• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Kebijakan Pelestarian Naskah

Perpustakaan Nasional sudah memiliki kebijakan tertulis tentang pelestarian naskah yang tertuang dalam buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Pustaka (BP) dan Naskah Kuno”.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan, Perpustakaan Nasional memperinci kebijakan tersebut dalam bentuk buku yaitu buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Pustaka (BP) dan Naskah Kuno”. Acuan kebijakan

77

Wawancara Pribadi dengan Kepala Layanan Naskah dan Transliterasi, Jakarta, 23 Maret 2015

buku tersebut diantaranya Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1990, Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2014 dan Standar Nasional Perpustakaan.

Dalam hal ini Perpustakaan Nasional merumuskan kebijakan pelestarian naskah seperti yang dikatakan Sutarno bahwa kebijakan perpustakaan adalah pembentukan sejumlah dasar, pedoman aturan dan tata tertib dalam rangka penyelenggaraan perpustakaan agar segala sesuatunya berjalan dengan baik.78

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap buku “Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno”. Buku tersebut sudah dirancang secara sedemikian rupa oleh Perpustakaan Nasional sehingga pembacanya dapat memahami dengan mudah kebijakan yang dibuat.

Kebijakan pelestarian naskah mempunyai mekanisme, prosedur, dan tata aturan tertentu agar dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini perpustakaan telah mewujudkan kebijakan pelestarian naskah secara sederhana, sistematis dan mudah dipahami, seperti yang dikatakan Sutarno “... untuk dapat mewujudkan suatu sistem kerja yang baik, maka perlu disusun sistem kerja yang mudah, sederhana dan dapat dijalankan...”79

78

Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi (Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 118

79Ibid.,

2. Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Naskah a. Usaha Pencegahan Kerusakan Naskah

Salah satu tugas Perpustakaan Nasional yang tertuang dalam UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan yaitu Perpustakaan Nasional bertugas sebagai pelestarian bahan pustaka. Dalam hal ini pelestarian mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip.80 Pelestarian bahan pustaka di Perpustakaan Nasional dihadapkan pada berbagai faktor kerusakan diantaranya:

1) Faktor Biota

Berdasarkan pengamatan penulis salah satu faktor kerusakan yang dihadapi Perpustakaan Nasional adalah faktor biota yang disebabkan oleh serangga. Upaya Perpustakaan Nasional dalam mengantisipasi hal ini yaitu dengan melakukan fumigasi selama enam (6) bulan sampai satu (1) tahun sekali dengan waktu pengasapan 2x24 jam.

Dalam hal ini Perpustakaan Nasional telah melakukan salah satu upaya untuk menghilangkan serangga dari beberapa upaya yang sering kali digunakan diantaranya penyemprotan dengan menggunakan bahan insektisidan (bahan pembasmi serangga), penggunaan sistem pengumpanan, penuangan larutan racun ke dalam lubang, dan penaburan kapur barus pada rak-rak buku secara berkala.81

80

Sudarsono Blasius, Antologi Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 314

81

Suwija Nyoman, Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Udayana (Denpasar: Universitas Udayana, 1995), h. 95

2) Faktor Fisika

Berdasarkan hasil pengamatan penulis penyebab kerusakan yang diakibatkan oleh faktor fisika pada Perpustakaan Nasional yaitu disebabkan oleh debu, cahaya serta kelembaban udara.

Perpustakaan Nasional memeriksa debu secara berkala minimal satu tahun sekali, dan kemudian membersihkannya dengan vacuum cleaner. Perpustakaan Nasional sudah modern dengan menggunakan vacuum cleaner dalam membersihkan debu. Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan untuk membersihkan debu tersebut diantaranya dengan menggunakan kuas, vacuum cleaner, karet busa (spon), atau bulu ayam.82

Perpustakaan Nasional memasang gorden atau saringan ultraviolet berupa kaca film (jika diperlukan) untuk menghalangi sinar matahari masuk ke ruangan naskah.Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik yang langsung atau pantulandihalangi dengan kain gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultra violet.83

