ABSTRAK
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SD NEGERI SEMESTER 2 SE-KECAMATAN BERBAH SLEMAN TAHUN 2015
Oleh: Ardi Wibowo NIM: 121134018
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA Fisika pada siswa kelas V yang mengakibatkan terjadinya miskonsepsi. Penyebab miskonsepsi salah satunya adalah jenis pekerjaan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman dan mengetahui adanya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari pekerjaan orang tua siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar negeri se-Kecamatan Berbah, Sleman yang berjumlah 436 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 205 siswa yang ditetapkan menggunakan ketentuan Krejcie dan Morgan. Pengambilan sampel di setiap sekolah dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda dan uraian. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji nonparametrik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada siswa kelas V SD negeri semester 2 yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada KD yang diujikan. Terbukti dari 20 soal pilihan ganda yang diujikan, 50 % lebih dari 205 siswa mengalami miskonsepsi pada item 3, 5, 8, 9, 12, 13, 16, 17, dan 19, sedangkan untuk soal uraian yang diujikan, terlihat 30 % lebih dari 205 siswa mengalami miskonsepsi pada item 1, 3, 4, dan 5. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep gaya, pesawat sederhana, cahaya, proses pembentukan batuan dan struktur bumi. Siswa dominan mengalami miskonsepsi pada konsep cahaya. Hasil uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian didapatkan taraf signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat
disimpulkan adanya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah.
ABSTRACT
MISCONCEPTION ABOUT SCIENCE PHISICS IN THE SECOND SEMESTER FIFTH GRADERS OF STATE ELEMENTARY SCHOOLS IN BERBAH
DISTRICT OF SLEMAN REGENCY IN 2015 By:
Ardi Wibowo NIM: 121134018
This research triggered by the lack of understanding the concept of science phisics on the kids grade who has resulted in misconception. Cause misconception one of these is kinds of work parents. This research attempts to describe misconception about science physics in the second semester fifth graders of state elementary schools in Berbah district of Sleman Regency.
Type of this research is descriptive quantitative with the survey method. The population of the research is graders of state of elementary schools in the Berbah district of Sleman Regency which were 436 students. The sample in this research is 205 students who set using provisions Krejcie and Morgan. The sample in each school conducted using simple random sampling technique. Research instruments it uses about multiple choice and the discussion. The data were analyzed using descriptive analysis and nonparametrik test.
This research result indicates that there are many the second semester fifth graders of state elementary schools experienced misconception about science physics in tested KD. Proven from 20 about multiple choice tested, 50 % more than 205 students had misconception on items 3 , 5 , 8 , 9 , 12 , 13 , 16 , 17 , and 19, while he damaged about the descriptive tested, looks more than 30 % 205 students had miskonsepstion on items 1, 3, 4, and 5. Students had misconception to the concept of light. The result of the hypothesis test on multiple choice and descriptive instrument obtained standard of significance smaller than standard significance determined (0,000 < 0,05) so H0 rejected. Based on the result of the hypothesis test can concluded exst differences misconception about science physics seen from of parents employment of the second semester fifth graders of state elementary schools in Berbah district of Sleman Regency
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SD NEGERI SEMESTER 2 SE-KECAMATAN BERBAH SLEMAN TAHUN 2015
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
ARDI WIBOWO 121134018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur alhamdulilah, peneliti persembahkan karya tulis ini kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, dan kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tercinta “Bapak Paidi dan Ibu Rita Aryani” yang telah memberikan kasih sayang dan cintanya dengan penuh ketabahan dan kesabaran, serta selalu memberikan dukungan berupa material maupun
spiritual.
3. Kakakku Diar Yuniarti dan adikku Dini Rahayu yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam membuat karya tulis ini.
4. Dosen pembimbing bu Ika dan bu Kintan yang telah sabar dalam membimbing saya dalam menyelesaikan karya tulis ini.
5. Lilik Hermawati yang selalu memberikan motivasi. 6. Teman-teman kelompok payung.
7. Sahabat dan teman-teman yang selalu ada saat susah maupun senang.
MOTTO
“Banyak kegagalan dalam hidup ini
dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya
mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”.
