• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Dalam penggunaan scaffolding analisa pencegahan dan pengendalian risiko telah mengikuti hirarki pengendalian (Hirarcy of Control), yaitu, melakukan eliminasi terhadap scaffolding yang akan digunakan untuk bekerja di ketinggian. Eliminasi merupakan cara pengendaliaan risiko yang paling baik karena risiko terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya ditiadakan. Bila terdapat komponen scaffolding yang rusak telah dilakukan substitusi dengan mengganti scaffolding yang mempunyai potensi risiko tinggi dengan yang mempunyai potensi risiko rendah yang lebih aman sehingga penggunaannya dalam batas yang masih dapat diterima. Pada landasan yang kurang kokoh serta untuk menghindari bahaya angin, telah dilakukan rekayasa teknik dengan diberi penyangga di setiap sudut scaffolding, atau menggunakan tali yang diikatkan pada setiap sisi dan ditarik di setiap arahnya agar dapat berdiri kokoh. Isolasi dilakukan untuk mencegah bahaya dengan cara memisahkan bahaya dari manusia agar tidak terjadi kontak langsung dengan pemberian pagar pengaman. Pengendalian administrasi yang telah dilakukan melalui training keahlian, pengaturan waktu kerja serta penerapan prosedur kerja. Untuk pengendalian risiko yang terakhir perusahaan telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti safety belt, safety shoes, safety helmet yang bertali, body harness.

2. Prosedur bekerja di ketinggian berfungsi untuk mengatur pelaksanaan kerja di ketinggian. Bekerja di ketinggian mengikuti prosedur kerja mulai

dari sebelum bekerja dengan melakukan identifikasi dan penilaian terhadap risiko dan bahayanya, peninjauan dan penilaian ulang, penggunaan scaffolding yang sudah sesuai standar sampai dengan saat pelaksanaan pekerjaan di ketinggian. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1980 tentang Keselamatan Kerja Konstruksi Bangunan.

3. Standar peralatan pengaman dan APD harus diperhatikan penggunaannya. Untuk bekerja di ketinggian kurang dari 2 meter dan di atas ketinggian 2 meter. Perusahaan memberikan standar untuk bekerja di ketinggian kurang dari 2 meter yaitu penggunaan ladders, safety shoes, safety helmet yang bertali, spectacles, sarung tangan, dan rambu-rambu K3. Sedangkan untuk ketinggian lebih dari 2 meter, standar ditambahkan body harness lengkap dengan 2 tali pengaman. Standar APD untuk Bekerja di Ketinggian telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1980. Dan Peraturan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER-08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, pasal 1 yang berbunyi

“Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja”, serta pasal 3 yang berbunyi “APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma”.

4. Prosedur pengamanan dilakukan agar kecelakaan kerja yang tidak diinginkan tidak terjadi dan menimbulkan kerugian. Dipasang platform

digunakan dilengkapi dengan handrail ditambah alat pengaman kaki (toe board) dengan lantai yang aman. Scaffolding yang sudah layak untuk dipakai diberi green tag sedangkan yang tidak dapat digunakan / tidak layak diberi tag berwarna merah (red tag). Sebelum digunakan telah dilakukan pemeriksaan scaffolding oleh Inspector scaffolding untuk memastikan bahwa scaffolding sudah layak dipakai, sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1980 yang berisi Inspector scaffolding harus memeriksa scaffolding untuk memastikan bahwa scaffolding sudah layak dipakai.

5. Pengecekan scaffolding dilakukan untuk mengetahui kondisi landasan dan kondisi karat dari scaffolding yang digunakan. Landasan untuk scaffolding dipastikan tidak miring, datar, dan tidak boleh ada sisa sampah dari material sekitarnya. Kondisi karatnya dibagi menjadi empat stadium. Untuk kondisi stadium empat, perusahaan tidak memperbolehkan untuk menggunakannya. Pemeriksaan item dari scaffolding di perusahaan dilakukan oleh safety professional. Scaffolding tidak boleh digunakan jika belum mendapat persetujuan dari safety professional. Pengecekan ini dilakukan sebagai upaya untuk menjamin keselamatan kerja pekerja agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

