• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.5 Pembahasan

Tujuan untuk mengidentifikasi disparitas pemanfaatan sumberdaya perikanan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur diantaranya dapat dilihat melalui tren nilai CPUE per alat tangkap baik di wilayah pesisir Utara maupun di Selatan selama tahun pengamatan 2001 sampai dengan 2007. Tren nilai CPUE per alat tangkap di wilayah pesisir Utara selama tahun pengamatan 2001 sampai dengan 2007 cenderung menurun. Tren nilai CPUE per alat tangkap di wilayah pesisir Selatan selama tahun pengamatan 2001 sampai dengan 2007 cenderung meningkat kecuali alat tangkap pukat pantai yang cenderung menurun meskipun tingkat penurunannya relatif kecil.

Disparitas pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur juga terlihat pada hasil analisis potensi ekonomi sumberdaya perikanan yang tersaji pada Tabel 36 dibawah ini (Lampiran 1-29) :

Tabel 36. Potensi Ekonomi Sumberdaya Perikanan di Wilayah Pesisir Utara Dan Selatan Propinsi Jawa Timur

No Potensi Ekonomi Sumberdaya Perikanan Laut Pesisir Utara 2004 2007 Pesisir Selatan 2004 2007 1. PDRB (juta) 1 610 437 3 333 024 806 202 1 308 177 2. Rasio antar dua variabel

a.Rasio Sektor Perikanan laut-Pertanian b.Rasio Sektor Perikanan Luat-Perik Lainnya c.Rasio Sektor Perikanan Laut-Industri d.Rasio Sektor Perikanan Laut-Jasa

0,0365 0,2230 0,2535 0,1635 0,0355 0,2060 0,2390 0,1565 0,0456 21,2783 0,2210 0,0840 0,0466 21,9190 0,2206 0,0873 3. Pangsa Sektor Perikanan Laut 1,5265 1,4395 1,6060 1,6263 4. Pangsa Lokal sektor Perikanan Laut 50,0000 50,0000 33,3333 33,3333 5. Indeks Spesialisasi Wilayah Pesisir 0,0135 0,0190 0,0120 0,0120 6. Indeks Lokalisasi Sektor Perikanan Laut 0,8940 0,8770 0,7410 0,7410 7. Kuota Lokasi Sektor Perikanan Laut 9,5405 8,0975 3,8656 3,8646 8. Laju Pertumbuhan Lokal Sektor Perikanan laut 15,1855 6,3260 4,2273 3,6156 9. Dayasaing Lokal sektor Perikanan Laut 16,4280 -1,9180 0,6230 0,4660

PDRB wilayah pesisir Utara dari sektor perikanan laut tahun 2004 sebesar Rp. 1 610 437 juta dan tahun 2007 sebesar Rp. 3 333 024 juta. Wilayah pesisir Selatan tahun 2004 sebesar Rp. 806 202 juta dan tahun 2007 sebesar Rp. 1 308 177 juta. Besarnya PDRB menunjukkan besarnya nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan kedua wilayah pesisir dalam satu satuan waktu tertentu. Dari Tabel 36 terlihat rasio sektor perikanan laut dengan sektor lainnya hampir seluruhnya berada di bawah nilai 1, yang menandakan sektor perikanan laut relatif

dibawah nilai 1 sehingga dapat diartikan sektor perikanan bersifat langka, kecuali rasio sektor perikanan laut terhadap perikanan lainnya di wilayah pesisir Selatan yang mempunyai nilai diatas 1 yang berarti bersifat melimpah. Rasio antar dua variabel menunjukkan potensi ekonomi sumberdaya perikanan laut perlu didorong dengan lebih kuat ketika sektor perikanan laut diharapkan dapat menjadi sektor unggulan dan menjadi wilayah pesisir sebagai wilayah kutub pertumbuhan yang memberikan penguatan ekonomi wilayah di daerah hinterlandnya.

