• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Pembahasan

Bagian ini berisi tentang pembahasan yang memberikan hasil analisa data sesuai rencana atau proposal penelitian. Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Dalam Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM menyebutkan tujuan pemberdayaan UMKM salah satunya adalah meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Maka karena pentingnya tujuan tersebut Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk melakukan pemberdayaan terhadap UMKM khususnya pengrajin tas di desa Trayang, kecamatan Ngronggot, kabupaten Nganjuk. Dari hasil penelitian peneliti dapat mendiskripsikan masing-masing fokus sebagai berikut:

4.3.1.Pelatihan Kewirausahaan

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti dilapangan, bahwa Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk dalam melaksanakan pemberdayaan melalui pelatihan kewirausahaan yang memiliki manfaat khususnya bagi pengrajin tas di Desa Trayang. Pelatihan Kegiatan pelatihan kewirausahaan ada dua sasaran kajian yaitu :

Proses penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk memberikan dampak positif bagi pengrajin. Hal ini dapat memberikan pengaruh dalam peningkatan kesadaran para pengrajin untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas. Temuan diatas sesuai dengan teori indikator pemberdayaan yang dikemukakan oleh Parsons et.al (1994) dalam Edi Suharto (2009:63) mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada 1) Sebuah proses pembangunan bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang besar. 2) Sebuah keadaan psikologis yang ditandai rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan orang lain. 3) Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.

Pemberdayaan ini dapat mempengaruhi perubahan sosial bagi pengrajin tas di Desa Trayang. Hal ini dikarenakan adanya pemberian penyuluhan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk kepada pengrajin untuk meningkatkan kualitas produksi. Hasil produksi yang awalnya belum berkembang kini dengan adanya penyuluhan yang kemudian disertai dengan pelatihan dapat meningkatkan rasa percaya diri pengrajin, sehingga pangrajin dapat berinovasi dan hasil produksinya berdaya saing.

Kegiatan pemberian penyuluhan untuk meningkatkan kualitas produksi yang dilakukan oleh dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk kepada Pengrajin tas di desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk yaitu berupa

dorongan kesadaran kewirausahaan yang bertujuan agar pengrajin mengetahui tentang kewirausahaan serta dapat menciptakan inovasi dalam produknya. Hal ini sesuai dengan teori Heru Kristanto (2009:30) menjelaskan bahwa langkah-langkah prinsip memotivasi keinovasian guna mempercepat proses kewirausahaan antara lain yaitu membuat produk, proses atau jasa berdasarkan keinginan konsumen (make the product, process, or service customers-based).

Dengan adanya penyuluhan peningkatan kualitas produksi kepada pengrajin tas di desa Trayang, maka diharapkan pengrajin tas dapat mengetahui tentang kewirausahaan serta dapat menciptakan inovasi dalam produknya sehingga tertarik untuk mengikuti pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parsons et.al. (1994) dalam Suharto (2009:66) menyatakan bahwa pemberdayaan antara lain menggunakan pendekatan mezzo yaitu pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok masyarakat, pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan serta sikap-sikap kelompok agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Berdasarkan uraian diatas tentang pemberdayaan melalui pemberian penyuluhan untuk meningkatan kualitas produk yang dilakukan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan konsep dan tujuan dari sebuah pemberdayaan.

4.3.1.2.Memberikan Pelatihan

Kabupaten Nganjuk memberikan pelatihan berupa pelatihan ketrampilan dan pelatihan membuat administrasi keuangan atau pembukuan sederhana. Pelatihan ketrampilan bertujuan supaya pengrajin tas dapat mengembangkan pola atau disain, sedangkan pelatihan membuat pembukuan bertujuan supaya pengrajin mengetahui pengeluaran serta laba yang diperolehnya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pelatihan menurut Hamalik (2001:16) bahwa pelatihan bertujuan untuk mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus-menerus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, professional, beretos kerja yang tinggi dan produktif.

Kegiatan pelatihan ketrampilan yang dilakukan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk kepada pengrajin berupa pembuatan label, kemasan serta membuat disain atau pola agar sesuai dengan perkembangan mode sehingga dapat meningkatkan daya saing produksi. Hal ini sesuai dengan teori Samsudin (2006:110) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera. Spesifik berarti pelatihan berhubungan dengan bidang yang dilakukan. Praktis dan segera berarti yang sudah dilatih dapat segera dipraktikkan. Umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan kerja dalam waktu yang relatif singkat (pendek).

