• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis pada sub-bab 4.1, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata untuk setiap dimensi prestasi kerja karyawan tergolong dalam kategori “Baik” karena berada pada rentang 3,41 – 4,20 dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 4,1795. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan shift grade 1&2 PT Garudafood Putra Putri Jaya, Rancaekek BU E2 memiliki prestasi kerja yang baik. Untuk lebih jelasnya, pembahasan mengenai analisis deskriptif setiap dimensinya akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini:

4.2.1 Analisis Prestasi Kerja Karyawan

Dalam mengukur tingkat prestasi kerja karyawan shift grade 1&2 PT Garudafood Putra Putri Jaya, Rancaekek BU E2, dapat dilihat dari dua dimensi, diantaranya adalah dimensi komitmen karyawan dan dimensi keterampilan karyawan. Berikut ini pembahasan mengenai hasil dari dimensi-dimensi prestasi kerja karyawan shift grade 1&2 PT Garudafood Putra Putri Jaya, Rancaekek BU E2.

1. Analisis Deskriptif Dimensi Komitmen Karyawan

Dimensi komitmen karyawan merupakan dimensi pertama dalam penentuan prestasi kerja karyawan. Dimensi komitmen karyawan ini merupakan suatu ikatan yang positif terhadap organisasi, yang membuat para karyawan bersedia untuk melakukan suatu pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawabnya (Daoanis, 2012). Di dalam kuesioner terdapat 10 item pernyataan mengenai dimensi ini. Berdasarkan Tabel 4.3, prestasi kerja karyawan pada dimensi komitmen karyawan dapat dikategorikan “Baik”, hal ini ditunjukkan dengan mean sebesar 4,193 yang berada pada rentang 3,41 – 4,20.

57

Hasil mean tertinggi dari pernyataan yang ada di dalam dimensi komitmen karyawan berada pada pernyataan ke-6 dengan rata-rata sebesar 4,36 dengan pernyataan “Saya tiba di tempat kerja tepat waktu”. Nilai mean pada item pernyataan ke-6 ini berada pada rentang 4,21 – 5,00 yang berarti sangat baik. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa cukup banyak karyawan shift grade 1&2 PT Garudafood Putra Putri Jaya, Rancaekek BU E2 yang merasa bahwa dirinya selalu tepat waktu ketika datang ke tempat kerja. Hal tersebut pun sesuai dengan dengan teori menurut Putri (2014) mengenai indikator dari komitmen organisasional, yaitu keterlibatan kerja karyawan. Ketepatan waktu karyawan tiba di tempat kerja merupakan salah satu bentuk keterlibatan kerja yang dilakukan karyawan dalam melakukan pekerjaan, karena semua berawal dari ketepatan waktu karyawan datang ke tempat kerja. Dengan datang tepat waktu, karyawan berarti memiliki komitmen yang tinggi untuk bekerja. Selain itu juga, berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Heriyawan dan Setyowati (2015) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya prestasi kerja karyawan bisa diukur dengan komitmen karyawan terhadap organisasi.

Sementara hasil mean terendah terdapat pada pernyataan ke-8 dengan rata-rata sebesar 3,91 dengan pernyataan “Saya bersedia kerja lembur jika pekerjaan belum selesai”. Nilai mean pada item pernyataan ke-8 ini berada pada rentang 3,41 – 4,20 yang berarti baik. Hal ini menunjukkan bahwa dari banyaknya karyawan yang merasa setuju dengan kebersediaannya untuk melakukan kerja lembur apabila pekerjaan belum selesai ternyata masih ada sebagian karyawan yang merasa tidak bersedia untuk melakukan pekerjaan secara lembur apabila pekerjaan belum selesai. Selain itu juga pernyataan “Saya loyal (setia) terhadap perusahaan” juga memiliki nilai rata-rata yang rendah yaitu sebesar 4,06, pada pernyataan ini memiliki nilai jawaban yang ekstrim, hal tersebut dilihat dari nilai minimum jawaban yang diberikan oleh responden adalah 1 (Sangat Tidak Setuju), sedangkan nilai maksimumnya adalah 5, hal ini berarti menunjukkan bahwa ada beberapa karyawan yang merasa tidak loyal (setia) terhadap perusahaan.

Untuk rata-rata standar deviasi yang diperoleh dari dimensi komitmen karyawan diperoleh rata rata sebesar 0,5266 atau sama dengan 12,56% yang berarti < 20%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberagaman jawaban untuk

dimensi komitmen karyawan adalah kecil atau sebagian besar responden memiliki jawaban yang sama.