Pangsa sektor perikanan laut mempunyai nilai yang sangat kecil yaitu sebesar 1,4830 % untuk wilayah pesisir Utara dan 1,6160 % untuk wilayah pesisir Selatan. Pangsa sektor perikanan laut ini menunjukkan sektor perikanan laut tidak bersifat dominan relatif terhadap sektor-sektor lainnya dalam struktur ekonomi wilayah di kedua wilayah pesisir tersebut. Pangsa lokal sektor perikanan laut seluruhnya di kuasai kedua wilayah pesisir karena pangsa lokal sektor perikanan laut di kedua wilayah pesisir Utara 50 % sehingga secara keseluruhan berjumlah 100%. Di ketiga wilayah pesisir Selatan juga berjumlah 100 %, menunjukkan secara pisik sektor perikanan laut didominasi wilayah pesisir.

Indeks spesialisasi dari wilayah pesisir baik Utara dan Selatan sangat kecil yaitu jauh lebih kecil dari 1 yang berarti wilayah pesisir tidak terkonsenterasi pada sektor-sektor tertentu, termasuk untuk sektor perikanan laut. Indeks lokalisasi wilayah pesisir disektor perikanan laut berada diatas nilai 0,5 baik wilayah pesisir Utara dan Selatan yang berarti bahwa sektor perikanan laut telah teralokasikan dengan baik di lokasi-lokasi pesisir. Sektor perikanan laut di wilayah pesisir Utara relatif lebih teralokasikan dibandingkan dengan di wilayah pesisir Selatan.

Kuota lokasi di kedua wilayah pesisir baik wilayah pesisir Utara dan Selatan mempunyai nilai diatas 1 yang berarti sektor perikanan laut merupakan sektor basis. Sektor perikanan laut merupakan sektor basis berarti wilayah pesisir tersebut menghasilkan barang dan jasa disektor perikanan laut mampu untuk memenuhi keperluan wilayah itu sendiri dan mempunyai kemampuan untuk mengekpornya ke luar wilayah pesisir. Kuota lokasi di wilayah pesisir Utara dua kali lipat lebih besar dibanding kuota lokasi di wilayah pesisir Selatan. Laju pertumbuhan lokal sektor perikanan laut di kedua wilayah pesisir baik wilayah pesisir Utara dan Selatan mempunyai nilai positif yang berarti di wilayah pesisir

pertumbuhan sektor perikanan lautnya berjalan dengan cepat. Kecepatan rata-rata tingkat pertumbuhan sektor perikanan laut di wilayah pesisir Utara (10,75) hampir tiga kali lipat jika dibandingkan wilayah pesisir selatan (3,92). Dayasaing rata-rata lokal sektor perikanan laut di wilayah pesisir Utara sebesar 7,2550 berarti sektor perikanan laut di wilayah pesisir Utara bersifat kompetitif atau berdaya saing. Dayasaing rata-rata lokal sektor perikanan laut di wilayah pesisir Selatan sebesar 0,5445 berarti sektor perikanan laut di wilayah pesisir Selatan juga bersifat kompetitif atau berdaya saing karena sama-sama memiliki nilai yang positif tetapi kemampuan daya saingnya sangat jauh berbeda.

Disparitas potensi ekonomi sumberdaya perikanan di wilayah pesisir Utara dan Selatan terlihat jelas sebagai berikut : 1) PDRB dalam struktur ekonomi wilayah pesisir; 2) laju pertumbuhan lokal sektor perikanan laut di kedua wilayah pesisir, Kecepatan tingkat pertumbuhan sektor perikanan laut di wilayah pesisir Utara hampir tiga kali lipat jika dibandingkan wilayah pesisir selatan; 3) dayasaing lokal sektor perikanan laut di wilayah pesisir Utara, tiga ratus dua puluh delapan kali lebih besar dibanding di wilayah pesisir Selatan; 4) kuota lokasi di wilayah pesisir Utara dua kali lipat lebih besar dibanding kuota lokasi di wilayah pesisir Selatan.

Karaktersitik wilayah pesisir Utara dan Selatan mempunyai perbedaan yang relatif kecil dari sisi : 1) rasio sektor perikanan laut relatif sangat kecil terhadap sektor lainnya, yaitu bernilai jauh dibawah 1, kecuali nilai rasio sektor perikanan laut terhadap perikanan lainnya di wilayah pesisir Selatan yang mempunyai nilai diatas 1 yang berarti bersifat melimpah; 2) pangsa sektor perikanan laut mempunyai nilai yang sangat kecil; 3) pangsa lokal sektor perikanan laut; 4) indeks spesialisasi dan 5) indeks lokalisasi wilayah pesisir disektor perikanan laut.

