• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PENGRAJIN TAS DI DESA TRAYANG KECAMATAN NGRONGGOT KABUPATEN NGANJUK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN PENGRAJIN TAS DI DESA TRAYANG KECAMATAN NGRONGGOT KABUPATEN NGANJUK."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

Disusun Oleh :

SHINTA OKTA VITA SARI

NPM. 1041010012

Oleh :

SHINTA OKTA VITA SARI

NPM. 1041010012

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

ii

Disusun Oleh : SHINTA OKTA VITA SARI

NPM : 1041010012

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui : Pembimbing,

Dr. Ertien Rining N, M.Si

NIP. 19680116199402001

Mengetahui :

Dekan Falutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasionl ”Veteran” Jawa Timur

(3)

iii

Disusun Oleh : SHINTA OKTA VITA SARI

NPM : 1041010012

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 10 Juli 2014

Dosen Pembimbing, Tim Penguji :

Dr.Ertien Rining N, M.Si

NIP. 19680116199402001

1. Ketua,

Dr. Lukman Arif, M.Si

NIP. 19641102199431001

2. Sekretaris,

Dr.Ertien Rining N, M.Si NIP.19680116199402001

3. Anggota,

Dra. Sri Wibawani, M.Si NIP.196704061994032001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

(4)

iv

NPM : 1041010012

PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Menyatakan bahwa Skripsi ini telah direvisi dan disahkan Pada Tanggal 16 Juli 2014

Mengetahui/Menyetujui :

Dosen Penguji I, Dosen Penguji II, Dosen Penguji III,

Dr. Lukman Arif, M.Si

NIP. 19641102199431001

Dr.Ertien Rining N, M.Si NIP.19680116199402001

Dra. Sri Wibawani, M.Si

(5)

v

SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “PEMBERDAYAAN PENGRAJIN TAS DI DESA TRAYANG KECAMATAN NGRONGGOT KABUPATEN NGANJUK”.

Pembuatan Skripsi ini merupakan bagian dari proses studi dalam program studi Ilmu Administrasi Negara yang wajib diselesaikan oleh setiap mahasiswa yang merupakan persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana (S1) Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di UPN “Veteran” Jawa Timur. Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ertien Rining Nawangsari, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

Disamping itu penulis juga telah mendapatkan banyak bantuan pikiran atau tenaga dalam peneyelesaian proposal ini. Oleh karena itu penulis juga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(6)

v

3. Ibu Dra. Hj. Susi Hardjati, MAP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN ”Veteran”Jawa Timur.

4. Ibu Sofiarti selaku pemilik usaha kerajinan tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk.

5. Buat kedua orang tua terima kasih atas do’a, kesabaran, semangat dan pengertian memberikan dukungan yang luar biasa selama proses penyusunan proposal ini.

6. Buat teman-teman angkatan 2010 terima kasih atas dukungannya. Thanks atas semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membanguan penulisan proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juli 2014

(7)

xi

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memiliki peran yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan daerah maupun masyarakat lokal. Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai usaha untuk menciptakan lapangan kerja dan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memberikan sumbangan terhadap pendapatan asli daerahnya. Kerajinan tas yang terbuat dari bahan monte, manik-manik dan batu-batuan merupakan salah satu usaha kecil menengah yang ada di Kabupaten Nganjuk tepatnya di Desa Trayang, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Kerajinan tas yang ada di daerah tersebut merupakan buatan atau hasil karya dari warga Desa Trayang, yang merupakan usaha sampingan warga daerah tersebut untuk menambah pendapatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberdayaan pengarajin tas di desa Trayang kecamatan Ngronggot kabupaten Nganjuk.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah pelatihan kewirausahaan dan yang kedua adalah strategi pemasaran produk. Key

Informan dalam penelitian ini adalah Bapak Ganang, SE selaku Seksi

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data dalam penelitian ini dengan menggunakan model interaktif Miles and Huberman (1992: 20) terjemahan dari Tjetjep Rohendi Rohidin. Keabsahan data pada penelitian ini meliputi credibility (derajat kepercayaan); transferability (keteralihan); dependability (ketergantungan); konfirmability (kepastian).

Hasil dari penelitian ini adalah dengan adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk melalui penyuluhan dapat meningkatkan kesadaran wirausaha bagi pengrajin untuk mengikuti pelatihan serta dengan adanya pelatihan ketrampilan dan administrasi keuangan memberikan dampak positif karena dengan adanya pelatihan tersebut pengrajin dapat mengembangkan pola dan disain dalam pembuatan model tas serta dapat membuat pembukuan secara sederhana. Namun dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui ketrampilan belum terdapat paguyuban tang berfungsi untuk menginformasikan mengenai kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk. Pemberdayaan melalui strategi pemasaran produk memberikan dampak positif bagi para pengrajin karena produk lebih dikenal oleh masyarakat luas serta meningkatkan omset begi pengrajin tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. Namun dinas belum menyediakan website resmi yang berfungsi untuk memberikan informasi dan memperkenalkan produk kapada masyarakat luas.

(8)

vi

HALAMAN PERSETUJUAN……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI ……….. iv

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

ABSTRAKSI……….. ……… xi

BAB I PENDAHULUAN ... .1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1.Penelitian Terdahulu ... 10

2.2.Landasan Teori ... 14

2.2.1.Pemberdayaan ... 14

2.2.1.1.Tujuan Pemberdayaan ... 17

2.2.1.2.Dimensi Ukuran dan Indikator Pemberdayaan ... 18

2.2.1.3.Strategi Pemberdayaan ... 22

2.1.1.4. Pendekatan Pemberdayaan ………. 26

2.1.1.5. Tahap-Tahap Pemberdayaan ………. 27

2.2.2.Konsep Kebijakan Publik ………28

2.2.2.1. Sifat Kebijakan Publik ………29

2.2.2.2. Manfaat Kebijakan Publik ………... 30

(9)

vii

2.2.3. Pelatihan...34

2.2.3.1. Pengertian Pelatihan ...34

2.2.3.2. Tujuan Penelitaian ...35

2.2.3.3. Komponen-Komponen Peletihan ...36

2.2.3.4. Metode Pelatihan ...36

2.2.4. Konsep Kewirausahaan...38

2.2.4.1. Pengertian Kewirausahaan ...38

2.2.4.2. Prinsip Motivasi ...39

2.2.4.3. Proses Inovasi ...39

2.2.4.4. Manfaat Kewirausahaan ...41

2.2.5. Konsep Promosi ...42

2.2.5.1. Pengertian Promosi ...42

2.2.5.2. Bauran Promosi ...42

2.2.5.3. Tujuan Promosi ...51

2.3.Kerangka Berfikir………...52

BAB III METODE PENELITIAN ………... 53

3.1.Jenis Penelitian ... 53

3.2. Lokasi Penelitian ... 54

3.3.Fokus Penelitian ... 54

3.4.Sumber dan Jenis Data ... 56

3.5. Informan dan Teknik Penarikan Informan ... 58

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.7. Teknik Analisis Data ……… 60

