• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS KOTAMADYA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS KOTAMADYA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR

IPS SISWA KELAS V SD KRISTEN KALAM KUDUS KOTAMADYA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011 (Penelitian Tindakan Kelas)

TESIS

OLEH : S L A M E T O NIM. S811002008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : SLAMETO

NIM : S811002008

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan

Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Terhadap Pelejaran IPS kelas V SD

Kristen Kalam Kudus Kecamatan Banjarsari Kotamadya Surakarta Tahun

Ajaran 2010 / 2011” adalah benar-benar karya sendiri. Hal – hal yang bukan

karya saya sendiri dalam tesis ini diberi tanda citasi dan menunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh dari tsesis tersebut

Surakarta, Juni 2011 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

KATA MUTIARA

Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan / kekerasan, ia belajar membenci

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya, dia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya

Jika anak dibesarkan dengan kasih saying dan persahabatan, dia pun belajar menemukan

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepad Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat RahmatNya, sehingga tesis untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister pada Program Pasca Sarjana Program Studii Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan

Ungkapan terimakasih patut diucapkan kepad semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penyusunan tesi ini di antaranya yaitu

1. Rektor Universitas SebelasMaret, yang telah memberikan motivasi dan memberikan izin untuk mengikuti studi program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana universitas Sebelas Maret.

3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, ketua Program Study sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, dorongan, bantuan, petunjuk, arahan dan bimbingan.

(7)

commit to user

vii

5. Tim penguji Tesis Program Studi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah membantu terlaksananya ujian sehingga berjalan lancer.

6. Semua bapak /ibu Dosen di Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Kepala Sekolah, Jajaran Guru dan seluruh Staf yang tergabung

dalam sekolah dasar Kristen Kalam Kudus Surakarta.

8. Bapak, dan Istri tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk terselesaikannya tesis ini.

9. Teman- teman Pascasarjana teknologi UNS yang selalu bersama dalam perjuangan

Akhirnya, semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA MUTIARA ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAk ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan masalah... 8

D. Rumusan maslah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

(9)

commit to user

ix

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Belajar dan Pembelajaran ... 11

2. Model Pembelajaran ... 16

3. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 18

4. Tujuan Pembelajaran kooperatif... ... 22

5. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran kooperatif... ... 23

6. Pembelajaran KooperatifTipe STAD ... 25

7. Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 27

8. Cara Mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 28

9. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran ... 28

10.Prestasi Belajar ... 34

11.Mengukur Prestasi ... 40

12.Penilaian dan Pengukuran ... 42

13.Pelajaran IPS di SD ... 44

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 48

C. Kerangka Berpikir ... 49

D. Hipotesa Tindakan ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 52

(10)

commit to user

x

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

C. Subjek Penelitiian ... 55

D. Sumber dan tekhnik pengumpulan data……… . 56

E. Pelaksanaan Pengumpulan data ... 59

F. Validitas Data ... 60

G. Teknik Analisa Data ... 62

H. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 63

I. Prosedur Penelitian... 64

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL TINDAKAN ... 76

A. DeskripsiTempat Penelitian ... 76

B. Pelaksanaan Siklus Dan Hasilnya ... 80

C. Pembahasan Hasil ... 113

D. Keterbatasan Penelitian ... 123

BAB V PENUTUP ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Implikasi ... 127

C. Saran ... 128

(11)

commit to user

xi

DAFTAR BAGAN

1. Bagan 1. Perubahan prilaku dalam belajar 13

2. Bagan 2. Posisi Hierarkis Model Pembelajaran, Pendekatan,metode dan

tekhnik Pembelajaran 46

3. Bagan 3. Langkah Standar Dalam Perencanaan Dan Penyusunan Tes

Prestasi Belajar 44

4. Bagan 4: Diagram Hubungan Tujuan Instruksional,

Proses Pembelajaran 46

5. Bagan. 5. kerangka berpikir penelitian 53

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

1. Table 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Harian 4 Mata Pelajaran 6

2. Tabel 2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 22

3. Tabel. 3 TIK Dan Aspek Tingkah Laku Yang Di Cakup 42

4. Tabel 4. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas 55

5. Tabel 5. Lembar Observasi Partisipasi Siswa 58

6. Tabel 6.Tabel Rencana Tindakan Tiap Siklus 69

7. Tabel 7.Tingkat Pendidikan Guru /Karyawan SD Kristen Kalam Kudus

Surakarta Tahun Pelajran 2910/2011 79

8. Tabel 8. Data Jumlah siswa berpartisipasi dalam KBM Prasiklus 81

9. Tabel 9. Pencapaian Prestasi / KKM siswa 82

10. Tabel 10. Data Jumlah Siswa Berpartisipasi Siklus I 86

11.Tabel 11. Perbandingan Partisipasi Siswa Prasiklus Dan Siklus I 87

12.Tabel 12. Data Pencapaian KKM Siklus I 88

13.Tabel 13. Perbandingan Pencapai KKM Pra Siklus Dengan Siklus I 88

14.Tabel 14. Data Jumlah Siswa Berpartispasi Dalam KBM Siklus II 96

15.Tabel 15. Perbandingan Siswa Berpartisipasi Prasiklus – Siklus II 97

16.Tabel 16. Data Pencapaian KKM Siklus II 98

17.Tabel 17. Perbandingan Penacapaian KKM Pra Siklus - Siklus II 98

18.Tabel 18. Data Jumlah Siswa Yang Berpartisipasi Siklus III 107

19.Tabel 19. Perbandingan Siswa Berpartisipasi Pra Siklus – Siklus III 108

20.Tabel 20. Data Pencapaian KKM Siklus III 109

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Daftar Nilai UK Prasiklus 132