Tujuan untuk mengidentifikasi disparitas pembangunan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur dapat dijelaskan melalui disparitas perkembangan wilayah pesisir.

Tabel 37. Disparitas Perkembangan Wilayah Pesisir Utara dan Selatan Sumberdaya Alam, Sumberdaya Sosial dan Sumberdaya Buatan

No Disparitas Perkembangan Wilayah Pesisir Pesisir Utara 2004 2007

Pesisir Selatan 2004 2007 1. Analisis Shift Share

a. Tingkat Pertumbuhan wilayah b. Dayasaing Wilayah c. Pergeseran Wilayah -10,2888 3,9483 -0,6600 11,2400 -10,9450 15,1900 0,0004 0,2566 -0,0550 0,2500 -0,0545 0,0060 2. Analisis Komponen Utama

a. Aspek Kependudukan b. Aspek Kependidikan c. Aspek Kesehatan -1,5123 -1,7065 0,5247 0,7061 -1,5123 -1,4400 0,4488 -0,6139 0,9478 -0,5079 0,0871 -0,2761 3. Analisis Skalogram

a. Jumlah Jenis Fasilitas Pelayanan b. Jumlah Unit Fasilitas Pelayanan

15,0000 304,5000

10,3333 410,3333

Disparitas Perkembangan Wilayah Pesisir dengan analisis Shift Share

memperlihatkan sintesis sebagai berikut :

1) Tingkat pertumbuhan wilayah rata-rata di pesisir Utara pada tahun 2004

sebesar -10,28 % berarti pada tahu 2004 wilayah pesisir Utara mengalami perlambatan pertumbuhan karena mempunyai nilai negatif sedangkan pada tahun 2007, tingkat pertumbuhan wilayahnya 3,94 % yang berarti telah mengalami percepatan pertumbuhan wilayah. Daya saing wilayah pada tahun 2004 sebesar -0,6600 yang berarti wilayah pesisir Utara tidak memiliki daya saing yang baik, akan tetapi pada tahun 2007, nilainya meningkat menjadi 11,24 %. Rata-rata pergeseran wilayah tahun 2004 mempunyai nilai -10,94 % berarti bersifat tidak progresif dan tahun 2007 menjadi 15,19 % berarti berifat progresif (Lampiran 90 dan 97).

2) Tingkat pertumbuhan wilayah rata-rata di pesisir Selatan pada tahun 2004

sebesar 0,0004 % berarti pada tahu 2004 wilayah pesisir Utara mengalami pertumbuhan karena mempunyai nilai positif meskipun sangat kecil, sedangkan pada tahun 2007, tingkat pertumbuhan wilayahnya 0,2566 % yang berarti telah mengalami percepatan pertumbuhan wilayah. Daya saing wilayah pada tahun 2004 sebesar -0,0550 yang berarti wilayah pesisir Selatan tidak memiliki daya saing yang baik, akan tetapi pada tahun 2007, nilainya meningkat menjadi 0,2500 %. Rata-rata pergeseran wilayah pada tahun 2004 mempunyai nilai -0,0545 % yang berarti bersifat tidak progresif dan pada tahun 2007 menjadi 0,0060 % berifat progresif

Disparitas perkembangan wilayah pesisir dengan analisis komponen utama memperlihatkan sintesis sebagai berikut (Lampiran 63 sampai 74) :

1) Faktor skor dari aspek kependudukan tahun 2004 menunjukkan wilayah

pesisir Utara -1,0392 berherarki wilayah rendah begitu juga pada tahun 2007 mempunyai faktor skor -1,7065 karena jauh berada dibawah -0,5 sedangkan tahun 2004 di wilayah Selatan 0,4488 berarti berherarki wilayah sedang karena nilainya diantara -0,5 sampai 0,5 tahun 2007 mempunyai berherarki rendah karena faktor skor nya bernilai -0,6139.

