• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dimulai tanggal 24 april 2015 sampai dengan 4 juni 2015 dengan jumlah responden 38 orang pasien osteoartritis di Poliklinik Penyakit Dalam Devisi Reumatologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

1. Hasil penelitian

Hasil penelitian ini dibagi atas 4 bagian yaitu : data demografi responden, ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis, komponen ketidakmampuan (disability) (nyeri, kekakuan, dan gangguan fungsi fisik) pasien pria dan wanita, subskala nyeri pasien pria dan wanita, subskala kekakuan pasien pria dan wanita, subskala gangguan fungsi fisik pasien pria dan wanita, dan perbedaan ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.1 Karakteristik data demografi responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 38 orang pasien osteoartritis. Berdasarkan usia pada penelitian ini setengah responden berusia 60-74 tahun (usia lansia) dan sebagian besar adalah wanita dengan tingkat pendidikan

tertinggi responden adalah SMP 36,8%. Hampir setengah responden bekerja sebagai petani 44,7%. Berdasarkan lama penyakit, mayoritas penderita OA 81,6% menderita penyakit selama 2 tahun dan lebih dari setengah responden mengalami nyeri sedang 68,4%. Data distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (N=38)

Karakteristik Responden f %

Usia

45-59 tahun (Usia pertengahan) 60-74 tahun (Usia lansia) 75-90 tahun (Usia lanjut tua)

Jenis kelamin Pria Wanita Pendidikan terakhir Perguruan tinggi SMA SMP SD Pekerjaan

Pegawai Negri Sipil (PNS) Pegawai swasta Pegawai BUMN Petani Berdagang Lama penyakit 1 tahun 2 tahun Skala nyeri (PNRS) 1-4 (nyeri ringan) 5-6 (nyeri sedang) 18 19 1 12 26 7 13 14 4 1 11 4 17 5 7 31 12 26 47.4 50.0 2.6 31.6 68.4 18.4 34.2 36.8 10.5 2.6 28.9 10.5 44.7 13.2 18.4 81.6 31.6 68.4

1.2. Ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis

Penelitian ini menemukan bahwa ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan memiliki total skor pasien pria (Mean= 27.51, SD=1.68) dan total skor ketidakmampuan (disability) pasien wanita (Mean= 57.69, SD= 7.32). Distribusi ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Ketidakmampuan (disability)

Pria Wanita

Mean SD Mean SD

27.51 1.68 57.69 7.32

1.3. Komponen ketidakmampuan (disability) (nyeri, kekakuan sendi, dan gangguan fungsi fisik) pasien pria dan wanita

Penelitian ini menemukan bahwa komponen ketidakmampuan (disability) yang terdiri dari tiga subskala yaitu subskala nyeri, kekakuan sendi, gangguan fungsi fisik pada pasien pria dan wanita. Subskala nyeri pria (Mean= 30.83, SD= 6.68), kekakuan sendi pria (Mean= 31.25, SD= 6.52), dan gangguan fungsi fisik pria (Mean= 39.58, SD= 2.54), serta subskala nyeri

wanita (Mean= 55.76, SD= 10.83), kekakuan sendi wanita (Mean= 60.57, SD= 12.59), dan gangguan fungsi fisik wanita (Mean= 57.91, SD= 8.21). Distribusi komponen ketidakmampuan (disability) nyeri, kekakuan sendi, dan gangguan fungsi fisik pasien pria dan wanita dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Komponen Ketidakmampuan (disability) (Nyeri, Kekakuan, dan Gangguan Fungsi Fisik) Pasien Pria dan Wanita

Pria Wanita

Mean SD Mean SD

Nyeri 30.83 6.68 55.76 10.83

Kekakuan sendi

31.25 6.52 60.57 12.59

Gangguan fungsi fisik 39.58 2.54 57.91 8.21

1.4. Subskala nyeri pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis Subskala nyeri dibentuk dari 5 item pertanyaan yaitu item 1 saat berjalan di atas permukaan yang datar, item 2 saat menaiki dan menuruni tangga, item 3 saat tidur di malam hari, item 4 saat duduk atau berbaring, dan item 5 saat berdiri. Pada 5 item pembentuk subskala nyeri didapatkan rata-rata pasien pria mengalami nyeri yang lebih buruk ketika menaiki dan menuruni tangga (Mean= 1.42, SD= 0.51) dan rata-rata pasien wanita mengalami nyeri yang lebih buruk ketika berjalan di atas permukaan yang datar (Mean= 2.42, SD= 0.64). Distribusi subskala nyeri pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Subskala Nyeri Pasien Pria dan Wanita yang Mengalami Nyeri Osteoartritis

