• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian difokuskan pada variabel independen struktur kepemilikan dan variabel independen insiders ownership, institutional ownership, dan shareholders dispersion. Hasil pengujian akan dibahas dengan melihat arah hubungan dan pengaruh secara parsial serta pengaruh secara simultan variabel independen yang dimasukkan dalam model terhadap variabel dependen.

1. Pembahasan secara Parsial

Pengujian secara parsial dilakukan dengan menggunakan statistik uji t. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model maupun menjelaskan variabel dependen secara individual. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.5 yang telah ditunjukkan sebelumnya dan Lampiran II.

Insiders ownership

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap tingkat signifikansi parameter b1,

diperoleh t hitung sebesar -2,806. Sedangkan nilai t tabel sebesar 1,645 dengan tingkat signifikan 0,021 lebih kecil dari taraf signifikan pada á = 0,05. Dengan demikian, t

hitung > t tabel yang berarti secara parsial hipotesis Ha1 diterima dan H01ditolak. Hal

ini menunjukan bahwa kehadiran insiders ownership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.

Hasil yang signifikan tidak konsisten dengan penelitian Faisal (2000) tetapi berbeda dengan penelitian Wahidahwati (2001) yang keduanya menggunakan data sebelum krisis moneter. Hasil yang signifikan, kemungkinan disebabkan oleh sudah tingginya kepemilikan saham oleh insiders dibandingkan dengan kelompok lainnya dalam perusahaan.

Arah hubungan antara insiders ownership dengan struktur modal yang negatif sudah selesai dengan teori yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), yaitu jika manajer memiliki kepemilikan saham yang tinggi dalam perusahaan maka mereka akan mengurangi tingkat hutang secara optimal karena ikut menanggung

resiko. Hal ini akan mengurangi biaya keagenan hutang (agency cost of debt). Hasil ini konsisten dengan penelitian Bathala, et al. (1994) dan Mohd et al. (1998). Nilai koefisien b1 = -0,017 menunjukkan hubungan negatif (terbalik) yang memberikan arti

bahwa setiap kenaikan kepemilikan saham oleh insiders sebesar 1% maka debt to

eguity ratio menurun sebesar 0,017% dengan asumsi variabel independen lainnya

konsisten.

Signifikannya hasil penelitian dengan menggunakan variabel independen

insiders ownership di atas, menunjukan bahwa hasil penelitian tersebut dapat

digeneralisasikan untuk Bursa Efek Indonesia. Institutional ownership

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap tingkat signifikansi parameter b2,

diperoleh nilai t hitung sebesar -2,213. Sedangkan nilai t hitung > t tabel yangberarti secara pasial hipotesis Ha2 diterima dan H02 diolak. Hal ini menunjukkan bahwa

kehadiran institutional ownership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.

Hasil yang signifikan walaupun kepemilikan institusional tinggi sejalan dengan penelitian terdahulu (Bathala, et al., 1994; Mohd et al., 1998; Faisal, 2003; Wahdahwati, 2001). Arah hubungan antara institutional ownership dengan struktur modal yang negatif sudah selesai dengan teori dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bathala, et al. (1994) dan Mohd et al. (1998). Semakin besar presentase saham yang dimiliki oleh institutional investors akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang

dilakukan oleh para manajer. Tindakan monitoring tersebut akan mengurangi agency

costs karena memungkinkan perusahaan menggunakan tingkat hutang yang lebih

rendah (Bathala, et al., 1994). Nilai koefisien regresi b2 = -0,002 menunjukkan

hubungan negatif (terbalik) yang berarti bahwa setiap kenaikan saham oleh insiders sebesar 1% maka debt to equity ratio menurun sebesar 0,002% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.

Hasil penelitian untuk variabel institutional ownership di atas dapat digeneralisasikan pada Bursa Efek Indonesia.

Shareholders dispersion

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap tingkat signifikansi parameter b3,

diperoleh nilai t hitung sebesar 2,238. Sedangkan nilai t tabel sebesar 1,645 dengan

tingkat signifikan 0,022 lebih kecil dari taraf signifikan pada á = 0,05. Dengan

demikian, t hitung>t tabel yang berarti secara parsial hipotesis Ha3 diterima dan H03

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa shareholders dispersion mempunyai pengaruh yang signifikan dengan struktur modal. Nilai koefisien regresi b3 = 0,499

menunjukkan hubungan positif (searah) yang berarti bahwa setiap kenaikan

shareholders dispersion sebesar 1% maka debt to equity ratio meningkat sebesar

0,499% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.

Variabel ini signifikan, namun arah hubungan antara shareholders dispersion dengan debt to equity ratio tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Moh’d, et al. (1998) dan Faisal (2000). Nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa shareholders dispersion berhubungan searah dengan debt to

equity ratio. Hasil ini mendukung kerangka teori agensi yang dikemukakan oleh

Jensen dan Meckling (1976). Menurut teori ini, jika jumlah pemegang saham semakin menyebar maka konsentrasi kepemilikan akan terpecah dalam presentase yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan power para pemegang saham untuk mengontrol tindakan manajer menjadi rendah. Untuk itu, perusahaan perlu meningkatkan hutang guna mendisiplinkan tindakan manajer dalam perusahaan.

Hasil pertemuan di atas menunjukkan bahwa penyebaran para pemegang saham pada industri manufaktur di BEI yang didasarkan atas kelompok pemegang saham signifikan untuk mempengaruhi debt to equity ratio perusahaan. Hubungan positif mengimplikasikan bahwa semakin menyebar kepemilikan perusahaan maka pemilik perusahaan akan meningkatkan peranan hutang sebagai alat monitoring.

2. Pengaruh secara Simultan

Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan statistik uji F. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen secara bersama- sama.

Berdasarkan statistik uji F tersebut (Lampiran II), diperoleh nilai Fhitung

sebesar 6,510 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,033 pada á = 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) secara variabel independen

insiders ownership, istitutional ownership dan shareholders dispension yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Dengan demikian semua variabel independen tersebut simultan dapat dipakai

sebagai instrumen penentu struktur modal untuk meminimumkan total biaya keagenan pada industri manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia.

Nilai F dipergunakan untuk melihat tingkat signifikansi hubungan dan pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Selanjutnya seberapa besar hubungan dan signifikan tersebut dilihat dari nilai R2 (koefisien determinasi). Nilai R2 atau koefisien determinasi merupakan ukuran yang mengatur proporsi atau presentase variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh sekelompok variabel independen atau merupakan ukuran yang menyatakan konstribusi dari variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda (multiple

regression analysis) diperoleh R2 (nilai koefisien determinasi) sebesar 0,509 atau 50,9%. Hal ini menjelaskan bahwa besarnya perubahan (variasi) dari struktur modal dalam perusahaan yang mampu dijelaskan oleh variabel struktur kepemilikan 50,9%. Sedangkan sisanya sebesar 40,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Rendahnya nilai R2 menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain yang mempengaruhi struktur modal perusahaan di luar variabel struktur kepemilikan yang digunakan dalam penelitian ini.

Dokumen terkait