BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, dari 51 penderita batuk kronis ternyata didapatkan sebanyak 35 sampel (68,62%) hasil PCR positif dan pada pemeriksaan kultur didapatkan hasil positif sebanyak 29 sampel (56,86%) mengandung jamur Aspergillus fumigatus. Suryatenggara dan kawan-kawan (1995) telah melakukan penelitian retrospektif di bagian Paru RS. Persahabatan Jakarta pada 28 penderita penyakit paru yang dicurigai kemungkinan menderita infeksi jamur paru. Penderita yang dilakukan pemeriksaan jamur denngan kultur baik pemeriksaan sputum, bilasan bronkus, biopsi, hasil reseksi maupun pemeriksaan serologis darah, didapatkan hasil 23 penderita (82,1 %) positif jamur. Sukamto (2004) menemukan dari 40 penderita bekas tb.paru yang dicurigai terinfeksi jamur paru, diperoleh 11 penderita (27,5%) dengan hasil kultur bilasan bronkus positif jamur.
Dengan 3 diantaranya positif jamur Aspergillus fumigatus. Hasil penelitian
Suryatenggara dkk (1995) yang dilakukan di Bagian Paru RS Husada Jakarta, dimana dari 66 penderita yang dicurigai terinfeksi jamur dilakukan pemeriksaan jamur dengan kultur pada bilasan bronkusnya diperoleh 30 penderita (45%) positif
jamur. Sedangkan Heriawaty Hidajat (2011) menemukan 95 kasus jamur paru di bagian Patologi Anatomi Rumah Sakit Persahabatan, dengan 90 kasus (94,74%) adalah Aspergillosis.
Hasil pemeriksaan sputum yang positif mengandung jamur Aspergillus
fumigatus lebih banyak ditemukan dengan menggunakan metode PCR
dibandingkan dengan metode kultur. Dimana dengan tekhnik PCR didapatkan 35 sampel (68,62%) hasilnya positif, sedangkan dengan tekhnik kultur didapatkan 29 sampel (56,86%) yang hasilnya positif. Pada penelitian ini, semua hasil kultur yang positif Aspergillus fumigatus maka hasil PCR juga positif terdapat pita di 236bp. Terdapat 6 sampel yang hasil kulturnya negatif namun hasil PCR positif dan tidak ada hasil PCR negatif dengan hasil kulturnya positif. Perbedaan hasil antara PCR dan kultur bisa disebabkan karena sensitivitas PCR lebih tinggi. Dimana dengan PCR, satu organisme jamur sudah dapat terdeteksi.
Hasil penelitian Bexter (2010), dari 108 pasien penderita cystic fibrosis,
dianalisa sputumnya dan didapatkan hasilnya 30% positif Aspergillus dengan
metode kultur dan 80% positif Aspergillus dengan metode PCR. Menurut
penelitian Denning DW, et all (2011), dari 42 pasien Chronic pulmonary
Aspergillosis yang dianalisa sputumnya dengan PCR ditemukan 30 pasien (71%)
positif Aspergillus sedangkan dengan kultur hanya 17% positif. Dan dari 19
pasien ABPA, 15 pasien (79%) positif jamur Aspergillus sedangkan dengan kultur
hasilnya tidak ada yang positif.
Pada kultur Sputum, selain jamur Aspergillus fumigatus, pada beberapa
PCR, semua sampel yang positif Aspergillus niger tidak memberikan hasil yang positif karena primer yang digunakan spesifik untuk Aspergillus fumigatus.
Dari penelitian yang dilakukan untuk pemeriksaan jamur di indonesia,
masih menggunakan sistem kultur yang merupakan gold standard pemeriksaan
jamur. Dimana metode ini memerlukan waktu yang lama untuk membiakkan jamur (± 10 hari), sedangkan dengan PCR hasilnya bisa didapatkan dalam waktu 1-2 hari. Pada beberapa penyakit diperlukan diagnosa yang cepat, seperti pada penyakit meningitis, HIV/AIDS, dan penyakit imunokompromais lainnya sehingga lebih efektif bila menggunakan PCR walaupun biayanya lebih mahal dari kultur.
