• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh tingkat pendidikan pada hubungan antara prestasi kerja dan kompensasi

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan tingkat pendidikan pada hubungan anatar prestasi kerja dan kompensasi. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai koefisien regresi (β3) sebesar -1,231 dan hasil perhitungan nilai signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (ρ = 0,001 < α = 0,050). Artinya, semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin lemah hubungan antara prestasi kerja dan kompensasi

Deskripsi kompensasi menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan terkategorikan tinggi (17 orang karyawan atau 48,58%). Hasil ini didukung oleh mean (72,91), median (72), modus (67) dan standar deviasi (9,186). Secara umum karyawan telah merasa puas dengan kompensasi yang diperoleh dari perusahaan, namun ada beberapa indikator yang perlu mendapat perhatian dari perusahaan. Misalnya upah lembur, tunjangan dalam bentuk sembako, tunjangan transportasi dan jatah makan siang.

Deskripsi prestasi kerja menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan terkategorikan tinggi (23 orang atau 65,71%). Hasil ini didukung oleh mean (65,83), median (64), modus (64) dan standar deviasi (5,549). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum prestasi kerja karyawan tinggi. Hal ini tampak dari kemampuan karyawan dalam ketepatan mengerjakan tugas, kelengkapan dan kerapian pekerjaan, jumlah pekerjan yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu, kemampuan bekerja dalam batas waktu tertentu, sikap terhadap pekerjaan, sikap terhadap teman kerja, sikap terhadap perusahaan, kemampuan mengenali masalah, memberikan saran – saran, kebersihan tempat kerja, peralatan kerja, cuti, absensi, datang terlambat, usaha meningkatkan kualitas kerja, serta prestasi dalam bagian kerja.

Deskripsi tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan terkategorikan karyawan dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat (14 orang karyawan atau 40%). Hasil ini didukung oleh mean (3,20), median (3), modus (3) dan standar deviasi (0,964). Karyawan yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dipandang memiliki lebih banyak pengetahuan, keterampilan di lapangan kerja dan lebih mampu menjalankan pekerjaannya dibandingkan dengan karyawan yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

Kompensasi mempunyai arti penting bagi karyawan karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya mereka di antara para karyawan itu sendiri. Sedangkan bagi perusahaan kompensasi memudahkan memperoleh, memelihara dan mempertahankan karyawan yang produktif agar tetap bekerja pada perusahaan serta meningkatkan prestasi kerja karyawannya. Oleh sebab itu setiap perusahaan dalam menentukan kompensasi kepada karyawan sebaiknya memperhatikan kompensasi terendah yang akan diberikan kepada karyawan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal. Tinggi rendahnya tingkat pemberian kompensasi sebagaimana hasil penelitian ini berhubungan dengan tinggi rendahnya prestasi kerja seseorang. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja dari karyawan yang melakukan pekerjaan dalam waktu tertentu sesuai dengan tugasnya. Seorang karyawan yang

memiliki prestasi kerja yang tinggi diharapkan dapat memberi contoh atau teladan bagi teman – teman kerjanya.

Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam menentukan kompensasi oleh perusahaan. Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan SDM. Setiap perusahaan yang melaksanakan proses seleksi ingin mendapatkan orang yang tepat. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang diperlukan untuk syarat seleksi dalam menerima karyawan.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh negatif tingkat pendidikan pada hubungan antara prestasi kerja dan kompensasi. Hal yang diduga kuat menyebabkannya adalah karyawan yang berpendidikan rendah di PG.Gondang Baru umumnya meduduki posisi sebagai karyawan lepas. Karyawan yang bekerja pada bagian tersebut secara umum memperoleh pengawasan yang ketat oleh atasannya (mandor). Jika karyawan tersebut mangkir, hasil kerjanya buruk, maka yang bersangkutan dinilai prestasinya buruk. Capaian prestasi kerja yang buruk selanjutnya akan menentukan tinggi rendahnya kompensasi. Sebaliknya karyawan yang berpendidikan tinggi umumnya menduduki posisi karyawan tetap. Mereka juga akan mendapatkan penilaian prestasi kerja oleh atasannya. Meskipun demikian pemberian kompensasi akan ditingkatkan secara periodik (4-5 tahun sekali), jika memang memiliki prestasi kerja yang bagus. Sementara kompensasi akan diberikan secara

tetap jika prestasi kerja tidak mengalami kenaikan maupun tidak mengalami penurunan.

