Prasetya bahwa “Manfaat dari metode kerja kelompok ini diantaranya adalah (1) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berfikir kritis dan analisis siswa secara optimal; (2) Melatih siswa aktif, kreatif dan kritis dalam menghadapi setiap permasalahan; (3) Mendorong tumbuhnya sikap tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain; (4) Mendorong tumbuhnya sikap demokrasi dikalangan siswa; (5) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara objektif, rasional, dan sistematis dalam beragumentasi guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama antar anggota kelompok; (6) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka; (7) Melatih siswa untuk dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah; (8) Melatih kepemimpinan siswa; (9) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman antar mereka; dan (10) Merupakan wadah yang efektif untuk kegiatan belajar mengajar.”2

Dari proses belajar menggunakan metode kerja kelompok siswa bisa belajar secara bersama-sama dan mampu memecahkan secara bersama-sama demi terciptanya

tujuan pembelajaran. Hal itu senada dengan yang dikatakan Zulfianai bahwa “Metode kerja kelompok adalah metode mengajar yang menyampaikan bahan ajar dengan cara membentuk kelompok belajar. Tidak semua kelompok pasti kelompok belajar, karena sebuah kelompok baru disebut kelompok belajar jika anggotanya merupakan siswa yang secara bersama-sama mengerjakan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.”3

Setelah melakukan tindakan siklus I dan hasilnya masih kurang sesuai dengan hasil interventasi tindakan yang diharapkan, maka peneliti melanjutkan tindakan pada

2

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. II, h. 91.

3

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 101.

siklus II. Maka pada siklus II guru lebih aktif dalam menguasai kelas dan mampu menarik perhatian siswa dan pada siklus II ini keaktifan belajar siswa pada pembelajaran PKn meningkat. Siswa yang aktif sebesar 28 (dua puluh delapan) orang (87,50%), siswa yang cukup aktif 3 (tiga) orang (9,38%), dan siswa yang kurang aktif 1 (satu) orang (3,12%). Hasil persentase rata-rata kekatifan belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada siklus II ini sebesar 88,92% dengan dikategorikan baik dan rata-rata hasil belajar yang tuntas mencapai KKM yaitu sebesar 83.

Kekaktifan dikategorikan baik sesuai dengan kriteria keaktifan belajar yang dikatakan Paul B. Diedrich yaitu kegiatan belajar siswa dibagi menjadi 8 kelompok sebagai berikut:

1. Visual Activities (kegiatan-kegiatan visual) seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Lintening Activities (kegiatan-kegiatan mendengar) seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik dan sebagainya.

4. Writting Activities (kegiatan-kegiatan menulis) seperti menulis cerita, karangan, laporan, menyalin dan sebagainya.

5. Drawing Activities (kegiatan-kegiatan menggambar) seperti menggambar, membuat peta, diagram dan sebagainya.

6. Motor Activities (kegiatan-kegiatan motorik) seperti melakukan percobaan, membuat media pembelajaran, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental Activities (kegiatan-kegiatan mental) seperti menanggapi, mengingat, memecahkan masalah atau soal, menganalisis, mengambil keputusan.

8. Emotional Activities (kegiatan-kegiatan emosional) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, gugup dan sebagainya.4

Berdasarkan data-data hasil pengamatan menunjukan bahwa penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Jadi dapat dikatakan bahwa penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran PKn di siklus II sudah dikatakan berhasil, karena sesuai dengan hasil interventasi tindakan yang diharapkan yaitu siswa yang aktif harus dalam kategori baik atau aktif dengan lebih besar atau sama dengan 80% dari jumlah siswa di kelas.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, menunjukan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunkan metode kerja kelompok memberikan peluang besar kepada siswa untuk berperan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan Masitoh dan Laksmi Dewi yang mengatakan alasan mengangapa guru memilih kerja kelompok sebagai metode pembelajaran karena: 1) Kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku gotong royong dan demokratis. 2) Kerja kelompok dapat memacu siswa aktif belajar. dan 3) Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan belajar di luar kelas bahkan di luar sekolah yang bervariasi, seperti observasi, wawancara, cari buku diperpustakaan umum, dan sebagainya.5

4

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. XIX, h. 101.