2) Faktor skor dari aspek kependidikan tahun 2004 menunjukkan wilayah

pesisir Utara 0,5247 berherarki wilayah tinggi begitu juga pada tahun 2007 mempunyai faktor skor 0,7061 karena diatas 0,5 sedangkan tahun 2004 di wilayah Selatan 0,9478 berarti berherarki wilayah tinggi karena nilainya berada diatas 0,5 tetapi pada tahun 2007 mempunyai berherarki rendah karena faktor skor nya bernilai -0,5079.

3) Faktor skor dari aspek kesehatan tahun 2004 menunjukkan wilayah pesisir

Utara -1,5123 berherarki wilayah rendah begitu juga pada tahun 2007 mempunyai faktor skor -1,4400 karena jauh berada dibawah -0,5 sedangkan tahun 2004 di wilayah Selatan 0,0871 berherarki wilayah sedang karena nilainya diantara -0,5 sampai 0,5 begitu juga tahun 2007 mempunyai berherarki rendah karena faktor skor nya bernilai -0,2761. Disparitas perkembangan wilayah pesisir dengan analisis skalogram memperlihatkan sintesis sebagai berikut (Lampiran 90 dan 97) :

1) Jumlah jenis fasilitas pelayanan di wilayah pesisir Utara sebesar 15 jenis

dengan jumlah penduduk sebanyak 165.977 dan jauh berbeda dengan jumlah jenis fasilitas pelayanan di wilayah pesisir Selatan sebesar 10 jenis dengan jumlah penduduk sebanyak 186.302.

2) Jumlah unit fasilitas pelayanan di wilayah pesisir Utara sebesar 304 unit

dengan luas wilayah 11.948 hektar, berarti satu unit fasilitas pelayanan melayani seluas 39 hektar wilayah pesisir. Wilayah pesisir Selatan jumlah unit fasilitas pelayanan di wilayah pesisir Selatan sebesar 410 unit dengan luas wilayah 44.080 hektar, berarti satu unit fasilitas pelayanan melayani seluas 107 hektar wilayah pesisir.

Disparitas kontribusi dan keterkaitan sumberdaya perikanan laut disajikan pada Tabel 38 berikut ini (Lampiran 30 sampai 62) :

Tabel 38. Disparitas Perkembangan Wilayah Pesisir Utara dan Selatan

No Disparitas Perkembangan Wilayah Pesisir Pesisir Utara Pesisir Selatan

1. Analisis Pembentukan Sektor Perikanan Laut : a. Pembentukan Output (unit/tahun)

b. Pembentukan Nilai Tambah Bruto (Rp/tahun) c. Pembentukan Pendapatan (Rp/tahun)

3.658.696,19 2.486.064,50 1.041.848,70 1.320.500,45 941.667,50 415.888,45 2. Analisis Pengganda Sektor Perikanan Laut :

a. Pengganda Output b. Pengganda Pendapatan c. Pengganda Tenaga Kerja

1,0729 1,0559 1,7389 1,0758 1,0359 1,0215 3. Analisis Keterkaitan-Sebaran Kebelakang & ke depan

Sektor Perikanan Laut :

a. Keterkaitan Kebelakang Output b. Keterkaitan kedepan Output c. Sebaran Kebelakang Output d. Sebaran kedepan Output

e. Keterkaitan Kebelakang Pendapatan f. Keterkaitan kedepan Pendapatan g. Sebaran Kebelakang Pendapatan h. Sebaran kedepan Pendapatan

i. Keterkaitan Kebelakang Tenaga Kerja j. Keterkaitan kedepan Tenaga Kerja k. Sebaran Kebelakang Tenaga Kerja l. Sebaran kedepan Tenaga Kerja

0,1357 0,0398 2,1267 1,7156 0,1516 0,0343 2,1197 1,3105 0,3551 0,0061 1,5719 0,4539 0,1394 0,5074 1,1569 1,3504 0,1500 0,4710 1,1600 1,1179 0,2130 0,0709 1,6853 0,3459

Disparitas perkembangan wilayah pesisir dengan analisis kontribusi dan keterkaitan memperlihatkan sintesis sebagai berikut :