(Thomas Alva Edison)
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia
maka wajib baginya memiliki ilmu,
dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akherat,
maka wajib baginya memiliki ilmu,
dan barang siapa menghendaki keduanya
maka wajib baginya memiliki ilmu ”.
ABSTRAK
MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SD NEGERI SEMESTER 2 SE-KECAMATAN BERBAH SLEMAN TAHUN 2015
Oleh: Ardi Wibowo NIM: 121134018
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA Fisika pada siswa kelas V yang mengakibatkan terjadinya miskonsepsi. Penyebab miskonsepsi salah satunya adalah jenis pekerjaan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman dan mengetahui adanya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari pekerjaan orang tua siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar negeri se-Kecamatan Berbah, Sleman yang berjumlah 436 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 205 siswa yang ditetapkan menggunakan ketentuan Krejcie dan Morgan. Pengambilan sampel di setiap sekolah dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda dan uraian. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji nonparametrik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada siswa kelas V SD negeri semester 2 yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada KD yang diujikan. Terbukti dari 20 soal pilihan ganda yang diujikan, 50 % lebih dari 205 siswa mengalami miskonsepsi pada item 3, 5, 8, 9, 12, 13, 16, 17, dan 19, sedangkan untuk soal uraian yang diujikan, terlihat 30 % lebih dari 205 siswa mengalami miskonsepsi pada item 1, 3, 4, dan 5. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep gaya, pesawat sederhana, cahaya, proses pembentukan batuan dan struktur bumi. Siswa dominan mengalami miskonsepsi pada konsep cahaya. Hasil uji hipotesis pada instrumen soal pilihan ganda dan uraian didapatkan taraf signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan adanya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V SD negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah.
ABSTRACT
MISCONCEPTION ABOUT SCIENCE PHISICS IN THE SECOND SEMESTER FIFTH GRADERS OF STATE ELEMENTARY SCHOOLS IN
BERBAH DISTRICT OF SLEMAN REGENCY IN 2015 By:
Ardi Wibowo NIM: 121134018
This research triggered by the lack of understanding the concept of science phisics on the kids grade who has resulted in misconception. Cause misconception one of these is kinds of work parents. This research attempts to describe misconception about science physics in the second semester fifth graders of state elementary schools in Berbah district of Sleman Regency.
Type of this research is descriptive quantitative with the survey method. The population of the research is graders of state of elementary schools in the Berbah district of Sleman Regency which were 436 students. The sample in this research is 205 students who set using provisions Krejcie and Morgan. The sample in each school conducted using simple random sampling technique. Research instruments it uses about multiple choice and the discussion. The data were analyzed using descriptive analysis and nonparametrik test.
This research result indicates that there are many the second semester fifth graders of state elementary schools experienced misconception about science physics in tested KD. Proven from 20 about multiple choice tested, 50 % more than 205 students had misconception on items 3 , 5 , 8 , 9 , 12 , 13 , 16 , 17 , and 19, while he damaged about the descriptive tested, looks more than 30 % 205 students had miskonsepstion on items 1, 3, 4, and 5. Students had misconception to the concept of light. The result of the hypothesis test on multiple choice and descriptive instrument obtained standard of significance smaller than standard significance determined (0,000 < 0,05) so H0 rejected. Based on the result of the hypothesis test can concluded exst differences misconception about science physics seen from of parents employment of the second semester fifth graders of state elementary schools in Berbah district of Sleman Regency
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 Se-Kecamatan
Berbah Sleman Tahun 2015”.
Adapun skripsi ini ditulis guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S.Pd) di Universitas
Sanata Dharma. Peneliti menyadari bahwa tanpa ada bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat tersusun. Untuk itu dalam
kesempatan kali ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Penddikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Maria Melani Ika Susanti, M.Pd. Dosen pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran dalam membimbing, memberi dorongan, dan memberi motivasi dalam penelitian skripsi ini.
4. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Dosen pembimbing II yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi saran dalam penelitian skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMANMOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 10
1. Konsep ... 10
2. Konsepsi ... 11
3. Miskonsepsi ... 12
5. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi ... 19
6. Hubungan Miskonsepsi dengan Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 21
7. Hakikat Pembelajaran IPA ... 23
8. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2 ... 27
B. Penelitian yang Relevan ... 36
C. Kerangka Berpikir ... 41
D. Hipotesis Penelitian ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
1. Tempat Penelitian ... 44
2. Waktu Penelitian ... 44
C. Populasi dan Sampel ... 45
1. Populasi ... 45
2. Sampel... 46
D. Variabel Penelitian ... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ... 49
F. Instrumen Penelitian ... 50
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 52
1. Validitas ... 52
2. Reliabilitas ... 60
H. Teknik Analisis Data ... 61
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 67
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 67
2. Deskripsi Responden Penelitian ... 68
3. Deskripsi Miskonsepsi IPA Fisika ... 70
4. Perbedaan Miskonsepsi dilihat dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 100
5. Uji Hipotesis Penelitian ... 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 113
B. Keterbatasan Penelitian ... 113
C. Saran... 114
DAFTAR REFERENSI ... 115
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 44
Tabel 3.2 Populasi Penelitian... 45
Tabel 3.3 Krejcie dan Morgan ... 46
Tabel 3.4 Data Sampel Penelitian ... 48
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara... 52
Tabel 3.6 Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen ... 54
Tabel 3.7 Hasil Validitas Muka ... 56
Tabel 3.8 Hasil Validitas Soal Pilihan Ganda... 58
Tabel 3.9 Hasil Validitas Soal Esai ... 59
Tabel 3.10 Koefisien Reliabilitas... 60
Tabel 3.11 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ... 60
Tabel 3.12 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Soal Uraian ... 61
Tabel 4.1 Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 69
Tabel 4.2 KD dan Nomor Item Soal yang Mewakili pada Instrumen Pilihan Ganda... 70 Tabel 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 1 Soal Uraian ... 91
Tabel 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Uraian ... 93
Tabel 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal Uraian ... 94
Tabel 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Uraian ... 96
Tabel 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 5 Soal Uraian ... 98
Tabel 4.8 Uji Normalitas pada Instrumen Soal Pilihan Ganda ... 100
Tabel 4.9 Uji Normalitas pada Instrumen Soal Uraian ... 102
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas pada Instrumen Soal Pilihan Ganda ... 104
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas pada Instrumen Soal Uraian ... 104
Tabel 4.12 Uji Hipotesis pada Instrumen Soal Pilihan Ganda ... 105
Tabel 4.13 Uji Rank pada Instrumen Sola Pilihan Ganda ... 106
Tabel 4.14 Uji Hipotesis Soal Uraian ... 107
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penerapan gaya gravitasi ... 28
Gambar 2.2 Penerapan gaya gesek ... 28
Gambar 2.3 Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan tidak senama ... 29 Gambar 2.4 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan pertama ... 30
Gambar 2.5 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan kedua ... 30
Gambar 2.6 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan ketiga ... 31
Gambar 2.7 Contoh penggunaan prinsip bidang miring ... 31
Gambar 2.8 Jenis katrol ... 32
Gambar 2.9 Literature Map Penelitian-penelitian Relevan... 40
Gambar 3.1 Rumus Product Moment ... 57
Gambar 4.1 Pie Chart Jenis Pekerjaan Orang Tua Siswa ... 69
Gambar 4.2 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 Se-Kecamatan Berbah Untuk Seluruh KD... 71
Gambar 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 1 Soal Pilihan Ganda ... 72
Gambar 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal Pilihan Ganda ... 73
Gambar 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Pilihan Ganda ... 74
Gambar 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Pilihan Ganda ... 75
Gambar 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 5 Soal Pilihan Ganda ... 76
Gambar 4.8 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 6 Soal Pilihan Ganda ... 76
Ganda ... 78 Gambar 4.11 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 9 Soal Pilihan
Ganda ... 78
Gambar 4.12 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 10 Soal Pilihan Ganda ... 79 Gambar 4.13 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 11 Soal Pilihan
