• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

)

Rendah Sedang Tinggi

Kategori

Siswa Guru

Gambar 1. Tingkat Perilaku Mengganggu Berdasarkan Penilaian Guru dan Siswa

Dari grafik tersebut dapat kita ketahui dengan lebih jelas posisi tingkat perilaku mengganggu di kelas berdasarkan penilaian guru dan siswa. Berdasarkan penilaian sebagian besar siswa, tingkat perilaku menggangu di kelas cenderung pada tingkat rendah. Sebagian kecil siswa menilai tingkat perilaku mengganggu di kelas pada kategori sedang. Sedangkan menurut penilaian sebagian besar guru, tingkat perilaku mengganggu di kelas cenderung pada kategori sedang, dan sebagian guru lainnya menilai tingkat perilaku mengganggu siswa di kelas cenderung pada kategori rendah.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan dan dijelaskan di atas, terdapat beberapa perilaku mengganggu siswa di kelas yang sering tampak pada siswa MAN 1 Magelang. Berdasarkan penilaian guru, perilaku mengganggu yang sering muncul pada indikator kegiatan yang tidak relevan dengan pembelajaran di kelas yaitu perilaku menggambar di kertas, perilaku

mengerjakan tugas mata pelajaran lain dan perilaku menggunakan telepon genggam. Perilaku mengganggu yang sering muncul pada indikator tidak ikut serta dalam aktivitas kelas yaitu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, lupa membawa pekerjaan rumah, tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok, melamun di kelas, tidur di kelas, dan tidak memperhatikan pelajaran. Perilaku mengganggu yang sering muncul pada indikator kegiatan yang mengganggu pembelajaran adalah mencontek ketika ujian, berbicara di luar gilirannya, dan berulangkali meminta guru mengulangi penjelasan. Perilaku-perilaku tersebut pada kategori sedang. Sedangkan pada indikator keterlambatan dan ketidakhadiran, adalah perilaku tidak mengikuti pelajaran tanpa ijin dan terlambat masuk kelas pada kategori rendah, sehingga guru menilai hampir tidak ada siswa yang berperilaku mengganggu pada indikator tersebut.

Perilaku-perilaku mengganggu menurut penilaian guru tersebut sesuai dengan pandangan Mick McManus (1995) yang menyebutkan bahwa perilaku-perilaku mengganggu secara umum dapat dikarakteristikkan dalam banyak indikator yang meliputi datang terlambat, tidak mengikuti pelajaran atau membolos dari kelas, berbicara ketika guru menerangkan pelajaran, menggambar di buku yang tidak tepat, tidak membawa pekerjaan rumah, dan meninggalkan kelas lebih awal.

Berdasarkan penilaian siswa MAN 1 Magelang mengenai perilaku mengganggu dirinya di kelas, terdapat beberapa perilaku mengganggu di kelas yang sering muncul. Perilaku mengganggu yang sering muncul pada indikator kegiatan yang tidak relevan dengan pembelajaran yaitu perilaku menggambar

di kertas, perilaku mengerjakan tugas lain saat pelajaran dan perilaku menggunakan telepon genggam. Perilaku mengganggu yang sering muncul pada indikator tidak ikut serta dalam aktivitas kelas yaitu perilaku lupa membawa pekerjaan rumah, melamun, dan tidak memperhatikan pelajaran. Perilaku mengganggu yang sering muncul pada indikator kegiatan yang mengganggu pembelajaran yaitu perilaku mencontek dan berbicara diluar gilirannya dan berbicara dengan teman saat pelajaran. Sedangkan pada indikator keterlambatan dan ketidakhadiran, hanya sedikit tampak pada perilaku sering terlambat masuk kelas. Tingkat perilaku mengganggu dan intensitas tertinggi terletak pada perilaku menggambar di kertas. Sedangkan perilaku mengganggu dengan jumlah terbanyak siswa yang melakukan adalah perilaku buang angin di kelas tetapi intensitasnya rendah.