3.8. Keabsahan Data ………... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...65

(10)

viii

4.1.1.2.Visi dan Misi Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi,

Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk ...66

4.1.1.3. Kebijakan Umum Bidang Industri, Perdagangan Koperasi dan UMKM ...67

4.1.1.4. Struktur Organisasi Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk ...68

4.1.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Struktur Organisasi Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk ...71

4.1.1.6.Komposisi Pegawai Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk ...79

4.1.2. Gambaran Umum Desa Trayang ...80

4.1.2.1. Komposisi Kependudukan ...82

4.1.3.Industri Tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk...84

4.2. Hasil Penelitian ...86

4.2.1. Pelatihan Kewirausahaan ...87

4.2.1.1.Pemberian Penyuluhan Untuk Meningkatkan Usaha dan Kualitas Produk ...87

4.2.1.2. Memberikan Pelatihan ...89

4.2.2. Strategi Pemasaran Produk ...93

4.3. Pembahasan ...97

4.3.1. Pelatihan Kewirausahaan ...97

4.3.1.1.Pemberian Penyuluhan Untuk Meningkatkan Usaha dan Kualitas Produk ...98

4.3.1.2. Memberikan Pelatihan... 100

(11)
(12)

viii

Gambar 1.1 : Foto Kerajinan ... 8

Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir ... 52

Gambar 3.1 : Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman ...62

Gambar 4.1 : Foto Dinas Indakoptamben Kabupaten Nganjuk...65

Gambar 4.2 : Foto Misi dan Visi Dinas Indakoptamben Kabupaten Nganjuk...67

Gambar 4.3 : Bagan Struktur Organisasi Dinas Indakoptamben Kabupaten Nganjuk...70

Gambar 4.4 : Foto Peta Desa Trayang...81

Gambar 4.5 : Pengrajin Mengikuti Keterampilan...91

Gambar 4.6 : Hasil Kerajinan Tas...92

Gambar 4.7 : Foto Pengrajin Mengikuti Pameran...95

(13)

ix

Tabel 4.2 : Komposisi Pegawai Dinas Indakoptamben Berdasarkan Pendidikan.80 Tabel 4.3 : Jumlah Penduduk Desa Trayang Berdasarkan Pendidikan...82 Tabel 4.4 : Jumlah Penduduk Desa Trayang Berdasarkan Usia...83 Tabel 4.5 : Nama Usaha Kerajinan Tas di Desa Trayang...85 Tabel 4.7 : Jadwal Kegiatan Pameran Dinas Indagkoptamben

Tahun 2013-2014...96

(14)

xiii 1. Surat Keterangan Selesai Penelitian 2. Matriks Reduksi Data

3. Lembar Foto

(15)

1

Pembangunan merupakan suatu rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Dan juga dilaksanakan dalam berbagai bidang meliputi pembangunan dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan.

Dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi, pada era otonomi daerah seperti saat ini, mewujudkan pembangunan nasional pada bidang ekonomi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi juga daerah, hal ini menjadi akibat adanya desentralisasi sehingga memaksa pemerintah pusat memberikan sebagian kewenangan kepada Pemerintah daerah dalam mengatur dan membangun potensi daerahnya masing-masing.

(16)

juga harus diarahkan agar pertumbuhan tersebut dapat dinikmati hasilnya secara lebih merata oleh semua lapisan masyarakat.

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta secara bertanggung jawab. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain. (Kuncoro, 2004:46).

Diperlukan berbagai upaya inovatif dan kreatif oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakatnya. Diantara yang dapat dilakukan, yaitu dengan program pemberdayaan masyarakat melalui Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:74) menjelaskan, konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat) dan

community-based development (pembangunan yang bertumpu pada

masyarakat).

(17)

dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Selain itu dalam Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Dan yang dimaksud Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Serta yang dimaksud dengan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

(18)

daerah maupun masyarakat lokal. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyatakan bahwa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan ketentuan mengenai pemberdayaan usaha kecil menengah dengan cara menumbuhkan iklim usaha yang mendukung pengembangan usaha kecil mikro menengah dan pengembangan dan pembinaan usaha mikro, kecil menengah.

(19)

membimbing, melindungi serta menumbuhkan suatu iklim yang menunjang.

Selain itu dalam Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yaitu:

a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan;

c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai usaha untuk menciptakan lapangan kerja dan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memberikan sumbangan terhadap pendapatan asli daerahnya.

(20)

APBD. Dalam praktek, otonomi berarti upaya penggalakan, penggalangan, dan intensifikasi sumber-sumber penerimaan daerah dengan cara apapun.

Dalam melaksanakan program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan menengah, Pemerintah Kabupaten Nganjuk menyerahkan tugas dan wewenangnya kepada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi (Indagkoptamben) Kabupaten Nganjuk . Dimana Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi daerah Kabupaten Nganjuk pada sektor industri dan perdagangan, Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) dan Koperasi di Kabupaten Nganjuk mempunyai tugas merumuskan kebijakan teknis, menyelenggarakan urusan pemerintah dan pelayanan umum, membina dan melaksanakan tugas dibidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Pembangunan ekonomi masyarakat kabupaten Nganjuk terkait dengan pembangunan sektor Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi diharapkan pembangunan sektor usaha ini menunjukkan adanya peningkatan dari jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilai investasi. Peningkatan jumlah usaha ini dibarengi dengan perhatian dan pembinaan yang cukup dari pemerintah kabupaten terkait dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusianya maupun kemampuan pendanaan usahanya.

(21)

warga Desa Trayang, yang merupakan usaha sampingan warga daerah tersebut untuk menambah pendapatannya. Pada awalnya masyarakat mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi dalam Pemberdayaan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) Kabupaten Nganjuk. Dalam perkembangannya dinas tersebut memberikan bantuan berupa pinjaman dana, bagi warga yang ingin mengembangkan kemampuan yang diperolehnya dari pelatihan tersebut, sehingga dapat mengajak warga sekitar khususnya ibu rumah tangga yang memiliki waktu senggang, untuk bergabung menjadi pengrajin tas. Sehingga dapat manambah penghasilan pengrajin tas tersebut.