1) Pembentukan output sektor perikanan laut di wilayah pesisir Utara

3.658.696,19 sedangkan Selatan 1.320.500,45 berarti pembentukan output di wilayah pesisir Utara hampir tiga kali lipat (277 %) dari pembentukan output di wilayah pesisir Selatan. Pembentukan nilai tambah bruto wilayah pesisir Utara juga hampir tiga kali lipat (264 %) dari pembentukan nilai tambah bruto wilayah pesisir Selatan. Pembentukan pendapatan wilayah pesisir Utara juga dua setengah kali lipat (250 %) dari pembentukan pendapatan wilayah pesisir Selatan.

2) Pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja sektor perikanan laut

di wilayah pesisir Utara dan Selatan tidak terlalu berbeda dan sama- sama memiliki nilai yang relatif kecil.

keterkaitan kedepan pendapatan; c) keterkaitan kebelakang tenaga kerja; d) keterkaitan kedepan tenega kerja e) sebaran kebelakang output; f) sebaran kedepan output; g) sebaran kebelakang pendapatan; h) sebaran kedepan pendapatan; i) sebaran kebelakang tenaga kerja dan j) sebaran kedepan tenaga kerja. Nilai keterkaitan dan sebaran menunjukkan disparitas yang relatif kecil adalah : a) keterkaitan kebelakang output dan b) keterkaitan kebelakang pendapatan.

Tujuan menyusun strategi pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam perspektif pengelolaan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur dapat dipahami melalui kenyataan sumberdaya memiliki peran ganda yaitu sebagai

modal pertumbuhan ekonomi (resource based economy) dan sekaligus sebagai

penopang sistem kehidupan (life support system). Kekuatan ekonomi wilayah

sangat tergantung ketersediaan sumberdaya secara berkelanjutan dan hubungan manajemen sumberdaya dan pembangunan ekonomi dijelaskan dengan konsep nilai sumberdaya. Nilai sumberdaya dapat dikuantifikasi dengan mengukur nilai hasil produksi sumberdaya, pendapatan ekspor, jumlah orang yang terserap ke dalam lapangan pekerjaan baik langsung maupun tidak langsung. Kawasan pesisir merupakan salah satu kawasan yang memiliki kekayaan sumberdaya. Wilayah pesisir pada umumnya merupakan wilayah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat. Karena kondisi geografis dan potensi yang dimilikinya, banyak sektor ekonomi yang berkembang diwilayah pesisir. Khususnya di wilayah pesisir, sektor-sektor ekonomi diantaranya adalah perikanan laut, yang mencakup kegiatan penangkapan, budidaya dan pengolahan.

Potensi ekonomi sumberdaya perikanan di wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur sangat tinggi terlihat dari daya saing yang dimiliki, tingkat pertumbuhannya yang berjalan dengan cepat, dan merupakan sektor basis akan tetapi sektor perikanan laut perlu didorong dengan lebih kuat agar sektor perikanan laut bersifat dominan relatif terhadap sektor-sektor lainnya dalam struktur ekonomi wilayah pesisir. Perkembangan wilayah pesisir haruslah dikonsenterasikan pada sektor perikanan laut. Pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan pesisir pada masa otonomi daerah yang paling tepat adalah dengan melakukan pengelolaan secara optimal, yang dapat menjamin potensi lestari

sumberdaya perikanan dan stablitas produksi serta keberlanjutan ditingkat usaha perikanan dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya wilayah pesisir. Pengelolaan optimal perikanan laut memberikan ruang tidak saja untuk keberlanjutan sumberdaya perikanan namun juga mendorong pemerataan dan kearifan lokal di wilayah pesisir. Pengelolaan optimal juga dapat mengalokasikan sumberdaya secara lebih efektif dan efisien sehingga mendorong perubahan produksi kearah yang sesuai dengan daya dukung ekonomi dan daya dukung ekologis wilayah pesisir.

