• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL TINDAKAN

C. Pembahasan Hasil

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan ketrampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003: 2)

Pemebelajara IPS dengan Stanadr Kompetensi ” Menghargai peranan

tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan

kemerdekaan Indonesia”. Memberikan wacana bagi siswa untuk dapat mengerti

cara nmenghargai pejuang dan tokoh masyarakat dalam merebut kemerdekaan dengan cara belajar giat mengisi kemerdekaan.

Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam tiga siklus hasil penelitian tindakan kelas dapat diimpulkan keterkaitan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan Partisipasi dan Prestasi siswa terhadap Pelajaran IPS.

commit to user

Tahapan- tahapan dalam pembelajaran dengan Model Kooperatif tipe STAD sesuai dengan keberadaan anak sebagi berikut.

2. Informasik akademik disampaikan dengan sederhana

3. Tujuan Sosial Tipe STAD yaitu kerja kelompok dan kerjasama. 4. Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 anggota.

5. Pemilihan topik oleh guru sehingga dapat disesuaikan dengan keberadan siswa.

6. Tugas utama yang dapat dikerjakan dengan menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu

7. Penilaian dilaksanakan tiap minggu sehingga siswa senang karena dapat segera mengetahui hasil belajarnya.

8. Pengakuan diberikan kepada siswa dengan lembar pengakuan atau publikasi lain.

Sumber Ibrahim dkk.(2000:29) dalam Triyanto ( 2007:52)

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Partisipasi

Sebelum dilaksanakan siklus I atau disebut pra siklus dari hasil observasi didapat informasi dari 30 orang siswa terdapat 4 orang siswa atau 13.33 % yang tergolong berpartisipasi rendah, siswa yang berpartisipasi sedang 18 orang atau 60 %, dan siswa yang berpartisipasi tinggi 8 orang atau 26.67 %

Partisipasi siswa meningkat setelah dilakukan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

commit to user

Pada siklus I setelah dilaksanakan pembelajaran dengan Model kooperatif Tipe STAD terdapat informasi dari 30 siswa tidak terdapat siswa yang memiliki partisipasi rendah, siswa yang berpartisipasi sedang ada 15 siswa atau 50 % dan siswa yang berpartisipasi tinggi adalah 15 siswa atau 50 % mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pra siklus sebesar (15-8) siswa = 7 siswa atau mengalami peningkatan 13.33 %

Pada siklus II diperoleh data dari 30 orang siswa tidak terdapat siswa yang berpartisipasi rendah, terdapat 9 orang siswa atau 30 % berpartisipasi sedang, dan 21 siswa atau 70 % siswa berpartisipasi tinggi. Mengalami peningkatan jumlah siswa berpartisi tinggi dari perolehan siklus I sebesar (21-15) = 6 orang atau mengalami peningkatan 20 %.

Pada siklus III diperoleh Informasi dari 30 orang siswa tidak terdapat siswa yang berpartisipasi rendah, 3 siswa yang berpartisipasi sedang atau 10 %, dan terdapat siswa berpartisipasi tinggi 27 orang atau 90 % terdapat peningkatan dari siklus II sebesar (27-21) orang siswa = 6 orang siswa mengalami peningkatan sebesar 20 %.

Dari siklus I sampai Siklus III partispasi siswa terhadap pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami penigkatan.

Partisipasi dapat ditingkatkan dengan model Kooperatif tipe STAD karena kooperatif tipe STAD dapat menjadikan siswa lebih bersahabat, bekerja dengan teman sebaya yang heterogen, perbedaan yang ada menjadi kekayaan untuk saling mengisi, dalam kooperatif tipe STAD semua anak mempunyai

commit to user

kesempatan yang sama jadi dengan kooperatif tipe STAD siswa bekerja secara berdampingan sesuai dengan pendapat Piaget ( 1973 : 268)”Childern star producing and following through their own ideas, if possible getting beyond