Namun sejak beberapa tahun yang lalu minat pengrajin tas tersebut semakin menurun dalam usaha kerajinan tas tersebut, sebab masyarakat kurang memiliki keahlian ketrampilan dan bidang teknologi pemasaran, karena itulah mereka selalu kesulitan untuk memasarkan tasnya agar dapat dikenal hingga mancanegara bukan hanya dalam negeri saja. Sehingga banyak pengusaha yang beralih profesi dan meninggalkan kerajinan tas.

Berikut ini hasil oservasi awal wawancara dengan Ibu Sofiarti selaku pemilik usaha Kerajinan Tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk mengenai minat parajin, beliau menjelaskan bahwa :

“...Ya akhir-akhir ini minat orang-orang untuk membuat tas ini menurun mbak, karena susah dalam mengikuti model dan susah menguasai strategi untuk memasarkan...” (wawancara tanggal 8 Maret 2014).

(22)

Energi dalam Pemberdayaan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) Kabupaten Nganjuk diharapkan pengrajin mengembangkan usahanya, sehingga usaha kerajinan tas kedepannya mampu menciptakan hasil tas yang bervariasi model dan bentuk serta berkualitas baik, sehingga pada akhirnya nanti mampu berkembang hingga mencapai pasaran lokal maupun eksport.

Berikut salah satu gambar kerajinan tas yang ada di Kabupaten Nganjuk tepatnya di Desa Trayang, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk :

Gambar 1.1 : Foto Kerajinan Tas

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “Pemberdayaan Pengrajin Tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk”.

1.2 Perumusan Masalah

(23)

“Bagaimana Pemberdayaan Pengrajin Tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk”?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini oleh penulis adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui Pemberdayaan Kerajinan Tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk”.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai Pemberdayaan Kerajinan Tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. 2. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi Kabupaten Nganjuk sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi para pengusaha kecil.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(24)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan Pemberdayaan Kerajinan Tas di Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk antara lain :

1. Hesti Kusuma Wardani Ambar Pertiwi, Abdul Juli Andi Gani, Abdullah Said, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 2, hal.

89-96, PERANAN DINAS KOPERASI DAN UKM DALAM

(25)

penelitian ini adalah (1) pelaksanaan pemberdayaan UKM (2) faktor pendukung dan faktor penghambat. Hasil dari penelitian ini adalah pemberdayaan yang dilakukan belum maksimal dan merata karena data jumlah UKM belum valid dengan faktor pendukung dan penghambatnya. Saran yang diberikan adalah Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang melakukan pendataan terhadap semua UKM yang ada di Malang.

(26)

penelitiannya berdasar dari fase inisial, partisipatoris, dan emansipatoris. Instrumen pengumpulan data adalah wawancara dan observasi pada lokasi dan juga berdasarkan dokumen. Lama peneltiannya sekitar 1 bulan. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian ini menujjukan bahwa strategi pemberdaya Usaha Kecil Menengah dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindusrtian dan Perdagangan belum optimal dalam rangka memberdayakan koperasi pertanian yang berdasarkan daritiga fase yaitu fase inisial (Dinas Kop. berperan penuh dalam memberdayakan koperasi), fase partisipatoris (Dinas Kop. Bekerja sama dengan anggota koperasi), dan fase emansipatoris (Dinas Kop. hanya menjadi fasilitator dalam perkembangan koperasi pertanian). Hal ini terbukti dengan kurang berkualitasnya sumber daya yang ada dalam koperasi, rendahnya permodalan koperasi, sarana dan prasarana belum memadai, pengawasan yang lemah, dan lain sebagainya.

3. Risah Alfianah (2011), Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur, penelitian yang berjudul “PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO”. Penelitian ini bermaksudkan untuk menjawab bagaimana pemberdayaan pengusaha batik tulis desa Jetis Kecamatan Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo. Dalam menjawab permasalahan tersebut peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan instrument

pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data Milles dan Hubermen

(27)

valid dan relevan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pemberdayaan

pengusaha batik tulis yaitu melalui pembinaan manajemen dan pemasaran

produk untuk dapat lebih berdaya dan mandiri. Adapun pemberian

pemberdayaan bagi pengusaha batik tulis desa Jetis adalah pembinaan mengenai

manajemen yang dapat dilihat dari pengetahuan para pengusaha mengenai

pengelolaan keuangan. Sedangkan pemasaran produk lebih melihat pada akses

pemasaran. Dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan pengusaha batik

tulis desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo telah dilaksanakan

dengan baik. Hal tersebut trbukti dengan terlaksananya pemberdayaan yang

dilakukan adalah pemberdayaan yang dilakukan dalam bentuk pemberian

pelatihan manajemen mengenai pengelolaan keuangan, dengan pembinaan

berupa pembukuan sederhana tersebut pengusaha yang kurang memiliki

pengetahuan tentang pengaturan keuangan, dan sering mengalami kerugian pada

usahanya. Kini Mampu untuk diberdayakan dengan memberikan pembinaan

mengenai pengelolaan keuangan dan hal tersebut memberikan dampak positif,

dapat terlihat dari para pengusaha yang kini telah mampu untuk mengatur serta

tidak kesusahan lagi dalam menemukan kesalahan pada pengelolaan keuangan

sehingga hal tersebut memberikan keuntungan bagi para pengusaha dan

memudahkan para pengusaha untuk dapat mengetahui serta mengukur

keuntungan dan kerugian yang di perolehnya. Bentuk-bentuk pemberdayaan

melalui pemasaran produk dengan penyediaan sarana untuk memperlancar

pengembangan hasil produk batik tulis berupa pameran dengan memberikan stan

saat ada event, serta memberikan akses pemasaran dalam bentuk promosi.

(28)

pengusaha semakin bertambah konsumenya setelah pembeli tersebut melihat

batik tulis dipameran. Dengan demikian pengusaha batik tulis mengalami

peningkatan pendapatan dan lebih dikenal oleh khalayak luas.

Penelitian terdahulu yang tertulis ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian atau perbandingan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu, penelitian ini difokuskan pada Bagaimana Pemberdayaan Pengusaha Kerajinan Tas di Desa Trayang, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Sedangkan penelitian terdahulu mengenai Peranan Dinas Koperasi Dan UKM dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Kota Malang (Studi Pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang), yang kedua mengenai Strategi Pemderdayaan Usaha Kecil Menengah Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sidenreng Rappang (Studi Kasus: Pemberdayaan Koperasi Pertanian), dan yang ketiga mengenai Pemberdayaan Pengusaha Batik Tulis Desa Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. 2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pemberdayaan

(29)

Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:74) menjelaskan konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat) dan community-based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat), dan tahap selanjutnya muncul istilah

community-driven development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang

diarahkan masyarakat atau diistilahkan pembangunan yang digerakkan masyarakat.