2. Lampiran 2. Silabus IPS Kelas 5 SekolahDasar Semester 133

3. Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PraSiklus 134

4. Lampiran 4. Hasil Observasi Partisipasi Siswa Pra Siklus 144

5. Lampiran 5. Wawancara dengan Wali Kelas Vc ( Ibu Ita) 145

6. Lampiran 6. Daftar nilai Uji kompetensi IPS Pra siklus 147

7. Lampiran 7. Renacana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 148

8. Lampiran 8. Daftar Partisipasi siswa Siklus I 159

9. Lampiran 9. Daftar Prestasi Siklus I 160

10.Lampiran 10.Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus II 161

11.Lampiran 11. Hasil Partisipasi Siswa Siklus II 172

12.Lampiran 12. Pencapaian Prestasi Belajar siswa Siklus II 173

13.Lampiran 13.Rencana pelaksanaan Pembelajaran siklus III 174

14.Lampiran 14. Data Observasi Partisipasi Siswa Siklus III 184

15.Lampiran 15. Rangkuman Partisipasi Siswa Pra Siklus – Siklus III 186

16.Lampiran 16. Daftar Prestasi Siswa Siklus III 187

17.Lampiran 17. Rangkuman Prestasi Siswa Pra-Siklus III 188

18.Lampiran 18. Pedoman Wawancara 189

19.Lampiran 19.Wawancara dengan Observer I 191

20..Lampiran 20. Wawancara dengan Observer II 193

(14)

commit to user

xiv

22.Surat – surat 195

(15)

commit to user

xv ABSTRAK

SLAMETO.S811002008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Terhadap Pelajaran IPS Kelas V SD Kristen Kalam Kudus Kecamatan Banjarsari Kotamadya Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Tujuan Penelitian : (1) Mengetahui partisipasi siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar IPS. (2) Mengetahui prestasi siswa dalam pembelajaran IPS. (2) Mengetahui mengapa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan Prestasi belajar IPS.

Metode Penelitian : Penelitian dilaksanakan di SD Kristen Kalam Kudus Surakarta yang menjadi Subjek penelitian adalah kelas VC yang berjumlah 30 siswa. Sedangkan Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan, dengan tekhnik Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan Tiga Siklus.

Hasil dari penelitian adalah : (1) Penerapan Model Pembelajaran Koopratif tipe STAD dapat meningkatkan partisipasi Siswa terhadap pembelajaran IPS (2) penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap pelajaran IPS, (3) Model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan Partisipasi dan Prestasi siswa terhadap pelajaran IPS jika dilaksanakan sesuai dengan Tahapan yang benar.

(16)

commit to user

xvi ABSTRACT

SLAMETO. Application of Cooperative Learning STAD Model to Increase Participation and Student Achievement fifth grade Social Studies Lessons at Elementary level of Kalam Kudus Christian Surakarta. Thesis, Magister Of Educational Technology Sebelas Maret University

The Objectives of Research are: (1) Knowing the students' participation in the process of Teaching and Learning Activities in IPS. (3) Knowing the learning achievements of students in IPS. (3) Knowing why the Cooperative Learning STAD Model can enhance the learning achievement.

Research Methods: the study was action research with implementation techniques Classroom Action Research carried out by three cycles was done at fifth grade Social Studies Lessons at Elementary level of Kalam Kudus Christian Surakarta. The fifth grade was been research subject.

The results of this research are: (1) The application of Cooperative Learning STAD Model can increase participation (2) The application of Cooperative learning STAD Model can increase achievement of students in learning social studies, (3) The application of Cooperative learning STAD Model can increase participation and achievement of students of social studies, in accordance conducted as the correct of STAD Model phases.

(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Pendidikan Nasional secara umum adalah untuk meningkatkan

kualitas Manusia Indonesia. Manusia yang berkualitas diharapkan mampu

memahami ilmu dalam bidang-bidang tertentu, terlatih, berpikir kritis,

menyelesaikan masalah untuk mengisi pembangunan sehingga pada akhirnya

mampu bersaing dalam era globalisasi yang semakin kompetitif dan juga penuh

perkembangan ilmu pengetehuan, teknologi, dan seni (IPTEKS)

Maksud tersebut akan dapat dicapai dengan mengupayakan sistem

pendidikan dalam sekolah.

Pendidikan dalam sekolah dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD),

sekolah lanjutan tingkat Pertama(SLTP), Sekolah Lanjutan tingkat Atas (SLTA)

hingga jenjang Perguruan Tinggi (PT).

Peningkatan Pendidikan kualitas juga diusahakan perjenjang, mulai dari

tingkat SD hingga PT. Peningkatan ini secara terus menerus mengalami perbaikan

dan penyempurnaan, mulai dari kurikulum yang terus menerus disempuarnakan,

sarana dan prasarana, guru dan personalia lainnya.

Penyempurnaan kurikulum, sarana dan prasarana, serta kualitas Pendidik

dimaksudkan agar lebih berdaya guna sehingga tidak hanya menghasilkan siswa

(18)

commit to user

memperoleh bekal hidup yang lebih memadai untuk menjadi insan yang mandiri

memiliki daya juang tinggi dalam kehidupan yang semakin kompetitif.

Kurikulum di Indonesia sering dimodifikasikan sampai saat sekarang

pendidikan Indonesia menggunakan Kurikulum 2006 atau sering disebut

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) memberikan

perubahan baru bagi pengelolaan proses belajar mengajar pada tingkat satuan

pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai perwujudan dari

kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan

relevansi oleh setiap kelompok satuan pendidikan dan komite sekolah / madarasah

di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen

agama kabupaten / kota untuk pendidikan dasar dan propinsi untuk pendidikan

menengah berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi lulusan serta

panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standarisasi Nasional

Pendidikan (BNSP).

Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus dikoordinasi dan

disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, berpedoman pada standar isi dan

satandar komeptensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun

oleh BNSP dikembangkan berdasarkan.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya.

2. Beragam dan terpadu

(19)

commit to user

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

6. Belajar sepanjang hayat seimbang antara kepentingan nasional dan

kepentingan daerah.

Amanat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau juga dikenal

dengan kurikulum 2006, secara sederhana ialah bahwa setiap individu mempunyai

potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah

yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.

Jika suatu Satuan Tingkat Pendidikan telah memahami makna dan hakikat

belajar dan juga melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

Berbasis Kompetensi maka persentase keberhasilan siswanya akan lebih besar jika

dibandingkan dengan pembelajaran yang monoton, guru masih menjadi pusat

pembelajaran (teacher centered) sementara siswa dianggap sebagai objek yang

harus diisi dengan ilmu Pengetahuan atau apa saja tanpa memperhatikan potensi

yang ada pada diri siswa.

Keberhasilan Pembelajaran pada Suatu Tingkat Satuan Pendidikan

dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu kepala sekolah dalam memimpin, guru

termasuk didalamnya strategi dan metode mengajarnya, sarana prasana,

penggunaan metode pembelajaran yang tepat, lingkungan dan berbagai hal lain

baik sifatnya langsung maupun tak langsung.

Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, kelas

dalam hal ini berarti segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan peserta didik

(20)

commit to user

interaksi guru dan siswa, tekhnik dan strategi belajar mengajar, model

pembelajaran dan implementasi kurikulum serta evaluasi.

