• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Pembahasan

Pada bagian pembahasan ini akan diuraikan teori-teori yang terkait dengan pengalaman pasien dalam menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance yang meliputi (1)tahap perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance, (2) manfaat penerapan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance pada pasien, (3) kendala dalam menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance pada pasien, (4) riwayat aktivitas sehari-hari, (5) cara pasien menjaga luka dirumah. Tema-tema tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

4.1 Tahap Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture Balance

Luka kaki diabetik merupakan salah satu kompilakasi dari penyakit diabetes melitus. Dalam hal ini yang perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pencucian luka, debridement, dan dressing (Gitarja, 2008). Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan ada tiga tahap dalam melakukan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance.

1. Pencucian Luka

Hasil analisa data diperoleh penatalaksanaan pencucian luka dilakukan menggunakan air aquades dan cairan normal saline. Hal ini sesuai dengan penjelasan Gitarja, (2008) yang menjelaskan bahwa cairan normal saline dan air yang steril sangat direkomendasikan sebagai cairan pencuci luka. Cairan ini merupakan cairan isotonik, tidak toksik terhadap jaringan, tidak menghambat

58

proses penyembuhan luka dan tidak menyebabkan reaksi alergi atau merubah flora bakteri (Sari, 2010). Sejalan dengan penelitian Braun et al (2013) yang menyataklan bahwa luka yang dicuci dengan cairan normal saline akan lebih cepat sembuh dibandingakn luka kaki diabetik yang dicuci dengan menggunakan alkohol. Namun selain kedua cairan tersebut ada juga cairan tradisional yang digunakan untuk mencuci luka pada partisipan dalam penelitian ini yaitu air rebusan daun jambu biji. Sama halnya dengan penjelasan Gitarja, (2008) yang menjelaskan bahwa dengan rebusan daun jambu biji dapat meningkatkan sirkulasi pembuluh darah dan mengurangi bau luka.

2. Debridement

Hasil analisa data diperoleh penatalaksanaan debridement dilakukan dengan menggunakan pinset dan gunting (mekanikal debridement). Hal ini sesuai dengan penjelasan Sari, (2010) yang menjelaskan bahwa debridement bedah merupan tipe debridement yang paling cepat dan efektif, selain itu debridement yang dilakukan juga adalah autolysis debridement, dimana lingkungan luka dijaga kelembapannya (Gitarja, 2008).

3. Dressing

Hasil analisa diperoleh pemakaian dressing dibarengi dengan

penggunaan topycal therapyyaitu hydroaktif gel. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ekaputa, (2013) yang menyatakan bahwa hydrogeal banyak mengandung air yang dapat membuat suasana luka menjadi lembab Selain itu ada juga jenis thopycal therapy lain yang digunakan oleh partisipan yaitu zinc cream (metcovazin). Hal ini sesuai dengan penjelasan Gitarja, (2008) yang menjelaskan bahwa topikal jenis

59

ini mudah digunakan karena hanya tinggal mengoles saja dan topikal ini dapat digunakan untuk semua dasar luka serta mempersiapkan dasar luka menjadi sehat. Silver dressing sebagai thopycal therapi juga digunakan oleh partisipan dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena silver dressing dapat menangani luka yang sudah terinfeksi dan mengangkat biofilm yang ada pada luka (Arisanty, 2014).

4.2 Manfaat Penerapan Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture Balance pada Pasien

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa ada tiga bagian dari manfaat dalam menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance menurut partisipan diantaranya adalah manfaat yang dirasakan di bidang psikologis (merasa senang, dan merasa semangat), manfaat yang dirasakan dibidang fisik (rasa nyeri berkurang, luka cepat sembuh, jaringan cepat tumbuh, kondisi tubuh membaik, dan bau luka berkurang), dan manfaat yang dirasakan di bidang ekonomi (biaya perawatan sebanding dengan kesembuhan, dan biaya perawatan lebih murah dari pengobatan lain).

1. Manfaat yang dirasakan di bidang psikologis

Hasil analisa data menunjukkan bahwa penerapan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance sangat bermanfaat dalam mendukung kondisi psikologis pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Wijonarko, (2013) yang menyatakan bahwa implementasi metode perawatan luka moisture balance dapat mengurangi ketakutan karena tidak mengalami nyeri saat perawatan luka sehingga pasien bersemangat dan senang dalam menjalani perawatan. Selain itu

60

hasil penelitian Jones et al, (2007) menyatakan bahwa perawatan luka diabetik dengan metode moisture balance dapat mengurangi perasaan ketidakberdayaan dan sedih karena secara fisik memiliki keterbatasan.

2. Manfaat yang dirasakan di bidang fisik

Hasil analisa data menunjukkan bahwa penerapan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance sangat bermanfaat juga dalam mendukung kondisi fisik yang sangat baik. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ekaputra, (2013) yang menyatakan bahwa dengan adanya perawatan moisture balance maka proses pemulihan luka akan berlangsung lebih cepat karena kondisi luka lembab, selain itu penelitian O’Connor, (2009) manfaat yang dirasakan secara fisik adalah tumbuhnya jaringan dengan cepat serta rasa nyeri berkurang, terutama saat pergantian balutan.