Pertanyaan subskala nyeri

Pria Wanita

Mean SD Mean SD

Saat berjalan di atas permukaan yang datar

1.33 0.49 2.42 0.64 Saat menaiki dan menuruni tangga 1.42 0.51 2.35 0.68 Saat tidur di malam hari 1.25 0.45 2.23 0.58 Saat duduk atau berbaring 1.17 0.38 2.04 0.52

Saat berdiri 1.00 0.00 2.12 0.43

1.5. Subskala kekakuan sendi pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis

Subskala kekakuan sendi dibentuk dari 2 item pertanyaan yaitu kekakuan sendi saat bangun pagi dan setelah duduk, berbaring atau istirahat. Pada 2 item pembentuk subskala kekakuan sendi didapatkan rata-rata pasien pria mengalami kekakuan sendi yang buruk saat bangun pagi (Mean= 1.50, SD= 0.52) dan rata-rata pasien wanita mengalami kekakuan sendi yang buruk saat bangun pagi dan setelah duduk, berbaring atau istirahat (Mean= 2.42, SD= 0.50). Distribusi subskala kekakuan sendi pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Subskala Kekakuan Sendi Pasien Pria dan Wanita yang Mengalami Nyeri Osteoartritis

Pertanyaan subskala kekakuan sendi

Pria Wanita

Mean SD Mean SD

1. Saat bangun pagi 1.50 0.52 2.42 0.50

2. Setelah duduk, berbaring atau istirahat 1.00 0.00 2.42 0.50 1.6. Subskala gangguan fungsi fisik pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis

Subskala gangguan fungsi fisik dibentuk dari 17 item pertanyaan yaitu gangguan fungsi fisik saat menuruni tangga, menaiki tangga, bangun dari posisi duduk, berdiri, membungkuk ke lantai, berjalan di atas permukaan datar, masuk/keluar mobil, naik turun kendaraan, pergi berbelanja, mengenakan kaos kaki, berbaring di tempat tidur, keluar-masuk kamar mandi, duduk, duduk/jongkok dan bangun dari toilet, melakukan pekerjaan rumah yang berat dan ringan. Pada 17 item pertanyaan pembentuk subskala gangguan fungsi fisik didapatkan rata-rata pasien pria mengalami gangguan fungsi fisik yang buruk ketika menuruni tangga (Mean= 1.17, SD= 0.57), membungkuk ke lantai, masuk/keluar mobil, naik turun kendaraan, melepaskan kaos kaki, melakukan pekerjaan yang berat, dan melakukan pekerjaan yang ringan (Mean= 1.17, SD= 0.38) dan rata-rata pasien wanita mengalami gangguan fungsi fisik yang buruk ketika melakukan pekerjaan yang berat dan ringan (Mean=2.58, SD= 0.50). Distribusi subskala gangguan

fungsi fisik pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Subskala Gangguan Fungsi Fisik Pasien Pria dan Wanita yang Mengalami Nyeri Osteoartritis

Pertanyaan subskala gangguan fungsi fisik

Pria Wanita

Mean SD Mean SD

Saat menuruni tangga 1.17 0.57 2.54 0.50

Saat menaiki tangga 0.92 0.28 2.54 0.50

Saat bangun dari posisi duduk 1.08 0.28 2.27 0.53

Saat berdiri 1,00 0.00 2.15 0.36

Saat membungkuk ke lantai 1.17 0.38 2.46 0.58 Saat berjalan di atas permukaan datar 1.00 0.00 2.27 0.45 Masuk/keluar mobil, naik turun dari

kendaraan 1.17 0.38 2.35 0.56

Saat pergi berbelanja 1.00 0.00 2.19 0.40 Saat mengenakan kaos kaki 1.17 0.38 2.23 0.51 Saat bangun dari tempat tidur 1.00 0.00 2.31 0.47 Saat melepas kaos kaki 1.17 0.38 2.27 0.53 Saat berbaring di tempat tidur 1.00 0.00 2.08 0.39 Saat masuk dan keluar kamar mandi 1.08 0.28 2.27 0.53