Guru dalam kelas sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

tidak lagi menajadi satu-satunya sumber ilmu lagi, tetapi berfungsi sebagai

fasilitator bagi siswa – siswanya menemukan pengalaman dalam pembelajaran,

sehingga suatu pembelajaran akan lebih bermakna. Belajar bukan apa (isi)

pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana menggunakan peralatan,

mental kita untuk menguasai hal- hal yang kita pelajari, pengetahuan diciptakan

kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman,

pengamatan, pencernaan (digest) dan pemahaman.

Kenyataan di lapangan banyak Tingkat Satuan Pendidikan belum

menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Banyak pendidik masih perlu

penyesuaian dengan KTSP meskipun KTSP sudah dikenalkan sejak tahun2006.

Banyak guru belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk

mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran

duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya

sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan agak sulit, tujuan pembelajaran pun

sering kehilangan arah hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa yang sering

berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang sudah ditentukan oleh Tingkat

Satuan Pendidikan tersebut.

Dalam pembelajaran ini siswa begitu pasif, mereka hanya menunggu

(21)

commit to user

suatu pelajaran tidaklah penting yang lebih penting adalah nilai, dan akhirnynya

terjebak dalam kemalasan serta keengganan belajar.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di

Tingkat Satuan Pendidikan SD Kalam Kudus Banjarsari Kodya Surakarta

diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, siswa tidak menunjukkan

partisipasinya dalam belajar pada pelajaran IPS, sehingga sering terlihat anak

tidak tertarik ketika guru memberikan informasi ataupun pelajaran, siswa lebih

sering berbicara sendiri dengan temannya, tidak ikut berpartisipasi atau kelihatan

diam tetapi tidak memperhatikan pelajaran.

Perhatian siswa tidak terpusat pada pembelajaran maka pembelajaran jadi

tidak seperti yang diharapkan guru, tampak lesu dan kurang bergairah, dan kadang

berbicara dengan teman sendiri atau diam tetapi pikiran menerawang jauh di luar

pembelajaran.

Hal ini diperparah dengan sistem pembelajaran guru yang masih

mempraktekan sisitem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan pelajaran,

mencatat,dan sedikit tanya jawab sehingga kebutuhan anak dalam proses

pembelajaran tidak terakomodasi.

Guru belum memberdayakan seluruh potensi siswa sehingga sebagian

besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan

untuk mengikuti pelajaran lanjutan.

Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa

baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif

(22)

commit to user

menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang

kontekstual.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada kelas V SD Kristen

Kalam Kudus Surakarta juga tidak luput dari paradigma ini, guru cenderung

masih menjadi pusat pembelajaran (Teacher Centered). Kondisi demikian tentu

membuat proses pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Siswa sering terlihat

bosan dan tidak berkonsentrasi pada pembelajaran. Hasil Ulangan Harian

Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 belum begitu memuaskan (lampiran 1).

Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS yang hanya 6,6 (Enam koma

enam) di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang sudah ditetapkan,

yaitu 7.0 (Tujuh koma nol) dan jika dibandingkan dengan nilai yang lain maka

pencapain prestasi / nilai pelajaran IPS menempati urutan bawah. Berikut ini

adalah tabel nilai uji kompetensi pertama empat matapelajaran Bahasa Indonesia,

IPA, IPS, dan Matematika.

Tabel 1. Rata-rata nilai ulangan harian 4 mata pelajaran

No

Rata-rata Nilai

B. Indonesia IPA IPS Matematika

1 7.39 7.71 6.6 7.28

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pencapaian prestasi belajar mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial /IPS di Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus

Surakarta menempati urutan terakhir dibanding dengan 3 mata pelajaran Bahasa

(23)

commit to user

Terkait belum optimalnya prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kristen

Kalam Kudus Banjarsari Kodya Surakarta maka perlu diupayakan untuk

menerapkan model pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement

Division (STAD) sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang

bermuara pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAIKEM).

Pembelajaran dengan model Kooperatif Tipe STAD adalah pembelajaran

yang melatih siswa bersosialisasi dengan sesamanya yang mempunyai latar

belakang yang berbeda. Dalam Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD siswa

juga dilatih kepemimpinan, berinteraksi sosial dan saling mengahargai sesama

rekan yang berbeda jenis kelamin, agama suku dan latar belakang.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu diadakan penelitian tindakan

kelas dengan judul: "Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan

Partisipasi dan Prestasi Belajar IPS siswa Kelas V SD Kristen Kalam Kudus

Kecamatan Banjarsari Kota Madya Surakarta Tahun Ajaran 20010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Model penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan identifikasi

masalah

1. Partisipasi Siswa kelas V terhadap pembelajaran IPS kurang, baik dalam

keterlibatan individual maupun dalam kelompok dalam kegiatan belajar

mengajar di kelas

2. Prestasi belajar siswa terhadap pelajaran IPS kurang memuaskan dan

(24)

commit to user

3. Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat diterapkan

Untuk meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Siswa Terhadap Mata

Pelajaran IPS

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan identitifikasi masalah, maka ditetapkan masalah yang pantas

dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu mefokuskan dalam proses

pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran mencakup sumber permasalahan

yaitu meliputi peranan model Pembelajaran Koopertif Tipe STAD, dalam

meningkatkan Partisipasi dan Prestasi belajar Siswa terhadap pelajaran IPS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Apakah Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat

Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS di kelas ?

2. Apakah Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe stad STAD dapat

meningkatkan Prestasi belajar IPS ?

3. Mengapa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa?

(25)

commit to user

1.Mengetahui partisipasi siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar

IPS.

2.Mengetahui prestasi siswa dalam pembelajaran IPS.

3.Mengetahui mengapa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat

meningkatkan Prestasi belajar IPS.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

penelitian yang mengungkap bagaimana meningkatkan partisipasi dan hasil

belajar IPS siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD .

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan

kepada Instruktur / pengajar dalam merancang dan melaksanakan proses

pembelajaran yang melibatkan siswa secara Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

menyenangkan di suatu kelas dimana ia akan bertugas sehingga terjadi

peningkatan mutu pendidikan di SD Kriten KalamKudus Surakarta pada

khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya. Seperti

a. Bagi sekolah yang masih menggunakan sistem pembelajaran teacher

centered sebagai kajian untuk melaksanakan pembelajaran yang

(26)

commit to user

b. Bagi sekolah yang sudah menggunakan sistem pengajaran yang

bersifat student centered sebagai acuan untuk dapat meningkatkan diri

sehingga dapat menimbulkan suasana belajar pembelajaran, aktif,

inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Paikem)

c. Bagi Dinas Pendidikan dan Lembaga lembaga terkait, dapat sebagai

bahan masukan dalam pelaksanaan pembelajaran yang lebih bersifat

(27)

commit to user

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut teorema behavior yang agak radikal dalam (Semiawan 2008: 3)

belajar didefinisikan sebagai” Perubahan prilaku yang terjadi melalui respon yang

bersifat mekanis, oleh karena itu, lingkungan yang sistemstis, teratur, dan

terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus yang baik sehingga manusia

bereaksi terhadap stimulus tersebut, dan memberikan repon yang sesuai”.