2. Pengaruh masa kerja pada hubungan antara prestasi kerja dan kompensasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan masa kerja pada hubungan antara prestasi kerja dan kompensasi. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai koefisien regresi (β3) sebesar -0,006 dan hasil perhitungan nilai signifikansi koefisien regresi yang menunjukkan angka sebesar 0,008 yang lebih kecil dari nilai alpha (ρ = 0,008 < α = 0,050). Artinya, semakin banyak masa kerja maka semakin lemah hubungan antara prestasi kerja dan kompensasi.

Deskripsi kompensasi menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan terkategorikan tinggi (17 orang karyawan atau 48,58%). Hasil ini didukung oleh mean (72,91), median (72), modus (67) dan standar deviasi (9,186). Secara umum karyawan telah merasa puas dengan kompensasi yang diperoleh dari perusahaan, namun ada beberapa indikator yang perlu mendapat perhatian dari perusahaan. Misalnya upah lembur, tunjangan dalam bentuk sembako, tunjangan transportasi dan jatah makan siang.

Deskripsi prestasi kerja menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan terkategorikan tinggi (23 orang atau 65,71%). Hasil ini

didukung oleh mean (65.83), median (64), modus(64) dan standar deviasi (5,549). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum prestasi kerja karyawan tinggi. Hal ini tampak dari kemampuan karyawan dalam ketepatan mengerjakan tugas, kelengkapan dan kerapian pekerjaan, jumlah pekerjan yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu, kemampuan bekerja dalam batas waktu tertentu, sikap terhadap pekerjaan, sikap terhadap teman kerja, sikap terhadap perusahaan, kemampuan mengenali masalah, memberikan saran – saran, kebersihan tempat kerja, peralatan kerja, cuti, absensi, datang terlambat, usaha meningkatkan kualitas kerja, serta prestasi dalam bagian kerja.

Deskripsi masa kerja menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan terkategorikan banyak (16 orang atau 45,71%). Karyawan yang memiliki masa kerja lebih banyak dipandang memiliki lebih banyak pengalaman, pengetahuan, keterampilan – keterampilan dalam bekerja dan lebih mampu menjalankan pekerjaannya dibandingkan dengan karyawan yang masa kerjanya lebih sedikit.

Kompensasi mempunyai arti penting bagi karyawan karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya mereka di antara para karyawan itu sendiri. Sedangkan bagi perusahaan kompensasi membantu memperoleh, memelihara dan mempertahankan karyawan yang produktif agar tetap bekerja pada perusahaan serta meningkatkan prestasi kerja karyawannya. Oleh sebab itu setiap perusahaan dalam menentukan

kompensasi kepada karyawan sebaiknya memperhatikan kompensasi terendah yang akan diberikan kepada karyawan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal. Tinggi rendahnya tingkat pemberian kompensasi sebagaimana hasil penelitian ini berhubungan dengan tinggi rendahnya prestasi kerja seseorang. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja dari karyawan yang melakukan pekerjaan dalam waktu tertentu sesuai dengan tugasnya. Seorang karyawan yang memiliki prestasi kerja yang tinggi diharapkan dapat memberi contoh atau teladan bagi teman – teman kerjanya.

Masa kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja dalam suatu organisasi atau perusahaan (Moh. As’ad dalam Maria Kurniawati. 2007:33). Masa kerja diukur dengan ukuran tahun atau bulan. Masa kerja berhubungan dengan waktu kerja seseorang, yaitu segi kualitas seseorang didalam menjalani pekerjaannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh negatif masa kerja pada hubungan antara prestasi kerja dan kompensasi. Hal yang diduga kuat menyebabkannya adalah pada karyawan dengan masa kerja yang sedikit karyawan cenderung lebih tekun bekerja. Ketekunan karyawan dalam bekerja selanjutnya berdampak pada prestasi kerja yang cenderung lebih baik. Prestasi kerja yang baik selanjutnya akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan prestasi kerja. Sementara pada karyawan yang memiliki masa kerja banyak cenderung bekerja kurang

termotivasi sehingga prestasi kerjanya cenderung rendah dengan demikian kompensasi yang diterima juga cenderung tetap.

73

Dokumen terkait