Saat duduk 1.00 0.00 2.12 0.51

Saat duduk/jongkok dan bangun dari

toilet 1.00 0.00 2.19 0.49

Melakukan pekerjaan rumah yang berat 1.17 0.38 2.58 0.50 Melakukan pekerjaan rumah yang ringan 1.17 0.38 2.58 0.50 1.7. Perbedaan ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis

Peneliti menguji normalitas data terlebih dahulu menggunakan

Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah responden yang <50. Peneliti mendapatkan nilai signifikan untuk ketidakmampuan (disability) pasien pria yaitu 0.853 dan

nilai signifikan untuk ketidakmampuan (disability) pasien wanita yaitu 0.244, hal ini menunjukkan data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal dengan nilai signifikan adalah diatas 0.05. Setelah data yang diperoleh berdistribusi normal, peneliti melakukan uji beda menggunakan uji t tidak berpasangan (independent t-test) dan mendapatkan nilai signifikan yaitu 0.00 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 7. Hasil uji parametrik independent t-test perbedaan ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Ketidakmampuan (disability) Pasien Pria dan Wanita yang Mengalami Nyeri Osteoartritis

Jenis kelamin Shapiro-Wilk df Sig.

Ketidakmampuan (disability) Pria 12 0.85

Wanita 26 0.24

Tabel 8. Hasil Uji Independent t-test Perbedaan

Ketidakmampuan(disability) Pasien Pria dan Wanita yang Mengalami Nyeri Osteoartritis

Variabel T Score Sig.

2. Pembahasan

2.1. Ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis

Berdasarkan data yang diperoleh total skor yang didapatkan pada ketidakmampuan (disability) pasien pria (Mean= 27.51, SD=1.68) dan ketidakmampuan (disability) pasien wanita (Mean= 57.69, SD= 7.32). Ketidakmampuan (disability) pasien pria berada pada tingkat ringan (21-40) dengan usia (Mean= 56,15 tahun) sedangkan ketidakmampuan (disability) pasien wanita berada pada tingkat sedang (41-60) dengan usia (Mean= 59,07 tahun). Hal ini sejalan dengan penelitian Debi dan koleganya (2009) yang mendapatkan data total skor akhir ketidakmampuan (disability) pasien pria (Mean= 3.98, SD= 2.4) dengan Visual Analoge Scale (VAS) dan ketidakmampuan (disability) pasien wanita (Mean= 4.78, SD= 2.52). Penjelasan yang memungkinkan akan hal ini adalah usia dan perjalanan penyakit yang sudah mencapai 2 tahun (Debi, et.,all, 2009).

Berdasarkan usia responden, sebagian besar responden merupakan kelompok usia lansia (mean= 59,63 dan min-max= 45-77). Hal ini menunjukkan bahwa usia lansia adalah usia angka kejadian penyakit osteoartritis sering terjadi. Hal yang sama didukung oleh penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh peneliti dari Universitas California untuk menemukan faktor-faktor risiko osteoartritis yang menyebutkan usia

responden berkisar 50-79 dengan rata-rata usia adalah 63,2 (Osteoartritis Risk Factors, 2010). Hal yang sama didukung juga oleh Cibulka, et al.,(2009) menyatakan bahwa osteoartritis umumnya terjadi pada dewasa madya dan lansia dan yang paling sering diatas 60 tahun.

Berdasarkan lama penyakit yang dialami responden penelitian ini lebih dari dua pertiga responden (81.6%) menderita osteoartritis. Hal ini berarti selama 2 tahun nyeri sudah dirasakan yang menunjukkan penyakit osteoartritis mempunyai nyeri kronis (Sarafino, 2006).

2.2. Komponen ketidakmampuan (disability) (nyeri, kekakuan sendi, dan gangguan fungsi fisik) pasien pria dan wanita

Pada penelitian ini didapatkan data komponen ketidakmampuan (disability) (nyeri, kekakuan sendi, dan gangguan fungsi fisik) yaitu pada subskala nyeri pria (Mean= 30.83, SD= 6.68), kekakuan sendi pria (Mean= 31.25, SD= 6.52), dan gangguan fungsi fisik pria (Mean= 39.58, SD= 2.54), serta subskala nyeri wanita (Mean= 55.76, SD= 10.83), kekakuan sendi wanita (Mean= 60.57, SD= 12.59), dan gangguan fungsi fisik wanita (Mean=