3. Manfaat yang dirasakan di bidang ekonomi

Hasil analisa data menunjukkan hasil pada beberapa partisipan bahwa penerapan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance bermanfaat untuk mengurangi biaya pengeluaran saat perawatan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ekaputra, (2013) yang menyatakan bahwa dengan perawatan luka moisture balance keringanan biaya didapatkan oleh pasien karena pergantian balutan tidak dilakukan setiap hari sehingga kualitas hidup pun semakin meningkat. Sejalan dengan penelitian Tallis et al (2013) yang menyatakan bahwa dilihat dari standard ekonomi, perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance lebih rendah dibandingkan dengan perawatan luka konvensional.

61

4.3 Kendala dalam Menjalani Perawatan Luka Kaki Diabetik dengan Metode Moisture Balance pada Pasien

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa ada tiga bagian dari kendala dalam menerapkan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance pada beberapa partisipan diantaranya adalah kendala dibidang ekonomi (kesulitan membiayai perawatan, dan kebingungan memikirkan biaya perawatan), dan kendala di bidang transportasi (mengalami kesulitan akses ke klinik perawatan, dan mengalami kesulitan kendaraan

1. Kendala di bidang ekonomi

Hasil analisa data menunjukkan bahwa terdapat kendala dalam menerapkan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moistureditinjau dari bidang ekonomi dikarenakan tidak semua partisipan berasal dari Medan, ada yang berasal dari luar Medan yang juga membutuhkan biaya transportasi tidak hanya untuk biaya pengobatan, ditambah lagi ada sebagian partisipan yang kehilangan pekerjaan untuk menjalani perawatan luka kaki diabetik.

2. Kendala di bidang transportasi

Hasil analisa data menunjukkan bahwa terdapat kendala dalam menerapkan perawatan luka kaki diabetik dengan metode moistureditinjau dari bidang transportasi dikarenakan akses jalan ke klinik sangatlah kecil sehingga kendaraan sulit masuk dan pasien harus dipapah dari simpang klinik sampai masuk ke klinik, dan ada beberapa pasien yang memiliki kesulitan untuk datang ke klinik karena kendaraan yang tidak memadai.

62

4.4 Riwayat Aktivitas Pasien Sehari-hari

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa ada dua bagian dari riwayat aktivitas pasien sehari-hari sebelum dan sesudah menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance pada partisipan yaitu aktivitas pasien sebelum menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance (Kesulitan melakukan personal hygiene, kesulitan berjalan, kesulitan melakukan usaha), dan aktivitas pasien setelah menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance (kemampuan berjalan, kemampuan melakukan personal hygiene).

1. Aktifitas pasien sebelum menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance

Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebelum partisipan menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance, tidak jarang dari mereka kesulitan dalam beraktifitas. Hal ini sesuai dengan penelitian Bolton, (2010) yang menyatakan bahwa pasien luka kaki diabetik akan mengalami kesulitan dalam untuk melakukan aktifitas fisik karena kondisi luka yang buruk dan metode yang digunakan masih menimbulkan rasa nyeri saat pergerakan.

2. Aktifitas pasien setelah menjalani perawatan luka dengan metode moisture balance

Hasil analisa data menunjukkan bahwa setelah partisipan menjalani perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance mendapat kemajuan dalam beraktifitas. Hal ini sesuai dengan penelitian Parson, (2010) yang menyatakan bahwa pasien luka kaki dabeetik yang telah menjalani perawatan luka

63

dengan metode moisture balance memiliki kemampuan berjalan, hal ini disebabkan karena dengan keadaan moist jaringan mati pada luka luruh dengan topikal yang diberikan, dan cairan luka yang semakin hari berkurang sehingga kaki pasien tidak lagi terasa berat untuk digerakkan. Namun pada beberapa partisipan hal ini tidak sesuai karena terkadang balutan yang digunakan terlalu tebal.

4.5 Cara Pasien Menjaga Luka di Rumah

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa ada tiga cara yang dilakukan oleh partisipan untuk menjaga lukanya selama masa perawatan luka kaki diabetik dengan metode moisture balance yaitu pembatasan aktifitas (berjalan seperlunya, dan menggunakan sendal diabetik), dan mengkonsumsi gizi seimbang (mengkonsumsi susu diabetes, mengatur pola makan, mengkonsumsi vitamin).

1. Pembatasan aktifitas

Hasil analisa data menunjukkan bahwa hal yang dilakukan partisipan untuk menjaga agar lukanya tetap baik adalah dengan membatasi akfifitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wijonarko, (2013) yang menyatakan bahwa pembatasan aktifitas terutama off loading terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka, pembatasan tersebut dapat berupa penggunaan alas kaki (dalam hal ini sendal diabetik), mengurangi kecepatan saat berjalan kaki (Braun et al, 2014).

64

2. Mengkonsumsi gizi seimbang

Hasil analisa data menunjukkan bahwa hal lain yang dilakukan partisipan untuk menjaga lukanya di rumah adalah dengan menjaga konsumsi gizi seimbang. Hal ini bertujuan agar tubuh mempunyai mekanisme penyembuhan dari dalam tidak hanya dari pengobatan luar tubuh (Ekaputra, 2013). Selain itu menurut penjelasan Gitarja, (2009) proses penyembuhan luka akan berjalan dengan lambat bila tidak didukung nutrisi yang seimbang. Arisanty (2014) menjelaskan bahwa asupan makanan sangat mempengaruhi penyembuhan luka, karena apabila nutrisi buruk maka dapat meghambat proses penyembuhan bahkan dapat menyebabkan infeksi.

Dokumen terkait