Dengan banyaknya ditemukan pada penelitian ini sputum yang
mengandung jamur Aspergillus fumigatus baik dengan PCR maupun kultur, maka
penyakit akibat jamur tidak bisa dianggap remeh dan menjadi perhatian para klinisi. Sehingga pasien bisa mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat untuk penyakitnya.
Aspergillus fumigatus dan kelompok Mucor paling sering mencapai
susunan saraf pusat lewat paru sekitar 50%. Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30% - 40% dan insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan penurunan daya tahan tubuh. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis dan proses desak ruang (abses atau kista). (Japardi, 2002)
CDC melaporkan pada tahun 2012, kasus meningitis yang banyak terjadi di amerika disebabkan oleh jamur. Dari 707 kasus, 47 menyebabkan kematian. Penyakit meningitis ini disebabkan karena penyuntikan steroid. Jamur penyebab
meningitis ini terutama adalah Exserohilum rostratum dan yang lain disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus. (CDC, 2013)
Perkembangan pengetahuan tentang mikosis memang belum sepesat penyakit yang ditimbulkan bakteri atau virus. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya mikosis paru jarang menimbulkan kematian mendadak, gejala klinis dan hasil pemeriksaan seringkali tidak khas serta faktor resiko yang luput dari perhatian. (Rozaliyani et al. 2011)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai deteksi jamur Aspergillus fumigatus pada sputum penderita batuk kronis dapat disimpulkan :
1. Dari 51 sampel sputum penderita batuk kronis yang diperiksa dengan
menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) ditemukan 35
sampel (68,62%) mengandung DNA Aspergillus fumigatus.
2. Dari 51 sampel sputum yang dilakukan kultur sebagai gold standard
pemeriksaan jamur didapatkan 29 sampel (56,86%) mengandung jamur Aspergillus fumigatus.
3. Dengan banyaknya dideteksi jamur Aspergillus fumigatus pada sputum
penderita batuk kronis baik dengan PCR (68,62%) ataupun kultur (56,86%) maka penyakit yang disebabkan oleh jamur harus tetap menjadi pertimbangan klinisi dalam menegakkan diagnosa.
4. Dalam mendeteksi Jamur Aspergillus fumigatus, metode PCR lebih unggul
dibandingkan kultur. Hal ini karena waktu yang diperlukan PCR (1-2 hari) jauh lebih cepat dibandingkan kultur (±10 hari).
5. Dari 51 sampel hasil PCR yang dijalankan di gel agarosa ditemukan 3
5.2 Saran
1. Pemeriksaan PCR disarankan menjadi salah satu pemeriksaan dalam
mendiagnosis penyakit jamur selain kultur, karena hasilnya yang cepat dan spesifik serta sensitif.
2. Perlu pemeriksaan lanjutan mengenai penyakit jamur untuk spesies jamur
lainnya yang juga merupakan penyebab penyakit. Hal ini untuk dapat mendeteksi lebih dini infeksi jamur pada penyakit-penyakit yang beresiko seperti HIV/AIDS, penyakit imunokompromis, dan lain-lain. Sehingga dapat diberikan terapi secara cepat dan tepat. Selain itu untuk menghindari komplikasi yang lebih buruk lagi seperti meningitis.
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai munculnya pita yang bukan di
ukuran 236bp pada 3 sampel penelitian.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kelompok penyakit tertentu
misalnya pada penderita penyakit COPD, Tb paru, infeksi paru non Tb, penyakit paru non infeksi, penyakit keganasan, HIV/AIDS, ataupun penyakit lain yang beresiko terinfeksi jamur.