Perpustakaan Nasional memasang Air Conditioner (AC) di ruangan naskah selama 24 jam tanpa henti. Seperti yang dinyatakan oleh Halim Sobri dan M.Syafe‟i, usaha pencegahan agar naskah tidak terlalu mengalami kerusakan dengan cara

82

Halim Sobri dan M.Syafe‟i, “Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas. Tinjauan Penyimpanan Sebagai Bahan dari Pelestarian “, Jurnal Kepustakawanan dan

Masyarakat Membaca, vol. 22, no. 2 (Juli-Desember 2006): 39 83

Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 45

penggunaan AC harus dilakukan dalam 24 jam yang ruangannya harus selalu tertutup.84

Perpustakaan Nasional menggunakan dehumdifier untuk menurunkan kelembaban udara pada ruangan koleksi perpustakaan. Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan tertutup sedangkan silicagel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari atau filing cabinet.85

3) Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, manusia dan api menjadi faktor eksternal yang diantisipasi dapat menyebabkan kerusakan naskah di Perpustakaan Nasional.

Perpustakaan Nasional mengantisipasi kerusakan yang disebabkan oleh manusia dengan cara membuat tata tertib yang diletakkan di meja pembaca. Hal ini seperti dinyatakan oleh Martoatmodjo Karmidi yang menjelaskan bahwa manusia menjadi sumber kerusakan, cara mencegah kerusakan ini dengan memberi informasi mengenai cara-cara memperlakukan bahan pustaka, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, dilarang mencoret-coret atau melipat buku secara sembarangan serta dipasang peraturan penggunaan bahan pustaka.86Selain itu pun, selama satu

84

Perpustakaan Nasional, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus

(Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional, 2002), h. 28-29 85

Muhammadin Razak, Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1995), h.30

86

Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1992), h. 46

tahun sekali Perpustakaan Nasional membuat kegiatan bimbingan pemakai kepada para pemustaka.

Perpustakaan Nasional mengantisipasi kerusakan yang disebabkan oleh api yaitu dengan memasang peraturan larangan merokok, alat hydrant, springkal dan smoke detector. Hal ini sama seperti yang dinyatakan Martoatmodjo Karmidi:

“Mencegah terjadinya kebakaran dapat diambil tindakan, seperti: periksa jaringan kabel listrik terhadap gedung secara berkala, siapkan alat pemadam kebakaran, dilarang merokok di ruang perpustakaan serta siapkan sirene dan smoke detector di setiap ruang perpustakaan.”87

b. Usaha Perbaikan Kerusakan Naskah 1) Menambal dan Menyambung Kertas

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Perpustakaan Nasional melakukan usaha perbaikan dengan cara menambal dan menyambung. Perpustakaan Nasional melakukan kegiatan menambal dan menyambung menggunakan tissue jepang, tujuan kegiatan ini yaitu untuk menutupi bagian naskah yang bolong atau merekatkan naskah yang patah. Seperti yang dinyatakan oleh Muhammadin Razak, kegiatan ini bermanfaat untuk mengisilubang- lubang, dan bagian-bagian yang dihilangkan pada kertas ataumenyatukan kembali kertas yang robek akibat bermacam-macam faktorperusak.88

87

MartoatmodjoKarmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 78-79

88

MuhammadinRazak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip(Jakarta: ProgramPelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 50

2) Laminasi

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, laminasi menjadi salah satu usaha perbaikan naskah yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional. Perpustakaan Nasional melakukan kegiatan laminasi dengan cara melapisi dua sisi naskah yang mulai rapuh dengan menggunakan tissue jepang. Menurut Martoatmodjo Karmidi laminasi merupakan suatu kegiatan melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet.89 Dalam hal ini kertas khusus yang dipakai Perpustakaan Nasional adalah tissue jepang.

