• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

4. Status Kepegawaian

Secara umum menurut (M.S. Suwondo, 2003:439) status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Guru tetap, adalah guru yang telah diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam per minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap dapat dapat berstatus pegawai negeri sipil (PNS) atau bukan PNS. b. Guru tidak tetap, adalah guru yang belum diangkat menjadi pegawai

tetap pada suatu instansi pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi yang berorientasi pada standar kompetensi

guru dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota.

Undang-Undang Tentang Guru tahun 2005 menyebutkan bahwa:

1) Guru Tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan.

2) Guru Tetap Pegawai Negeri Sipil adalah guru tetap yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah dan/ pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Guru Tetap Non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.

4) Guru Tidak Tetap adalah guru yang diangkat secara sementara oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja. Berdasarkan keterangan di atas, maka status kepegawaian guru dapat dibedakan menjadi:

a) Pegawai Negeri Sipil b) Guru Tetap Yayasan c) Guru Bantu

5. Golongan Kepangkatan Guru

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerdarminto, 1982:281,242) menyatakan bahwa golongan adalah kelompok dan jabatan adalah pekerjaan dalam pemerintah atau organisasi. Jadi bisa disimpulkan bahwa golongan jabatan adalah kelompok pekerjaan dalam suatu pemerintahan atau organisasi. Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil pasal 5 ayat 2 menyatakan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam 4 jenjang jabatan yaitu :

1. Jenjang utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina utama, golongan ruang IV/e.

2. Jenjang madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a sampai dengan pembina utama muda, golongan ruang IV/c.

3. Jenjang muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan penata tingkat I, golongan ruang III/d.

4. Jenjang pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari Penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan penata muda tingkat I, golongan ruang III/b.

Pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil pasal 6 ayat 2

dituliskan berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional ketrampilan dibagi dalam 4 jenjang jabatan yaitu:

1. Jenjang penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan pekerjaan jabatan fungsional tingkat di bawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

2. Jenjang pelaksana lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan pembimbing, pengawas dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.

3. Jenjang pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b sampai dengan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.

4. Jenjang pelaksana pemula, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan teknis operasional penunjang yang didasari cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari pengatur muda, golongan ruang II/a.

6. Usia Guru

Usia guru adalah usia maksimal guru yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti sertifikasi guru. Usia guru merupakan faktor penting yang menentukan apakah guru tersebut diperkenankan mencalonkan diri sebagai peserta sertifikasi guru atau tidak. Usia guru yang masuk dalam persyaratan khusus uji kompetensi melalui Penialian Portofolio yaitu guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang belum memiliki kualifikasi S1/D-IV apabila pada tanggal 1 Januari 2010

telah memiliki usia 50 tahun dan memiliki pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru. Menurut Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Dalam Jabatan tahun 2010 menyebutkan bahwa usia dihitung berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran yang tercantum dalam akta kelahiran atau bukti lain yang sah. Dan usia yang dihitung adalah usia kronologis, diperinci sampai dengan bulan supaya dapat terlihat perbedaannya.

B. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Guru Tentang Penilaian Portofolio pada Sertifikasi Guru

Dalam Jabatan Ditinjau dari Status Kepegawaian

Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru yaitu dengan memberikan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik. Secara umum status kepegawaian guru dibagi menjadi dua, yaitu pegawai tetap dan pegawai tidak tetap, namun menurut Undang-Undang Tentang Guru tahun 2005 menyebutkan bahwa ada empat macam status kepegawaian guru, yaitu Guru Tetap, Guru Tetap Pegawai Negeri Sipil, Guru Tetap Non PNS, dan Guru Tidak Tetap.

Dilihat dari kesempatan dan peluang yang ada menurut status kepegawaian di atas, terdapat perbedaan persepsi antara Guru Tetap Pegawai Negeri Sipil, Guru Tetap Yayasan dan Guru Tidak Tetap. Guru

yang memiliki status pegawai tetap negeri diduga memiliki pandangan yang lebih positif dibandingkan dengan pegawai tetap yayasan. Ini disebabkan karena mereka lebih mudah/lebih banyak memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan latihan (diklat), dan juga lebih mudah untuk memperoleh bukti fisik seperti sertifikat, piagam atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat yang merupakan salah satu komponen yang harus dipenuhi dalam penilaian portofolio, sehingga diyakini bahwa guru tersebut telah memenuhi 4 kompetensi guru yaitu di bidang pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru tetap negeri lebih mudah untuk mengikuti diklat dikarenakan guru tetap negeri memiliki tanggungjawab penuh kepada pemerintah, selain itu mereka lebih mudah mengikuti kegiatan di luar kegiatan mengajar, yaitu keikutsertaan dalam forum ilmiah seperti seminar-seminar dan kegiatan-kegiatan keorganisasian di luar sekolah dan mereka juga dapat pula diperbantukan sebagai guru di sekolah yayasan yang lain. Sehingga skor yang diperoleh guru tetap negeri lebih tinggi. Sedangkan guru tetap yayasan tidak semudah guru negeri dalam mengikuti diklat, dikarenakan guru tetap yayasan memiliki pertanggungjawaban sendiri kepada yayasan, walaupun dalam prosesnya pemerintah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengawasi jalannya pendidikan. Kemudian untuk guru yang tidak tetap memiliki persepsi negatif, karena guru yang tidak tetap tersebut tidak terikat aturan dari yayasan maupun dari pemerintah, sehingga tidak ada kesempatan untuk memperoleh sertifikat pendidik. Hal ini juga didukung