5. Dilakukan penelitian lanjutan dengan metode analitik terhadap korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A.D.A.M, 2010, Editorial team: David C. Dugdale, Jatin M. vyas, David Zieve, Aspergillosis, Pubmed Health
Bansod S dan Rai M, 2008, Emerging of Mycotic Infection in Patients Infected with Mycobacterium tuberculosis, World Journal of Medical Sciences 3 (2): 74-80
Bansod S, Gupta I, Rai M, 2008, Specific Detection of Aspergillus fumigates in Sputum sample of Pulmonary tuberculosis patients by two-step PCR, African Journal of Biotechnology Vol. 7 (1), pp. 016-021
Beattie S, 2005, Sputum Sample Collection, modern Medicine, available from:
Bennet W. J, 2010, An Overview of the Genus Aspergillus, di dalam: Aspergillus Molecular and Genomics, Edited by Masayuki Machida and Katsuya Gomi, Japan, pp 1-17
Bexter CG, Jones AM, Webb AK, Denning DW, 2010, Real Time PCR in the Identification and Management of Aspergillus in Cystic Fibrosis, Thorax bmj, 65(4): A11-A12
Bolehovska R., Pliskova L., Buchta V., Cerman J. dan Hamal P., 2006, Detection of Aspergillus spp. in Biological Samples by Real-Time PCR, Biomed Pap Med Fac Univ Palacky Olomouc Czech Repub., 150(2): 245–248.
Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A. 2004, Jawetz, Melnick & Adelberg’s: Medical Microbiology, 20th edition, Prentice-Hall International Inc, USA.
Capital Health, 2011, Instructions for the Collection of a Sputum Sample
CDC, 2013, Multistate Fungal Meningitis outbreak Investigation, Atlanta, USA. Chamilos G, Kontoyiannis D.P, 2008, Aspergillus, Candida, and Other
Opportunistic mold Infections of the Lung, di dalam: Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders, 4th ed, Editor: Fishman A.P, Ellias
J.A, Fishman J.A, et al., China, pp 2291-313
Chander J, 2002, Aspergillosis di dalam Medical Mycology, 2nd Ed, Mehta
Publisher, India, 272-285
Denning DW, Park S, Lass-Florl C, Fraczek MG, Kirwan M, Gore R, Smith J, Bueid A, Moore CB, Bowyer P, Perlin DS, 2011, High-frequency Triazole Resistance Found In Nonculturable Aspergillus fumigatus from Lungs of
Patients with Chronic Fungal Disease, Clinical Infectious Diseases ;52(9):1123–1129
Djojodibroto D.R, 2009, Respirologi (Respiratory Medicine), editor Teuku Istia M.P., Diana Susanto, EGC, Jakarta, 52-59
Dumasari R.L, 2008, Aspergillosis, Departemen ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, USU e-Repository.
Ellis H. D., 1994, Aspergillosis, Clinical mycology, New York, Gillingham print Ltd.: 70-78
Garbino J, 2004, Aspergillosis, Editor: Daniel Lew, Orphanet Encyclopedia. Hamdi, 1997, Kandidiasis Paru, Cermin Dunia Kedokteran, 114; 24-8
Hanazawa R, Murayama S.Y., dan Yamaguchi H., 2000, In-situ detection of Aspergillus fumigatus, J. Med. Microbiol. — Vol. 49, 285–290
Hidajat H, 2011, Penyakit jamur paru, SMF Patologi Anatomi RSP Persahabatan
Hood A, 1994, masalah jamur Paru di Indonesia, dalam: Infeksi jamur Paru, Buku Kumpulan Makalah PIK IV PDPI, Bukit Tinggi, : 11-21
Jan W. M. van der Linden, Eveline S., Jan P. A., Simon M. D., Willem J. G. M., dan Paul E. V., 2010, Rapid Diagnosis of Azole-Resistant Aspergillosis by Direct PCR Using Tissue Specimens, Journal Of Clinical Microbiology, Vol. 48, No.4, p. 1478–1480
Japardi I, 2002, Infeksi Jamur Pada Susunan Saraf Pusat, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, USU Press.
Japardi I, 2002, Infeksi Parasit dan jamur Pada Susunan Saraf Pusat, Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, USU Press.