needing anybody else’s sugestion.” anak-anak ( siswa ) mulai dengan

meghasilkan dan mengikuti pada ide-ide mereka, jika memungkinkan juga mengikuti pendapat orang lain juga. Hal ini sesuai dengan pendapta piaget (1973 : 268) ”It is important for them as people and it is important in order for them to

feel free to acknowledge the children’s ideas.” ini adalah penting bagi mereka

sebagai manusia dan penting bagi mereka untuk merasa bebas untuk mengekpresikan ide – ide anak. Jadi dengan model pembelajaran koopertaif tipe STAD partisipasi siswa dapat ditingkatkan karena tahapan dalam kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif sesuai dengan sesuai dengan perkembangan anak.

Hal ini sesuai dengan sifat pembelajaran Kooperatif tipe STAD menurut pendapat Gayle ( 2007: 11) ” after the groups share their statements, the class combines, deletes, or adds rules to live by, which many include the folowing (1) there is no wrong, (2) no put-down or sacasm here(3) every one must be heard (4)

Mistake are learning.”

Setelah kelompok mempresentasikan hasilnya, kelas dikombinasikan, ada penghapusan atau penambahan aturan yang mencakup sebagai berikut (1) tidak ada yang salah (2) tidak ada yang kalah atau di rendahkan (3) setiap orang harus didengar (4) kesalahan sebagai pelajaran. Dengan kondisi demikian maka siswa

commit to user

akan merasa bebas berekspresi tanpa ada tekanan, sehingga anak dapat beriteraksi dengan lingkungannya dengan nyaman.

Berdasarkan hasil dan teori tentang partisipasi bahwa tahap –tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menciptakan kondisi anak untuk terlibat aktif atau berpartisipasi dalam Kegiatan KBM.

2. Penerapan Model Pemebelajaran koopertif Tipe STAD dapat meningkatkan Prestasi Siswa

Pencapaian prestasi rata-rata kelas Siswa terhadap mata pelajaran IPS sebelum Siklus atau Prasiklus adalah 6.6 (enam Koma Enam). Dari 30 orang siswa yang ada Jumlah siswa yang melampaui KKM > 7.0 (tujuh koma nol) ada 8 siswa atau 26.67% . sementara terdapat 22 siswa atau 73.33% siswa tidak melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal yang sudah ditentukan sebelumnya.

Setelah pelaksanaan siklus I didapat informasi bahwa pencapaian prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yaitu dari 6.6 (enam koma enam) pada pra siklus menjadi 6.98 ( enam koma sembilan delapan ) maka mengalami peningkatan rata-rata 6.98-6.60 =0.38. Jumlah siswa yang melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 15 atau 50 % dari 30 siswa atau mengalami peningkatan (15-8) orang = 7 orang atau 50% -22.67% = 27.33%

Pada pelaksanaan Siklus II setelah refleksi dari siklus I diperoleh dinformasi siswa secara kalsikal yang melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 23 siswa atau 76.67% dari 30 siswa yang ada , pencapaian rata-rata kelas

commit to user

adalah 7.98 (tujuh koma sembilan delapan) mengalami peningkatan sebesar 7.98 – 6.95=1.03 dibandingkan dari siklus I.

Setelah merefleksi siklus II dan melakasankan tindakan di SiklusaIII dengan penyempurnaan siklus II diperoleh informasi bahwa terdapat 28 siswa dari 30 siswa yang ada atau 93.33% siswa yang melampui Kriteria Ketuntasan Minimal dengan rata-rata 8.30(delapan koma tiga nol), Terjadi peningkatan dari jumlah siswa yang melampui Kriteria Ketuntasan Minimal dari siklus II sebesar 28-23= 5 siswa atau 93.33% - 76.67% = 16.66% adan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8.30-7.98= 0.32.