Dimensi komitmen karyawan berada pada posisi yang lebih tinggi daripada dimensi keterampilan karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen karyawan sangat memengaruhi tingkat prestasi kerja karyawan PT Garudafood Putra Putri Jaya, Rancaekek BU E2.

2. Analisis Deskriptif Dimensi Keterampilan Karyawan

Dimensi kedua dalam prestasi kerja karyawan ini adalah keterampilan yang dimiliki oleh karyawan. Keterampilan karyawan merupakan suatu asset yang dimiliki oleh karyawan sebuah organisasi dengan harapan dapat menciptakan atau memelihara sebuah efisiensi, profesionalitas, dan produktivitas organisasi (Daoanis, 2012). Berdasarkan Tabel 4.4, prestasi kerja karyawan pada dimensi keterampilan karyawan dapat dikategorikan “Baik”, hal ini ditunjukkan dengan

mean sebesar 4,166 yang berada pada rentang 3,41 – 4,20. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Famella, Setyanti, dan Mufidah (2015), menunjukkan bahwa keterampilan kerja karyawan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan.

Hasil mean tertinggi dari pernyataan yang ada di dalam dimensi keterampilan karyawan berada pada pernyataan ke-3 dengan rata-rata sebesar 4,47 dengan pernyataan “Saya melakukan pekerjaan dengan mengutamakan hasil yang berkualitas baik”. Nilai mean pada item pernyataan ke-3 ini berada pada rentang 4,21 – 5,00 yang berarti sangat baik. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan PT Garudafood Putra Putri Jaya, Rancaekek BU E2 melakukan pekerjaan dengan mengutamakan hasil dengan kualitas baik. Karyawan yang memiliki keterampilan bekerja yang baik akan melakukan pekerjaan dengan maksimal dan mengutamakan hasil yang baik. Hasil yang baik akan memberikan manfaat baik itu bagi perusahaan maupun pihak lain seperti konsumen.

Sementara hasil mean terendah terdapat pada pernyataan ke-4 dengan rata-rata sebesar 3,92 dengan pernyataan “Saya memiliki pengetahuan dalam memecahkan masalah yang muncul pada saat bekerja”. Nilai mean pada item pernyataan ke-3 ini berada pada rentang 3,41 – 4,20 yang berarti baik. Hal ini

59

menunjukkan bahwa dari banyaknya karyawan yang setuju dengan memiliki pengetahuan dalam memecahkan masalah yang muncul pada saat bekerja ternyata masih ada sebagian karyawan yang merasa belum memiliki pengetahuan dalam memecahkan masalah yang muncul pada saat bekerja.

Untuk rata-rata standar deviasi yang diperoleh dari dimensi keterampilan karyawan diperoleh rata rata sebesar 0,5229 atau sama dengan 12,56% yang berarti < 20%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberagaman jawaban untuk dimensi keterampilan karyawan adalah kecil atau sebagian besar responden memiliki jawaban yang sama.

4.2.2 Analisis Uji Beda

Berdasarkan hasil uji beda yang telah dilakukan dengan metode

Independent Sample T-Test, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi kerja karyawan berdasarkan jenis kelamin karyawan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil analisis uji beda dengan menggunakan metode

Independent Sample T-Test.

Rata-rata skor prestasi kerja karyawan laki-laki lebih besar dibandingkan dengan rata-rata skor prestasi kerja karyawan perempuan, yaitu laki-laki sebesar 84,95dan perempuan sebesar 83,27. Dari hasil uji beda dengan menggunakan

Independent Sample T-Test dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan pendapat dari kedua kelompok tersebut, maka dapat dilihat dari kolom Sig. (2 tailed) pada Tabel 4.9 diperoleh nilai sebesar 0,236 yang berarti > 0,05 atau Ho = diterima dan Ha = ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat prestasi kerja karyawan berdasarkan jenis kelamin karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan shift grade 1&2 laki-laki dan perempuanmemiliki prestasi kerja yang sama. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cintya, Prihatini, dan Wulandari (2015) yang melakukan penelitian tentang “Pengaruh Gender dan Komitmen Organisasional Terhadap Prestasi Kerja Pada Karyawan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Jember”. Adapun penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kustono (2011) yang berjudul “Pengaruh Jender dan Lokus Kendali Terhadap Kinerja Karyawan Perguruan Tinggi” menunjukkan hasil yang sama. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan tingkat prestasi kerja karyawan shift grade 1&2 secara signifikan berdasarkan jenis kelamin karyawan.

Dalam dokumen ANALISIS PRESTASI KERJA KARYAWAN STUDI K (Halaman 68-72)

Dokumen terkait