3) Enkapsulasi

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, selain laminasi Perpustakaan Nasional melakukan kegiatan enkapsulasi. Perpustakaan Nasional menggunakan mylar, pemberat, double side tape dan cutter. Semua perlengkapan ini disebutkan oleh Muhammadin Razak:

“Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan enkapsulasi ialah gunting, alas dari pelastik tebal yang dilengkapi dengan garis-garis yang berpotongan tegak lurus untuk mempermudah pekerjaan, sikat halus, film plastik polyester, pisau, pemotong (cutter), double sided tape 3M, pemberat, kertas, penyerap bebas asam dan lembaran kaca.”90

89

Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka ( Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.53

90

Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1999), h. 58

4) Deasidifikasi

Berdasarkan hasil pengamatan penulis Perpustakaan Nasional melakukan deasidifikasi untuk menghilangkan asam pada naskah. Sebelum melakukan proses deasidifikasi, Perpustakaan Nasional melakukan bleaching atau proses pembersihan kertas dari noda-noda terlebih dahulu. Dalam kegiatan deasidifikasi Perpustakaan Nasional menggunakan beberapa bahan zat kimia diantaranya asam oksalat, magnesium hidro karbonat dan CO2.

5) Penjilidan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis Perpustakaan Nasional melakukan kegiatan penjilidan, yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi naskah seperti aslinya dengan membuat ulang sampul naskah dari bahan buckram board bebas asam. Tidak semua naskah pada Perpustakaan Nasional bisa dijilid, portopel akan dibuatkan untuk naskah-naskah yang tidak bisa dijilid. Penjelasan ini sesuai dengan definisi Martoatmodjo Karmidi bahwa penjilidan merupakan pekerjaan menghimpun menggabungkan lembaran-lembaran yang lepas menjadi satu, yang dilindungi ban atau sampul.91

6) Alih media

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Proses digitalisasi atau alih media yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional sudah

91

Martoadmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 123

dilakukan dengan baik. Tujuan kegiatan digitalisasi ini merupakan upaya menyelamatkan kandungan isi informasi yang terdapat didalam naskah agar isinya dapat dimanfaatkan untuk selama-lamanya. Tujuan ini pun dinayatakan oleh Tjetjep S. Surilaga bahwaPelestarian koleksi perpustakaan melalui pengalihan ke dalam bentuk mikrofilmataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan, pengamatan, juga ternyata dapat menghemat tempat, waktu dan tenaga, menghemat biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah pencarian kembali.92

3. Penyebaran Informasi Naskah

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Perpustakaan Nasional melakukan kegiatan penyebaran informasi naskah sudah cukup. Perpustakaan Nasional baru melakukan dua kegiatan penyebaran informasi yaitu melalui pameran naskah dan pembuatan katalog.Kegiatan memamerkan naskah yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional ini dilakukan ke daerah-daerah guna menunjang kelengkapan informasi di perpustakaan daerah itu sendiri.Selanjutnya, penyebaran informasi lainnya adalah pembuatan katalog naskah yang dapat diakses melalui website Perpustakaan Nasional. Sampai saat ini, semua naskah yang terdapat pada Perpustakaan Nasional telah dikatalogkan dan dibuatkan buku, sekitar 30% diantaranya sudah dapat diakses secara online untuk pemustaka dan umum melalui website Perpustakaan Nasional.

92

Tjetjep S. Surialaga, dkk, Pelestarian Koleksi Perpustakaan, Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol. II no. 2 (2002): h. 56

74 PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan tentang Pelestarian Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia diantaranya:

1. Perpustakaan Nasional sudah memiliki kebijakan tertulis tentang kegiatan pelestarian naskah yang tertuang dalam buku Pokok-Pokok Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka (BP) Dan Naskah Kuno 2015- 2019.Kebijakan meliputi tindakan pencegahan kerusakan (preventif) dan perbaikan kerusakan (kuratif) yang dalam pelaksanaannya dilakukan berdasarkan naskah yang prioritas terlebih dahulu. Bahan pustaka dan naskah kuno dalam kondisi rusak menjadi prioritas utama dibanding dengan BP dan naskah kuno yang murah dan mengalami kerusakan karena masih dapat dilakukan pengadaan baru.

2. Kegiatan pencegahan kerusakan dilakukan melalui fumigasi satu tahun sekali, menggunakan vacuum cleanner , Air Conditioner (AC), alat dehumdifier serta memasang gorden, pengadaan kegiatan bimbingan pemakai, membuat tata tertib, serta memasang alat smoke detector,springkal dan hydrant.Selain kegiatan pencegahan, Perpustakaan Nasional melakukan kegiatan perbaikan naskah diantaranya menambal dan menyambung, laminasi, enkapsulasi, deasidifikasi, penjilidan serta alih media bentuk.