57.91, SD= 8.21). Hal ini sejalan dengan penelitian Külcü dan koleganya (2010) yang mendapatkan data subskala nyeri pria (Mean= 30), subskala kekakuan sendi pria (Mean= 35), dan gangguan fisik pria (Mean= 40) serta subskala nyeri pasien wanita (Mean= 60), subskala kekakuan sendi (Mean=

ketidakmampuan (disability) pasien pria dapat di intepretasikan pada masing masing komponen rata-rata pasien pria berada pada rentang antara 21-40 (ringan) yang artinya pasien dapat melakukan aktivitas dengan nyeri yang ada tetapi tidak menggaggu aktivitas harian seperti memakai kaos kaki, naik-turun tangga, duduk, berdiri, mandi, memasak tanpa alat bantu danmembutuhkan pengawasan dari orang lain. Pada setiap komponen ketidakmampuan (disability) pasien wanita memiliki rata-rata yang berada pada rentang 41-60 (sedang) yang artinya nyeri yang dirasakan ada pada tingkat sedang dan pasien bermasalah pada saat berjalan, menuruni tangga, merasa tidak nyaman pada periode waktu tertentu membutuhkan obat-obat nyeri dan membutuhkan alat bantu pada saat melakukan aktivitas harian (Bellamy, 2004).

Gabyzon, et all (2012) yang pada penelitiannya mendapatkan data nyeri pada pasien pria mendapatkan rata-rata skor total 38 menggunakan indeks WOMAC yang artinya pasien pria mengalami nyeri ringan. Penelitian sebelumnya yang mengindikasi pengukuran laporan pribadi erat kaitannya dengan faktor psikologi seperti nyeri, efikasi diri, dan depresi (Maly, et al., 2006). Jenis kelamin diprediksi berhubungan dengan nyeri, ketidakmampuan (disability), dan perilaku nyeri (Keefe, et al., 2000).

Pada penelitian ini rata-rata pasien pria mengalami kekakuan sendi ringan. Tidak jauh berbeda dengan penelitian Debbi, et.,all (2009) yang mendapatkan data kekakuan sendi pasien pria dengan menggunakan indeks

WOMAC nilai rata-rata kekakuan sendi adalah 2.0 hal ini terjadi dikaitkan dengan perjalanan alami penyakit osteoartritis yang berjalan selama 2 tahun atau masih dikatakan recent-onset. Sejalan dengan data yang ditemukan Gabyzon, et al., (2012) kekakuan sendi sedang pada pasien pria dengan nilai rata-rata 4.1 dari 11 pria, hal ini disebabkan perjalanan penyakit secara alamiah selama kurun waktu dua tahun (Grotle, 2008).

Pada penelitian ini didapatkanrata-rata pasien pria mengalami gangguan fungsi fisik ringan. Hal ini sejalan dengan penelitian Gabyzon, et al., (2012) mendapatkan hasil gangguan fungsi fisik dengan rata-rata 20.2 yang artinya gangguan fungsi fisik ringan pada pria yang didapatkan dengan

self-report yang dihubungkan dengan test performa fungsional yang dapat diamati secara langsung contohnya ketika berjalan, duduk atau beranjak dari duduk, dan menaiki tangga). Gaines, et al., (2004) juga mengatakan gangguan fungsi fisik yang ringan pada pria juga dipengaruhi oleh pengobatan yang diterima dan kepercayaan kognitif individu terhadap kemampuan fisik menjalani aktivitas sehari-hari.

Komponen ketidakmampuan (disability) (nyeri, kekakuan sendi, dan gangguan fungsi fisik) pada pasien wanita rata-rata skor total berada pada interval 41-60 atau termasuk kategori sedang. Hal yang sama juga ditemukan Gabyzon, et al., (2012) yang menemukan tingkat nyeri, kekakuan sendi, dan

terdapat hubungan antara nyeri yang dialami, kekakuan sendi, dan gangguan fungsi fisik, hal ini lah yang menyebabkan nyeri, kekakuan sendi, dan gangguan fungsi fisik berada pada tingkat yang sama.

2.3. Subskala nyeri pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis Nyeri osteoartritis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti adanya inflamasi pada membran sinovium, regangan pada kapsul sendi dan ligamen, iritasi ujung saraf osteum yang mengalami osteofit, dan sebagainya (Smeltzer, O’connell, & Bare, 2003). Namun penyebab yang paling sesuai dengan patogenesis terjadinya osteoartritis adalah karena adanya inflamasi membran sinovium akibat masuknya bahan-bahan matriks ke dalam cairan sinovial akibat destruksi matriks ekstraseluler (“Current Perspective”, n.d.).