Pelatihan yang diberikan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk menurut Samsudin (2006:110), pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera seperti pengembangan pembuatan label, disain dan pengembangan pola. Pelatihan

tersebut segera dipraktekkan oleh pengrajin.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan ketrampilan tersebut berdampak positif bagi pengrajin karena pangrajin dapat mengembangkan pola dan disain dalam pembuatan model tas, sehingga hasil produksi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

Pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Indagkoptamben selanjutnya adalah pelatihan administrasi keuangan. Dalam pelatihan ini Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk melatih pengrajin untuk membuat pembukuan sederhana. Tujuan dari pelatihan tersebut yaitu agar pengrajin bisa membuat pembukuan sederhana dalam proses produksi, sehingga bisa mengetahui omset yang diperolehnya. Hal ini sesuai dengan teori Wrihatnolo dan Dwidjojoto (2007:132) menjelaskan bahwa program-prograam pemberdayaan masyarakatpun dapat dikategorikan sebagai kebijakan publik. Sebuah kebijakan atau program pada hakikatnya adalah sebuah instrument yang digunakan pemerintah untuk melakukan perubahan ekonomi, sosial, maupun budaya pada masyarakat. Demikian pula halnya dengan program-program pemberdayaan masyarakat yang dimaksudkan untuk mewujudkan ataupun dampak yang diinginkan, untuk memenuhi kebutuhan publik atau masyarakat.

Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk memberikan pelatihan secara langsung kepada pengrajin tas tersebut. Pengrajin langsung mempraktekkan hasil pelatihan dibawah bimbingan pelatih. Hal tersebut sesuai dengan teori Malayu Hasibuan (2007:77) yang menyatakan tentang metode latihan atau training salah satunya adalah on the job yaitu para peserta latihan langsung bekerja ditempat

untuk belajar dan meniru suatu pekerjaan dibawah bimbingan seorang pengawas. Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang dilkasanakan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk telah dilaksanakan dengan baik. Karena dengan adanya pelatihan tersebut pengrajin dapat mengembangkan pola dan disain dalam pembuatan model tas serta pengrajin dapat membuat pembukuan secara sederhana.

Fokus pertama mengenai pelatihan kewirausahaan mempunyai dampak positif bagi pengrajin tas karena dapat memberikan pengaruh terhadap para pengrajin untuk mengikuti pelatihan, sehingga pengrajin dapat meningkatkan kualitas produksi dan dapat mengetahui administrasi keuangan.

4.3.2.Strategi Pemasaran Produk

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti dilapangan, bahwa Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk dalam melakukan pemberdayaan melalui strategi pemasaran produk dilaksanakan dengan mengikuti pameran. Pameran ini merupakan upaya dinas sebagai sarana promosi dalam meningkatkan pemasaran produk. Seperti yang diungkapkan oleh Sistaningrum (2001:219) menyatakan bahwa promosi adalah suatu upaya atau kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi “konsumen aktual” maupun “konsumen potensial” agar mereka mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan saat ini atau dimasa yang akan datang.

Konsumen aktual adalah konsumen yang langsung membeli produk yang ditawarkan pada saat atau sesaat setelah promosi produk tersebut dilancarkan pengrajin. Dalam kegiatan pameran yang menjadi konsumen aktual adalah

pengunjung pameran yang langsung tertarik untuk memberi produk. Sedangkan konsumen potensial adalah pengunjung yang tertarik pada saat melihat pameran tapi tidak langsung membeli pada saat pameran, namun melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan dimasa yang akan datang.

Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan Energi Daerah Kabupaten Nganjuk melakukan pemberdayaan kepada pengrajin tas dengan memberi sarana berupa stan pada saat pameran dan semua biaya ditanggung oleh dinas. Pemberian akses ini merupakan upaya dinas untuk memfasilitasi pengrajin dalam melakukan pemasaran produk agar lebih meningkat dan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marwan Asri (2003:360) menyatakan bahwa tujuan dari promosi yang dilakukan perusahaan menurut Marwan Asri (2003 : 360) yaitu : 1) Informing, yaitu memberitahukan informasi selengkap-lengkapnya kepada calon pembeli. 2) Persuading yaitu membujuk calon konsumen agar mau mebeli barang atau jasa yang ditawarkan. 3) Reminding yaitu mengingatkan konsumen tentang adanya barang tertentu, yang dibuat dan dijual perusahaan tertentu, ditempat tertentu dengan harga yang tertentu pula.