Memperhatikan hasil tersebut dapat dikaitkan dengan teori bermakna yang di kemukakan oleh David Ausubel yang dikutip oleh Triyanto (2007 : 25) ” Inti dari belajar bermakna adalah konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur yang sudah dimiliki siswa”. Hal ini sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD bahwa cara penanaman pada siswa melibatkan siswa sejauh mana mereka mempunyai ” bekal awal” yang berbeda beda untuk saling dikombinasikan menjadi satu keutuhan dalam pemahaman siswa.

Dalam berdiskusi dengan teman sebaya siswa belajar menemukan sendiri secara aktif oleh diri mereka masing-masing, maka pengendapan pengetahuan siswa akan lebih baik berlangsung lebih lama. hal ini sesuai dengan teori Jerome Bruner yang dikutip oleh Triyanto (2007: 26) ” bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.”

commit to user

Selanjutnya dalam Triyanto ( 2007: 26) Bruner menyarankan agar siswa – siswa hendaknya berpartisipasi secara aktif dengan konsep –konsep dan prinsip- prinsip, mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, melaksanakan eksperimen-eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip prinsip itu sendiri.”

Menurut Vygotsky dalam Triyanto ( 2007:26) ” siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa”. Bahasa dimaksud disini adalah interaksi sosial antar siswa bahsa sebagai sarana interaksi sosial bukan hanya bahasa berupa tulisan ataupun langsung tetapi meliputi bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh siswa termasuk ekpresi jiwa yang dicerminkan lewat sikapdan raut muka.

Selanjutnya Vygotsky dalam Triyanto (2007:260) menegaskan bahwa ” perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus – respon, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan.’

Gagne (1974 : 6) mengatakan ” The capacity for learning reaches such a high level in human being that certain types of interaction can be represented internally and there fore can take place entirely in the head”

Pembelajaran akan mencapai pada level tertinggi manusia ditentukan oleh tipe dari interaksi yang dapat di presentasikan secara mendalam dan oleh sebab itu maka dapat menjadi pemahaman yang paling dalam dipikiran manusia.

commit to user

Kesimpulan keberhasilan suatu pembelajaran bagi siswa tergantung dari beberapa faktor diantaranya (1) pemberian tugas yang masih dalam jangkaun siswa(2) pemberian bimbingan atau bantuan guru sesuai dengan tingkatan perkembangan siswa (3) hubungan sosial yang terjadi di dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar maupun di dalam hubungan diluar KBM (4) terjadi partisipasi aktif siswa

Semua Tahapan pembelajaran Kooperatif tipe STAD memuat keempat point kesimpulan tersebut sehingga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi siswa.

3. Partisipasi dan Prestasi siswa dapat meningkat karena aplikasi Pembelajaran dengan Model Kooperatif Sudah sesuai dengan Ketentuan yang benar

Peningkatan partisipasi, prestasi siswa terjadi setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I sampai dengan Siklus III seiring dengan penyempurnaan aplikasi Model Pembelajaran Koorperatif Tipe STAD yang dilaksnakan oleh guru. Dalam setiap siklusnya guru selalu meningkatkan kinerjanya dengan cara merefleksi setiap silklus bekerja sama dengan Observer dan mempelajari sempua yang terjadi daam proses pelaksanaan siklus demi siklus.

Dari ke tiga siklus ( Siklus I – Siklus III) yang dilaksanakan diperoleh informasi bahwa setiap siklus terjadi peningkatan aktivitas guru dalam mengajar

commit to user

sesuai dengan Langkah-langkah dalam pembelajaran model Kooperatif Tipe STAD

Pada pelaksanaan siklus I .guru dalam mengaplikasikan Model Pembelajran Kooperatif Tipe STAD masih mengalami kecanggungan sehingga siswa terpengaruh dengan kondisi yang demikian, kemudia direfleksi dan dilanjutkan ke pelaksanaan siklus II

Setelah pelaksanaan siklus II aktivitas guru lebih baik sehingga susana kelas menjadi lebih hidup dan jumlah siswa yang berpartisipasi lebih banyak. baik itu dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas ketika masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka.