Konsep polarisasi mendorong tumbuh berkembangnya sektor perikanan laut dan memunculkan polarisasi unit-unit lainnya ke kutub pertumbuhan. Aglomerasi sektor perikanan laut ini ditandai dengan biaya produksi rata-rata yang rendah dan penurunan biaya tiap unit produksi, selanjutnya sektor perikanan laut dapat diharapkan menjadi sektor unggulan dan dapat menjadikan wilayah pesisir sebagai wilayah kutub pertumbuhan yang dapat memberikan penguatan

ekonomi wilayah di daerah hinterlandnya (spread effect).

Analisis kebijakan guna menyusun strategi pengelolaan wilayah pesisir Utara dan Selatan terlihat dari nilai skor CPUE, analisis disparitas potensi sumberdaya perikanan (DPSDPI), analisis disparitas pembanguan wilayah pesisir (DPWP), analisis disparitas kontribusi sebaran perkembangan wilayah pesisir (DKSPWP), analisis kebijakan pembangunan perikanan (AK) yang disajikan pada Tabel 39 sampai Tabel 43 serta Gambar 59. Standar penilaian skor lima indikator analisis kebijakan ada pada lampiran 83.

Tabel 39. Skor CPUE per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara-Selatan

No Alat Tangkap (Utara)

Alat Tangkap

(Selatan) Pesisir Utara Pesisir Selatan 1 Purse Seine Pukat Pantai 3 2 2 Payang Besar Jaring Klitik 3 2 3 Pancing Prawe Pukat Cincin 3 3

4 Payang Kecil Pancing 3 2

5 Gill Net Jaring Angkat 2 2

Tabel 40. Skor Analisis Disparitas Potensi Sumberdaya Perikanan (DPSDPI)

No Potensi Ekonomi Sumberdaya Perikanan Laut Pesisir Utara

Pesisir Selatan 1

a. Rasio Sektor Perikanan laut-Pertanian 1 1 b. Rasio Sektor Perikanan Luat-Perik Lainnya 1 5 c. Rasio Sektor Perikanan Laut-Industri 1 1 d. Rasio Sektor Perikanan Laut-Jasa 1 1

2 Pangsa Sektor Perikanan Laut 1 1

3 Pangsa Lokal sektor Perikanan Laut 3 2 4 Indeks Spesialisasi Wilayah Pesisir 1 1 5 Indeks Lokalisasi Sektor Perikanan Laut 1 1 6 Kuota Lokasi Sektor Perikanan Laut 5 5 7 Laju Pertumbuhan Lokal Sektor Perikanan Laut 5 5 8 Dayasaing Lokal sektor Perikanan Laut 5 5

Rata-rata 2.27 2.55

Tabel 41. Skor Analisis Disparitas Pembanguan Wilayah Pesisir (DPWP)

No Disparitas Perkembangan Wilayah Pesisir Pesisir Utara Pesisir Selatan

1 Analisis Shift Share

a. Tingkat Pertumbuhan wilayah 5 5

b. Dayasaing Wilayah 5 1

c. Pergeseran Wilayah 5 1

2 Analisis Komponen Utama

a. Aspek Kependudukan 1 3

b. Aspek Kependidikan 5 3

c. Aspek Kesehatan 3 3

3 Analisis Skalogram

a. Jumlah Jenis Fasilitas Pelayanan 3 1 b. Jumlah Unit Fasilitas Pelayanan 3 1

Tabel 42. Skor Analisis Disparitas Kontribusi Sebaran Perkembangan Wilayah Pesisir (DKSPWP)

No Disparitas Perkembangan Wilayah Pesisir Pesisir Utara

Pesisir Selatan 1 Analisis Pembentukan Sektor Perikanan Laut :

a. Pembentukan Output 3 1

b. Pembentukan Nilai Tambah Bruto 3 1

c. Pembentukan Pendapatan 3 1

2 Analisis Pengganda Sektor Perikanan Laut :

a. Pengganda Output 5 5

b. Pengganda Pendapatan 5 5

c. Pengganda Tenaga Kerja 5 5

3 Analisis Keterkaitan-Sebaran Kebelakang dan ke depan Sektor Perikanan Laut :

a. Keterkaitan Kebelakang Output 1 1

b. Keterkaitan kedepan Output 1 1

c. Sebaran Kebelakang Output 5 5

d. Sebaran kedepan Output 5 5

e. Keterkaitan Kebelakang Pendapatan 1 1 f. Keterkaitan kedepan Pendapatan 1 1 g. Sebaran Kebelakang Pendapatan 5 5

h. Sebaran kedepan Pendapatan 5 5

i. Keterkaitan Kebelakang Tenaga Kerja 1 1 j. Keterkaitan kedepan Tenaga Kerja 1 1 k. Sebaran Kebelakang Tenaga Kerja 5 5 l. Sebaran kedepan Tenaga Kerja 1 1