Menurut pandangan konstruktivisme dalam Semiawan ( 2008: 3)”.Belajar

adalah membangun (to construck) pengetahuan itu sendiri, setelah dipahami,

dicernakan dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang ( for within)”.

Dalam perbuatan belajar seperti aliran konstruktivis belajar bukan apa(isi)

pembelajarannya yang penting, melainkan bagaimana menggunakan peralatan,

mental kita unuk menguasai hal- hal yang kita pelajari, pengetahuan diciptakan

kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman,

pengamatan, pencernaan (digest) dan pemahaman.

Smaldino ( 2007: 23) mengatakan ”learning is the development of new

knowledge, skills, or attitudes as an individual interacts with information and the

(28)

commit to user

atau sikap yang baru sebagai interaksi seseorang dengan informasi dan

lingkungan.

Senada dengan pendapat tersebut diatas Alan Januszewski (2008 : 4 )

mengatakan bahwa” The learning does not connote today what it connoted 40

years ago when the first AECT definition was developed. There is a heightened

awarenesss of the difference betweent the mere retention of information for

testing purposes and the aqquisition of knowledge, skills, and attitudes used

beyond the classroom walls.” belajar mengalami perkembangan pemahaman,

tidak sama dengan definisi pertama dari AECT 40 tahun silam.Terdapat kesadaran

dari perbedaan antara retensi sekedar informasi untuk tujuan pengujian dan

perolehan pengetahuan, keterampilan,dan sikap yang digunakan di luar kelas.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari

segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan

penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian,

dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip

dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu

memegang peranan penting dalam proses psikologis.

Belajar menurut Klien (learning Principle and Aplication, 1992 : 2) dalam

Semiawan (2008 :4) ”Belajar adalah proses eksperiensial ( pengalaman) yang

menghasilkan perubahan prilaku yang relatif permanen dan yang tidak dapat

(29)

commit to user

Kesimpulan belajar aliran Piaget menurut Semiawan (2008 :11) ” Belajar

adalah adaptasi yang holistik dan bermakna yang datang dari dalam seseorang

terhadap situasi baru, sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen”

Secara visual perubahan prilaku atau pribadi dalam belajar digambarkan

oleh Di Vesta and Tompson (1979: III) tertulis dalam Makmun ( 2000:157)

disajikan sebgai berikut.

Bagan 1. Perubahan prilaku dalam belajar

X=xxxa

Perubahan itu mungkin suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu

ketrampilan yang telah ada seperti X pada gambar di atas, mungkin pula bersifat

penambahan atau pengayaan dari informasi atau pengetahuan atau ketrampilan

yang telah ada, seperti kasus Y pada gambar. Bahkan mungkin pula reduksi atau

menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau prilaku tertentu yang tidak

dikehendaki.

Dapat dipahami bahwa belajar pada dasarnya merupakan pengalaman

yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan

keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman, bisa penerimaan

informasi baru, penambahan atau pengingkaran informasi sebelumnya. Sedang X

X=0 Y=1 Z=1 Prilaku/ pribadi

(30)

commit to user

yang dimaksud pengalaman proses belajar tidak lain adalah interaksi antara

individu dengan lingkungannya.

Smaldino (2007: 17) menyatakan ”Intruction refers to any effort to

stimulate learning by the deliberate arranggement of experiences to help learners

achieve a desirable change in chapability.”Pembelajaran mengarah pada

beberapa rangsangan dengan penyusunan pengalaman yang terencana untuk

membantu para siswa mendapat perubahan kemampuan yang di inginkan.

Selanjutnya Smaldino (2007:17) menjelaskan bahwa” Isntruction is meant to lead

to learning.Pembelajaran berarti memandu proses belajar. lebih lanjut dalam

bukunya yang berjudul ”Intructional Technology and Media For Learning

(Smaldino 2007 : 17) Ia menyatakan” Active engagement with the information –

questioning it, discussing it, applying it to practice situations-is the critical

component of instruction. Penyediaan aktif dengan informasi-

mempertanyakannya, mendiskusikannya, mengetrapkannya dalam situasi praktek

adalah komponent kritikal dari sebuah pembelajaran.

Pemahaman yang berarti, dan aplikasi aktivitas pembelajaran yang

dikehendaki, termasuk di dalamnya belajar dan umpan baliknya, pembelajaran

mempunyai tujuan yaitu perubahan kemampuan dari anak didik. Ini adalah faktor

penting yang membedakan pembelajaran dengan dari hanya sekedar menyediakan

informasi belaka. Dapat dimengerti bahwa guru menempati posisi sebagai orang

dewasa yang berkewajiban mengembangkan potensi - potensi anak yang ada

dalam diri seorang anak atau siswa bukan hanya sekedar menyajikan informasi

(31)

commit to user

Edy Suyanto mengatakan “Teori dasar pembelajaran merujuk pada proses

(beserta konsep dan teori) pembelajaran”.

(www.psb-psma.org/.../pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran)

Dalam melaksanakan pembelajaran banyak hal yang harus di perhatikan

Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai,

model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu :

1. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,

2. Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam

pembelajaran,

3. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru

memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,

4. Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar

yang mendukung pembelajaran, dan

5. Instructional and nurturant effects hasil belajar yang diperoleh

langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan

hasil belajar di luar yang disasar (nurturant

effects).(ekagurunesama.blogspot.com/.../definisi-model-pembelajaran.html)

Dapat kita simpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi antara

guru sebagai manusia dewasa dengan siswa yang dilakukan untuk mencapai

tujuan dalam belajar yang telah ditentukan dengan menggunakan strategi, sarana

(32)

commit to user

langkah-langkah operasional pembelajaran, suasana dan norma yang berlaku, dan

bagaimana pandangan guru terhadap siswa.

