3.9 Analisis Instrumen
4.2.4 Pembahasan Hasil Belajar Psikomotorik
Dengan dilaksanakannya kegiatan laboratorium dengan upaya memperbaiki ketrampilan siswa dalam menggunakan alat ukur listrik yaitu multimeter (amperemeter, voltmeter dan ohmmeter). Implementasi kegiatan laboratorium yang disertai LKS sebagai bimbingan guru yang diperoleh siswa dalam
melakukan tugas-tugas praktik mengenai materi listrik dinamis. Indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: menyiapkan alat dan bahan percobaan, merangkai alat dan bahan percobaan, melakukan pengamatan dan percobaan, kemampuan menggunakan alat, dan merapikan alat dan bahan percobaan.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen memiliki persentase nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 81,6% dengan kriteria baik dan pada kelas kontrol memiliki persentase nilai rata-rata pada pertemuan I dan II adalah 74 % dengan kriteria baik. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-Gain Hasil Belajar Psikomotorik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam
Persentase.
Berdasarkan Gambar 4.10, tampak secara sekilas bahwa adanya perbedaan nilai hasil belajar psikomotorik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai hasil belajar psikomotorik kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik dalam kegiatan laboratorium dari kelas kontrol.
80% 83.13% 81.6% 16% 73% 75% 74% 7% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Pertem. I Pertem. II Rata-Rata N-Gain
Per sen tase N il ai H asi l B e lajar Ps iko m o to ri k Eksperimen Kontrol
Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, dapat dilihat pada Tabel 4.16 yang menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar psikomotorik kelas kontrol baik pada pertemuan I maupun pertemuan II.
Hasil uji gain pada kelas eksperimen sebesar (rendah) dan pada kelas kontrol sebesar (rendah). Dari analisis uji gain dapat dilihat pada Tabel 4.17 tampak bahwa peningkatan hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (0,3 >0,09).
Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan nilai hasil belajar psikomotorik yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning
dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai hasil belajar psikomotorik lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan laboratotium menggunakan
generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa. Besarnya pengaruh sebesar 16% termasuk kriteria rendah.
Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu meningkat hasil belajar psikomotorik siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang menekankan ketrampilan yang melibatkan antara indera dan otot dengan pengamatan langsung terhadap proses sains dapat melatih kemampuan berpikir
ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyanto (2006) kemampuan psikomotorik atau ketrampilan gerak siswa akan terlibat secara aktif melalui pembelajaran dengan percobaan. Selain itu kegiatan laboratorium dapat membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran menjadi lebih bermakna dan mendalam, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Trumper (2003) bahawa kegiatan laboratorium ini mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses ilmiah dimana siswa mengeksplorasi dunia fisik, menganalis data, menarik kesimpulan dan generalisasi yang baru diperoleh pemahaman ilmiah untuk fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
Pada indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati pada kelas eksperimen yaitu merangkaian alat dan bahan, kemampuan menggunakan alat dan bahan tidak terjadi peningkatan dan penurunan, hal ini disebabkan siswa membutuhkan waktu untuk mengenal dan mempelajari prinsip kerja alat ukur listrik diantaranya multimeter serta untuk melatih ketrampilan dalam menggunakan alat dan bahan dibutuhkan kegiatan laboratorium sehingga siswa terbiasa dalam menggunakan alat dan bahan khususnya pada materi listrik dinamis.