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat bersangkutan. Masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat serta inovatif, tentu memiliki keberdayaan yang tinggi.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Indonesia yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

(30)

dari proses internalisasi yang dihasilkan dari interaksi mereka dengan masyarakat. Mereka menganggap diri mereka lemah dan tidak berdaya, karena masyarakat memang menganggap demikian. Seligman menyebut keadaan ini dengan istilah alienasi. Sementara Seligmen menyebutnya sebagai ketidakberdayaan yang dipelajari (Learned helpless-ness), dan Learner menamakannya dengan istilah ketidakberdayaan surplus (Surpluss Powerlesness).

Menurut Ife dalam Edi Suharto (2009:59) pemberdayaan memuat dua pengertian kunci yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuatan politik dalam arti sempit, melainkan kekusaan atau penguasaan klien atas:

a. Pilihan-pilhan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.

b. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

c. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspersikan dan menyumbang gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.

d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.

e. Sumber-Sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal kemasyarakatan.

(31)

produksi, distribusi serta pertukaran barang serta jasa.

g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

2.2.1.1. Tujuan Pemberdayaan

Menurut Suharto (2009; 60), Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Guna melengkapi pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:

1. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender maupun etnis.

2. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.

3. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi atau keluarga.

(32)

dihargai dan bahkan dicap sebagai orang yang malas, lemah, yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka seringkali merupakan akibat dari adanya kekurangadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.

Menurut Ife (1995) dalam Edi Suharto (2009:58) berpendapat bahwa tujuan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.

Sedangkan menurut Abipraja (2002:68) tujuan pemberdayaan adalah meningkakan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi, makin luasnya interaksi kelompok didalam masyarakat.

2.2.1.2. Dimensi Ukuran dan Indikator Pemberdayaan

(33)

Pada pengertian kedua, perubahan yang diharapkan tidak selalu harus terjadi secara cepat dan bersamaan dalam waktu yang sama. Pemberdayaan masyarakat dengan sendirinya terpusat pada sector ekonomi karena sasaran utamanya adalah memandirikan masyarakat. Pembangunan manusia berkualitas bukan hanya menyangkut aspek ekonominya, tetapi juga disisi lain, seperti pendidikan dan kesehatan. Dalam bidang ini,ukurannya telah banyak dikembangkan antara lain persentase penduduk yang buta huruf, angka partisipasi sekolah untuk SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi,angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, persentase penduduk yang kurang gizi, dan rata-rata umur harapan hidup. Selain itu, Bappenas bersama BPS juga sedang mengembangkan angka indeks kesejahteraan rakyat yang menggabungkan indicator ekonomi, kesehatan dan pendidikan dalam suatu angka indeks. Dalam dunia internasional, indeks seperti ini telah dikembangkan oleh UNDP yang dikenal dengan nama

Human Development Index (HDI).

Menurut Kiefer (1981) dalam Edi Suharto (2009:63) pengertian pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosial politik, dan kompetensi partisipatif. Parsons et.al (1994) seperti yang dikutip oleh Edi Suharto (2009:63) juga mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada :

a. Sebuah proses pembangunan bermula dari pertumbuhasn individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan social yang lebih besar b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai rasa percaya diri, berguna dan

(34)

c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.

Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan yang perlu dioptimalkan. Schuler, Hashemi dan Riley dalam Suharto mengembangkan delapan indikator pemberdayaan yang mereka sebut sebagai empowerment index atau indeks pemberdayaan. Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu : ‘kekuasaan di dalam’ (power within), ‘kekuasaan diluar’ (power to), ‘kekuasaan atas’ (power over), dan ‘kekuasaan dengan’ (power with). Menurut Schuler, Hashemi dan Riley dalam Suharto (2009:64) indikator pemberdayaan adalah :

1. Kebebasan mobilitas : kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat tinggalnya, seperti pasar, fasilitas medis, rumah ibadah, ke rumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian.

(35)

membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari dan kebutuhan dirinya. Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

3. Kemampuan membeli komoditas besar : kemampuan untuk membeli barang-barang sekunder atau tersier. Seperti halnya diatas, poin tinggi diberikan jika dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri.

4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga: mampu membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai keputusan-keputusan keluarga.

5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga : responden ditanya mengenai apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak-anak, mertua) yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya; yang melarang mempunyai anak; atau melarang bekerja diluar rumah. 6. Kesadaran hukum dan politik : mengetahui nama presiden, mengetahui

salah seorang pegawai pemerintah desa/kelurahan, mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.

(36)

penyalahgunaan kekuasaan polisi dan pegawai pemerintahan.

8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga : memiliki rumah, tanah, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika memiliki aspek-aspek secara sendiri/terpisah dari pasangannya

2.2.1.3. Strategi Pemberdayaan

Parsons et.al. (1994) dalam Suharto (2009:66) menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literature yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain diluar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting) : mikro, mezzo dan makro.

1. Pendekatan Mikro : pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan konseling, stress management (manajemen

stress), crisis intervention (krisis intervensi). Tujuan utamanya adalah

membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupanya. Model ini sering disebut sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered approach).

(37)

masyarakat, pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan serta sikap-sikap kelompok agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi.

3. Pendekatan Makro : pendekatan ini sering disebut dengan strategi sistem pasar (large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004:46), upaya-upaya dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga tahap, antara lain : 1. Menciptakan suasana atau iklim tolaknya yang memungkinkan masyarakat

untuk berkembang. Disini titik tolaknya bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

(38)

serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta akses kedalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.

3. Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi (Protecting). Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakkan kepada yang lemah sangat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal ini justru akan menglunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat dari sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah masyarakat tidak dijadikan objek berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subyek upaya pembangunan sendiri. Upaya utama dalam pemberdayaan menurut Wrihatnolo dan Dwidjojoto (2007 : 205), ada tiga macam upaya, yaitu :

1. Upaya pemberian kesempatan

(39)

memberdayakan kelompok masyarakat berkemampuan lemah dalam jangka waktu tertentu (World Bank, 2000, dan UNDP, 2003). Upaya ini harus disediakan dan dipersiapkan secara terencana oleh para pengambil keputusan baik dikalangan pemerintaan maupun di kelompok swadaya masyarakat (Sumodiningrat, 1999). Yang dimaksud kelompok berkemampuan lemah dapat dikategorikan dengan berbagai pendekatan. Dari sisi pendekatan ekonomin Badan Pusat statistic (BPS) mengkategorikan masyarakat berkemampuan lemah yaitu dengan penghasilan dibawah garis kemiskinan (BPS,2002).