2. Model Pembelajaran

Menurut Udin (1996 :78) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Anitah ( 2009:25) model adalah media tiga dimensi yang

mewakili benda yang sebenarnya. Benda tiga dimensi adalah benda yang

mempunyai ukuran panjang, lebar, dan isi (tinggi). Suatu model mungkin lebih

besar, lebih kecil atau sama dengan bendanya.

Secara khusus istilah model adalah kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Model juga mempunyai

makna benda tiruan. Sedangkan pembelajaran adalah usaha secara sadar yang

dilakukan untuk mencapai suatu kompetensi yang telah ditentukan. dari penerapan

suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Model Pembelajaran menurut Arends (1997:7) dalam Triyanto (2007 :5) ”

The term teaching model refers to a particular approach to instruction that

incluidees its goal, syntax, environment, and managemnt system.”istilah model

pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertenru

(33)

commit to user

Selanjutnya Triyanto (2007: 6) mengutip dari (Kardi dan Nur:2000:9)

menjelaskan bahwa istilah model lebih luas daripada strategi, metode atau

prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran ang akan dicapai)

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil, dan

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000 : 9)

Dalam penjelasannya Triyanto (2007:6-8) lebih lanjut mengatakan (1)

Istilah Model Pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang

luas dan menyeluruh.(2) Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan

berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintak (pola urutan) dan sifat lingkungan

belajarnya. (3) Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola

yang menggambarkan urutan alur tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai

dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. (4) Tiap-tiap model pembelajaran

membutuhkan system pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata

(34)

commit to user

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran untuk dieterapkan dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut

(Pendekaatan,metode, dan tekhnik pembelajaran), kiranya dapat divisualisasikan

sebagai berikut:

Bagan 2. posisi hierarkis Model Pembelajaran, Pendekatan,metode dan tekhnik pembelajaran

Sumber:www.psb-psma.org/.../pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran

Dalam penelitian ini yang dikembangkan adalah model pembelajaran jadi

unsure – unsurl ain dalan bagan tersebut di atas tidak akan banyak disinggung

secara langsung.

(35)

commit to user

Menurut Triyanto (2007:41) pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori

kontstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

berdiskusi dengan temannya. Secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling

membantu memecahkanmasalah - masalah yang komplek.Jadi, hakikat Sosial

Cooperative learning mencakup suatu kelompok sejawat menjadi aspek utama

dalam pembelajaran kooperatif .

Menurut Smaldino ( 2007:29) menyatakan ” Cooperatif learning is a

grouping strategy in which student work together to benefit each other’s learning

potential’. Pembelajaran kooperatif adalah sebuah strategi pengelompokan di

mana siswa bekerjasama untuk memanfaatkan petensial belajar mereka masing –

masing.

Selanjutnya Johnson and Johnson dalam Smaldino ( 2007: 29)

menganjurkan bahwa pembelajaran kooperatif akan sukses jika mengikuti tahap –

tahap sebagai berikut :

a) Members who view their role as part of a whole team

b) Interactive enggagement among the members of the group

c) Both individual and group accountability

d) Members who have interpersonal and leadership skills

e) The ability to reflect on personal learning and group function,

Menurutnya pembelajaran kooperatif akan sukses jika mengikuti

tahapan :

(36)

commit to user

b) Keterlibatan interaktif antar anggota kelompok

c) Bertanggung jawab secara individu dan kelopmok

d) Anggota memiliki kemampuan interpersonal dan kepemimpinan

e) Kemampuan merefleksikan pembelajaran secara pribadi dan fungsi

kelompok

Pelakasanakan pembelajaran sesuai saran Smaldino (2007:29) adalah”

many educators have critizedthe competitive atmosphere that dominates many

classrooms. They believe that cooperative learning situations mirror the societal

requirements of cooperation in student’s future world of work. The are ways to

asses student learning in cooperative groups. Competition in the classroom

interferes with student learning from each other, whereas cooperative grouping

allows students to gain knowledge from each other.

Banyak Pendidik yang mengkritisi suasana persaingan, lebih mendominasi

kelas. Mereka percaya bahwa situasi pembelajaran kooperatif mencerminkan

persyaratan kerjasama masyarakat di dunia kerja masa depan siswa. Ini adalah

cara untuk menilai belajar siswa dalam kelompok kooperatif. Persaingan dikelas

mempengaruhi belajar antara siswa satu dengan yang lain, sedangkan kelompok

kooperatif memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan dari satu sama

lain.

Dalam kooperatif learning siswa belajar dalam kelompok- kelompok kecil

yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajad tetapi heterogen dalam hal kemampuan,

(37)

commit to user

sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau

untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya

sampai beberapa kali pertemuan. Diajarkan kepada mereka beberapa ketrampilan

khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, berdiskusi

dan sebagainya.

Guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan Pembelajaran

Kooperatif learning mempunyai peran sebagai fasilitator agar pembelajaran benar

– benar bersifat ”Student Centered” sesuai dengan pandangan pendidikan yang

bersifat kontstruktivis belajar bukan apa (isi) pembelajarannya yang penting,

melainkan bagaimana mnggunakan peralatan, mental kita untuk menguasai hal-

hal yang kita pelajari, pengetahuan diciptakan kembali dan dibangun dari dalam

diri seseorang melalui pengalaman, pengamtan, pencernaan (digest) dan

pemahaman.

Maka siswa dipandang mempunyai persiapan awal yang berbeda sehingga

perlu seseorang dewasa / guru yang mampu memfasilitasi keberagaman mereka

dalam sebuah interaksi pembelajaran yang sudah dirancang sebelumnya oleh

seoorang guru. Guru bukan lagi menjadi sumber pembelajaran tetapi lebih bersifat

sebagai fasilitator untuk menggerakan proses pembelajaran, dengan cara

menyajikan informasi, memotivasi dan membantu siswa memperoleh pengalaman

berinteraksi sosial dengan teman yang memiliki latar belakang yang berbeda.

Sesuai dengan defenisi pembelajaran sebelumnya bahwa dalam proses

(38)

commit to user

diperhatikan maka dalam proses pembelajaran kooperatif memandang bahwa

setiap siswa mempunyai bekal pengalaman belajar yang berbeda termasuk di

[image:38.595.112.547.189.537.2]

dalamnya yang berbeda latar belakang, suku, agama, jenis kelamin.

Tabel 2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase 1

Menyampaikan

tujuandan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

Fase 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok

Sumber : Ibrahim dkk. (2000:10) 4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Eggen and Kauchak (1996: 279) dalam Triyanto (2007: 42)

Pembelajaran Kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang

melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran Kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan

partisipasi siswa, Memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan

(39)

commit to user

siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar

belakangnya. Triyanto (2007:42).