6. Pemasangan, perawatan dan pembongkaran dilakukan oleh tenaga kerja yang bersertifikat atau ahli dalam bidangnya, tidak sembarangan tenaga

kerja dapat melakukan pemasangan dan pembongkaran scaffolding. Pada saat pemasangan petugas safety memberikan pengarahan tentang peraturan dan cara yang aman dalam pemasangan scaffolding, supaya tidak terjadi kecelakaan saat pemasangan. Scaffolding diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan, serta lantainya juga sudah diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter. Untuk pembongkaran tidak dilakukan sembarangan dengan asal melepas bagian dari scaffolding. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan ketentuan agar tidak terjadi kecelakaan. Hal itu sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1980 tentang Keselamatan Kerja Konstruksi Bangunan. Perawatan dilakukan dengan pengecekan rutin untuk memastikan kelayakan dari scaffolding yang digunakan. Untuk perawatan penyimpanan, belum disediakan tempat penyimpanan khusus scaffolding sehingga pipa dan frame cepat berkarat dan rusak. Seharusrnya perusahaan menyiapkan tempat khusus penyimpanan scaffolding.

7. Kegiatan survey dan pekerjaan-pekerjaan ringan digunakan tangga sebagai temporary akses. Tangga scaffolding digunakan sebagai kaki, dengan konstruksi yang kuat dan dengan letak yang sempurna, dan hanya digunakan untuk pekerjaan ringan. Pengecekan tangga yang bekerja di atas ketinggian 2 meter wajib memperoleh persetujuan safety

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1980 Pasal 18 ayat 1 yang berisi Tangga yang digunakan sebagai kaki perancah harus dengan konstruksi yang kuat dan dengan letak yang sempurna. Perancah tangga hanya boleh digunakan untuk pekerjaan ringan. Dan telah diperhatikan juga pada saat inspeksi sehingga dapat memastikan kalau tangga itu sudah menjamin keselamatan tenaga kerja, sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1980 Pasal 25 ayat 2 yang berisi tangga harus dibuat, dipelihara dan digunakan sebaik-baiknya sehingga dapat menjamin keselamatan tenaga kerja.

commit to user BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan keselamatan scaffolding di PT. Sari Husada Unit 1 Yogyakarta, maka dapat disimpulkan bahwa :

Pemasangan dan pembongkaran scaffolding secara teknis hasil pengamatan sudah sesuai prosedur pelaksanaan keselamatan scaffolding yang harus dijalankan scaffolder. Sedangkan perawatan masih ada yang belum sesuai berkaitan dengan penyimpanan scaffolding belum disediakan tempat khusus sehingga pipa, frame, dan papan berada di tempat terbuka.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang diperkuat oleh Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1980 tentang Keselamatan Kerja Konstruksi Bangunan, diberikan saran sebagai berikut : 1. Dilakukan inspeksi rutin harian maupun mingguan untuk menjamin

keselamatan kerja pada penggunaan scaffolding.

2. Disediakan tempat penyimpanan khusus scaffolding sehingga akan lebih terjaga dari kerusakan.

commit to user

3. Pengujian ketahanan scaffolding dilakukan tidak hanya saat pemasangan saja untuk memastikan keselamatan kerja scaffolding, tetapi pada saat pelaksanaan penggunaan scaffolding.

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Depnaker, 1970. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Jakarta.

Depnaker, 1980. Permenakertrans Nomor PER-01/MEN/1980, Jakarta.

Depnaker, 1996. Permenakertrans Nomor 05/MEN/1996, Jakarta.

Depnaker, 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

Per.08/MEN/VIII/2010, tentang Alat Pelindung Diri, Jakarta.

Depnaker, 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per. /Men/2011 tentang Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja pada Ketinggian, Jakarta.

Abudayyeh Osama. 2012. An investigation of managements commitment to construction safety.

Asosiasi Ahli Keselamatan Kerja di Bangunan Tinggi, 2012.

Australia Standart 1576-1, 1984. Elemen Beban Rancang Bangun. Australia Australia Standart 1575-1, 1984. Kategori Berat Beban Hidup yang dapat

Ditanggung oleh Scaffolding, Australia.

Encyclopedia of Occupational Health and Safety. ILO

Lembaga Pembinaan Ketrampilan dan Manajemen “ALKON” Pelatihan Kompetensi Inspektor dan Supervisor Scaffolding.

Prosef Global Energy. 2012. Bekerja di Ketinggian.

Ridley John. 2003. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta : Erlangga Sari Husada, 2012. Bekerja di Ketinggian, Yogyakarta.

Sari Husada. 2009. Standart of Working at Height. Yogyakarta.

Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Surakarta : Harapan Press

Dokumen terkait