Tabel 43. Skor Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan (AK)

No Program dan Bentuk Kegiatan Propinsi Jawa Timur Utara Selatan 1 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pesisir 5 5

1. Pengembangan kapasitas masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber daya

pesisir yang berkelanjutan. 1 1 2. Pemberdayaan kelembagaan nelayan untuk meningkatkan posisi tawar terhadap

harga-harga hasil tangkapan nelayan, dan dalam pengambilan keputusan 5 1 3. Pelaksanaan regulasi yang mengatur kawasan penangkapan ikan, dan pengakuan

atas tradisi lokal masyarakat pesisir 1 1 4. Optimalisasi daya guna potensi sumber daya kelautan & pesisir 1 1 5. Koordinasi berbagai sumber bantuan modal, peralatan tangkap dan teknologi

untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat pesisir 5 1 6. Pemberdayaan ekonomi perempuan miskin di kawasan pesisir 1 1 7. Peningkatan keamanan nelayan, pengamanan sumber daya kelautan dan pesisir 1 1 8. Pembangunan dan pengembangan fasilitas memperpanjang lama waktu nelayan

melaut, antara lain pembangunan SPBU terapung, perlengkapan cold storage

perahu penangkap ikan

1 1 2 Program Pengembangan Sumberdaya Perikanan 5 5

1. Peningkatan usaha perikanan skala kecil, termasuk di pulau kecil yang potensial

dan peningkatan pemasaran, standar mutu, nilai tambah produk perikanan 5 1 2. Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar serta percepatan

dan menata usaha budidaya tambak air tawar 5 1 3 Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 5 5

1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan pulau-pulau kecil, melalui

peningkatan pemasaran, standar mutu dan nilai tambah produk perikanan 5 1 2. Pengelolaan Jasa Lingkungan dan Kelautan 1 1 4 Program Pengembangan Perikanan Tangkap 5 5

1. Pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana perikanan serta percepatan

dan penataan kembali usaha budidaya tambak dan air tawar 5 5 2. Pembangunan dan pengembangan fasilitas memperpanjang lama waktu nelayan

melaut, : SPBU terapung, perlengkapan cold storage perahu penangkap ikan 5 1 5 Program Pengembangan Budidaya Perikanan 5 5

1. Peningkatan produksi perikanan budi daya melalui intensifikasi, diversifikasi,

dan ekstensifikasi usaha perikanan 5 5 2. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan, serta sistem

perbenihan dan pengembangan sistem sertifikasi balai benih serta budidaya 5 1 3. Penerapan Good Agriculture Practices (GAP), Good Hatchery Practices (GHP)

dan sistem jaminan mutu berdasarkan (HACCP) budidaya 1 1 4. Pengendalian Penyakit Ikan-Peningkatan Kualitas Lingkungan 1 1 6 Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan 5 5 1. Pembinaan dan Pengembangan Jaringan Usaha dan Pemasaran Hasil Perikanan 5 1 2. Pengembangan Pemasaran Dalam Luar Negeri Serta Ekspor Hasil Perikanan 1 1 7 Program Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan 5 5

1. Perumusan kebijakan dan penyusunan peraturan dalam pengelolaan sumber

daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara terintegrasi 5 1 2. Pengelolaan sumber daya pesisir, pulau kecil efisien lestari berbasis masyarakat 1 1 3. Pengembangan sistem monitoring, controlling, and surveillance pengendalian

dan pengawasan, termasuk pemberdayaan masyarakat dalam sistem pengawasan 1 1 4. Penataan ruang laut, pesisir pulau kecil sesuai daya dukung lingkungannya 1 1 5. Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi laut, dan rehabilitasi

habitat ekosistem rusak terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria 1 5 6. Peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta melalui kemitraan dalam

pengelolaan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil 5 5 7. Penataan dan peningkatan kelembagaan lembaga masyarakat di tingkat lokal 5 1 8. Penegakan hukum pelanggar perusak sumber daya laut, pesisir, dan pulau kecil 5 1