oleh Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun 2010 yang dirancang oleh pemerintah menyebutkan syarat khusus uji kompetensi untuk uji kompetensi melalui penilaian portofolio bahwa guru tersebut harus memiliki masa kerja sebagai guru tetap baik PNS maupun bukan PNS. Guru tidak tetap dapat ikutserta dalam penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan, apabila mereka sudah menjadi guru tetap.

2. Persepsi Guru Tentang Penilaian Portofolio pada Sertifikasi Guru

dalam Jabatan Ditinjau dari Golongan Kepangkatan

Pangkat/golongan adalah pangkat/golongan terakhir yang dimiliki guru saat dicalonkan sebagai peserta sertifikasi guru. Kriteria ini khusus untuk guru PNS atau guru bukan PNS yang sudah memiliki SK Inpassing (Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru, 2009: 20).

Dalam hal peluang dan kesempatan untuk mengikuti penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan, dilihat dari kepangkatan/golongan diduga guru memiliki persepsi yang berbeda-beda pada setiap golongan. Untuk guru yang memiliki golongan IV/a.b.c.d memiliki persepsi yang positif terhadap penilaian portofolio, karena mereka dianggap telah memiliki pengalaman mengajar yang sudah lama dan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam hal keguruan, sehingga skor yang diperoleh untuk memenuhi komponen portofolio lebih tinggi. Untuk golongan III/a.b.c.d memilliki persepsi yang cukup positif mengenai penilaian portofolio, karena memiliki pengalaman mengajar

yang kurang lama dibandingkan dengan golongan IV/a.b.c.d sehingga mereka dianggap masih perlu banyak bimbingan dan belajar mengenai profesionalisme sebagai seorang guru. Sedangkan untuk guru yang memiliki golongan II/a.b.c.d memiliki persepsi yang negatif mengenai penilaian portofolio, karena pada golongan ini masih tergolong usia muda dan pengalaman mengajar masih belum lama, sehingga masih perlu bimbingan dari guru-guru yang sudah memiliki pengalaman yang matang mengenai keguruan, selain itu guru yang bergolongan rendah skor yang diperoleh untuk memenuhi salah satu komponen portofolio, yaitu pengalaman mengajar memiliki skor lebih rendah .

3. Persepsi Guru Tentang Penilaian Portofolio pada Sertifikasi Guru

dalam Jabatan Ditinjau dari Usia Guru

Usia Guru adalah usia maksimal guru yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti persyaratan untuk mengikuti sertifikasi guru. Usia guru juga merupakan faktor penting yang menentukan apakah guru tersebut diperkenankan untuk mengikuti program penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan.

Dalam hal usia guru, ada perbedaan persepsi yang mencolok. Guru yang berusia 50 – 60 th diduga memiliki persepsi yang positif karena mereka memiliki pengalaman mengajar yang lebih lama dibandingkan usia lebih muda dibawahnya, sehingga pengetahuan mereka mengenai keguruan dianggap lebih matang dan mereka pun lebih didahulukan untuk

mengikuti penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan, karena usia mereka yang lebih tua dibandingkan guru yang lain. Sedangkan untuk usia 35 – 50 th diduga memiliki persepsi yang cukup positif, meskipun mereka memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama, namun mereka masih harus memerlukan bimbingan dari guru-guru yang memiliki pengalaman mengajar yang lebih lama dari mereka. Dan untuk guru yang berusia kurang dari 35 tahun diduga memiliki persepsi yang negatif, karena mereka dianggap masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman mengajar yang cukup dibandingkan dengan guru yang berusia antara 50 - 60th dan antara 35 – 50 th. Selain itu, juga karena ini merupakan hal yang etis bahwa harus memprioritaskan usia yang lebih tua.

C. Perumusan Hipotesis

1. Ada perbedaan persepsi guru tentang penilaian portofolio pada sertifikasi guru dalam jabatan di tinjau dari status kepegawaian.

2. Ada perbedaan persepsi guru tentang penilaian portofolio pada sertifikasi guru dalam jabatan di tinjau dari Golongan Kepangkatan.

3. Ada perbedaan persepsi guru tentang penilaian portofolio pada sertifikasi guru dalam jabatan di tinjau dari Usia Guru.

34

 

Dokumen terkait