Ganda ... 80 Gambar 4.14 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 12 Soal Pilihan
Ganda ... 81 Gambar 4.15 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 13 Soal Pilihan
Ganda ... 82 Gambar 4.16 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 14 Soal Pilihan
Ganda ... 83 Gambar 4.17 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 15 Soal Pilihan
Ganda ... 83 Gambar 4.18 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 16 Soal Pilihan
Ganda ... 84 Gambar 4.19 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 17 Soal Pilihan
Ganda ... 85 Gambar 4.20 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 18 Soal Pilihan
Ganda ... 86 Gambar 4.21 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 19 Soal Pilihan
Ganda ... 87 Gambar 4.22 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 20 Soal Pilihan
Ganda ... 88 Gambar 4.23 Persentase Miskonsepsi Siswa pada Soal Uraian Untuk Semua
KD. ... 89 Gambar 4.24 Histogram Skor Siswa pada Instrumen Soal Pilihan Ganda ... 101 Gambar 4.25 Histogram Jenis Pekerjaan Orang Tua pada Instrumen Soal
Gambar 4.26 Histogram Skor Siswa pada Instrumen Soal Uraian... 102 Gambar 4.27 Histogram Jenis Pekerjaan Orang Tua pada Instrumen Soal
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat ... 119
Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 120
Lampiran 1.2 Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kantor... 121
Lampiran 1.3 Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Kab. Sleman... 122
Lampiran 1.4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD Kec. Berbah ... 123
Lampiran 2 Data Penelitian ... 124
Lampiran 2.1 Rangkuman Data SD Negeri di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman ... 125
Lampiran 2.2 Data hasil tes siswa kelas V ... 126
Lampiran 2.3 Data sekolah dan jenis pekerjaan orang tua ... 132
Lampiran 2.4 Hasil validitas isi instrumen pilihan ganda dan uraian ... 138
Lampiran 2.5 Rekapan Data Miskonsepsi Untuk Instrumen Soal Pilihan Ganda ... 144
Lampiran 2.6 Rekapan Data Miskonsepsi Untuk Instrumen Soal Uraian ... 151
Lampiran 3 Instrumen Penelitian ... 155
Lampiran 3.1 Kisi-kisi Instrumen Soal Pilihan Ganda untuk Expert Judgment ... 156
Lampiran 3.2 Kisi-kisi Instrumen Soal Uraian untuk Expert Judgment ... 171
Lampiran 3.3 Petunjuk Pengisian Soal dan Identitas Responden ... 180
Lampiran 3.4 Soal Pilihan Ganda Penelitian ... 182
Lampiran 3.5 Soal Uraian Penelitian ... 187
Lampiran 4 Hasil Validasi Ahli ... 188
Lampiran 4.1 Permohonan Izin Validasi Ahli ... 189
Lampiran 4.2 Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen Pilihan Ganda ... 190
Lampiran 4.3 Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen Uraian ... 198
Lampiran 5 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 200
Lampiran 5.1 Hasil Validitas Instrumen Soal Pilihan Ganda Uji Empiris ... 201
Lampiran 5.2 Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda... 204
BAB I PENDAHULUAN
Bab I memberikan gambaran kepada pembaca mengenai landasan penelitian ini. Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia (Djamarah, 2005: 22). Demi mengembangkan manusia
yang berkualitas, maka pendidikan sangat penting untuk diberikan kepada siswa. Ahmadi (2014: 45) mengungkapkan bahwa pendidikan penting diberikan untuk siswa karena pendidikan sebagai transmisi pengetahuan
atau proses membangun manusia menjadi berpendidikan.
Salah satu cara yang digunakan untuk memberikan pendidikan kepada siswa yaitu melalui sekolah. Pernyataan tersebut dilandasi dengan pendapat
Triwiyanto (2014: 75) bahwa sekolah adalah kelompok layanan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikannya. Sekolah membekali pengetahuan pada siswa melalui berbagai macam mata pelajaran. Mata pelajaran yang diadakan di sekolah-sekolah Indonesia menurut Kurikulum
pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan atau kejuruan, serta muatan
lokal (Mulyasa, 2007: 12).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan salah satu mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa melalui jenjang sekolah dasar. Sapriati (2009: 2.3) berpendapat bahwa pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai
pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat dalam mempelajari diri dan alam sekitar.
Samatowa (2011: 3) berpendapat bahwa dalam Ilmu Pengetahuan Alam dibahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Pendapat tersebut senada dengan pernyataan Wonorahardjo (2010: 11) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam ini sifatnya lebih pasti karena gejala
yang diamati relatif nyata dan terukur. Berdasarkan kedua pendapat dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang sifatnya pasti karena didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang relatif
nyata dan terukur.