Di pihak lain, implementasi kegiatan laboratorium verifikatif pada kelas kontrol cenderung pasif dan terjadi kebingungan disebabkan kurangnya persiapan, pemahaman mengenai alat dan bahan pada materi dinamis serta ketrampilan dasar yang dimiliki siswa dalam kegiatan laboratorium mengakibatkan terhambatnya
proses kegiatan laboratorium. Pada indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati pada kelas kontrol yaitu menyiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan terjadi penurunan, hal ini disebabkan terjadinya kebingungan pada tahap-tahap percobaan pada percobaan rangkaian rangkain hambatan seri dan paralel yang dirasa lebih sulit dibandingkan pada percobaan ohm. Oleh karna itu, dibutukankannya pemahaman siswa dalam memahami alat dan bahan dalam rangkaian dengan tujuan dan konsep tertentu dan bimbingan dari guru yang tepat untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Padahal, keberhasilan kegiatan laboratorium didukung oleh tiga faktor, yaitu peralatan bahan dan fasilitas lainnya, tenaga laboratorium, serta bimbingan guru yang diperoleh siswa dalam melakukan tugas-tugas praktik. Hal ini sejalan dengan pendapat Abraham & Robin (2008) bahwa tugas-tugas praktik memerlukan siswa untuk membuat hubungan domain objek dan ide-ide yang lumayan lebih menuntut siswa daripada yang hanya meminta siswa untuk mengamati dan mengingat informasi suatu peristiwa atau gejala.
82
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan
generative learning terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Grobogan pada materi listrik dinamis, hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata dan peningkatan terhadap aktivitas dan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, aktivitas dan hasil belajar fisika siswa melalui implementasi kegiatan laboratorium dengan pendekatan generative learning lebih baik daripada implementasi laboratorium verifikatif. Hal ini ditunjukan oleh rata-rata nilai aktivitas dan hasil belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotorik pada kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata nilai kelas kontrol.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai beberapa sarana untuk penyempunaan penelitian selanjutnya yaitu untuk implementasi kegiatan laboratorium menggunakan generative learning
dapat digunakan terutama pada materi yang membutuhkan aktivitas kegiatan laboratorium fisika, terbukti setelah dilakukan penelitian bahwa ada pengaruh positif terhadap aktivitas dan hasil belajar pada materi dinamis. Selain itu, perlu
yang diperhatikan dalam mengimplementasikan laboratorium menggunakan
generative learning diantaranya dalam pengelolaan tahap-tahap agar lebih bijak, karena sebagian tahap dapat menyita waktu sehingga memerlukan persiapan yang matang dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diajarkan merupakan hal yang sangat penting dalam memperoleh pengetahuan baru sehingga dalam pembelajaran siswa tidak merasa kesulitan menerima materi akan dipelajari.
84
The Effectiveness of Practical Work As A Teaching And Learning Method In School Science. International Journal of Science Education. 30(14): 1945–1969.
Al-Naqbi, A. K. & Hassan H. T. 2005. The Role of Laboratory Work in School Science: Educators’ and Students’ Perspectives. Journal of Faculty of Education, 18 (22): 19-35.
Aqib, Z., S. Jaiyaroh, E. Diniati & K. Khotimah. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung : Yrama Widya
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aufschnaiter, C. V& Stefan V. A. 2007. University Students’ Activities, Thinking
and Learning During Laboratory Work. European Journal of Physics,
28: 51–60
Blerkom, D. L. V., M. L. V. Blerkom & S. Bertsch. 2006. Study Strategies and Generative Learning: What Works?. Journal of College Reading and Learning, 37 (1): 7-18.
Damriani. 2008. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Metode Eksperimen Melalui Pendekatan Ketrampilan Proses Materi Listrik Dinamis. Jurnal Nuansa Pendidikan. 6(1): 5-11.
Depdiknas. 2007. Model dan Manajemen Laboratorium IPA. Jakarta: Depdiknas. Dick, W. & Carey, L. 1985. The Systematic Design of Intruction. Glecview,
Ilionis: Scot, Foresman and Company
Dimyati & Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hinduan, A. 2002. Pengembangan Kurikulum Program Sarjana Fisika
Berdasarkan Kompetensi. Makalah dipresentasikan pada Seminar LokaKarya V, Mipa-net, Jakarta, 3 September.
Lubis, M. 1993. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mundilarto. 2002. Kapita Selekta Pendidikan Fisika (Individual Text Book). Yogyakarta: FMIPA UNY Yogyakarta.