Setelah pelaksanaan siklus III aktivitas guru mencapai tingkat sempurna dalam melaksanakan KBM dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD makin sempurna sehingga ini menimbulkan juga partisipasi siswa dalam pembelajaran sesuai dengan teori behavioristik dan teori perkembangan piaget..

Peningkatan ini dikaji maka sesuai dengan Teori perkembangan Sosial milik Vygotsky dalam Triyanto ( 2007 : 27)” bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan siswa ( zone of proximal development)” selanjutnya ide penting Vygotsky dalam Triyanto (2007:27) adalah scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap- tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan

commit to user

kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. ”

Senada dengan Vygotsky, Gayley juga mengatakan (2007 : 9) effective teachers consciously create a climate in which all students feel in included.” Seorang guru yang kreatif senantiasa mengkreasi iklim kelas sehingga semua siswa merasa adalah satu kesatuan.

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar anak adalah melalui (1) Interaksi sosial antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa ini dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam mencapai tujuan pemebelajaran dengan bimbingan guru yang kreatif yang mampu mensitumulus positif siswa sehingga siswa merespon dengan baik(2) penanam kebersamaan dalam pembelajaran yang benar sehingga siswa merasa menjadi satu kesatuan yang utuh dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pelaksanaan tindakan menggunakan Model pembelajran Kooperatif tipe STAD memuat juga kedua point tersebut, Hal ini semua terlihat dalam aplikasi tahap demi tahap pembelajran Kooperatif tipe SATD dalam pembelajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan di kelas V Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Berdasarkan kondisi dan informasi tersebut maka disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD jika dilaksanakan sesuai dengan Tahapan yang benar yang ada akan dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa.

commit to user

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan perlu memperhatikan keterbatasan penelitian, agar dapat mengurangi kekeliruan dalam penggunaan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena keterbatasan peneliti dalam berbagai hal diantaranya keterbatasan kemampuan dan keterbatasan yang bersifat prosedural pelaksanaan di lapangan seperti :

1. Fokus peneliti lebih dominan pada proses tindakan, sehingga instrumen tes dalam setiap siklus digunakan seperlunya guna mengetahui peningkatan atau peubahan proses pembelajaran yang dipandu oleh guru, keterlibatan siswa dalam pelaksanaan KBM sebelum dan sesudah tindakan, bukan instrumen yang dirancang secara ketat seperti pada penelitian Kuntitatif.

2. Pengamatan yang dilakukan observer kurang efektif , karena perhatian observer kurang terfokus. Ini terjadi observer bukanlah seorang yang ahli dibidangnya dan subyektivitas observer juga mempengaruhi dalam pengisian data observasi.

3. Keberadaaan 2 orang dewasa / guru atau lebih dalam kelas sebagai pengajar dan observer mempengaruhi tindak tanduk siswa dalam mengikuti KBM di kelas sehingga obyektivitas pelaksanaan pembelajaran juga berpengaruh

commit to user

4. Keterbatasan waktu yang dirancang harus sesuai dengan pembagian waktu dalam pengajaran. Sehingga penelitian berjalan menyesuaika jadwal yang ada tidak dikembangkan sesuai dengan tuntutan penelitian yang bebas intervensi .

commit to user

125

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Penelitian Tindakan Kelas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Siswa Kelas VC Kompetensi Dasar ”Menghargai Peranan Tokoh Pejuang Dan Masyarakat Dalam Mempersiapkan Dan

Mempertahankaan Kemerdekaan Indonesia”Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus

Surakarta telah selesaikan dilaksanakandalam tiga siklus secara berkesinambungan. Setiap Siklus dalam penelitian tindakan kelas ini selalu dilaksanakan 4 (empat) tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. Siklus berikutnya merupakan perbaikan siklus sebelumnya dengan terlebih dulu merefleksi mencari kekurangan dan kelemahan yang terjadi yang bekerja sama dengan observer.Berikut ini adalah kesimpulan hasil dari penelitian.

