• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan Kerusakan Naskah

BAB II TINJAUAN LITERATUR

E. Pencegahan Kerusakan Naskah

Usaha melakukan pencegahan kerusakan naskah yang dilakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Koleksi naskah yang belum rusak supaya tidak terkontamiasi dengan perusak koleksi tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegitan pencegahan. Sedangkan untuk bahan pustaka yang sudah mengalami kerusakan perlu dilakukan perbaikan agar kerusakan tidak menjadi parah, sehingga proses kerusakan terhenti. Usaha-usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Biologi

Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya disebabkan oleh jamur, serangga dan binatang pengerat. Mencegah kerusakan yang disebabkan pada jamur, ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam usaha pencegahan kehadiran jamur, yaitu melakukan pemeriksaan dalam kelembaban ruangan atau tempat penyimpanan bahan pustaka, pemberian obat anti jamur pada sampul buku, menjaga kebersihan buku dari kotoran, menjaga bahan pustaka dari kehadiran debu, tidak menggunakan perekat yang mengandung omlyum untuk menjilid, sebaiknya untuk menjilid digunakan bahan sistesis seperti polyvinyl acetat dan suhu ruangan diatur sedemikian rupa sehingga jamur tidak berkembang biak di dalam buku.34

34

Lasa, HS, Manajemen Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), h. 161

Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh serangga ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam usaha pencegahan kehadiran serangga yaitu melalui penyemprotan dengan menggunakan bahan insektisidan (bahan pembasmi serangga), penggunaan sistem pengumpanan, penuangan larutan racun ke dalam lubang, dan penaburan kapur barus pada rak-rak buku secara berkala.35

2. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Fisika

Temperatur dan kelembaban yang ideal bagi bahan pustaka dan arsip adalah 20-24ºC. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kondisi yang ideal adalah memasang suhu pengatur udara Air Conditioner (AC). Oleh karena iu, diperlukan usaha-usaha pencegahan agar bahan-bahan pustaka tidak terlalu mengalami kerusakan dengan cara penggunaan AC harus dilakukan dalam 24 jam yang ruangannya harus selalu tertutup.36 Jika AC dipasang hanya setengah hari saja, maka kelembaban akan berubah-ubah. Untuk mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh temperatur dan kelembaban udara adalah dengan membuat ventilasi yang sempurna. Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan dengan dehumidifier atau silicagel. Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan tertutup sedangkan silicagel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari atau filing cabinet.37

35

Suwija Nyoman, Laporan Penelitian: Upaya Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Udayana (Denpasar: Universitas Udayana, 1995), h. 95

36

Perpustakaan Nasional, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus

(Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional, 2002), h. 28-29

37

Muhammadin Razak, Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1995), h. 30

Cara lain yang perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih bagi bahan pustaka yang sudah terkena debu bisa diadakan dengan membersihkan buku dari debu. Cara pembersihannya bisa dengan kuas, vacuum cleaner, karet busa (spon), atau bulu ayam. Serta merawat gedung dan seluruh ruangannya dengan baik untuk mencegah uap air selama musim hujan. Dan untuk bangunan gedung perpustakaan seharusnya dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan pengawetan. 38

Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk penerangan perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam cahaya ini mengandung sinar ultra violet yang dapat merusak bahan pustaka. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik yang langsung atau pantulan harus dihalangi dengan kain gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultraviolet.39

3. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Kimia

Sumber keasaman yang berasal dari dalam kertas antara lain residu dari bahan-bahan kimia yang digunakan pada waktu pembuatan kertas serta tinta sebagai alat tulis ternyata juga mengandung asam, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada kertas.40 Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan perbaikan yang telah mengalami kerusakan, seperti menetralkan asam yang terkandung dalam kertas

38Halim Sobri dan M.Syafe‟i,”Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas. Tinjauan Penyimpanan Sebagai Bahan dari Pelestarian”, Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, vol. 22, no. 2 (Juli-Desember 2006): 39

39

Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 45

40

Muhammadin Razak,Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17

dengan deasidifikasi atau memberi bahan penahan (buffer).Cara lainnya yaitu menyimpan dan menata kertas dan buku dalam lemari kaca atau untuk kertas lembaran disimpan dalam kotak-kotak karton bebas asam, dan dengan memilih bahan pustaka yang baik dengan teliti perlu dilihat jelas jenis kertas dan tulisan.41

4. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia dan Faktor Lainnya.

a. Manusia

Banyak yang tidak menduga bahwa kerusakan bahan pustaka tidak hanya dirusak oleh faktor biota, fisika dan faktor lainnya. Manusia merupakan perusak utama yang sangat berbahaya dan hal ini tidak disadari oleh pemustaka maupun pustakawan. Kerusakan memberi informasi mengenai cara-cara memperlakukan bahan pustaka, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, dilarang mencoret-coret atau melipat buku secara sembarangan serta dipasang peraturan penggunaan bahan pustaka.42Selain itu banyaknya pemustaka yang berkunjung menyebabkan adanya kemungkinan yang lebih besar dari kerusakan naskah asli. Hal ini cenderung menyebabkan kerusakan naskah secara fisik karena naskah di akses oleh pemustaka dari tangan ke tangan. Upaya pencegahannya perpustakaan sebaiknya menyediakan copy

41

Daryono, “Pemeliharaan Bahan Pustaka di Perpustakaan”.

http://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan. (Diakses pada tanggal 10 November 2014 jam 11.00 WIB)

42

Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1992), h. 46

naskah asli untuk dibaca oleh pemustaka.43 Selanjutnya jalan keluar untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia, misalnya: memberi saran tentang perbaikan mutu kertas kepada pabrik kertas, memberi penyuluhan kepada staf perpustakaan, penyempurnaan teknik penjilidian dan membatasi penggunaan bahan pustaka yang langka dan bernilai tinggi.44

b. Faktor lain

Pada hakikatnya faktor lain seperti bencana alam bukanlah faktor yang utama yang dapat menyebabkan rusaknya bahan pustaka, namun perlu diantisipasi terjadinya hal tersebut. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan: kesiapan menghadapi bencana alam bermula dari perencanaan yang matang terhadap lokasi perpustakaan, artinya bahwa gedung perpustakaan tidak didirikan pada tempat yang selalu banjir, lingkungan perumahan yang padat, terhindar dari jangkauan letusan gunung berapi disamping itu pula hindari mendirikan perpustakaan yang letaknya dekat dari bibir pantai. Untuk mencegah terjadinya kebakaran dapat diambil tindakan, seperti: periksa jaringan kabel listrik terhadap gedung secara berkala, siapkan alat pemadam kebakaran, dilarang merokok di ruang perpustakaan serta siapkan sirene dan smoke detector di setiap ruang perpustakaan.45

43M. Ali Nurhasan Islamy, “Preservation of Ancient Manuscripts Radya Pustaka Museum”, Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL XVI, 2015): h. 7

44

MuhammadinRazak, “Penentuan Skala Prioritas Dalam Pelestarian Bahan Pustaka”

Kongres VII Ikatan Pustakawan Indonesia dan Seminar Ilmiah Nasional Tanggal 20-23 November 1995, h. 6

45

Martoatmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 78-79

Dokumen terkait