Jeffrey C, Edman, 1996, Mikologi Kedokteran, di dalam: Mikrobiologi Kedokteran (terjemahan), ed. 20, Jakarta, EGC, 608-37
Jun Z, Fanrong K, Ruoyu L, Xaohong W, Zhe W, dan Duanli W, 2001,
Identification of Aspergillus fumigatus and Related Species by Nested
PCR Targeting Ribosomal DNA Internal Transcribed Spacer Regions, Journal Of Clinical Microbiology, Vol. 39, No. 6, p. 2261–2266
Klingspor L. dan Jalal S., 2006, Molecular detection and identification of Candida and Aspergillus spp. From clinical samples using real-time PCR, Clinical Microbiology and Infection, Volume 12 Number 8, 745–753
Konsesus FKUI-PMKI, 2001, Tatalaksana Mikosis Sistemik, Perhimpunan Mikologi Kedokteran Manusia dan Hewan Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kumala W, 2006, Mikologi dasar kedokteran, Diagnosis Laboratorium, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, pp. 27-28
Latge J.P., 1999, Aspergillus fumigates and Aspergillosis, Clinical Microbiology Reviews, Vol 12, No 2, pp 310-350
Minnesota Departement of Health (MDH), 2004, Instructions for Collecting Sputum for Tuberculosis, available from:
Mitchell G.T, 2007, Mikologi Kedokteran, Di dalam: Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg, Alih bahasa: Huriawati Hartanto et al., Editor Retna N.E., et al., Ed. 23, EGC, Jakarta, 635-672
Olds.R.J, 1975, A colour atlas of Microbiology, Wolfe Medical Publications Ltd Panda B.N., 2004, Fungal Infection of Lungs : The Emerging Scenario, Indian
Journal of Tuberculosis, 51: 63-69
Perez C.P, Buttner M.P, Stetzenbach L.D, 2001, Detection and Quantitation of Aspergillus fumigates in pure culture using Polymerase Chain Reaction, Molecular and Cellular Probes Journal Vol. 15, pp 81-88
Raad I., Hanna H., Huaringa A., Sumoza D., Hachem R., dan Albitar M., 2002, Diagnosis of Invasive Pulmonary Aspergillosis Using Polymerase Chain Reaction-Based Detection of Aspergillus in BAL, CHEST Journal, American College of Chest Physicians121:1171–1176
Rab T., 2010, Ilmu Penyakit Paru, Pemeriksaan Paru, Trans Info Media, Jakarta, 79-86.
Rozaliyani A, Jusuf A, Hudoyo A, Nawas A, dkk. 2011, Mikosis Paru, Pedoman Nasional Untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta, 1-14.
Shah A, 2010, Concurrent Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis and
Aspergilloma: Is It A More Severe Form of The Disease?, Eur Respir Rev, 19: 118, 261–263
Shahid M, Malik A, dan Bhargava R, 2001, Prevalence of Aspergillosis in Chronic Lund Diseases, Indian Journal Med Microbiol, 19: 201-205
Shahid M, Malik A, dan Bhargava R, 2007, Secondary Aspergillus in Bronchoalveolar Lavages (BALs) of Pulmonary Tuberculosis Patients from North-India, American-Eurasian Journal of Scientific Research 2 (2): 97-100.
Soyler A, 2004, Development of a PCR-based specific Method For the Detection of Aspergillus fumigates By Random cdna Cloning, Department of Food Engineering, The Middle East Technical University
Stevens D.A, Kan L. Virginia, Judson A. Marc, et al., 2000, Practice Guidelines for diseases Caused by Aspergillus, journal of Clinical Infection Diseases, 30, pp. 696-709
Sukamto, 2004, Pemeriksaan Jamur Bilasan Bronkus Pada Penderita Bekas Tuberkulosis Paru, Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, USU Digital Library
Suryatenggara W, 1995, Permasalahan dalam Pengobatan Tuberkulosis Paru, Konkernas VII Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Bandung.
Susilo J, 1995, Peran jamur dalam Infeksi Nososkomial dan Penanggulangannya, Simposium Infeksi Nosokomial, Jakarta
Sudjadi, 2008, Biotekhnologi Kesehatan, Yogyakarta, Penerbit Kanisius
Tanjung A, Anwar A, Nasution K, 1983, Penelitian Jamur Dari Dahak Penderita Selama 3 Tahun (1980-1982), Kumpulan Naskah Kongres Nasional Ke III, Ikatan Dokter Paru Indonesia, 178-81.
Thompson R G, Patterson F. T, 2008, Pulmonary Aspergillosis, Thieme Medical Publisher, Semin critical care Medicine, 28(2):103-110
Toma´s F., Nestor L. M., Ana G., Pedro G., Jesus de la T., S. Bague´, 2001, Spectrum of Pulmonary Aspergillosis: Histologic, Clinical, and Radiologic Findings, Education Exhibit, RadioGraphics, 21:825–837
WHO, 2009, Laboratory manual for diagnosis of fungal opportunistic infections in HIV/AIDS patients, Regional Office for South-East Asia, Printed in India.