Gambar 59. Grafik Layang-Layang Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik amoeba terhadap indikator CPUE, potensi sumberdaya perikanan (DPSDPI), pembanguan wilayah pesisir (DPWP), kontribusi sebaran perkembangan wilayah pesisir (DKSPWP) dan kebijakan pembangunan perikanan (AK) (Gambar 59) menunjukkan dari lima indikator yang teliti, empat indikator di wilayah pesisir Utara lebih besar dibandingkan wilayah pesisir Selatan. Empat indikator itu adalah CPUE, pembanguan wilayah pesisir (DPWP), kontribusi sebaran perkembangan wilayah pesisir (DKSPWP) dan kebijakan pembangunan perikanan (AK). Satu indikator di wilayah pesisir Selatan yanglebih besar dibandingkan Utara adalah potensi sumberdaya perikanan. Disparitas yang terbesar adalah pada indikator pembanguan wilayah pesisir (DPWP) dan disparitas terkecil adalah potensi sumberdaya perikanan (DPSDPI). Hasil analisis kebijakan dengan teknik amoeba ini selanjutnya digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan wilayah pesisir.

Selanjutnya uji signifikansi dari analisis kebijakan pembangunan perikanan di sajikan pada tabel 44 sebagai berikut :

Tabel 44. Uji Signifikansi Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan

No Peubah T-tabel |T-hit| Keterangan

1 CPUE

1% 3.355 2.121 Tidak berbeda nyata 5% 2.306 2.121 Tidak berbeda nyata 10% 1.860 2.121* Berbeda nyata 2 DPSDPI

1% 2.845 0.335 Tidak berbeda nyata 5% 2.086 0.335 Tidak berbeda nyata 10% 1.725 0.335 Tidak berbeda nyata

3 DPWP

1% 2.977 2.016 Tidak berbeda nyata 5% 2.145 2.016 Tidak berbeda nyata 10% 1.761 2.016* Berbeda nyata 4 DKSPWP

1% 2.728 0.510 Tidak berbeda nyata 5% 2.032 0.510 Tidak berbeda nyata 10% 1.691 0.510 Tidak berbeda nyata

5 AK

1% 2.650 2.468 Tidak berbeda nyata 5% 1.995 2.468** Berbeda nyata 10% 1.668 2.468* Berbeda nyata

Ket : * = Berbeda nyata pada α=10%

** = Berbeda nyata pada α=5%

*** = Berbeda nyata pada α=1%

Strategi pengelolaan wilayah pesisir Utara dan Selatan dapat dikembangkan melalui pertama : pengembangan wilayah pesisir atas dasar

pasokan (supply side strategy) dan permintaan (demand side strategy). Program

pengembangan wilayah pesisir atas dasar pasokan berupa program dan bentuk kegiatan pengembangan wilayah pesisir didasarkan kepada keunggulan komparatif berupa upaya peningkatan produksi sumberdaya perikanan dan produktivitas wilayah pesisir dengan pertimbangan optimalisasi daya dukung, kapabilitas dan kesesuaian sumberdaya perikanan di wilayah pesisir. Program pengembangan wilayah pesisir atas dasar permintaan berupa program dan bentuk kegiatan pengembangan wilayah pesisir didasarkan kepada upaya-upaya mendorong tumbuhnya permintaan barang dan jasa sumberdaya perikanan domestik melalui upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat di wilayah pesisir diantarnya meliputi peningkatan pendapatan,

pendidikan dan kesehatan. Pengembangan sektor perikanan laut di wilayah pesisir atas dasar pasokan pada akhirnya akan meningkatkan PDRB dalam struktur perekonomian wilayah dan pembentukan output, nilai tambah bruto dan

Dokumen terkait