IPA berisi tentang konsep yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, maka penting untuk siswa memahaminya. Faktanya masih banyak ditemui siswa yang sulit memahami konsep-konsep yang ada pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya
Fisika merupakan suatu pelajaran yang mempelajari konsep-konsep dari suatu konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks (Ratama,
pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan dengan perilaku
dan struktur benda. Dalam mata pelajaran IPA Fisika, guru telah mengajarkan konsep dasar, namun masih banyak siswa yang memiliki
pemahaman konsep rendah terhadap materi yang dipelajari, sehingga terjadi salah konsepsi.
Rendahnya pemahaman siswa tentang konsep IPA Fisika dibuktikan
berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 30 Maret 2015 terhadap salah seorang guru kelas V SD negeri di Kecamatan Berbah. Salah seorang guru
mengatakan bahwa menemui suatu kendala pada pembelajaran IPA Fisika yaitu rendahnya pemahaman konsep pada suatu materi, sehingga masih
banyak siswa mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan. Pemahaman konsep siswa yang rendah dapat dilihat juga berdasarkan hasil kinerja Indonesia pada pemetaan Trends in International Mathematics and Science
Studies and Progress in International Reading Literacy Study (TIMSS & PIRLS) 2011 bidang literasi sains, Indonesia mendapat peringkat 40 dari 42 negara yang di data (Baswedan, 2014: 17). Literasi sains sendiri merupakan
pengetahuan dan pemahaman konsep serta proses ilmiah yang diperlukan untuk pengambilan keputusan personal, partisipasi dalam kegiatan publik
dan budaya, dan produktivitas ekonomi. Dengan literasi sains dimaksudkan bahwa seorang dapat bertanya, menemukan, atau menentukan jawaban terhadap pertanyaan yang diturunkan dari rasa ingin tahu tentang
pengalaman sehari-hari (Rustaman, 2012: 1.40). Berdasarkan gagasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa rendahnya peringkat Indonesia pada
karena literasi sains merupakan pemahaman konsep yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan.
Fakta lain yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
memiliki salah konsepsi ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryanto dan Yuni (2002) dengan judul “Pemahaman Murid Sekolah Dasar
Terhadap Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengetahui pemahaman murid sekolah dasar terhadap konsep-konsep IPA
berbasis biologi, (2) mengidentifikasi adanya miskonsepsi, dan (3) mencari penyebab miskonsepsi berdasarkan pola jawaban yang diberikan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa miskonsepsi masih banyak terjadi pada konsep-konsep yang diteliti. Jika digunakan kriteria 75% sebagai ambang batas pemahaman konsep yang benar maka hanya ditemukan suatu konsep
yaitu konsep tentang bernapas yang dapat dipahami dengan baik oleh murid. Berdasarkan analisis terhadap pola jawaban yang diberikan murid ternyata dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi yang terjadi antara lain disebabkan
karena dalam memahami suatu konsep, murid mengandalkan pada pengalaman sehari-hari dan hasil pemikiran logis.
Berdasarkan data yang dituliskan, jelas bahwa pemahaman konsep siswa masih rendah. Untuk itu penelitian tentang miskonsepsi pada pembelajaran IPA Fisika perlu dilaksanakan karena banyak konsep siswa
yang tidak cocok dengan konsep ilmiah, selain itu konsep yang salah pada siswa dapat bertahan lama dan sulit diperbaiki. Hal ini biasanya disebabkan
beberapa persoalan yang sedang mereka hadapi dalam kehidupan mereka
(Suparno, 2005: 3).
Berdasarkan kenyataan latar belakang yang sudah diungkapkan, maka
peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman Tahun 2015”. Alasan peneliti melaksanakan penelitian di Kecamatan Berbah karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru SD kelas V di Kecamatan Berbah, mengatakan bahwa tidak sedikit siswa yang
mengalami miskonsepsi pada IPA Fisika kelas V semester 2. Hal tersebut dikarenakan IPA Fisika memuat materi yang sangat banyak dan luas
cakupanya, sehingga siswa kesulitan untuk menyerap semua materi dengan baik. Dengan dilakukannya penelitian ini, dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan perbedaan miskonsepsi dilihat dari pekerjaan orang
tua, sehingga cepat dilakukan penanganan kepada siswa yang mengalami miskonsepsi. Dengan dilakukan penanganan, diharapkan pemahaman siswa kembali ke konsep ilmiah yang sudah ditetapkan para ahli.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti mengungkapkan beberapa
masalah yang mendasari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Prestasi sains Indonesia rendah.
2. Rendahnya pemahaman konsep siswa pada suatu materi IPA Fisika.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah atau tidak terlalu luas, maka peneliti membuat batasan masalah. Masalah yang diteliti akan dibatasi sebagai
berikut:
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman.
2. Penelitian ini fokus pada miskonsepsi IPA Fisika.
3. Perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari pekerjaan orang tua siswa.
4. Peneliti fokus pada SK dan KD sebagai berikut : a. SK (Standar Kompetensi)
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya atau model.
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber.
b. KD (Kompetensi Dasar)
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang sudah disampaikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman?
2. Apakah ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari pekerjaan orang tua siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah,
Sleman?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
1. Mengetahui adanya miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman.
2. Mengetahui adanya perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari
pekerjaan orang tua siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis:
2. Manfaat praktis:
a. Bagi guru
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi guru agar
kedepannya lebih berhati-hati dalam mengajarkan konsep IPA Fisika sehingga miskonsepsi pada siswa dapat diminimalisir.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk belajar dan mengembangkan
pengetahuan peneliti yang telah berproses dalam penelitian.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah atau pengertian yang diterima pakar dalam bidang itu. Miskonsepsi pada soal pilihan ganda dapat dideteksi dari jawaban
yang salah namun siswa tersebut yakin benar dengan jawabannya. 2. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang membahas
tentang gejala alam yang sifatnya lebih pasti karena didasarkan pada
percobaan dan pengamatan manusia secara terukur.
3. Miskonsepsi Ilmu Pengetahuan Alam adalah pemahaman yang salah
4. Miskonsepsi IPA Fisika adalah pemahaman yang salah tentang konsep
IPA Fisika.
5. Siswa Kelas V SD adalah siswa yang berada pada tingkat kelas V SD
negeri se-Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman dengan rata-rata umur 10-11 tahun.
6. Pekerjaan orang tua adalah sesuatu yang dilakukan oleh setiap orang
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian ini berisi tentang kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan uraian hasil pengkajian peneliti terhadap berbagai referensi yang dijadikan acuan dalam penelitian. Kajian pustaka
misalnya dapat mengkaji beberapa hal sebagai berikut.
1. Konsep
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga
objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa) (Djamarah, 2011: 30).
Basleman dan Mappa (2011: 67) menyatakan bahwa konsep diperoleh dari kejadian yang dijumpainya, baik positif maupun negatif.
Sekali memperoleh konsep, peserta belajar akan mampu mengenal hal atau kejadian dan mampu memberikan defnisi verbal dari konsep tersebut.
Djamarah (2011: 31) berpendapat bahwa konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret
fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, mobil, dan
sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam
lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Misalnya, saudara sepupu, dan sebagainya, adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun.
Berdasarkan pendapat yang sudah disampaikan para ahli dapat dikatakan bahwa konsep adalah satuan arti baik positif maupun negatif
yang diperoleh si penerima konsep dari kejadian yang dijumpainya.
2. Konsepsi
Pemahaman setiap murid terhadap suatu konsep disebut dengan konsepsi (Berg dalam Suryanto, 2002: 13). Contohnya jika dua kutub magnet yang sama yaitu utara dan utara didekatkan, maka akan
didapatkan murid yang mempunyai pemahaman berbeda satu sama lain tentang konsep magnet tersebut. Ada yang memiliki pemahaman bahwa magnet saling tolak menolak, ada juga murid yang memiliki pemahaman
bahwa magnet tidak mau menyatu, ada juga yang memiliki pemahaman magnet saling mendorong atau memberi gaya.