2. Upaya pemihakan

Pemberdayaan adalah memberikan pemihakan yang berjalan terpadu upaya pemberian kesempatan. Upaya pemihakan utamanya dilakukan dengan cara-cara menciptakan iklim yang kondusif untuk melakukan kegiata social-ekonomi (enabling) dan mencegah penindasan yang kuat terhadap yang lemah dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan mengakses asset produktif dan sediaan produktif yang ada. 3. Upaya perlindungan

(40)

2.2.1.4. Pendekatan Pemberdayaan

Menurut Suharto (2009:67), pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjaadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemelliharaan.

1. Pemungkinan : Menciptakan suasana atau iklim yang memugkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

2. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan dari masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menhindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

(41)

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara bebrbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

2.2.1.5. Tahap-Tahap Pemberdayaan

Menurut Wrihatnolo dan Dwidjojoto (2007 : 2) pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukan sebuah “proses instan”. Sebagai sebuah proses pemberdayaan mempunyai tiga tahapan, yaitu:

a. Tahapan Penyadaran

Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu. Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya pemberian pengetahuan secara kognitif, belief dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu (membangun “demand”) diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka (tidak dari orang luar)

b. Tahap Pengkapasitasan

(42)

c. Tahap Pemberian Daya

Target diberikan daya, kekuatan, otoritas, dan peluang sesuai dengan kecakapan yang telah dimiliki.

2.2.2. Konsep Kebijakan Publik

Adapun definisi kebijakan publik menurut Santoso dalam Winarno (2007:19) yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh minat dalam bidang kebijakan publik menyimpulkan bahwa pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam dua wilayah kategori yaitu : Pertama, pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan pemerintah. Para ahli dalam kelompok ini cenderung menganggap bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan publik. Pandangan kedua, berangkat dari para ahli yang memberikan perhatian khusus kepada pelaksana kebijakan. Para ahli yang masuk dalam kategori ini terbagi dalam dua kubu, yakni mereka yang memandang kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan dan maksud-maksud tertentu dan mereka yang menganggap kebijakan publik sebagai memiliki akibat-akibat yang bisa diramalkan. Dengan kata lain kebijakan publik dapat dipandang sebagai proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan. Sedangkan kubu kedua lebih melihat kebijakan publik terdiri dari rangkaian keputusan dan tindakan.

(43)

aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.

Dari pengertian diatas dan menurut pemahaman bahwa kebijakan publik harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan masyarakat.

2.2.2.3. Sifat Kebijakan Publik

Menurut Winarno (2007:21) sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori sebagai berikut :

1. Tuntutan-tuntutan Kebijakan (Policy Demands)

Tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik. Tuntutan-tunttutan tersebut berupa desakan agar pejabat-pejabat pemerintah mengambil tindakan atau tidak mengambil tindakan mengenai suatu masalah tertentu.

2. Keputusan Kebijakan (Policy Decisions)

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan subtansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik.

(44)

Pernyataan-peryataan resmi atau artikulasi-artikulasi (penjelasan) kebijakan publik.

4. Hasil-hasil Kebijakan (Policy Outputs)

Manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik, yaitu hal-hal yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan.

5. Dampak-dampak Kebijakan (Policy Outcomes)

Lebih merujuk pada akibat-akibatnya bagi masyarakat, baik yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.

2.2.2.4.Manfaat Kebijakan Publik

Menurut Dye dan Andreson dalam Subarsono (2005:4), studi kebijakan publik memiliki tiga manfaat penting yaitu :

1. Pengembangan ilmu pengetahuan

Dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik sebagai variabel terpengaruh (dependent variabel) sehingga berusaha menentukan variabel pengaruhnya (independent variabel). Studi ini berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan publik.

2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah publik.

(45)

akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.

3. Berguna untuk tujuan politik

Suatu kebijakan yang dibuat melalui proses yang besar dengan dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari lawan-lawan politik. Kebijakan publik tersebut dapat meyakinkan kepada lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan publik seperti itu tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.

2.2.2.5. Tujuan Kebijakan

Ada beberapa tujuan kebijakan menurut Hoogerwef dalam Soenarko (2000:82) yaitu :

1. Memelihara ketertiban umum (Negara sebagai stabilisator).

2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (Negara sebagai perangsang, stimulator).

3. Menyesuaikan berbagai aktivitas (Negara sebagai koordinator).

4. Memperuntunkan dalam membagi berbagai materi (Negara sebagai pembagi, alokator).

Tujuan-tujuan yang demikian itu, tentu saja merupakan tujuan guna untuk mencapai tujuan akhir. Untuk bangsa dan Negara Indonesia, tujuan kebijaksanaan itu adalah :

(46)

3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

2.2.2.6.Faktor Penentu Dilaksanakan/Tidaknya Suatu Kebijakan Publik Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atau tidaknya suatu kebijakan publik menurut Agustino (2006:157) yaitu :

1. Faktor Penentu Pemenuhan Kebutuhan

a. Respeknya anggota masyarakat pada otoritas dan keputusan pemerintah; b. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan;

c. Adanya sanksi hukum; d. Adanya kepentingan publik; e. Adanya kepentingan pribadi; f. Masalah waktu.

2. Faktor Penentu Penolakan atau Penundaan Kebijakan

a. Adanya kebijakan yang bertentangan dengan sistem yang ada; b. Tidak adanya kepastian hukum;

c. Adanya keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi; d. Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum.

2.2.2.7. Pemberdayaan Mampu Memperkuat Tujuan Kebijakan Publik

(47)

secara terbatas dapat disebut proses implementasi kebijakan (Wibawa, 1994). Dalam proses kebijakan terdapat tidak saja perilaku administrates dan organisasional melainkan juga perilaku politis (Dunn, 1984).

Dalam proses implementasi, birokrasi pemerintah menginterpretasikan kebijakan menjadi program. Dengan demikian, program dapat dipandang sebagai “kebijakan birokraris” karena dirumuskam oleh birokrasi. Kebijakan birokrasi menjadikan kebijakan politis menjadi lebih operasional dan siap dilaksanaka. Selanjutnya, agar lebih operasional lagi, program dirumuskan sebagai proyekk, yang dengannya para pelaksana di tingkat lapangan dapat bertindak. Setelah diterjemahkan sebagai program dan proyek, lalu diikuti dengan tindakan fisik, kebijakan menimbulkan suatu konsekuensi (hasil, efek, atau akibat). Dunn (1984) membagi konsekuensi kebijakan menjadi dua jenis, yaitu output dan dampak.