5

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap data hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode kerja kelompok pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SDN Pisangan 03. Hal ini dapat terlihat dari keaktifan siswa yang mengalami peningkatan yang semula pada siklus I terdapat siswa yang aktif atau dalam kategori baik sebanyak 5 (lima) orang (15,62%), siswa yang cukup aktif 13 (tiga belas) orang (40,63%), dan siswa yang kurang aktif 14 (empat belas) orang (43,75%). Dengan rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 62,19% dan rata-rata hasil tes belajar sebesar 66. Pada siklus II keaktifan belajar siswa meningkat dengan terdapatnya siswa yang aktif sebesar 28 (dua puluh delapan) orang (87,50%), siswa yang cukup aktif 3 (tiga) orang (9,38%), dan siswa yang kurang aktif 1 (satu) orang (3,12%). Hasil persentase rata-rata kekatifan belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada siklus II ini sebesar 88,92% dengan dikategorikan baik dan rata-rata hasil tes belajar sebesar 83. Dari hasil yang didapat terlihat perbedaan dan peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran PKn dengan sebelum menggunakan metode kerja kelompok dan sesudah menggunakan metode kerja kelompok.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Dalam pembentukan kelompok belajar tidak mudah dilakukan, oleh karena

itu guru harus mengetahui karakteristik dan kemampuan siswa sehingga pembagian kelompok belajar dapat homogen.

2. Dengan menggunakan metode kerja kelompok membutuhkan waktu yang lama, maka dari itu guru harus menyiapkan perencanaan yang matang seperti membuat RPP dan menyiapkan media yang akan digunakan.

terkadang terdapat anggota kelompok bersifat pasif yang merugikan kinerja kelompok, oleh karena itu guru harus memberikan penghargaan untuk setiap kelompok yang terbaik dan memberikan penilaian keaktifan belajar siswa bagi setiap individu.

77

Setia. Cet. II. 2005.

Amin, Moh. Murtado, dkk. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan MI. Edisi Pertama. Surabaya: LAPIS-PGMI. 2009.

Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Aryani, Inne Kusuma dan Markum Susatim. Pendidikan Kewarganegaraan

Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rencana Renada Media Group. Cet. V. 2010.

Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaya Rosdakarya. 2013.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: PT. Refika Aditama. Cet. III. 2009.

Hasibuan dan Mudjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakrya. Cet. VI. 1995.

Husni, Muh. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Listrik Melalui Metode Kerja Kelompok. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan.

Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. 2008.

---. Penilaian Autentik. Jakarta: Rajawali Pers. Cet. II. 2013.

Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. III. Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dep. Agama. 2009. N. K., Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.

Saniah. Peningkatan Sikap Tolong Menolong Melalui Metode Kerja Kelompok dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas V MI Al-Gaotsiyah Kamal Kalideres Jakarta Barat. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2013. tidak dipublikasikan.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Cet. VI. 2013.

---. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Preneda Media Group. Cet. V. 2008.

Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Cet. XIX. 2011.

Sarmanah. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas II dalam Pembelajaran IPS Melalui Metode Kerja Kelompok. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Cet. II. 2010.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group. 2013.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. II. 2002.

Ubaedillah, A. dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Cet. VIII. 2012.

Uno, Hamzah B. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet. II. 2012.

Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. III. 2007.

Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. 2010. Zulfiani, dkk. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. Cet. 14. 2010. ---, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Lampiran 1

Lembar Hasil Wawancara Guru

(Tahap Pra Penelitian)

Nama Pewawancara : Siti Sa’adah

Nama Responden : Kholilah Septiani, S.Pd Jabatan Responden : Guru Kelas V-A

Hari/Tanggal : Jumat/ 27 Februari 2015 Tempat Wawancara : Ruang kelas

1. Sudah berapa lama ibu mengajar di SDN Pisangan 03?

Jawab : Saya mengajar sudah dari tahun 2004, kurang lebih 11 tahun. 2. Apa kesulitan yang sering dirasakan selama mengajar PKn di kelas V?

Jawab : Ada beberapa siswa untuk memahami meteri PKn, karena materi PKn terkadang sangat luas, seperti materi pemerintahan dan pengetahuan siswa pun kurang.