Rahmad, M & Alfina. S. D. 2007. Hasil Belajar Ketrampilan Sosial Sains Fisika Melalui Model Pembelajaran Generatif Pada Siswa Kelas VIII. Jurnal Geliga Sains. 1(2): 25-30.
Rifai, A. & Catharina T. A. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT MKK Unnes.
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Ketrampilan Proses. Surabaya: SIC kerja sama dengan LPM-IKIP Surabaya.
Sudjana, N. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta
Suma, K. 2005. Efektivitas Kegiatan Laboratorium Konstruktivis Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep-Konsep Arus Searah Mahasiswa Calon Guru. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 38(2) : 159-171
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trumper, R. 2003. The Physics Laboratory – A Historical Overview and Future Perspectives. Journal of Science and Education. 12: 645–670.
Wena, M. 20011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Wittrock, M. C. 1992. Generative Learning Processes of the Brain. Educational Psychologist, 27(4): 531-541.
Wiyanto, A. Sopyan, Nugroho & S.W.A. Wibowo. 2006. Potret Pembelajaran Sains di SMP dan SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 4(2): 63-66.
Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Unnes Press.
Zaelani, A., C. Cinayah & E. I. Irawan. 2007.Fisika Untuk SMA/MA Bandung: Yrama Widya
Kelas : X
Semester : II
Standar Kompetensi : 5. Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi.
Kompetensi Dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian
Alokasi Waktu Sumber Belajar 5.3. Menggunakan Alat ukur listrik. 1. Alat Ukur Arus Listrik dan Tegangan Listrik. 1. Menggunakan amperemeter, voltmeter dan multimeter secara berkelompok dalam kegiatan laboratorium.
1. Menjelaskan cara membaca alat ukur arus listrik dan alat ukur tegangan listrik. 2. Menjelaskan cara memasang
amperemeter dan voltmeter dalam rangkaian tertutup sederhana (satu loop).
1. Tes tertulis berupa tes pilihan ganda (pretest-posttest). 2. Observasi aktivitas belajar siswa. 3. Observasi hasil belajar aspek psikomotorik dan afektif. 8 x 45 menit. Sumber:
1. Fisika untuk kelas X Marthen Kangenan 2. Fisika untuk kelas X
Bob Foster 3. LKS 4. Internet Alat dan Bahan: 1. Multimeter (voltmeter dan amperemeter) 2. Resistor 3. Kabel 4. Saklar 5. Batu baterai. 6. Protoboard (project board) 5.1. Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop). 1. Hukum Ohm. 2. Rangkaian Hambatan secara Seri dan Paralel.
1. Mendeskripsikan dan memahami kuat arus listrik dan tegangan listrik dalam kegiatan laboratorium.
2. Menyelidiki dan membuktikan hukum ohm dalam kegiatan laboratorium.
3. Mengukur arus listrik (I), tegangan listrik (V) dan hambatan listrik (R) pada rangkaian tertutup sederhana secara berkelompok dalam kegiatan laboratorium. 4. Menyelidiki dan memahami
karakteristik rangkaian hambatan secara seri dan paralel dalam kegiatan laboratorium.
5. Menentukan hambatan pengganti bila disusun secara seri dan pararel dalam kegiatan laboratorium.
1. Menjelaskan kuat arus listrik dan tegangan listrik dalam rangkaian tertutup sederhana (satu loop).
2. Mengindentifikasi hubungan antara V, I dan R sesuai hukum Ohm.
3. Menginterpretasikan grafik hubungan antara I dengan V dan hubungan antara I dengan R.
4. Mengetahui karakteristik rangkaian hambatan secara seri dan paralel.
5. Memformulasikan besaran hambatan dalam rangkaian hambatan secara seri dan paralel.
Satuan pendidikan : SMA Negeri 1 Grobogan Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/2
Pokok Bahasan : Listrik Dinamis Sub Pokok Bahasan : 1. Alat Ukur Listrik
2. Hukum Ohm Alokasi Waktu : 3 x 45 menit A. Standar Kompetensi
5. Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi.