• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah serta untuk mengetahui adanya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah. Dari hasil analisis data yang pertama didapatkan deskripsi data miskonsepsi siswa pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian. Terlihat ada siswa yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada setiap soal pilihan ganda yang diujikan. 50 % lebih dari 205 siswa mengalami miskonsepsi pada item 3, 5, 8, 9, 12, 13, 16, 17, dan 19. Hanya dua item soal yang

memiliki nilai persentase miskonsepsi siswa di bawah 20 %, yaitu item 1 dan 15. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada konsep gaya, pesawat sederhana, cermin, cahaya, pelapukan dan struktur bumi.

Dapat dikatakan juga jika ada siswa yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada setiap soal uraian yang diujikan. Terlihat lebih dari 30 % dari 205 siswa mengalami miskonsepsi pada item 1, 3, 4, dan 5. Satu item soal saja yang memiliki nilai persentase miskonsepsi siswa di bawah 20 %, yaitu item 2. Hal ini membuktikan bahwa banyak siswa yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada konsep pesawat sederhana, cahaya, dan pelapukan.

Suparno (2005: 4) menyatakan bahwa miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima pakar dalam bidang itu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dapat dikatakan bahwa banyak siswa kelas V SD negeri semester 2 memiliki konsep yang tidak sesuai dengan konsep pada materi IPA Fisika yang diujikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Norika (2014). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa miskonsepsi yang banyak dijumpai pada siswa di empat SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gaya akhir untuk menentukan/menetapkan penentuan gerak, tidak dapat membedakan antara kecepatan dengan percepatan, dengan menghilangnya dorongan, kehilangan/menerima dorongan aslinya, hanya perantara/peralatan yang

aktif yang menyebabkan gaya lebih besar, gabungan gaya menentukan arah, gerakan yang menyatakan bahwa terdapat gaya aktif pada benda, ada hambatan, dan gaya dorong oleh pukulan. Penelitian sejenis dilakukan oleh Suryanto dan Yuni (2002) yang menunjukkan bahwa miskonsepsi masih banyak terjadi pada konsep-konsep yang diteliti. Jika digunakan kriteria 75% sebagai ambang batas pemahaman konsep yang benar maka hanya ditemukan suatu konsep yaitu konsep tentang bernapas yang dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Berdasarkan analisis terhadap pola jawaban yang diberikan siswa ternyata dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa antara lain disebabkan karena dalam memahami suatu konsep siswa mengandalkan pada pengalaman sehari-hari dan hasil pemikiran logis.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Norika (2014) dan Suryanto dan Yuni (2002) menguatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Walaupun sampel, tempat penelitian, dan variabel berbeda, akan tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat membuktikan bahwa miskonsepsi masih banyak terjadi pada siswa, khususnya siswa kelas V SD negeri se-Kecamatan Berbah.

Dari hasil analisis data yang kedua dalam uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian didapatkan hasil signifikansi < signifikansi yang ditentukan (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak, jadi dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah. Setelah dilakukan uji hipotesis penelitian, dilanjutkan menganalisis mean rank dari skor siswa untuk mengetahui aspek mana saja yang berbeda.

Berdasarkan hasil analisis pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan miskonsepsi antara siswa yang orang tuanya bekerja sebagai PNS dengan siswa yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta, terdapat perbedaan miskonsepsi antara siswa yang orang tuanya bekerja sebagai PNS dengan siswa yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, dan terdapat perbedaan miskonsepsi antara siswa yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta dengan siswa yang orang tuanya bekerja sebagai buruh. Miskonsepsi paling banyak terjadi pada siswa yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, sedangkan miskonsepsi paling sedikit terjadi pada siswa yang orang tuanya bekerja sebagai PNS.

Menurut teori, jenis pekerjaan orang tua berpengaruh terhadap miskonsepsi pada siswa. Conger dalam Yusuf (2009: 54) mengemukakan bahwa orang tua yang mengalami tekanan ekonomi atau perasaan tidak mampu mengatasi masalah finansialnya, cenderung menjadi depresi, dan mengalami konflik keluarga, yang akhirnya mempengaruhi masalah siswa, seperti prestasi belajar rendah. Timbulnya miskonsepsi pada siswa dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tuanya. Ahmadi (1991: 83-84) menyatakan bahwa keadaan ekonomi miskin akan menyebabkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik sedangkan keadaan ekonomi kaya memiliki keadaan yang sebaliknya. Keadaan miskin dan kaya itu yang membuat terjadinya perbedaan misonsepsi pada siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuldafrial (2014). Hasil penelitian ini menunjukkan

perbedaan skor rata-rata antara kedua kelompok yang dibandingkan bahwa skor rata-rata indek prestasi belajar kelompok mahasiswa-mahasiswi yang orang tuanya Pegawai Negeri 3,44 dan kelompok mahasiswa-mahasiswi yang orang tuanya Pegawai Swasta 3.16. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar antara mahasiswa- mahasiswi yang pekerjaan orang tuanya Pegawai Negeri dan mahasiswa- mahasiswi yang pekerjaan orang tuanya Pegawai Swasta. Kelompok mahasiswa-mahasiswi yang pekerjaan orang tuanya Pegawai Negeri hasil belajarnya lebih tinggi dari hasil belajar kelompok mahasiswa-mahasiswi yang pekerjaan orang tuanya Pegawai Swasta. Penelitian lainnya dilakukan oleh Rahmawati (2012) yang menunjukkan uji hipotesis tingkat miskonsepsi siswa melalui pembelajaran konstruktivisme tipe Novick dan konsruktivis kolabortif diperoleh nilai p-value< 0,05 (0.002 < 0.05), sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan tingkat miskonsepsi siswa SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 melalui pembelajaran kontruktivisme tipe Novick dan pembelajaran berbasis kontruktivis-kolaboratif.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zuldafrial (2014) menguatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Walaupun variabel terikatnya bebeda yaitu antara hasil belajar dan miskonsepsi, akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa jenis pekerjaan orang tua memang berpengaruh terhadap variabel terikat penelitian (miskonsepsi siswa).

BAB V PENUTUP

Dalam bagian ini, peneliti akan membahas mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman tahun 2015 dapat ditarik kesimpulan:

1. Ada miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD negeri semester 2 se- Kecamatan Berbah. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep gaya, pesawat sederhana, cahaya, proses pembentukan batuan dan struktur bumi. Siswa dominan mengalami miskonsepsi pada konsep cahaya.

2. Ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah. Miskonsepsi paling banyak terjadi pada siswa yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, sedangkan miskonsepsi paling sedikit terjadi pada siswa yang orang tuanya bekerja sebagai PNS.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dan dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, akan tetapi masih memiliki keterbatasan antara lain:

1. Peneliti tidak melaksanakan pengawasan pada semua responden saat mengerjakan soal yang diujikan, sehingga peneliti tidak dapat mengetahui kejujuran responden.

2. Peneliti hanya melakukan wawancara pada satu guru, sehingga hasil wawancara yang didapat kurang akurat.

C. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti mengawasi responden yang sedang mengerjakan instrumen soal penelitian. Pengawasan dilakukan untuk mengetahui kejujuran responden.

2. Untuk penelitian selanjutnya perlu melakukan wawancara pada minimal 5 guru, agar hasil yang didapatkan lebih akurat.

DAFTAR REFERENSI

Ahmadi, A. dan Supriyono, W. (1991). Psikologi belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ahmadi, R. (2014). Pengantar pendidikan (asas & filsafat pendidikan). Sleman: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Azmiyawati, C. (2008). Ipa 5 salingtemas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Azmiyawati, C. (2008). Ipa salingtemas untuk kelas v sd/mi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basleman, A. dan Mappa, S. (2011). Teori belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Baswedan, A. (2014). Gawat darurat pendidikan di indonesia. Internet. https://atdikbudlondon.files.wordpress.com diakses Tanggal 24 Juni 2015 pukul 12.15 WIB.

Budi, K. (1992). Pemahaman konsep dan beberapa salah konsepsi yang terjadi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Djamarah, S. B. (2005). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. (2011). Psikologi belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Effendi, S. dan Tukiran. (2012). Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES. Giancoli, D. C. (2001). Fisika. Jakarta: Erlangga.

Hasan, I. (2004). Analisis data penelitian dengan statistik. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Husdarta. (2010). Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik (olahraga & kesehatan). Alfabeta: Bandung.

Iskandar, S. M. (2001). Pendidikan ilmu pengetahuan alam. Bandung: Cv. Maulana.

Mahdi, A. dan Mujahidin. (2014). Panduan penelitian praktis untuk menyusun skripsi, tesis, dan disertasi. Bandung: Alfabeta.

Mahdiyah. (2014). Statistik pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Masidjo. (2010). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

Mulyasa, H. E. (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidika, suatu panduan praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Norika, M. T. (2014). Pemahaman dan miskonsepsi konsep gaya pada siswa di empat sma swasta di yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.

Priyanto, D. (2012). Cara kilat belajar analisis data dengan spss 20. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Purnomo, P. (2008). Menjadi guru yang ilmuwan & ilmuwan yang guru.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Rahmawati, Y. Internet. (2012). Studi komparasi tingkat miskonsepsi siswa pada pembelajaran biologi melalui model pembelajaran konstruktivisme tipe novick dan konstruktivis. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. http://jurnal.fkip.uns.ac.id diakses Tanggal 21 Juli 2015 pukul 10.56 WIB.

Ratama, T. S. (2013). Remidiasi miskonsepsi pada konsep gerak lurus menggunakan pendekatan konflik kognitif. (Skripsi) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga; Yogyakarta. Rustaman, N. (2012). Materi dan pembelajaran ipa sd. Tangerang: Universitas

Terbuka.

Samatowa, U. (2011). Pembelajaran ipa di sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Sangadji, M dan Sopiah. (2010). Metodologi penelitian-pendekatan praktis dalam

penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sapriati, A. (2009). Pembelajaran ipa di sd. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sekaran, U. (2006). Metodologi penelitian untuk bisnis edisi 4 buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Setyosari, P. (2010). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta: Kencana.

Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Subali, B. (2012). Prinsip asesmen & evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2008). Metodepenelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sulistyanto, H. (2008). Ilmu pengetahuan alam 5: untuk sd dan kelas v. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumanto. (2014). Statistika terapan. Yogyakarta: CAPS.

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi & perubahan konsep pendidikan fisika. Jakarta: PT. Grasindo.

Suryanto, A. dan Herwindati, Y. T. Internet. (2002). Pemahaman murid sekolah dasar terhadap konsep-konsep ilmu pengetahuan alam (ipa) berbasis biologi: suatu diagnosis adanya miskonsepsi. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Pustaka.ut.ac.id. diakses Tanggal 26 Juni 2015 pukul 12.56 WIB.

Trianto. (2011). Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi pendidikan dan tenaga kependidikan. Jakarta: Kencana.

Triwiyanto, T. (2014). Pengantar pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wonorahardjo, S. (2010). Dasar-dasar sains. Jakarta: PT Indeks.

Yusuf, S. (2009). Psikologi perkembangan anak &remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dokumen terkait