3. Perpustakaan Nasional sudah melakukan penyebaran informasi naskah melalui katalog web Perpustakaan Nasionaldan membuat katalog buku terakhir dilakukan pada tahun 2004. Selain itu memamerkan naskah ke daerah-daerah dalam forum festival naskah nusantara. B. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk Perpustakaan Nasional di bagian Preservasi Bahan Pustaka dalam usahanya melestarikan baik fisik maupun kandungan informasi dari suatu bahan pustaka terutama naskah adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya ketegasan mengenai kebijakan, seperti yang ditulis di dalam Pokok-Pokok Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka (BP) dan Naskah Kuno, belum jelas untuk perpustakaan apa saja hal itu diberlakukan. Meskipun kadang Perpustakaan Nasional mengeluarkan kebijakan untuk semua jenis perpustakaan namun tetap perlu disebutkan kebijakan ini berlaku untuk perpustakaan apa.

2. Pelaksanaan kegiatan di Perpustakaan Nasional sudah sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada. Hanya perlu ditekankan mengenai waktu rutin dalam melakukan tahap demi tahap pelaksanaan tersebut. Agar tidak ada kelalaian waktu yang mengakibatkan naskah menjadi cepat rusak, karena waktu untuk melakukan tahapan pelestarian sangat berpengaruh terhadap kualitas naskah kaitannya dengan penggunaannya oleh pemustaka. Keterangan waktu tersebut juga perlu di masukkan dalam kebijakan yang ada.

3. Perpustakaan Nasional perlu mengadakan optimalisasi upaya penyebaran informasi. Hal ini sebaiknya dilakukan tidak hanya melalui katalog web Perpustakaan Nasional, katalog buku dan pameran naskah tetapi bisa juga dilakukan melalui penyebaran fotocopy naskah atau bulletin.

4. Perlu adanya peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia baik di bagian layanan koleksi naskah maupun di bagian preservasi bahan pustaka, supaya penanganan kerusakan dapat lebih terkendali.

77

DAFTAR PUSTAKA

Agnes Karya Wijayanti, “Pemeliharaan Pustaka Untuk Menjaga Kelestariannya.” Warta Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, vol. 3 no.3, (Desember 1995): h. 4.

Baried Siti Baroroh, Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994.

Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007.

Daryono. “Pemeliharaan Bahan Pustaka di PPerpustakaan”. http://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di- perpustakaan. (Diakses pada tanggal 10 November 2014 jam 11.00 WIB) Durea J.M dan D.W.G Clement. Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan

Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990.

E. Martono. Pengetahuan Dokumentasi dan Perpustakaan: Sebagai Pusat Informasi. Jakarta: Karya Utama, 1990.

Halim Sobri dan M. Syafe‟i,“Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas. Tinjauan Penyimpanan Sebagai Bahan dari Pelestarian”,Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, vol. 22, no. 2 (Juli-Desember 2006): h. 39

Harvey Ross. Preservation in Libraries: Principles, Strategies, and Practices for Librarians. London: Bowker Saur, 1993.

Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.

Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIA-LAN, 2004.

Lasa, HS. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007.

Lexy J. Moeleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

M. Ali Nurhasan Islamy, “Preservation of Ancient Manuscripts Radya Pustaka Museum”, Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL XVI, 2015): h. 7.

Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.

Muhamad Djuhro. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002.

Perpustakaan Nasional RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2008.

Pudjiastuti, Titik. Analisa Unsur Sejarah Dalam Sumber Tertulis Cirebon. Depok: FSUI, 1996.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Putu Laxman Pendit. Merajut Makna Penelitian Kualitatif Bidang Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Citra Karya Mandiri, 2009.

Razak, Muhammadin. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Yayasan Ford oleh Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.

. . . Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta:Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1999.

. . Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1995.

Soeratno dan Arsyad, Lincolin.Metodologi Penelitian: untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1998

Styarto, Kris Adri. “Kerusakan Pada Bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya”, Media Pustakawan, No. 1 (2001): h. 24

Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.