Kagiatan pemasaran produk melalui pemeran tersebut menginformasikan kepada msyarakat luas untuk mengunjungi pameran yang sedang dilaksanakan, sehingga mampu mempengaruhi masyarakat atau pengunjung untuk membeli produk tas tersebut.

Namun dalam upaya strategi pemasaran produk UKM yang dilakukan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk belum memasarkan produk melalui internet atau website resmi kabupaten Nganjuk. Website resmi tersebut berfungsi

untuk memperkenalkan produk unggulan di Kabupaten Nganjuk khususnya untuk kerajinan tas, sehingga masyarakat yang mengakses website tersebut langsung mendapatkan info tentang produk. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Heri Kristanto (2009:107) menyatakan bauran pemasaran antara lain melalui

advertising (periklanan). Pemilihan iklan yang benar akan dapat mencapai pasar

sasaran secara efektif. Pemilihan media yang benar mampu mendatangkan banyak manfaat bagi produk dan juga perusahaan salah satunya melalui internet atau The

World Wide Web.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran produk melalui kegiatan promosi mengikuti pameran yang dilakukan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk memberikan dampak positif bagi para pengrajin karena produk lebih dikenal oleh masyarakat luas serta meningkatkan omset begi pengrajin tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. Namun dalam strategi pemasaran Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk belum menyediakan website resmi Kabupaten Nganjuk yang berfungsi untuk memperkenalkan produk kerajinan tas dengan menyediakan info mengenai produk dan tempat produksi di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. agar lebih dikenal masyarakat secara luas.

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dari hasil wawacara yang dilakukan penulis dengan Seksi Pemberdayaan UMKM pada Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan Energi Daerah Kabupaten Nganjuk dan pengrajin tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk, maka dalam penelitian mengenai Pemberdayaan Pengrajin Tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelatihan kewirausahaan yang meliputi dua sasaran kajian yaitu :

a. Pemberian penyuluhan yang dilaksanakan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk dapat meningkatkan kesadaran wirausaha bagi pengrajin untuk mengikuti pelatihan telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan konsep dan tujuan dari sebuah pemberdayaan.

b. Pemberian pelatihan ketrampilan dan administrasi keuangan yang dilkasanakan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk telah dilaksanakan susuai jadwal dengan baik. Dan telah memberikan dampak positif karena dengan adanya pelatihan tersebut pengrajin dapat mengembangkan pola dan disain dalam pembuatan model tas serta pengrajin dapat membuat pembukuan secara sederhana.

2. Strategi Pemasaran Produk

Dalam mengikuti pameran yang dilaksanakan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk memberikan dampak positif bagi para pengrajin karena produk lebih dikenal oleh masyarakat luas serta meningkatkan omset begi pengrajin tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. 5.2.Saran

Berdasarkan kesimpulan data diatas mengenai pemberdayaan pengrajin tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk, berikut saran yang penulis berikan :

1. Perlu adanya paguyuban sehingga dapat menampung dan menginformasikan mengenai kegiatan yang diadakan oleh Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk.

2. Perlu adanya website resmi dari Dinas Indagkoptamben Kabupten Nganjuk untuk memasarkan produk UKM, diharapkan dengan adanya website tersebut dapat memperkenalkan produk UKM unggulan Kabupaten Nganjuk, sehingga masyarakat yang mengakses website tersebut mendapat info tentang hasil produk.

Agustino, Leo, 2006, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung : CV. Alfabeta Miles,M.B., & Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber

Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta : Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Siagian P. Sondang, 2003, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan

Strateginya. Jakarta, Bumi Aksara.

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Cetakan Kedua. Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Suharto, Edi 2009, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial,

Bandung ; PT Refika Aditama.

Winarno. 2007. Kebijakan Publik : Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Wrihatnolo, Randy R. Dan Riant Nugroho D., 2007, Manajemen Pemberdayaan ;

Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk Pemberdayaan Mayarakat,

Jakarta; PT Elex Media Komputindo. Jurnal:

Hesti Kusuma Wardani Ambar Pertiwi, Abdul Juli Andi Gani, Abdullah Said, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 2, hal. 89-96, PERANAN DINAS KOPERASI DAN UKM DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH KOTA MALANG (Studi pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang).

Risah Alfianah (2011), Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur, penelitian yang berjudul “PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO”.

Sri Wahyuni R, 2013, Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Program Sarjana, penelitian yang berjudul “STRATEGI PEMDERDAYAAN USAHA KECIL

Renstra Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk Tahun 2009-2013.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikiro, Kecil dan Menengah

Dokumen terkait