Perilaku-perilaku mengganggu berdasarkan penilaian siswa tersebut sesuai dengan pandangan Mick McManus (1995) mengenai karakteristik perilaku mengganggu secara umum dimana perilaku datang terlambat, menggambar di buku yang tidak tepat, tidak membawa pekerjaan rumah, dan merokok di kelas termasuk diantara macam-macam perilaku mengganggu di kelas. Perilaku-perilaku tersebut juga sesuai dengan pandangan Slomo Romi (2004) mengenai perilaku mengganggu remaja SMA dan setingkatnya dimana perilaku lupa membawa pekerjaan rumah juga termasuk diantara perilaku mengganggu yang sering ditunjukkan siswa remaja. Perilaku-perilaku mengganggu tersebut juga sesuai dengan pandangan teori behavioristik yang dikemukakan Zimmerman (1995: 15) yang menyatakan bahwa perilaku

mengganggu adalah perilaku yang tampak dan mudah dinilai oleh orang lain, misalnya berbbicara diluar gilirannya, membuat kebisingan yang tidak perlu, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin, dan berdebat dengan guru.

Siswa melakukan perilaku mengganggu bukan tanpa alasan. Dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa alasan siswa melakukan perilaku mengganggu di kelas adalah karena faktor kebosanan dan faktor beban kurikulum. Hal ini sesuai dengan pandangan Eileen S. Flicker dan Jannet Andron Hoffman (2006) yang menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi anak melakukan perilaku mengganggu diantaranya adalah faktor kebosanan.

Tingkat perilaku mengganggu di kelas pada siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Magelang cenderung pada kategori rendah. Dengan demikian memungkinkan penyelesaian masalahnya dapat dilakukan dengan cepat. Hal ini sesuai dengan pandangan Divison Student Affair of Southern California (2004), perilaku mengganggu pada tingkat pertama adalah masalah yang tidak serius, mencakup setiap situasi yang dapat ditangani secara informal antara guru dan siswa yang mengarah pada penyelesaian yang cepat. Namun demikian, terdapat siswa yang cenderung berperilaku mengganggu pada kategori sedang. Dalam hal ini memungkinkan guru untuk berkolaborasi dengan pihak terkait seperti wali kelas dan guru pembimbing agar perilaku mengganggu siswa tersebut dapat diredakan atau bahkan dihilangkan.

Dari data hasil penelitian yang sudah dipaparkan di atas, diketahui bahwa penilaian guru terhadap perilaku mengganggu di kelas lebih tinggi

daripada penilaian siswa. Artinya guru melihat lebih banyak perilaku yang tampak daripada siswa. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa guru memiliki lebih banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai perilaku mengganggu di kelas daripada siswa.

Upaya meredakan perilaku mengganggu dapat dipandang dari pendekatan behavioristik, kognitif, dan humanistik. Adapun upaya yang dilakukan sebagian besar guru MAN 1 Magelang dalam meredakan perilaku mengganggu di kelas adalah dengan menasehati, berarti guru di MAN 1 Magelang lebih menerapkan pendekatan kognitf dan humanistik dalam meredakan perilaku mengganggu di kelas. Hal ini senada dengan pandangan Zimmerman (1995: 14) mengenai pendekatan kognitif dan humanistik dalam upaya meredakan perilaku mengganggu yang menyatakan bahwa dengan guru menceritakan pengalamannya tentang perilaku mengganggu dan berempati dapat meredakan perilaku mengganggu di kelas. Unsur-unsur tersebut dapat termuat ketika guru menasehati siswa yang mengganggu. Guru MAN 1 Magelang tidak banyak menghukum siswa yang mengganggu di kelas. Hal ini menjelaskan bahwa guru tidak banyak menggunakan pendekatan behavioristik dalam menangani siswa yang mengganggu. Upaya guru dalam meredakan perilaku mengganggu siswa di kelas menemui sejumlah hambatan. Dalam hal ini yang menjadi hambatan sebagian besar guru MAN 1 Magelang dalam meredakan perilaku mengganggu siswa di kelas adalah karena belum memahami cara mengatasi perilaku mengganggu di kelas yang baik. Ini berbanding lurus dengan hasil penelitian mengenai pengetahuan guru MAN 1

Magelang yang sebagian besar mempunyai pengetahuan sedikit tahu mengenai perilaku mengganggu siswa di kelas.

Dokumen terkait