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Partisipasi

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket partisipasi yang diberikan pada kondisi awal (pra siklus) menunjukan bahwa partisipasi siswa kelas VC dalam pembelajaran IPS sangat rendah, tetapi setelah pelaksanaan ketiga siklus dalam penelitian menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Baik dilihat secara individual maupun klasikal skor partisipasi sudah memenuhi Indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

commit to user

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran IPS

Pencapaian rata-rata prestasi kelas Siswa terhadap mata pelajaran IPS Setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terjadi peningkatan di setiap siklusnya.

Setelah pelaksanaan siklus I didapat data bahwa pencapaian prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dibanding dengan sPra maka mengalami peniSiklus, setelah pelaksanaan Siklus II mengalami penigkatan dari siklus I demikian juga setelah siklus III mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus II. Kenaikan ini menunujkan tidak hanya secara individual tetapi juga secara keseluruhan kelas. Dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi.

3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD jika dilaksanakan dengan benar sesusai tahapan dan ketentuan yang ada dapat meningkatkan Partisipasi dan prestasi siswa

Dari data yang diambil dari tabel kegiatan guru di setiap siklusnya ,

Guru sudah melakukan tahap demi tahap dalam pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang digunakan.Seperti menyamapikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, menyajikan informasi dengan jelas disertai demonstrasi sehingga menarik siswa, membimbing setiap kelompok dengan merata, mengevaluasi kerja siswa dengan mempersilahkan tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja, memberikan penghargaan kepada siswa dan tetapp membri motivasi yang baik.

commit to user

Dari hasil wawancara dengan siswa diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata siswa tertarik dengan pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. Mereka mengaku sangat terkesan dan ingin semua pelajaran jika dapat menggunakan model ini. Siswa mengaku dengan model pembelajaran yang baru saja digunakan siswa merasa menjadi satu kesatuan dan dapat menikmati pemeblajaran dengan ringan sehingga mereka terlibat dengan baik dan memperoleh prestasi yang baik.

Berdasrakan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Partisipasi dan prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan pengaplikasian Model Pembelajaran tipe STAD dengan tahapan yang benar.

B. Implikasi

Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut.

1. Siswa yang biasa pasif dalam Prose Kegiatan belajar mengajar menjadi siswa yang aktif berpartispasif dalam pelajaran tidak baik dengan perintah guru atau tidak.

2. Untuk meningkatkan Pencapaian Prestasi siswa perlu mendapat dorongan, bimbingan dan kepercayaan baik dari teman sekelas maupun dari guru.

3. Guru perlu meningkatkan upaya – upaya agar pembelajaran berpusat pada anak didik, perlu mengubah pandangan bahwa anak didik mempunya kesamaan dlam pembelajaran menjadi pemahaman bahwa setiap individu berbeda namun

commit to user

berbedaan itu menjadi satu kekuatan untuk salaing mengisidan menopang demi kemajuan bersama.

C. Saran

Setelah dilaksanakan penelitian dan diambil kesimpulan maka dapat disarankan sebagai berikut.

1. Diharapkan guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan materi peljaran agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran

2. Bila siswa belum terbiasa dengan suatu model maka guru hendaknya menjelaskan langkah-langkah dengan jelas sehingga siswa benar-benar memahaminya

3. Siswa sebagai Subjek pendidikan hendaknya menyadari tugas dan kewajibannya serta berpartisipasi aktif dalam setiap pembelajaran.

4. Siswa sebagai generasi penerus hendak sadar tanggung jawabnya mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pejuang terdahulu dengan cara mengisinya melalui belajra giat sebagai wujud penghormatan kepada para Pahlwan.

Dokumen terkait