• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Persepsi Guru Terhadap Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Status Kepegawaian

Berdasarkan deskripsi data tentang status kepegawaian guru diperoleh hasil sebagai berikut: guru yang berstatus PNS sebanyak 74 responden, guru yayasan sebanyak 3 responden dan guru tidak tetap sebanyak 27 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru berstatus sebagai PNS. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan adalah sebagai berikut: untuk kriteria cukup positif sebanyak 101 respoden, sedangkan untuk kriteria negative sebanyak 3 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden sebagian besar memiliki persepsi cukup positif terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan.

Hasil deskripsi data menunjukkan bahwa responden sebagian besar memiliki status sebagai PNS. Hal ini menunjukkan bahwa guru yang berstatus PNS bekerja dalam instansi milik pemerintah dan juga digaji oleh pemerintah dan lebih mudah untuk mengikuti diklat-diklat maupun forum ilmiah karena program tersebut diselenggarakan oleh pemerintah. Dengan demikian, mereka memiliki banyak sertifikat-sertifikat maupun piagam yang dapat dipergunakan untuk melengkapi dokumen sertifikasi yang diperlukan. Sedangkan untuk guru non PNS atau Guru Tetap Yayasan dipandang tidak mudah untuk mengikuti diklat-diklat maupun forum ikmiah yang diselenggarakan oleh pemerintah, karena guru yang bekerja

sebagai guru tetap yayasan lebih terfokuskan kepada kepentingan yayasan. Sedangkan untuk guru tidak tetap mereka harus terlebih dahulu untuk menjadi guru tetap di instansi atau yayasan tertentu untuk mendapatkan kepastian tentang status mereka sebagai guru. Hal ini dikarenakan apabila mereka menjadi guru tidak tetap suatu yayasan swasta maupun negeri, pengalaman mereka dalam mengajar diyakini masih kurang. Dan hal tersebut berpengaruh pula pada keikutsertaan mereka dalam penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan.

Namun berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari status kepegawaian. Artinya bahwa guru dengan status kepegawaian yang berbeda (Pegawai Negeri Sipil, Guru Tetap Yayasan, Guru Tidak Tetap) memiliki persepsi yang identik terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F hitung = 0,390 lebih kecil dari F tabel = 3,09 dan nilai probabilitas signifikansi 0,678 lebih besar dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan dapat diterima oleh semua guru, karena Pedoman Penyusunan Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan sudah dianggap rasional dan dapat diterima oleh semua guru, karena peraturan yang ada dalam pedoman tersebut konsisten dari tahun ke tahun, serta pelaksanaannya transparan untuk semua guru. Sehingga program ini

diharapkan dapat menghasilkan tenaga pendidik yang professional dan berkualitas, serta pendidikan di Indonesia dapat maju dan berkembang.

2. Persepsi Guru Terhadap Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Golongan Kepangkatan

Berdasarkan deskripsi data, yang tidak memberikan informasi tentang golongan kepangkatan guru sebanyak 27 responden. Sedangkan responden yang memberikan informasi mengenai golongan kepangkatan untuk golongan II/a.b.c.d sebanyak 7 responden, golongan III/a.b.c.d sebanyak 36 responden, sedangkan untuk golongan IV/a.b.c.d sebanyak 34 responden. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki golongan III/a.b.c.d. Sedangkan berdasarkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari golongan kepangkatan diperoleh hasil bahwa seluruh responden yang berjumlah 104 responden memiliki persepsi cukup positif tentang persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan.

Hal ini menunjukkan bahwa guru yang memiliki golongan kepangkatan yang lebih rendah diduga akan memiliki persepsi yang negative, ini disebabkan karena golongan yang rendah dianggap masih belum matang dan masih harus banyak belajar mengenai profesionalisme guru. Sehingga dalam mengikuti penilaian portofolio masih perlu bimbingan dari guru-guru yang memiliki pengalaman mengajar yang lebih

lama. Sedangkan untuk guru yang memiliki golongan jabatan yang tinggi diduga memiliki persepsi yang lebih positif, ini disebabkan karena guru yang memiliki golongan yang lebih tinggi dianggap sudah memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama dan pengetahuan tentang mengajar yang lebih banyak daripada guru yang memiliki golongan lebih rendah, sehingga mereka tidak diragukan lagi untuk mengikuti penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan.