Sulistyo-Basuki. Pengantar Dokumentasi Ilmiah. Jakarta: Kesaint Blanc, 1989. . . Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.

. . Teknik dan Jasa Dokumentasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

. Pengantar Dokumentasi. Jakarta: Rekayasa Sains, 2004.

Sutarno NS. Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi. Jakarta: Panta Rei, 2005.

Suwija Nyoman. Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Udayana. Denpasar: Universitas Udayana, 1995. Tjetjep S. Surialaga, dkk. Pelestarian Koleksi Perpustakaan, Jurnal Perpustakaan

Pertanian, Vol. II no. 2 (2002): h. 55-57.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010/2011. Jakarta: Biro Administrasi dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

PANDUAN OBSERVASI

NO KEGIATAN OBSERVASI YA TIDAK

1. Mengunjungi website Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia

2. Mengunjungi OPAC Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia

3.

Mengamati koleksi naskah

4. Melihat kegiatan pembersihan koleksi naskah yang

terkena debu

5. Melihat kegiatan menambal dan menyambung pada

naskah

6. Melihat kegiatan penjilidan pada naskah

7. Melihat kegiatan enkapsulasi pada naskah

8. Melihat katalog naskah 

9. Megamati lingkungan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berkenaan dengan pelestarian naskah

 10. Melakukan wawancara dengan staf perpustakaan 

1. Adakah kebijakan pelestarian naskah secara tertulis? a. Jika ya, seperti apa dan bagaimana isinya?

b. Jika tidak, mengapa?

Jawab: “Kebijakan pelestarian naskah ada dalam buku Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pelestarian Bahan Perpustakaan (BP) dan Naskah Kuno.”

2. Siapa sajakah yang terlibat dalam menentukan kebijakan tersebut?

Jawab: “Pejabat pusat preservasi membuat surat keputusan (SK) tentang kegiatan pembuatan peraturan ini kemudian mengajukan nomor SK kepada Kepala Perpustakaan.”

3. Adakah kendala dalam merumuskan kebijakan tersebut?

Jawab: “Kebijakan ini harus berlaku untuk semua perpustakaan di indonesia, kekurangan kita itu, kan kita kadang-kadang tidak mengetahui kondisi perpustakaan masing-masing daerah.”

4. Menurut Bapak/ibu, seberapa penting kebijakan dalam kegiatan pelestarian naskah?

Jawab: “Jelas, Penting! Setiap kebijakan itu kan buat acuan dan pedoman kita.”

5. Apakah kebijakan pelestarian naskah sudah berjalan? Apakah sudah berjalan dengan baik?

Jawab: “Eeehm.. secara interen sudah. Tapi untuk sosialisasinya harus ada pengesahan dulu, jadi kita belum sosialisasi ke daerah-daerah, kita hanya perkenalan aja. Ada di daerah Jakarta Pusat sudah menggunakan yaitu di Perpustakaan Museum Nasional daerah Monas.”

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kerusakan pada naskah?

Jawab:“Ehmmm... ada faktor manusia, bencana, faktor biota, cahaya.” 2. Jenis-jenis kerusakan apa saja yang disebabkan oleh faktor-faktor

tersebut?

Jawab:“Banyak, ehmmm berlubang, serangga, naskah ya? Korosi tinta, perubahan warna kertas.”

3. Bagaimana usaha pencegahan kerusakan naskah yang dilakukan oleh faktor biologi?

Jawab:“Fumigasi, lakukan fumigasi satu tahun sekali, lalu kalu 6 bulan ada serangga lakukan fumigasi lagi. Fum igasi 2x24 jam minimal.”

4. Bagaimana usaha pencegahan kerusakan naskah yang dilakukan oleh faktor fisika?

Jawab:kalau debu kan otomatis dicek minimal setiap tahun sekali jika kita menemukan debu maka akan kita sedot debu tersebut dengan vacuum cleaner. Kalau cahaya pakai gorden, masukkan dalam box lemarinya ada tutupnya, ehmm untuk ruangan naskah meemakai saringan ultraviolet berupa kaca film. Kalau untuk cahaya didalam ruangan menggunakan lampu neon.Nah kalau suhu naskah wajib 24 jam dengan temperatur 21- 24ºC karena agar naskah tetap berada pada suhu dan kelembaban untuk menghindari naskah dari kerusakan. Boleh memakai ac setengah hari dengan temperatur harus stabil antara 26 -28 dengan syarat memakai bantuan kipas angin, untuk menyerap kelembaban udara kita menggunakan alat dehumidifier.”