3. Bagaimana cara ibu mengatasi kesuliran tersebut?

Jawab : Cara mengatasinya dengan memberikan pelajaran tambahan, terus suruh siswanya untuk tanya kalau tidak ngerti jadi jangan diam saja. Terus kerja sama dengan orang tuanya untuk mengajari anaknya juga kalau di rumah. Kalau masih tidak mengerti ya tergantung pada siswanya mau belajar atau tidak.

4. Metode pembelajaran apa saja yang selama ini ibu terapkan dalam pembelajaran PKn?

Jawab : Biasanya sih ceramah, tanya jawab, pernah sesekali kelompok tapi karena kelasnya sempit jadi sulit untuk mengelola kelasnya. Akhirnya menggunakan ceramah aja.

5. Dalam pembelajaran PKn apakah ibu pernah menggunakan metode kerja kelompok?

Jawab : Pernah, ya itu tadi karena kelasnya sempit jadi sulit untuk menggunakan metode kerja kelompok.

6. Bagaimana tingkat keaktifan belajar siswa saat pembelajaran PKn di kelas V?

Jawab : Yah, ada yang aktif ada yang kurang. Paling yang aktif cuma dia-dia saja. Kalau yang lain suka takut-takut.

7. Faktor apa saja yang menyebabkan siswa kurang aktif?

Jawab : Yah biasanya siswanya kurang menguasai meteri, jadi guru lagi menerangkan eh dia malah ngobrol, yang seperti itu biasanya siswa laki-laki.

8. Apakah seluruh siswa di kelas V dapat mengikuti proses pembelajaran PKn dengan baik?

Jawab : Ya lumayan lah, kalau anak yang pintar mah mengikuti dengan baik, kalau yang biasa-biasa saja terkadang suka bercanda atau mengobrol dengan temannya.

9. Apakah guru sering kali memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menjawab atau berpendapat terkait dengan materi?

Jawab : Ya setelah menjelaskan biasanya ditanya.

10. Apakah siswa terlihat senang atau semangat selama mengikuti pembelajaran PKn?

Jawab : Yah kalau dilihat-lihat sih ada yang senang, ada yang bosen mungkin materinya terlalu luas ya.

Lampiran 2

Lembar Hasil Wawancara Siswa

(Tahap Pra Penelitian)

Nama Pewawancara : Siti Sa’adah

Nama Responden : 6 (enam) Siswa Kelas V-A Hari/Tanggal : Jumat/ 27 Februari 2015 Tempat Wawancara : Ruang Kelas

1. Bagaimana proses pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru selama ini?

Jawab :

Siswa 1 (satu) : Baik.

Siswa 2 (dua) : Cukup Baik. Siswa 3 (tiga) : Baik.

Siswa 4 (empat) : Baik.

Siswa 5 (lima) : Sedikit susah karena gurunya menerangkan agak cepet.

Siswa 6 (enam) : Baik.

2. Apakah kamu mengalami kesulitan saat pembelajaran PKn berlangsung? Jawab :

Siswa 1 (satu) : Ya.

Siswa 2 (dua) : Ya sedikit. Siswa 3 (tiga) : Ya.

Siswa 4 (empat) : Ya.

Siswa 5 (lima) : Ya, agak sedikit sulit. Siswa 6 (enam) : Ya.

3. Apakah kamu mampu mengikuti proses pembelajaran PKn dengan baik? Jawab :

Siswa 1 (satu) : Ya.

Siswa 2 (dua) : Ya tentu, karena belajar harus dilakukan dengan serius.

Siswa 3 (tiga) : Ya mampu. Siswa 4 (empat) : Ya.

Siswa 5 (lima) : Mampu, kareena selalu memperhatikan guru. Siswa 6 (enam) : Ya.

4. Bagaimana tingkat keaktifan kamun saat pembelajaran PKn? (Baik, Cukup, Kurang)

Jawab :

Siswa 1 (satu) : Cukup.

Siswa 2 (dua) : Baik, karena saya selalu menjawab apabila ditanya oleh guru.