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa Tujuan dari Pembelajaran

Kooperatif adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan Partisipasi siswa,

b) Memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimipinan,

c) Memberikan kesempatan kepada siswa berinteraksi dan belajar

bersama dengan siswa yang berbeda latarbelakangnya

Secara singkat tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan

pengalaman kepada siswa berinteraksi sosial dengan siswa lain yang berlatar

belakang berbeda dengan menumbuhkan sikap saling menghargai, sikap

kepemimpinan, dan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.

5. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran kooperatif

Tidak ada suatu model pembelajaran yang sempurna, demikian juga

Model Pembelajaran Kooperatif mempunyai kelemahan dan kelebihan. Berikut ini

adalah kelemahan dan kelebihan pembelajaran kooperatif menurut Smaldino

(2007: 30)

a. Advantages

1) Learning benefit. Grouping students with varying ability levels

together leads to learning benefits for all.

2) Formal or informal. Grouping can be informal or formal based on

(40)

commit to user

3) Learning opportunity. Long term groups can be developed,

creating multiple learning.

4) Content areas. All content areas can be included in group

learning activities.

b. Limitations

1) Size limitation. Groups need to be kept small, otherwise learning

will not be balanced

2) Potential overuse. As a strategy, cooperative learning can be

overused and lose its effectiveness.

3) Group member limitation. Groupingby one ability level does not

enhance the learning opportunities for all the members.

Terjemahan

a. Keunggulan

1) Belajar manfaat.

Pengelompokan siswa dengan berbagai tingkat kemampuan belajar

bersama-sama mengarah kemanfaat bagi semua.

2) Formal atau informal.

Pengelompokan dapat formal atau informal berdasarkan kebutuhan

belajar.

3) Belajar kesempatan.

Kelompok jangka panjang dapat dikembangkan, menciptakan berbagai

pembelajaran.

(41)

commit to user

Semua bidang isi dapat dimasukkan dalam kegiatan kelompok belajar.

b. Keterbatasan

1) Ukuran terbatas.

Grup harus tetap kecil, sebaliknya belajar tidak akan berada dalam

Keseimbangan

2) Potensi berlebihan.

Sebagai strategi, pembelajaran kooperatif dapat digunakan secara

berlebihan dalam pembelajaran, dan kehilangan efektivitasnya.

3) Anggota Kelompok terbatas.

Pengelompokan dengan satu tingkat kemampuan tidak meningkatkan

Kesempatan belajar bagi semua anggota.

Dengan mengkaji kelebihan dan kelemahan didapat bahwa kelebihan lebih

banyak daripada kelemahan dan kelemahan yang ada, dan dengan keyakinan

bahwa kelemahan- kelemahan yang ada dapat diatasi dengan mengupayakan

pemahaman Model Pembelajarannya, maka Model Pembelajaran Kooperatif dapat

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas VC SD Kristen Kalam Kudus

Surakarta.

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif

(42)

commit to user

belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi siswa menjadi

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan

perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang,

rendah. Komponen STAD menurut Slavin dalam Triyanto (2007: 52) menyatakan

bahwa pada STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum

dilaksanakan. Persiapan – persiapan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Perangkat pembelajaran

Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang

biasa. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompok mereka. Siswa harus betul-betul memperhatikan presentasi ini

karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk

mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran.

b) Belajar dalam tim

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri

dari4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika

ada kesulitan siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan.

c) Tes individu

Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis).

d) Skor pengembangan individu

Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru

untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh

(43)

commit to user

Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi

jumlah anggota tim.

e) Penghargaan tim

Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim agar dapat memotivasi

mereka.

7. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Tidak ada suatu model pembalajaran yang sempurna yang dapat berdiri

sendiri atau menjadi paling baik, demikian juga Pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan pembalajaran Kooperatif

Tipe STAD :

a. Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD sebagai berikut:

1) Mengembangkan serta menggunakan ketrampilan berpikir kritis

Dan kerjasama kelompok. Menyuburkan hubungan antar pribadi

yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda.

2) Menerapkan bimbingan oleh teman.

3) Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.

4) Menanamkan jiwa kepempinpinan

b. Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

(44)

commit to user

1) Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan

perlakuan seperti ini.

2) Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam

pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus

menerus akan dapat terampil menerapkan model ini.

8. Cara Mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Setelah diketahui kelebihan dan kelemahannya maka akan dapat dilakukan

usaha – usaha untuk meminimalisasi kelemahan tersebut dan mengoptimalkan

kelebihannya. Kelemahan pertama dapat diatasi dengan cara menjelaskan secara

detail bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD jika dipandang

perlu diadakan simulasi terlebih dahulu agar siswa benar-benar mengerti sehingga

tidak mengalami kebingungan lagi. Kelemahan kedua dapat diatasi dengan cara

guru mempelajari pengelolaan pembelajaran dengan Model Pemebelajran

Kooperatif tipe STAD dengan hati- hati dan serius bila perlu guru meminta

bantuan penjelasan ahli untuk dapat meningkatkan kemampuan penguasaan

pengelolaan Pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Kelebihan dapat ditingkatkan dengan merefleksi tiap siklus yang

dilksanakan, siklus berikutnya adalah usaha menyempurnakan siklus sebelumnya

dengan meminta pendapat dan saran kolaborator.

(45)

commit to user

Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang

berkaitan dengan keadaan lahiriah dengan keadaan batiniahnya Sastropoetro (

1995 : 5). Sedangkan menurut Mardikanto partisipasi merupakan suatu bentuk

khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian

kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. (2001: http:

turindraatp.blogspot.com/2009/06pengertian partisipasi.Html. diakses tanggal 10

April 2010)

The meaning of participation according Cristavao (1990: 50)

is:”Participatio became, than people’s involvement in decision making

throughout a programe an acces and control over resources and institution”.

Hoof Sleede (1971: 35) said that participation is “the takin part in one or

more phases of the process” while Keith Devis (1967: 1) said that participation

As mental and emotional involment of persons of in a group situation which

encourages him to contribute to group goal and share responsibility in them”.