5. Bagaimana usaha pencegahan kerusakan naskah yang dilakukan oleh faktor manusia dan faktor lain?

Jawab: “Faktor manusia ya? Untuk itu ada bimbingan pemakai setiap tahun, dimejanya ada tulisan kecil tidak boleh melipat menekan. “ehhm untuk antisipasi kebakaran kita pasang alat hydrant, springkal dan smoke

sudah disimpan didalam kusturis dari baja jika terjadi bencana akan terselamatkan. Selain itu pun kami memasang larangan merokok di setiap ruangan”.1

6. Apa saja cara yang dilakukan untuk memperbaiki naskah-naskah yang rusak? Jelaskan!

Jawab:“Langkah yang pertama itu survei kondisi kerusakan pada naskah, langkah yang kedua mendokumentasikan naskah yang mengalami kerusakan, selanjutnya yang ketiga yaitu memperbaiki naskah-naskah yang rusak dengan cara menghilangkan noda, menetralkan asam, laminasi, penjilidan.”

7. Bagaimana cara menambal atau menyambung naskah-naskah yang sudah mengalami kerusakan?

Jawab:“Menambal dilakukan untuk merekatkan bagian yang robek atau patah karena lipatan pada kertas sedangkan untuk kegiatan menyambung ada dua cara yaitu dengan cara manual dan mesin. kalo dengan cara manual menggunakan tissue jepang, tapi cara dengan mesin ga dilakukan. misalkan ada naskah yang robek, ambil tissue jepang secukupnya sebesar area yang robek, dilem lalu ditempel dinaskah yang robek.”

8. Alat-alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini? Jawab:“Mesin potong manual, gunting, pisau potong.”

9. Apakah pihak perpustakaan pernah melakukan kegiatan laminasi dan enkapsulasi?

Jawab:iya kita melakukan kegiatan laminasi, kami melakukan kegiatan laminasi ini dengan melapisi dua sisi dokumen dengan memakai tissue jepang.”

11.Bagaimana cara melakukan kegiatan laminasi pada naskah?

Jawab: “Biar lengkap kamu bisa langsung liat di buku Perpustakaan Nasional aja.”

12.Apakah pernah dilakukan kegiatan deasidifikasi kertas guna mengurangi kandungan asam kertas terhadap naskah?

Jawab:iya pernah melakukan kegiatan deasidifikasi kertas untuk mengurangi kandungan asam pada naskah.”

1. Bagaimana tahapan-tahapan dalam penjilidan?

Jawab:“Kalo naskah itu biasanya yang masih bisa kita jilid, hanya jilidannya yang rusak kita jilid ulang tanpa keperawatan, itu biasanya masih ada koleksi yang bagus jadi ga usah ke lantai 3. Langkah- langkahnya: Naskah dipisah yang masih bisa dijilid apa engga, kalau naskah engga bisa dijilid dibuat portopel. Naskah yang masih bisa dijilid dibersihin debunya sebelum masuk ke tahap berikutnya. Kalau pinggiran naskah yang rusak ditambal atau disambung menggunakan tissue jepang. Cutter dan sampul dilepas terlebih dahulu, baru jilidannya dibongkar. Sampulnya dibikin ulang dengan menggunakan bahan buckram itu board bebas asam. Kalo misalnya ada sisa judul, judul yang masih melekat di board itu direndam di air lalu dijemur. Setelah itu judulnya dilekatkan kembali ke sampul yang baru. Lalu di pres.”

2. Alat-alat apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan ini?

Jawab:“Alat yang digunakan untuk penjilidan itu lem, kuas, gunting, cutter, jarum, benang dan alat pres.

1. Dalam usaha pelestarian naskah, apakah naskah juga di alih mediakan?

Dokumen terkait