(48)

2.2.3. Pelatihan

2.2.3.1.Pengertian Pelatihan

Menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-undang No.13 Tahun 2003 ketenagakerjaan pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, Produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan Jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.

Menurut Fathoni (2006:147) pelatihan merupakan upaya untuk mentransfer ketrampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melakukan pekerjaan.

Sedangkan menurut Samsudin (2006:110) pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera. Spesifik berarti pelatihan berhubungan dengan bidang yang dilakukan. Praktis dan segera berarti yang sudah dilatih dapat segera dipraktikkan. Umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan kerja dalam waktu yang relatif singkat (pendek).

(49)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah upaya untuk membantu peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan, sehingga para peserta dapat menerima dan melakukan pelatihan pada saat melakukan pekerjaan.

2.2.3.2. Tujuan Pelatihan

Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik (2001 : 16) bertujuan untuk :

1. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki ketrampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi dilapangan.

2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan yang memiliki kemempuan dan hasrat belajar terus-menerus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, professional, beretos kerja yang tinggi dan produktif.

3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, dan pengalamannya masing-masing.

4. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerca yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pengembangan.

2.2.3.3. Komponen-Komponen Pelatihan

Menurut Mangunegara (2005 : 44) komponen-komponen pelatihan dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur.

(50)

3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang hendak dicapai.

4. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta.

5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainer) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Menurut Hamalik (2001:16-17) secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya atau professional, yang medukung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, kemampuan melaksanakan loyalitas, kemempuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan berdisiplin yang baik.

2.2.3.4.Metode Latihan

Menurut Malayu Hasibuan (2007:77) Metode latihan harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada berbagai faktor, yaitu waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar peserta, latar belakang peserta, dan lain-lain.

Menurut Andrew F dalam Malayu Hasibuan (2007:77) metode-metode latihan yaitu :

a.On the job

(51)

1)Cara informal yaitu pelatih menyuruh peserta latihan untuk memperhatikan orang lain yang sedang melakukan pekerjaan, kemudian ia diperintahkan untuk mempraktekkannya.

2) Cara formal yaitu supervisor menunjuk seorang karyawan senior untuk melakukan pekerjaan tersebut, selanjutnya para peserta latihan melakukan pekerjaan sesuai dengan cara-cara yang dilakukan karyawan senior.

b. Vestibule

Vestibule adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang

biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut. Melalui percobaan dibuat suatu duplikat dari bahan, alat-alat, dan kondisi yang akan mereka temui dalam situasi kerja yang sebenarnya.

c. Demonstration and example

Demonstration and example adalah metode latihan yang dilakukan dengan cara

peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuai pekerjaan melalui contoh-contoh atau percobaan yang didemonstrasikan.

Demonstrasi merupakan metode latihan yang sangat efektif karena peserta melihat sendiri teknik mengerjakannya dan diberikan penjelasan-penjelasannya, bahkan jika perlu boleh dicoba mempraktekkannya.

(52)

d. Simulation

Simulation merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin

dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja. Simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpainya.

e. Apprenticeship

Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dari pekerjaannya.

f. Classroom methods

Metode pertemuan dalam kelas meliputi lecture (pengajaran), conference (rapat), programmed instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi dan metode seminar.

2.2.4. Konsep Kewirausahaan 2.2.4.1.Pengertian Kewirausahaan

Menurut Harimurti (2001:10), kewirausahaan adalah segala hal yang menyangkut teknik, metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang dapat dipelajari tentang sukses atau mundurnya seorang wirausaha.

Menurut Suparman yang dikutip oleh Soesarsono dalam Prijambodo (2000:14), kewirausahaan adalah sifat-sifat keberanian, kemampuan, dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.

(53)

yang dilakukan dengan berani, pantang menyerah, ulet, rajin, disiplin dan berbagai sikap mental yang memperlihatkan dorongan dari dalam untuk meraih sesuatu yang lebih baik atau lebih tinggi.

2.2.4.2.Prinsip Motivasi

Beberapa langkah prinsip memotivasi keinovasian guna mempercepat proses kewirausahaan menurut Heru Kristanto (2009:30) :

1.Orientasi pada tindakan (be oriented action)

2.Membuat produk, proses atau jasa secara sederhana (make the product,

process, or service simple)

3.Membuat produk, proses atau jasa berdasar keinginan konsumen (make the

product, process, or service customers-based)

4.Memulai dari hal-hal yang kecil (Star small)

5.Memiliki tujuan yang jelas, cita-cita tinggi (aim high) 6.Mencoba, menguji dan memperbaiki (try, test, and revise) 7.Belajar dari kegagalan (learn from failures)

8.Memiliki sekedul kerja yang teratur (follow a milestone schedule)

9.Menghargai aktivitas dan melakukan kegiatan dengan semangat tinggi (reward

heroic activity)

10. Bekerja, bekerja dan bekerja (work, work and work) 2.2.4.3.Proses Inovasi

(54)

1.Invention

Menciptakan produk baru, jasa atau proses. Konsep tersebut memiliki kecenderungan revolusioner. Contoh. Thomas Alpha Edison dengan bola listrik, Graham Bell dengan telepon.

2. Extention

Ekspansi atau perluasan produk, jasa atau proses yang berhubungan dengan eksistensi. Konsep tersebut membuat aplikasi yang berbeda dengan ide awal. Contoh : Ray Kroc dengan McDOnald, Keramik menggunakan kayu kepala, tela-tela.

3. Duplication

Proses melakukan replikasi terhadap produk, jasa atau proses yang sudah ada. Duplikasi dilakukan terhadap produk dengan melakukan penambahan nilai dan manfaat produk, seperti : kemasan, assesoris, penambahan bentuk produk, vasilitas. Duplikasi tidak hanya sekedar melakukan peniruan tetapi wirausaha harus menciptakan daya saing yang lebih baik. Contoh : tela kress, Honda Vario.

4. Synthesis

(55)

2.2.4.4. Manfaat Kewirausahaan

Menurut Kristanto (2009:28) keberhasilan wirausaha dengan kerja keras, teliti dan dalam jangka panjang, akan memiliki beberapa manfaat secara individu (mikro dan makro).

1. Memperoleh kontrol atas kemampuan diri

Proses mendirikan kegiatan usaha sampai berhasil memerlukan kerja yang cukup lama dengan Resiko yang cukup. Dalam jangka panjang akan terbentuk kemampuan untuk melakukan kontrol apa yang akan dilakukan dan yang telah dilakukan serta kemampuan dalam diri wirausaha.