Namun berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari golongan kepangkatan. Artinya bahwa guru dengan golongan/pangkat yang berbeda memiliki persepsi yang identik terhadap program penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F hitung = 0,380 lebih kecil dari F tabel = 3,09 dan nilai probabilitas signifikansi 0,767 lebih besar dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua guru memiliki persepsi yang cukup positif terhadap penilaian portofolio ditinjau dari golongan kepangkatan, meskipun mereka memiliki golongan yang berbeda-beda. Menurut peneliti, adanya kesamaan persepsi guru yang cukup positif terhadap penilaian portofolio ini karena Pedoman Penyusunan Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan sudah dianggap rasional dan dapat diterima oleh semua guru, karena peraturan yang ada dalam pedoman tersebut konsisten dari tahun ke tahun, serta pelaksanaannya

transparan untuk semua guru. Sehingga guru yang lulus dalam uji kompetensi diharapkan dapat menghasilkan guru yang bermutu, dan juga dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.

3. Persepsi Guru Terhadap Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Ditinjau Dari Usia Guru

Berdasarkan deskripsi data usia guru diketahui bahwa responden yang memiliki usia ≤35 th sebanyak 16 guru, responden yang memiliki 35-<50 th sebanyak 53 guru, sedangkan untuk responden yang memiliki usia 50-60 th sebanyak 35 guru. Hal ini menunjukkan bahwa responden penelitian ini sebagian besar memiliki usia 35-<50 th. Berdasarkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari usia guru menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki persepsi cukup positif terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan,.

Dalam proses rekruitmen peserta sertifikasi dimulai dengan menyusun daftar guru yang memenuhi persyaratan sertifikasi. Usia guru merupakan kriteria dalam penentuan peserta sertifikasi guru dalam jabatan. Guru yang berusia lebih tua diduga memiliki persepsi lebih positif karena mereka mempunyai pengalaman mengajar yang lebih matang. Ini sama dengan banyak anggapan yang mengatakan bahwa semakin usia seseorang lebih tua maka pengalaman orang tersebut lebih banyak dibandingkan usia

yang lebih muda. Sedangkan guru yang lebih muda memiliki persepsi yang negatif karena selain pengalaman mengajar yang belum lama, mereka juga masih harus menunggu hingga diprioritaskan untuk dapat mengikuti uji kompetensi dalam penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan.

Namun pada kenyataannya berdasarkan analisis data mengenai hipotesis yang ketiga, diketahui bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari usia guru. Artinya bahwa guru yang memiliki usia yang berbeda memiliki persepsi yang identik terhadap progam penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan. Kesimpulan Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai F hitung = 0,156 lebih kecil dari F tabel = 3,09 dan nilai probabilitas signifikansi 0,856 lebih besar dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05.

Menurut peneliti, adanya kesamaan persepsi yang cukup positif terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari usia guru disebabkan guru yang berusia lebih tua diprioritaskan untuk mengikuti penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan, karena mereka memiliki pengalaman mengajar yang matang dan cukup lama. Sedangkan untuk guru yang berusia lebih muda juga memiliki persepsi yang cukup positif, karena para guru ini menyadari bahwa tujuan dari sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Mereka juga menyadari bahwa mendahulukan guru yang berusia lebih tua

untuk mengikuti penilaian portofolio adalah hal etis yang perlu dilakukan. Atas dasar perilaku etis tersebut, maka guru yang berusia lebih muda menerima apabila guru yang berusia lebih tua lebih diprioritaskan untuk mengikuti penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan. Oleh karena itu, Pedoman Penyusunan Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan dianggap rasional dan dapat diterima oleh semua guru, karena peraturan yang ada dalam pedoman tersebut konsisten dari tahun ke tahun, serta pelaksanaannya transparan untuk semua guru. Hal ini didukung pula oleh ketentuan yang diatur dalam Pedoman Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru tahun 2007 yang menyatakan bahwa usia juga merupakan kriteria untuk penyusunan ranking prioritas (setelah memenuhi syarat kualifikasi akademik S1/D4).

74

 

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Dokumen terkait