Siswa 3 (tiga) : Cukup. Siswa 4 (empat) : Baik. Siswa 5 (lima) : Cukup. Siswa 6 (enam) : Cukup

5. Apakah kamu merasa senang saat belajar PKn? Mengapa? Jawab :

Siswa 1 (satu) : Ya, karena dapat menambah wawasan. Siswa 2 (dua) : Ya, karena PKn cukup mudah bagi saya. Siswa 3 (tiga) : Cukup senang.

Siswa 4 (empat) : Kurang.

Siswa 5 (lima) : Ya, karena mudah. Siswa 6 (enam) : Kurang.

Lampiran 3

Lembar Hasil Observasi Tahap Pra Penelitian

Nama Sekolah : SDN Pisangan 03 Kelas/Semester : VA/II

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Hasil Observasi

Tingkat keaktifan belajar siswa kelas V SDN Pisangan 03 dalam pembelajaran PKn sangatlah rendah. Hal ini dikarenakan selama proses pembelajaran guru hanya menyampaikan materi dengan metode ceramah, kurangnya interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, serta sumber pembelajaran hanya terbatas pada LKS saja. Sehingga pembelajaran hanya didominasi oleh guru, sedangkan siswa cenderung pasif hanya mendengarkan atau menyimak materi yang disampaikan guru dan sesekali mencatat. Ketika guru bertanya siswa diam namun sesekali ada satu dua siswa yang menjawab. Ketika guru keluar kelas, suasana kelas menjadi ramai. Proses pembelajaran tersebut menciptakan suasana kurang menyenangkan. Terlihat dari proses pembelajaran siswa merasa bosan, mengobrol dengan teman sebangkunya, asik bermain sendiri dan sebagainya.

Tangerang, 23 Februari 2015

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(SIKLUS I)

Nama Sekolah : SDN Pisangan 03

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas : V (Lima)/A

Semester : II (Dua)

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 pertemuan).

A. Standar Kompetensi

4. Menghargai keputusan bersama.

B. Kompetensi Dasar

4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama.

C. Indikator

1. Menjelaskan pengertian musyawarah.

2. Menjelaskan prinsip-prinsip dalam musyawarah. 3. Menjelaskan manfaat dalam kegiatan musyawarah

4. Menyebutkan kelebihan dan kekurangan melakukan musyawarah.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menjelaskan pengertian musyawarah. 2. Siswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip musyawarah.

3. Siswa mampu menjelaskan manfaat dalam kegiatan musyawarah.

4. Siswa mampu menyebutkan kelebihan dan kekurangan melakukan musyawarah.

Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, berani, teliti, peduli, jujur dan kerja sama.

E. Materi Ajar : Bentuk-bentuk keputusan bersama.

G. Metode Pembelajaran 1. Kerja kelompok 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Penugasan 5. Presentasi H. Langkah-langkah Kegiatan 1. Kegiatan Awal

Tahapan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Alokasi Waktu

Pendahuluan (Kegiatan Awal)

Guru mengucapkan salam kepada siswa “Assalamu’alaikum, wr.wb.” Siswa menjawab salam guru “Wa’alaikumsalam, wr.wb.” 10 Menit

Guru meminta kepada ketua kelas untuk memimpin doa belajar.

Ketua kelas

memimpin doa dan siswa yang lain

mengikuti ketua kelas. Guru mengabsen siswa. Siswa mendengarkan

guru mengabsen. Guru mengkondisikan

kelas dengan melakukan

Ice Breaking.

Siswa merespon dan antusias melakukan

Ice Breaking. Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari ini.

Siswa memperhatikan guru.

Guru memberikan

pertanyaan yang berkaitan

Siswa menjawab pertanyaan yang

dengan materi bentuk-bentuk keputusan bersama.

diberikan guru.

Guru membentuk kelompok menjadi 4 (empat) kelompok.

Siswa duduk dengan teman sekelompoknya yang terdiri dari 8 (delapan) orang.

2. Kegiatan Inti

Tahapan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Alokasi Waktu Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

Guru memberikan gambar tentang musyawarah. Siswa memperhatikan gambar tentang musyawarah. 45 Menit Guru memberikan

pertanyaan tentang materi musyawarah.

Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Guru memberikan bahan

bacaan tentang musyawarah dan memerintahkan siswa membuat peta konsep tentang materi

musyawarah.

Setiap siswa membaca dan setiap kelompok membuat peta konsep tentang materi

musyawarah.

b. Elaborasi Guru memberikan siswa

tugas tentang materi musyawarah.

Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas yang diberikan guru. Guru memfasilitasi dan

memberikan kesempatan setiap kelompok untuk

Siswa berfikir dan menganalisis untuk menjawab tugas yang

berfikir dan menganalisis tugas tentang musyawarah serta membuat laporan hasil kerja kelompok.

diberikan guru secara berkelompok serta membuat laporan secara lisan dan tertulis.

Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.

Siswa

mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

c. Konfirmasi Guru memberikan

penegasan hasil kerja kelompok siswa.

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru.

Guru memberikan

kesempatan kepada siswa yang kurang paham tentang musyawarah.

Siswa mengajukan pertanyaan.

3. Kegiatan Akhir

Tahapan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi Waktu

Kegiatan Akhir (Penutup)

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas melalui kerja kelompok.

Siswa menyimpulkan materi tentang

musyawarah.

15 Menit

Guru memberikan tugas rumah sebagai tindak lanjut.

Siswa menyimak penjelasan yang disampaikan guru. Guru memberikan motivasi

kepada siswa yang kurang

Siswa menyimak penjelasan yang

atau belum berpartisipasi secara aktif.

disampaikan guru.

Guru bersama siswa menutup pelajaran dengan membaca hamdallah.

Siswa mengucapkan hamdallah.

Guru mengucapkan salam kepada siswa sebelum keluar kelas. Siswa menjawab salam guru. I. Sumber/Bahan Belajar 1. Buku PKn kelas V 2. LKS J. Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk

Instrumen Instrumen/ Soal

1. Menjelaskan pengertian musyawarah.

2. Menjelaskan prinsip-prinsip dalam musyawarah.

3. Menjelaskan manfaat dalam kegiatan musyawarah. 4. Menyebutkan kelebihan dan

kekurangan melakukan musyawarah.  Tugas kelompok.  Tugas individu.  Penilaian lisan.  Penilaian unjuk kerja. Terlampir

Format Kriteria Penilaian

1. Penilaian Keaktifan Belajar Siswa Nama

Kelompok

Aspek yang Dinilai Bertanya Kekompakan

dan keseriusan Menjawab

Mengemukakan pendapat

Keterangan :

3 = baik 2 = cukup 1 = kurang

2. PERFORMANSI

No. Aspek Kriteria Skor

1. 2. Kerjasama Partisipasi * bekerjasama * kadang-kadang * tidak bekerjasama * aktif berpartisipasi * kadang-kadang aktif * tidak aktif 3 2 1 3 2 1

3. LEMBAR PENILAIAN No Nama Siswa Performan Produk Jumlah Skor Nilai Kerjasama Partisipasi 1. 2. 3. 4. CATATAN :

Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.

Ciputat Timur, 09 April 2015 Mengetahui

Guru Kelas V-A Peneliti

Kholilah Septiani, S.Pd Siti Sa’adah

Musyawarah

Pengertian

Pertemuan yang melibatkan beberapa orang untuk melakukan pembahasan bersama dengan maksud

memperoleh keputusan atas penyelesaian suatu masalah bersama.

Prinsip-prinsip

- prinsip persamaan.

- prinsip keseimbanganantara hak dan kewajiban. - prinsip kebebasan yang bertanggung jawab. - prinsip persatuan.

- bersifat kekeluargaan.

Manfaat

- permasalahan dapat dipecahkan dengan baik. - menghasilkan keputusan yang bermutu. - hubungan sesama akan harmonis.

- mendapat masukan yang berharga dari peserta musyawarah.

Kelebihan dan kekurangan

kelebihan

- dapat menampung semua aspirasi peserta. - permasalahan yang dibahas lebih jelas. - masing-masing peserta saling memahami dan pengertian.

- keputusan yang dihasilkan merupakan mufakat (keputusan) bulat.

kekurangan

- memerlukan waktu yang cukup panjang dan pembahasan luas atau keluar dari konteksnya.

Dokumen terkait