2. Memanfaatkan potensi dan melakukan perubahan

Banyak wirausaha melakukan pekerjaan atau melakukan bisnis karena melihat kesempatan yang ada sekarang maupun prospek dimasa depan. Kesempatan yang cukup tinggi, perubahan kehidupan yang sangat cepat mendorong banyak wirausaha mencoba melakukan bisnis untuk sekedar mengukur kemampuan diri sendiri, tuntutan kehidupan dan kesempatan melakukan perubahan.

3. Memperoleh manfaat financial tanpa batas

(56)

2.2.5. Konsep Promosi 2.2.5.1. Pengertian Promosi

Menurut Sistaningrum (2001:219) promosi adalah suatu upaya atau kegiatan perusahaan dalam mempengaruhi “konsumen aktual” maupun “konsumen potensial” agar mereka mau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan saat ini atau dimasa yang akan datang. Konsumen aktual adalah konsumen yang langsung membeli produk yang ditawarkan pada saat atau sesaat setelah promosi produk tersebut dilancarkan perusahaan. Dan konsumen potensial adalah konsumen yang berminat melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan perusahaan dimasa yang akan datang.

Sedangkan menurut Tjiptono (2001:221) yang menjelaskan bahwa tujuan promosi adalah menginformasikan (informing), mempengaruhi dan membujuk (persuading) serta mengingatkan (reminding) pelanggan tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa promosi adalah alat (sarana) untuk menyebarkan informasi dan memperkenalkan produk kepada komsumen atau masyarakat sehingga mereka terpengaruh untuk membeli produk yang telah dipasarkan.

2.2.5.2. Bauran Promosi

(57)

terlebih dahulu peralatan atau unsur promosi apa yang sebaiknya digunakan dan bagaimana pengkombinasian unsur-unsur tersebut agar hasilnya dapat optimal.

Selanjutnya menurut Winardi (2000:101) promosi adalah aktivitas-aktivitas sebuah perusahaan yang dirancang untuk memberi informasi, membujuk, atau mengingatkan pihak lain tentang perusahaan yang bersangkutan dan barang-barang serta jasa-jasa yang diwarkan olehnya. Bauran Promosi merupakan salah satu strategi pemasaran yang efektif dari bauran pemasaran. Untuk memasarkan suatu produk seorang pemasar harus mengembangkan program komunikasi yang efektif yang ditujukan kepada konsumen untuk mengkomunikasikan informasi yang ada dan di rancang untuk menghasilkan tindakan konsumen yang mengarah kepada keuntungan perusahaan.

Sedangkan menurut Heru Kristanto (2009:107) bauran pemasaran adalah kombinasi unsur utama pemasaran guna meningkatkan penjualan perusahaan.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan promosi adalah bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi tentang adanya suatu produk beserta kelebihannya atau manfaatnya. Kemudian membujuk, mempengaruhi, dan meyakinkan konsumen agar mau membeli dan menggunakan produk tersebut serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang produk atau jasa yang ditawarkan sehingga akan meningkatkan volume penjualan barang atau jasa.

Menurut Heri Kristanto (2009:107) aktivitas pemasaran disebut 5P : probe,

(58)

kemitraan strategi diperlukan rekayasa indikator-indikator yang terdapat dalam bauran pemasaran. Kelima faktor tersebut yaitu :

1. Publisitas.

Merupakan segala macam bentuk berita komersial yang diliput oleh media yang mendorong penjualan tetapi tidak perlu dibayar oleh perusahaan. Beberapa taktik yang dapat membantu pengusaha untuk meningkatkan publistas perusahaan, adalah :

a. Tulis artikel yang menarik calon atau pelanggan b. Cari sponsor untuk membuat event yang aktraktif c. Datangkan publik figur untuk menarik perhatian d. Kontak TV lokal dan radio untuk interview e. Terbitkan di surat kabar atau buletin

f. Hubungi organisasi kemasyarakatan dan tawarkan untuk menjadi pembicara dalam suatu persentasi

g. Sponsori suatu seminar

h. Tulis siaran pers dan kirim ke media i. Sponsori proyek kemasyarakatan

j. Secara sukarela terlibat dalam organisasi kemasyarakatan

(59)

menyarankan guna meningkatkan kemampuan penjualan perseorangan, pengusaha dapat mempergunakan taktik, sebagai berikut ;

a. Mengembangkan sebuah sistem penjualan secara sistematis. Pengembangan tersebut dengan proses, sebagai berikut :

1) Membangun sebuah respek bersama dan saling percaya.

2) Buatlah pertanyaan yang membuat pelanggan lebih banyak mengungkapkan perasaannya agar personal selling dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan beserta permasalahannya.

3) Demontrasikan, jelaskan dan tunjukkan beberapa fitur yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

4) Berikan validasi dan bukti tentang produk yang ditawarkan kepada calon atau pelanggan

5) Lakukan negosiasi dengan baik 6) Lakukan penutupan dengan sopan

b. Memahami perasaan calon pelanggan atau pelanggan dan mengurangi tekanan secara emosional

c. Membentuk satu set sasaran ganda dari adanya kunjungan penjualan. Sasaran tersebut adalah ;

1) Sasaran primer, yaitu hasil yang paling diharapkan dari pertemuan tersebut, dapat berupa pesanan atau kebutuhan prospek.

(60)

3) Sasaran visioner, yaitu sasaran yang paling optimistis dari pertemuan tersebut, dapat berupa pembelian langsung atau kerjasama berkelanjutan. d. Memonitor usaha penjualan dan hasil. Sebaliknya pengusaha harus dapat

memantau :

1) Penjualan sebenarnya yang terjadi dengan yang direncanakan 2) Penjualan rata-rata per kunjungan

3) Total biaya penjualan

4) Penjualan produk, personal selling, territorial, pelanggan

5) Sumbangan laba berdasarkan produk, personal selling, territorial, pelanggan

3. Sponsorship dan event khusus. Bentuk tersebut pada umumnya mempromosikan produk atau perusahaan dengan sponsor event dan atau event khusus untuk memperlihatkan produk atau perusahaan di benak konsumen atau masyarakat, seperti produk asli daerah dipromosikan di daerah lain melalui organisasi event.

4. Advertising. Periklanan merupakan segala macam persentasi penjualan yang tidak bersifat perorangan dan dibayar oleh sponsor tertentu. Periklanan mampu mengembangkan ekuitas merek untuk jangka panjang. Pemilihan iklan yang benar akan dapat mencapai pasar sasaran secara efektif dengan biaya minimum. Pemilihan yang benar mampu mendatangkan banyak manfaat bagi produk dan juga perusahaan.