Pada subskala nyeri didapatkan rata-rata pasien pria mengalami nyeri yang lebih buruk ketika menaiki dan menuruni tangga (Mean= 1.42, SD= 0.51) dan rata-rata pasien wanita mengalami nyeri yang lebih buruk ketika berjalan di atas permukaan yang datar (Mean= 2.42, SD= 0.64).Hal yang berbeda dengan penelitian Davis dan koleganya (2003) nyeri yang ditimbulkan pada saat aktivitas berjalan di atas permukaan yang datar lebih ringan dibandingkan nyeri pada saat aktivitas berdiri dan nyeri pada saat berdiri lebih buruk dan menjadi masalah utama wanita dibandingkan pada pria (Mean= 1.21 wanita dan Mean= 0.15 pria) namun pada penelitiannya juga mengungkapkan bahwa nyeri lebih buruk ketika menaiki dan menuruni

tangga dan paling menyebabkan masalah pada sampel di komunitas, sampel yang menjalani total hip atau artroplasti lutut dan satu tahun post-operasi. Isselbacher dan koleganya (2000) aktivitas atau pekerjaan erat kaitannya pada ketidakmampuan (disability) dan nyeri yang ditimbulkan pada pasien osteoartritis contohnya pada sendi yang sering digunakan pada pekerja tekstil yang umumnya lebih banyak menggunakan sendi tangan akan kesulitan pada aktivitas yang banyak menggunakan sendi tangan beda halnya dengan petani yang lebih banyak berjalan menggunakan sendi pada ekstremitas bawah akan cendrung bermasalah pada saat berdiri dan berjalan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa petani memiliki persentase yang sama yaitu 44,7%. Hal ini membuktikan pekerjaan memiliki pengaruh dalam kejadian osteoartritis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Paradowski dan koleganya (2006) hormon seks memiliki peranan penting dalam meningkatkan persepsi nyeri pada wanita dibandingkan dengan pria. Hasil studinya menunjukkan bahwa gejala nyeri yang memburuk secara dramatis terlihat pada wanita dengan rentang usia yang lebih tua, hal ini mungkin berhubungan dengan kejadia menopause. Hilangnya estrogen pada wanita menopause seringkali menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis yang bermakna pada fungsi tubuh termasuk gelisah, letih, dan ansietas (Guyton, 1997). Walaupun Paradowski dan koleganya (2006) mendapatkan bahwa tidak ada hubungan

2.4. Subskala kekakuan sendi pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis

Kekakuan sendi pada osteoartritis terjadi akibat adanya sinovitis dengan efusi atau akibat terbentuknya osteofit (Hasset & Spector, 2003). Biasanya terjadi pagi hari atau setelah bangun tidur kurang dari 30 menit (Smeltzer, O’Connel, & Bare, 2003).

Pada subskala kekakuan sendi didapatkan rata-rata pasien pria mengalami kekakuan sendi yang buruk saat bangun pagi (Mean= 1.50, SD= 0.52) dan rata-rata pasien wanita mengalami kekakuan sendi yang buruk saat bangun pagi dan setelah duduk, berbaring atau istirahat (Mean= 2.42, SD= 0.50). Hal ini sejalan dengan Bellamy dan koleganya (1995) kekakuan sendi pada saat bangun pagi yang paling berat dirasakan pada pasien osteoartritis baik pria maupun wanita (Mean= 2.52). Wolfe (1999) mengatakan bahwa hasil kekakuan sendi dipengaruhi oleh faktor-faktor penyakit osteoartritis termasuk jenis penyakit osteoartritis perbedaan yang mendasari osteoartritis lutut lebih sering terjadi pada wanita dibanding pada pria dan osteoartritis panggul terjadi pada pria dan wanita, oleh karena itu sedikit berbeda kekakuan sendi yang dirasakan pada pria dan wanita, kekakuan sendi pada wanita lebih menyeluruh dirasakan dibanding pada pria.