Hal yang sama dikatakan oleh (Rustaman, 2012: 2.6) bahwa konsepsi seseorang berbeda dengan konsepsi orang yang lain. Konsepsi berasal dari kata to conceive yang artinya cara menerima. Sementara
Budi (1992: 114-115) menyatakan bahwa konsepsi adalah sebagai kemampuan memahami konsep, baik yang diperoleh dari indera maupun
Berdasarkan pendapat yang sudah disampaikan oleh ahli dapat
disimpulkan bahwa konsepsi adalah suatu pemahaman seseorang terhadap konsep.
3. Miskonsepsi
Suparno (2005: 4) menyatakan bahwa miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima pakar dalam bidang itu. Fowler (dalam Suparno, 2005: 5) menjelaskan bahwa miskonsepsi
adalah sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirakis konsep-konsep yang tidak benar. Suparno (2005: 15) memberikan contoh miskonsepsi sebagai berikut, jika seorang mendorong suatu kereta dan kereta itu
bergerak, siswa mengatakan ada suatu gaya bekerja pada kereta itu. Tetapi bila kereta itu tidak bergerak, siswa mengatakan tidak ada gaya yang bekerja pada kereta tersebut, meskipun orang itu mendorong
kereta dengan gaya yang besar. Menurut fisika, meskipun kereta tidak bergerak, tetap ada gaya yang bekerja.
Budi (1992: 114-115) mengungkapkan bahwa kesalahan konsep atau miskonsepsi adalah terjadi perbedaan konsepsi antara orang yang satu dengan yang lain dalam mempelajari konsep untuk menangkap
Berdasarkan beberapa pendapat yang sudah disebutkan, dapat
disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah pemahaman konsep seseorang yang berbeda dengan konsep-konsep ilmiah yang sudah ditetapkan
sebelumnya oleh ahli.
4. Penyebab Miskonsepsi
Suparno (2005: 29) mengungkapkan bahwa penyebab miskonsepsi
dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan
sebagai berikut: a. Siswa
Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain:
1) Prakonsepsi atau konsep awal siswa
Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini
sering kali mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti
pelajaran fisika berikutnya, sampai kesalahan itu diperbaiki. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orang tua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa. Misalnya
dari pengalaman kehidupan sehari-hari yaitu tentang terbit dan terbenamnya matahari. Siswa berpendapat bahwa matahari yang
berjalan di atas bumi, dan akhirnya terbenam di barat.
Miskonsepsi siswa tersebut bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi. Konsep yang diutarakan oleh siswa tersebut
salah, konsep yang benar bahwa bumi yang mengelilingi matahari.
2) Pemikiran Asosiatif Siswa
Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari kadang-kadang juga membuat miskonsepsi (Arons dalam Suparno,
2005: 35). Contohnya, siswa mengasosiasikan gaya dengan aksi atau gerakan. Gaya oleh banyak siswa dianggap selalu
menyebabkan gerakan. Maka jika siswa tidak tidak melihat suatu benda bergerak, mereka memastikan tidak ada gaya. 3) Pemikiran Humanistik
Siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi (Gilbert dalam Suparno, 2005: 36). Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup,
sehingga tidak cocok. Misalnya miskonsepsi siswa akan kekekalan energi. Seorang bila bekerja secara terus menerus
atau bermain secara terus menerus akan merasa lelah dan lapar. Dari pengalaman sebagai manusia yang menjadi lapar dan kehabisan energi bila terus bekerja, siswa beranggapan bahwa
kekekalan energi itu tidak mungkin terjadi. Energi yang ada pasti berkurang dan lenyap. Siswa tidak mudah untuk keluar
4) Reasoning yang tidak lengkap/ salah
Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah (Comins dalam
Suparno, 2005: 38). Alasan yang tidak lengkap dapat disebabkan karena logika yang salah dalam mengambil kesimpulan, sehingga terjadi miskonsepsi. Misalnya, siswa
mengetahui bahwa bumi termasuk planet, siswa tersebut menganggap bahwa semua planet yang ada di tata surya kita
sama seperti bumi. Berarti planet-planet tersebut terdapat tumbuh-tumbhan, air, gaya, gravitasi, batu-batu keras, dan
lain-lainnya.
