• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

AKTIVITAS GURU SIKLUS I

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Penerapan metode pembelajaran make a match card pada pelajaran fiqh tentang salat Jamak, Qasar dan Jamak Qasar mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode make a match card, keterlibatan siswa dalam pelajaran fiqh masih kurang aktif, pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru kurang maksimal, cara guru menyampaikan materi masih menggunakan ceramah yang membuat siswa cenderung bosan untuk belajar di kelas, siswa terlihat berisik dan kurang memperhatikan guru ketika memberikan materi fiqh, dan terkadang siswa asyik mengobrol selama proses pembelajaran. Proses belajar mengajar lebih berpusat kepada guru sehingga siswa kurang aktif dalam mengembangkan materi yang ia pelajari dan pengalaman siswa

yang didapatkan di kelas masih kurang. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match card, siswa terlihat lebih aktif dan lebih banyak berperan dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu siswa dapat belajar bersama dengan teman satu kelompoknya, lebih mengenal dekat dengan semua teman di dalam kelas, mencoba mengalami sendiri terhadap materi yang diberikan sehingga lebih memudahkan siswa memahami pelajaran fiqh.

Berdasarkan hasil pre test siklus I pada pelajaran fiqh tentang salat Jamak, Qasar dan Jamak Qasar diketahui bahwa rata-rata nilai pre test adalah 66,85. Untuk hasil belajar dari jumlah siswa 36 orang yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 17 orang atau 47%, sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 19 orang dengan nilai maksimal yang diperoleh siswa adalah 80 dan nilai minimal yang diperoleh siswa adalah 40. Sedangkan hasil post test siklus I pada pelajaran fiqh tentang salat Jamak, Qasar dan Jamak Qasar diketahui bahwa rata-rata nilai post test adalah 74,50 dan untuk hasil belajar dari jumlah siswa 36 orang yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mengalami sedikit peningkatan yaitu 25 orang atau 69%, sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 11 orang dengan nilai maksimal yang diperoleh siswa adalah 90 nilai minimal yang diperoleh siswa adalah 60. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar dalam siklus I kurang maksimal sehingga perlu adanya tindakan selanjutnya terhadap siswa yaitu tindakan siklus II.

Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan pada siklus I aktivitas siswa belum memuaskan. Hal ini terlihat masih adanya siswa yang belum serius mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, siswa belum terbiasa bekerjasama dengan kelompok dan berdiskusi, siswa masih merasa malu untuk bertanya dan siswa belum terbiasa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match card. Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I guru melakukan perbaikan-perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II seperti

66

lebih memantau siswa dalam diskusi kelompok, menyajikan materi pembelajaran yang lebih kreatif sehingga menimbulkan sikap keberanian siswa untuk bertanya dan tidak malu ketika harus membaca hasil kartu yang dimilikinya di depan kelas serta siswa bisa mengalami pengalaman langsung yang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.

Pada siklus II hasil pre test pada pelajaran fiqh tentang salat Jamak, Qasar dan Jamak Qasar diketahui bahwa rata-rata nilai pre test adalah 70,97. Untuk hasil belajar dari jumlah siswa 36 orang yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 25 orang atau 69 %, sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 11, orang dengan nilai maksimal yang diperoleh siswa adalah 85 nilai minimal yang diperoleh siswa adalah 55. Sedangkan hasil post test siklus II pada pelajaran fiqh tentang salat Jamak, Qasar dan Jamak Qasar diketahui bahwa rata-rata nilai post test adalah 81,80.Untuk hasil belajar dari jumlah siswa 36 orang yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mengalami peningkatan yang maksimal yaitu 31 orang atau 86%, sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 5 orang dengan nilai maksimal yang diperoleh siswa adalah 100 nilai minimal yang diperoleh siswa adaah 65. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran makea match card dalam pelajaran fiqh tentang salat Jamak, Qasar dan Jamak Qasar.

Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran, guru menyajikan materi pembelajaran melalui media visual, dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, dalam proses pembelajaran juga dilakukan kegiatan diskusi agar siswa mampu memecahkan masalah yang mereka temukan dan mengerjakan tugas bersama teman tanpa saling mengandalkan satu sama lainnya. Dengan bekerjasama siswa dapat bertukar pikiran dan pendapat dari setiap pemecahan masalah dengan sesama anggota kelompoknya. Dan siswa menjadi lebih mengenal teman sekelasnya dengan baik tanpa harus memilih milih teman sehingga antar

siswa dapat belajar dan memberikan informasi tentang pelajaran yang dipelajari dengan baik.

Hasil wawancara dapat dijadikan sebagai data penunjang hasil penelitian. Menurut guru, pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran make a match card sangat menarik dan menjadikan suasana kelas lebih terkonsep sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu, setelah diterapkan metode pembelajaran make a match card nilai siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya yang belum menggunakan pembelajaran make a match card tersebut dan siswa mulai dapat berinteraksi dengan baik antara guru dan siswa yang lainnya.

Menurut siswa, pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran make a match card sangat menarik dan menyenangkan karena dapat memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam mengikuti mata pelajaran fiqh, siswa mampu bekerjasama dan bertukar pikiran dalam kelompok.

Dari hasil observasi evaluasi yang dilaksanakan pada siklus II maka dapat dikatakan bahwa kekurangan yang terdapat pada siklus I telah berhasil diatasi dengan baik pada siklus II. Aktivitas siswa yang dilakukan pada siklus II mengalami peningkatan pada saat diskusi kelompok, siswa mulai berani untuk mengemukakan pendapat di depan kelas, siswa sudah bisa bekerjasama dan berinteraksi dengan baik, dan siswa tidak malu untuk bertanya. Pada akhirnya mengakibatkan pada pencapaian hasil belajar yang memuaskan, yaitu 86% siswa mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 31 orang.

Adapun kelebihan metode pembelajaran make a match card selama diterapkan dalam pelajaran fiqh adalah proses belajar mengajar tidak berpusat pada guru, siswa lebih berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, siswa mulai berani untuk bertanya, siswa dapat berinteraksi dengan baik dengan guru dan siswa lainnya, siswa mampu belajar secara mandiri, perubahan tempat duduk siswa yang biasanya sepenuhnya berjajar menghadap papan tulis sedangkan sekarang disusun

68

secara berkelompok, situasi belajar siswa yang awalnya terasa sepi sekarang menjadi ramai dengan aktivitas belajar siswa di kelas, dan media yang digunakan selama pembelajaran tidak hanya menggunakan papan tulis melainkan menggunakan media kartu, gambar-gambar, dll. Metode make a match card merupakan suatu bentuk cara mengajar yang melibatkan siswa untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik antar siswa maupun guru dengan susana yang menyenangkan.

Adapun kekurangan metode pembelajaran make a match card selama diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarn di kelas adalah keterbatasan waktu, dan ruang kelas yang tidak memadai sehingga menghambat kegiatan belajar siswa.

Adapun cara untuk mengantisipasi kekurangan metode pembelajaran make a match card terhadap kegiatan pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan terlebih dahulu kartu yang berisi jawaban dan pertanyaan.

2. Pihak sekolah menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pelaksanaan pembelajaran..

69

BAB V

PENUTUP

Dokumen terkait