Yuwono T, 2006, Isolasi DNA Dari Miselium Dan Spora Jamur, di dalam: Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction, Ed 1, Penerbit Andi, Yogyakarta, 151-154.
Zmeili O.S dan Soubani A.O, 2007, Pulmonary Aspergillosis: A Clinical update, Q.J. Med, 100, pp. 317-334.
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Isra Thristy
2. Tempat/tanggal lahir : Medan /18 April 1985
3. Agama : Islam
4. Nama Suami : Fakhrul Agung, SE
5. Alamat : Jl. Sawojajar No.24 Medan
6. No HP : 08126330780
7. Email : isra_thristy@yahoo.com
8. Pendidikan
SDN 060984 : tamat tahun 1996
SLTPN 7 Medan : tamat tahun 1999
SMAN 4 Medan : tamat tahun 2002
S1 Fakultas Kedokteran UISU Medan : tamat tahun 2008
9. Pekerjaan
Dokter umum di Balai Pengobatan Haji Pancing Medan ( 2008) Dosen Fakultas Kedokteran
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr. Wb. / Salam Sejahtera
Dengan hormat,
Nama saya dr Isra Thristy, sedang menjalani pendidikan Magister Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul ” Deteksi Aspergillus fumigatus dengan menggunakan metode polymerase Chain Reaction (PCR) pada Sputum Penderita Batuk Kronis”.
Aspergillus fumigatus adalah suatu jamur yang dapat menyebabkan penyakit
aspergillosis pada manusia.
Metode PCR adalah salah satu cara untuk mendeteksi adanya jamur Aspergillus fumigatus pada sputum/dahak penderita.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mendeteksi adanya Aspergillus fumigatus
dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dari sputum
penderita batuk kronis. Manfaat yang diharapkan untuk penelitian yang akan dilakukan adalah Memberikan informasi ilmiah kepada para klinisi umum dan klinisi ilmu penyakit paru mengenai kemungkinan penderita batuk kronis mengalami infeksi jamur paru, Dapat di aplikasikan dan menjadi pilihan metode dalam menegakkan diagnosa infeksi jamur dengan cepat dan tepat bila fasilitas mendukung., Sebagai sumber informasi dan dapat digunakan untuk menentukan tindak lanjut pengobatan yang sesuai dengan diagnosa yang didapatdari penderita yang menjadi sample penelitian., dan Memberikan motivasi untuk peneliti yang lain untuk meneliti mengenai infeksi jamur di Indonesia dengan jenis yang lain maupun penyakit yang lain mengingat kawasan Indonesia merupakan daerah tropis.
Kami akan mengambil dahak Bapak/Ibu/Saudara/Saudari satu kali yaitu pada pagi hari untuk dijadikan bahan pemeriksaan PCR.
penelitian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara/Saudari tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Saudara/Saudari membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :
Nama : dr. Isra Thristy
Alamat : Jl. Sawojajar No. 24 medan 20234
No HP : 08126330780
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam penelitian ini akan menyumbanhkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.
Medan, 2012 Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONCENT)
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/ HP :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian ” Deteksi Aspergillus fumigatus dengan menggunakan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) Pada Sputum Penderita Batuk Kronis”, maka dengan ini saya secara sukarela tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, ……….2012 ( )
Gambar 1. Alat Laminar Flow Gambar 2. Wadah penampung sputum
Gambar 3. Reagensia yang digunakan untuk Gambar 4. Sampel saat dilakukan isolasi DNA
Isolasi DNA
Gambar 5. Tahapan pengeringan Gambar 6. Alat vortex mixer
(kiri)dan
Gambar 7. Alat Elektroforesis Gambar 8. Mengoperasikan Alat PCR
Gambar 9. Sampel di dalam alat PCR Gambar 10. Bekerja di dalam
Laboratorium Terpadu
Gambar 13. Alat Sterilisator Gambar 14. Tips mikropipiet setelah disterilkan