(61)

yang “benar” harus ada di media yang “benar”. Beberapa bentuk media dengan berbagai manfaat dan kelemahannya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Surat Kabar (Newspapers)

keunggulan iklan di surat kabar adalah : 1) Secara geografis cakupan terseleksi 2) Fleksibel atau keluwesan

3) Tepat waktu

4) Secara potensial terjadi komunikasi 5) Biaya relatif murah

6) Respon yang cepat

Sedangkan kelemahan ikhlan-ikhlan di surat kabar adalah : 1) Adanya kemungkinan pembaca tidak tertarik

2) Keterbatasan reproduksi

3) Bersifat umum dan tidak menonjol 4) Berkurangnya pembaca

5) Siklus hidup berita yang cepat

b. Membeli Ruang Surat Kabar (Buying Newspapers Space). adakalanya surat kabar menawarkan ruang khusus yang cukup besar dan mungkin jangka waktu yang relatif lama untuk sebuah iklan.

c. Radio

keunggulan iklan melalui radio adalah : 1)Infiltrasi umum

(62)

3)Fleksibel dan ketepatan waktu 4)Keramahan (frendliness)

Sedangkan kelemahan iklan melalui radio adalah : 1) Kurang didengar

2) Memerlukan pengulangan 3) Pesan informasi terbatas

d. Membeli Waktu Radio (Buying Radio Time). Pengusaha dapat membidik pasar sasaran dengan membeli waktu radio sesuai dengan penggolongan waktu tayang dan kecenderungan Karakteristik pemirsa.

e. Televisi. Dengan iklan melalui televisi memerlukan dana yang cukup tinggi, tetapi dengan munculnya televisi lokal dan kerjasama iklan bersama dapat mengurangi biaya iklan.

Keunggulan iklan melalui televisi adalah ; 1) Cakupan lebih luas

2) Keunggulan visual 3) Fleksibel

4) Adanya bantuan rancangan atau desain iklan Sedangkan kelemahan iklan melalui televisi adalah :

1) Biaya iklan

2) Spot dan tayangan iklan Singkat dan cepat, sehingga dibutuhkan pengulangan

(63)

4) Pemirsa pada umumnya berpindah-pindah Saluran atau melakukan zapping

f. Majalah (Magazines). Majalah memiliki cakupan yang luas. Disetiap daerah atau perkotaan banyak majalah beredar.

Keunggulan iklan di majalah adalah : 1) Pembaca pada umumnya berganda 2) Umur baca yang panjang

3) Target market lebih jelas

4) Pada umumnya majalah memiliki kualitas yang cukup baik sehingga mutu iklan cenderung baik.

Adapun kelemahan iklan di majalah adalah : 1) Tarif iklan majalah bervariasi dan relatif mahal 2) Waktu penutupan relatif lama

3) Kebergantungan pada popularitas majalah dan letak iklan

g. Iklan Luar Ruang (Outdoor Advertising). Merupakan iklan yang sifatnya diam dan pengamatnya yang bergerak.

Keunggulan melalui iklan luar ruang adalah : 1) Frekuensi dilihat, dibaca lebih besar 2) Jangkauan lebih luas

3) Fleksibel cukup tinggi 4) Efisiensi biaya

Adapun kelemahan melalui iklan luar ruang adalah :

(64)

2) Keterbatasan aturan publik

h. Direktori. Direktori mencakup buku, telepon, petunjuk industri dan perdagangan, katalog maupun buku tahunan yang memuat berbagai perusahaan dan produk.

Keunggulan iklan melalui direktori adalah : 1) Umur panjang

2) Prospek utama

Sedangkan kelemahan iklan melalui direktori adalah :

1) Kurang luwes dan sifatnya terbatas pada komunitas tertentu

2) Kadaluwarsa, jika pengusaha ingin mengubah lokasi, Alamat, no. telpon tidak dapat segera diperbaiki karena direktori terbit secara periodic umumnya 1 tahun atau lebih.

i. Pameran Perdagangan (Trade Show)

Keunggulan iklan melalui pemeran perdagangan adalah : 1) Pasar yang alamiah

2) Pengunjung tersegmentasi dan terseleksi sebelumnya 3) Pasar baru

Keunggulan biaya dalam hubungan dengan kontak penjualan maupun persentasi

Adapun kelemahan iklan melalui pemeran perdagangan adalah :

(65)

j. Internet atau The World Wide Web

Keunggulan iklan melalui internet adalah : 1)Cakupan dan jangkauan luas

2)Dapat menjangkau pelanggan yang beragam

3)Kemampuan menggunakan warna-warni, visual, suara maupun animasi 4)Kecepatan masuk pasar

Kelemahan iklan melalui internet adalah ; 1)Keterpaparan Singkat

2)Kurang menonjol

3)Pasar sasaran, pelanggan tersegmentasi bagi yang mampu menggunakan internet.

2.2.5.3. Tujuan Promosi

Menuurut Marwan Asri (2003:360) tujuan dari promosi yang dilakukan perusahaan menurut Marwan Asri yaitu :

1. Informing, yaitu memberitahukan informasi selengkap-lengkapnya kepada calon pembeli tentang barang yang ditawarkan, siapa penjualnya, siapa pembuatnya, dimana memperolehnya, harganya dan sebagainya. Informasi yang digunakan dapat diberikan melalui tulisan. Gambar, kata-kata dan sebagainya, yang disesuaikan dengan keadaan.

Gambar

Gambar 1.1 : Foto Kerajinan Tas
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Gambar 3 Analisis Data Model Interaktif Miles Dan Huberman
Gambar 4.1 :  Foto Dinas Indagkoptamben Kabupaten Nganjuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Ragi dan Lama Fermentasi terhadap Perolehan Bioetanol dari Kulit Durian (Durio zibethinus)”,

Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum terkena penyakit kusta dan memiliki resiko tertular karena berada disekitar atau dekat dengan penderita

Pada proses catalytic cracking, sebelum minyak dipisahkan menurut fraksi-faksinya, terlebih dahulu dikonversikan di Reaktor, dimana dalam proses tersebut dibantu

mengunjungi tempat-tempat menarik di Bangkok dan Khao Yai, seperti PB Winery untuk melihat perkebunan anggur dan cara pembuatan wine, Tiger Temple yang memiliki

Menurut pendapat Mulyadi (2005 : 122), pengertiannya yaitu : Metode full costing adalah metode perhitungan harga pokok produksi yang membebankan semua unsur

a. Untuk mengoptimalkan pemakaian dan umur bangunan, jika dilihat dari faktor ekonomis bahwa memelihara adalah untuk mencapai efisiensi penggunaan anggaran perawatan. Untuk

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses kegiatan belajar yang melibatkan berbagai komponen, yaitu guru, siswa, tujuan, materi, strategi