Pengertian partisipasi menurut Cristovao (1990:50): partisispasi terjadi

dari keterlibatan orang-orang dalam mengambil keputusan melalui sebuah

program dan penyediaan serta control atas sumber dan intuisi. Hoof sleede (1971:

35) menyatakan bahwa partisipasi adalah ambil bagian dari satu atau lebih

tahapan dalam proses tersebut, sedangkan Keith Devis (1967: 1) mengatakan

partisipasi adalah “Sebagai keterlibatan dari mental dan emosioal manusia dalam

sebuah situasi kelompok yang mendukungnya untuk berkontribusi dalam

(46)

commit to user

Secara umum pengertian partisipasi merupakan keikutsertaan atau

keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan

tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif

yang ditunjukan oleh yang bersangkutan. Partisipasi akan lebih tepat diartikan

sebagai keikutsertaan seseorang dalam suatu kelompok social untuk mengambil

bagian dalam kegiatan masyarakatnya diluar pekerjaan atau profesinya sendiri.

(http://furindraap.blogspot.com/2009/06/pengertian-partisipasi.html)

Faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh kembangnya partisipsi dapat

lakukan dengan berbagai pendekatan keilmuan. Menurut konsep proses

pendidikan, pertisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan

yang di berikan, dalam hal ini tangapan merupakan fungsi dari manfaat (reward)

yang dapat diharapkan (Berlu,1961 : 97). Sejalan dengan pendapat

Madikanto.2001.(http:turindraatp.blogspot.com/2009/06pengertian-partipasi.html.diakses tanggal 10 April2010) syarat tumbuhnya partisipasi ada 3

unsur pokok yaitu (1) adanya kemauan yang diberikan untuk berpartisipasi (2)

adanya kesempatan untuk berpartisipasi dan (3) adanya kemampuan untuk

berpartisipasi.

Jadi Seorang guru yang efektif dapat mengkondisikan iklim dalam kelas

sehingga siswa merasa menjadi satu kesatuan dalam kelas pendapat ini

dikemukakan oleh Gayle H. Gregory. (2007: 9) ” Effective teachers consciolously

create a climate in which all students feell included.”

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

(47)

commit to user

yaitu : (1) adanya kemauan yang diberikan untuk berpartisisapi, (2) adanya

kesempatan untuk berpartisipasi, dan (3) adanya kemampuan berpartisipasi.

Partisipasi memiliki manfaat antara lain : (1) lebih memungkinkan

diperolehnya keputusan yang benar, (2) dapat digunakan sebagai sarana berpikir

kreatif, dan (3) dapat mengendalikan nilai, martabat manusia, (4) lebih mendorong

orang untuk bertanggung jawab, (5) lebih memungkinkan untuk mengikuti

perusahaan.

Menurut Allyn dan Bacon (1991 : 16), ada berbagai macam cara untuk

memperoleh partisipasi siswa selama pembelajaran agar terjadi pembelajaran

yang aktif, yaitu :

1) Membuka diskusi

Menanyakan sebuah pertanyaan dan membuka sesi diskusi yang

mendorong para siswa untuk bertanya.

2) Kartu tanggapan

Membagikan kartu pertanyaan dan para siswa memberi tanggapan yang

kemudian membahas secara singkat.

3) Polling

Digunakan untuk peninjauan secara langsung dengan menunjukkan tangan

atau mengangkat kartu jawaban.

4) Kelompok bagian diskusi

Membentuk suatu kelompok untuk mediskusikan suatu persoalan guna

memperoleh partisipasi setiap orang

(48)

commit to user

Menggunakan latihan yang menyenangkan / permainan untuk

medatangkan ide siswa, pengetahuan atau ketrampilan.

b. Siswa

Siswa adalah sekelompok orang yang menerima pengaruh dari

seseorang atau kelompok orang yang menjalani kegiatan pendidikan.

Siswa merupakan pokok persoalan yang memiliki kedudukan dan

menempati posisi yang menentukan dari sebuah interaksi. Dalam

perspektif pedagogis, siswa adalah sejenis makhluk hidup yang

menghajatkan pendidikan dimana siswa disebut sebagai homo education.

Sebagai manusia, siswa memiliki karakteristik. Karakteristik siswa

adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai

hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan

pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Penentuan tujuan belajar harus

dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan / karakteritik siswa (Sudirman,

1986: 120)

Karakteristik siswa menurut Djamarah ( 1997 : 52) yaitu :

1) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi

tanggung jawab guru

2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dan kedewasaannya

(49)

commit to user

3) Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara

terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, latar belakang sosial, latar

belakang biologis serta perbedaan individual

Karakteristik setiap individu akan berbeda dengan individu yang lain

sehingga setiap individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya

secara utuh dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan individual dipengaruhi

oleh perbedaan faktor pembawaan dan lingkungan yang dimilki oleh

masing-masing individu. Perbedaan individual membawa implikasi imperatif terhadap

setiap layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik siswa yang unik dan

bervareasi.

c. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran

Salah satu Tujuan pembelajaran adalah mendorong siswa peserta didik

untuk terlibat aktif dalam proses belajar. Prinsip keaktifan siswa dalam belajar

untuk mendapatkan hasil yang optimal dinyatakan oleh piaget (1973 : 268). ”

The best that one can do is to make such knowledge, such familiarity, seem

intersting and action and accessible to the child ”. Satu yang terbaik yang

dapat kita lakukan adalah membuat pengetahuan , membuat hubungan yang

familiar dan tindakan yang dapat membantu anak. Siswa mendapat

pengetahuan dan dianggabnya benar dan diterimanya dengan akrab hingga

(50)

commit to user

akan dapat dan berani memperbaikinya. Jadi, pengertian pada dasarnya

dibangun secara bertahap melalui partisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, tingkatan partisipasi dibedakan menjadi tiga

macam yaitu (1) partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan

program lain, (2) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi

dalam pelaksanaan. (Mardikanto, 2001 dalam http://turindraatp.

Blogspot.com/2009/06pengertian-partisipasi.html. diakses tanggal 10 april 2010)

Dari teori – teori diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu partisipasi siswa

dalam pelajaran dapat terjadi jika (1) siswa diberi kesempatan Untuk

berpartisipasi (2) ada iklim yang kondusif dimana semua siswa merasa sebagai

satu kesatuan di dalam kelas (3) ada bimbingan dan motivasi guru

Dalam penelitian ini yang hendak diukur adalah Partisipasi dan intstrumen

alat ukurnya melalui Observasi.

10.Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi belajar

Prestasi dapat diartikan sebagai suatu yang dicapai semaksimal mungkin

oleh orang yang sedang belajar. Belajar menyebabkan pengetahuan ketrampilan,

kebiasaan, keragaman dan sikap orang tersebut terakomodasi dan berkembang

(51)

commit to user

Menurut Arianto dalam (http://sobatbaru,blogspot.com/2008/06/

pengertian prestasibelajar,html), prestasi adalah segala usaha yang dicapai

manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

tingkah laku pada diri sesesorang. Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

proses belajar mengandung pengertian yang luas mencakup pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan dan sikap. Kegiatan dan usaha untuk mencapai

perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar.

Belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai

pengetahuan melalui pengalaman atau kajian, memadukannya dalam pikiran atau

mengingat, menyimpannya untuk menguasai melalu pengalaman menjadikan

suatu informasi yang didapati, jadi belajar memiliki pengertian dasar adanya

aktivitas atau kegiatan.

Belajar dapat diperoleh dari pengalaman. Dengan pengalaman seseorang

dapat mengembangkan dan menggunakan cara dan gaya melihat, mendengar atau

mengerjakan sesuatu. Dari pengalaman seseorang mendapatkan dan membentuk

pengetahuan, nilai, sikap tertentu tentang dunia dan lingkungan sekitar.

Winkel (2007 : 59) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental /

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan bersifat relatif konstan dan berksesan. Belajar harus

dilakukan secara aktif dan berkesinambungan melalui kecakapan atau ketrampilan

(52)

commit to user

Menurut Slameto dalam ( http://spesialis-torch.com) ciri perubahan

tingkah laku dalam belajar adalah : 1) perubahan terjadi secara sadar, 2)

perubahan bersifat kontinyu dan fungsional, 3) perubahan dalam belajar bersifat

positif dan aktif, 4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, 5)

perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah dan 6) perubahan mencakup

seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan orang yang

belajar adalah prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil atau kecakapan

yang dicapai seseorang setelah melakukan belajar dalam waktu tertentu. Prestasi

belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah

mengikuti suatu tes yang diadakan setelah selesai suatu program pembelajaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

perubahan tingkah laku baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang

dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dalam satuan waktu tertentu.

Secara khusus dalam pendidikan prestasi belajar adalah capaian hasil yang

dilakukan secara formal di sekolah. Prestasi belajar tersebut merupakan

keberhasilan siswa dalam menguasai sebuah kompetensi/ pengetahuan atau

ketrampilan yang dipelajari dalam proses pembelajaran yang dinyatakan dalam

bentuk nilai.

(53)

commit to user

Setiap aktifitas yang dilakukan seseorang tentu ada faktor-faktor yang

mempengaruhi, baik yang cenderung mendorong maupun yang

menghambat.

Mennurut Ahmadi dalam

(http://sobatbaru,blogspot.com/2008/06/penertianprestasibelajar, html) ada 2

macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah

faktor yang berasal dari dalam siswa, meliputi :

1) Faktor Intelegensi

Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan menyampai prestasi

di sekolah yang di dalamnya berpikir perasaan. Intelegensi memegang

peranan penting bagi prestasi belajar siswa.

2) Faktor Minat

Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa

tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang berminat dalam

pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar.

3) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis

Keadaan fisik menunjuk pada tahapan pertumbuhan, kesehatan

jasmani dan keadaan alat indera. Keadaan psikis menunjuk pada

keadaan stabilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang saehat

(54)

commit to user

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri manusia

yang mempegaruhi prestasi belajar, meliputi :

1) Faktor Guru

Sebagai tenaga pendidik guru memiliki tugas menyelenggarakan

kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan

mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu guru harus

memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan

kemasyarakatan. Guru juga menunjuk fleksibilitas yang tinggi yaitu

pendekatan dedaktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan

dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran sehingga dapat

menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.

2) Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga turut mempengaruhi hasil karya bahkan dapat

menjadi faktor yang sangat penting karena sebagian waktu belajar

dilaksanakan di rumah.

3) Faktor Sumber Belajar

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses

belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar

dapat berupa media atau alat bentu belajar serta bahan penunjang . alat

(55)

commit to user

siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Prlajaran akan lebih menarik,

menjadi kongkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil

yang bermakna

Menurut Muhibbin Syah (2000:132) mengatakan ” Secara global

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi 3

macam yaitu.

1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan / kondisi

jasmani dan rohani siswa

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan

disekitar siswa

3. Faktor pendekatan belajar (aproach to learning) yakni jenis upaya

siswa yang meliputi strategi, dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi materi pelajaran

Dari definisi definisi tersebut dapat diambil kesimpulan keberhasilan

siswa sangat terpengaruh oleh dua hal yang keduanya tidak bisa dipisahkan

yaitu faktor internal (segala sesuatu yang ada di dalam siswa termasuk di

dalamnya Intelegensi, sifat, mental, daya upaya,minat, kemauan) dan faktor

eksternal yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri siswa bisa berupa materi

benda hidup atau benda mati dan non materi seperti stimulus yang berupa

(56)

commit to user

11. Mengukur Prestasi

Untuk dapat menentukan ukuran sesuatu maka harus ada alat ukurnya,

Dalam penelitian ini yang hendak diukur adalah prestasi belajar maka instrumen

yang digunakan untuk mengukur adalah tes.

Azar (2009:8) menyatakan bahwa Tes prestasis belajar, secara luas tentu

mencakup ketiga kawasan tersebut”.tetapi dalam penelitan ini kita akan

membatasi pembahasan secara khusus pada kawasan kognitif yang akan diukur

dengan tes yang tertulis.

Selanjutnya Arikunto (2002 : 3) menyatakan ”Evaluasi adalah sebuah

proses untuk mengumpulkan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa,

dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai”.

Tes yang dibuat agar dapat menuju terciptanya tes yang memenuhi syarat

kwalitas harus dirancang dengan baik. Azwar (2009 : 53) mengatakan bahwa”

Pada langkah perancangan inilah dipertimbangkan segala aspek yang menyangkut

karakteristik tes yang diinginkan dengan mengingat tujuan penyususnan tes yang

bersangkutan”. Selanjutnya azwar (2009:53) juga mengatakan bahwa, ” Aspek

-aspekk tersebut merupakan spesifikasi tes yang biasanya, disamping

Gambar

Tabel 21.  PerbandinganCapaian Prestasi Siswa prasiklus- siklus III commit to user
Tabel 1. Rata-rata nilai ulangan harian 4 mata pelajaran
Tabel 2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Tabel. 3 TIK dan Aspek Tingkah Laku Yang di Cakup
+7

Referensi

Dokumen terkait

penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS

Simpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD terhadap hasil belajar IPS, di mana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat dilaksanakan

Skripsi yang “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pembelajaran

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti

Tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 10

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa, ditunjukkan dengan meningkatnya rata- rata persentase

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas daerah belah ketupat