2.5. Subskala gangguan fungsi fisik pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis

Pada subskala gangguan fungsi fisik didapatkan rata-rata pasien pria mengalami gangguan fungsi fisik yang buruk ketika menuruni tangga (Mean=

1.17, SD= 0.57), membungkuk ke lantai, masuk/keluar mobil, naik turun kendaraan, melepaskan kaos kaki, melakukan pekerjaan yang berat, dan melakukan pekerjaan yang ringan (Mean= 1.17, SD= 0.38) dan rata-rata pasien wanita mengalami gangguan fungsi fisik yang buruk ketika melakukan pekerjaan yang berat dan ringan (Mean=2.58, SD= 0.50). Hal ini sejalan dengan Davis dan koleganya (2003) yang menemukan data pada dimensi fisik pasien pria osteoartritis pada aktivitas melepaskan kaos kaki (Mean= 1.48) dan masuk dan keluar kamar mandi (Mean= 1.34) dan gangguan fungsi fisik pada pasien wanita lebih buruk pada aktivitas melakukan pekerjaan ringan dan berat (Mean= 1.37). Tseng dan koleganya (1995) memaparkan bahwa penurunan kekuatan otot dan ketahanan tubuh berhubungandengan penuaan yang dapat menyebabkan ketidakmampuan (disability) dalam menjalani aktivitas sehari-hari seperti kesulitan bangun dari posisi duduk, naik-turun tangga, berjalan, dan lain-lain. Penurunan kekuatan ekstensi dan fleksi lutut menyebabkan penurunan kapasitas otot-otot yang melindungi sendi dari penyebab secara mekanik (Slemenda, 1998).

2.6. Perbedaan ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan ketidakmampuan(disability)pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Cho dan koleganya (2010) yang mendapatkan data adanya perbedaan yang signifikan ketidakmampuan(disability) pasien pria dan wanita yang mengalami nyeri osteoartritis yang melaporkan bahwa pasien wanita lebih parah dibandingkan pasien pria dengan kesamaan gambaran radiografi pada osteoartritis. Namun pada penelitian Debi dan koleganya (2009) menemukan data yang berbeda yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien pria dan wanita menggunakan indeks WOMAC yang melaporkan secara konstan level nyeri dan ketidakmampuan (disability) pasien pria dan wanita berada pada tingkat yang berat, dikarenakan sampel responden telah memasuki osteoartritis tahap lanjut.

Pada penelitian Tonelli dan koleganya (2011) mendapatkan data terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita didalam intensitas nyeri, sensitivitas nyeri, dan fungsi sehari-hari, tetapi tidak ada perbedaan pada pengukuran psikososial pasien. Wanita juga dilaporkan mengalami nyeri yang hebat dan fungsi fisik yang lebih buruk dibandingkan dengan pria.

Perbedaan yang didapatkan dapat dijelaskan dikarenakan faktor risiko pada wanita dan pria berbeda. Pada penelitian Bambang (2003) wanita obesitas memiliki faktro risiko 4-6 kali untuk terserang osteoartritis lutut dibanding dengan wanita kurus. Dijelaskan Linley (2010) secara biomekanika bahwa pada keadaan normal gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot pada paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada pagian sentral sendi lutut. Sedangkan pada keadaan obesitas resultan tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut akan tidak seimbang. Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan karena bergesernya titik tumpu badan.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang melihat perbedaan jenis kelamin dengan ketidakmampuan (disability) pada pasien osteoartritis banyak melaporkan tingkat ketidakmampuan(disability)wanita lebih buruk dibandikan pada pria terutama tingkat nyeri yang dirasakan pasien. Hasil pada penelitian ini yang mendapatkan tingkat nyeri pada pasien pria yang ringan dan nyeri pasien wanita yang sedang dapat dipengaruhi oleh medikasi yang diterima pasien dan tingkat stress yang dialami pasien yang sudah mengalami nyeri kronik selama ini.

Keterbatasan penelitian ini juga terletak pada kurang kontrolnya faktor faktor risiko yang mempengaruhi osteoartritis seperti obat-obatan yang

osteoartritis, gambaran radiologi yang beragam, pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tidak dilakukan untuk menyeleksi dan lebih mengontrol data yang dihasilkan, dan dikarenakan kuisioner yang dipakai peneliti adalah kuesioner self-report perlu dikaji juga keadaan faktor psikologi seperti psikosomatik pasien, pain catastrophizing atau perasaan yang berlebih mengahadapi nyeri, efikasi diri, dan keadaan depresi pasien.

BAB 6

Dokumen terkait