5) Instuisi yang salah
Intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat
menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan
rasional diteliti. Contoh siswa kadang-kadang mempunyai instuisi bahwa benda yang besar akan jatuh bebas lebih cepat
daripada benda yang kecil. Pemikiran instuitif ini sering membuat siswa tidak kritis dan mengakibatkan miskonsepsi. 6) Tahap perkembangan kognitif siswa
Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya
tahap operational concrete bila mempelajari sesuatu bahan yang
abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep tersebut.
7) Kemampuan siswa
Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat fisika atau
kurang mampu dalam mempelajari fisika, sering mengalami kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar.
8) Minat belajar siswa
Secara umum dapat dikatakan, siswa yang berminat pada
fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah daripada siswa yang tidak berminat pada fisika. Suparno (2005: 42) mengungkapkan bahwa siswa yang tidak berminat dalam
belajar, bila salah menangkap suatu bahan, sering kali siswa tidak berminat mencari mana yang benar dan mengubah konsep yang salah. Akibatnya, merekan akan lebih mudah menagalami
kesalahan atau miskonsepsi. b. Guru
Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru fisika. Guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti bahan fisika secara tidak benar, akan menyebabkan siswa
c. Buku
1) Buku Teks
Buku teks juga menyebabkan miskonsepsi. Entah karena
bahasanya sulit dimengerti atau karena penjelasannya tidak benar, miskonsepsi tetap diteruskan. Para peneliti menemukan bahwa beberapa miskonsepsi datang dari buku teks (Lona dalam
Suparno, 2005: 44).
2) Buku Fiksi Sains (Science Fiction)
Seringkali pengarang membuat gagasan fisika kurang berdasarkan kaidah ilmu yang sesungguhnya. Misalnya
gerak-gerakan tokoh fiksi di udara bebas yang kadang-kadang tidak mengindahkan hukum fisika. Akibatnya, dalam diri anak tertanam nilai dan pengertian yang tidak benar.
3) Kartun (Cartoon)
Gambar-gambar kartun dalam majalah sains sering kali dapat memunculkan dan menyebabkan miskonsepsi pada siswa
bila tidak mengindahkan hukum dan teori fisika yang berlaku. d. Konteks
1) Pengalaman
Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi. Kita dapat melihatnya dalam kasus kekekalan energi. Dalam
kehidupan sehari-hari, siswa mengalami, bahwa mereka akan merasa lelah setelah bekerja keras. Motor akan kehabisan bahan
kembali. Tampak bahwa energi hilang dan tidak kekal. Di sini
siswa berpikir tentang kekelan energi dalam pengertian yang terbatas dan tidak dalam pengertian luas (Stavy dalam Suparno,
2005: 47).
2) Bahasa Sehari-hari
Beberapa miskonsepsi datang dari bahasa sehari-hari yang
mempunyai arti lain dengan fisika (Gilbert dalam Suparno, 2005: 48). Misalnya, dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti
dan menggunakan istilah berat dan kg. Tetapi dalam fisika, berat adalah suatu gaya, dan satuannya adalah Newton.
3) Teman Lain
Orang muda sangat senang belajar dalam kelompok bersama teman-teman kelompoknya. Kelompok sering
didominasi oleh beberapa orang yang suaranya vokal. Bila siswa yang dominan atau vokal itu mempunyai miskonsepsi, maka jelas mereka dapat mempengaruhi siswa lain dalam hal
miskonsepsi.
4) Keyakinan dan Ajaran Agama
Keyakinan atau agama siswa dapat juga menjadi penyebab miskonsepsi dalam bidang fisika (Commins dalam Suparno, 2005: 49). Keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini
e. Metode Mengajar
Beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti,
meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa.
5. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi
Suparno (1998: 121-128) mengungkapkan cara bagi seorang peneliti atau seorang guru mendeteksi miskonsepsi siswa, yaitu melalui :
a. Peta Konsep
Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi
siswa dalam bidang fisika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas dapat
mengungkap miskonsepsi siswa digambakan dalam peta konsep tersebut. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan lengkap antar konsep (Novak
dalam Suparno, 2005 : 121).
b. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka
Beberapa peneliti menggunakan pertanyaan pilihan ganda digabungkan dengan alasan yang sudah tertentu. Jadi alasan-alasannya sudah dipilihkan. Model ini dipilih, biasanya dengan
alasan untuk lebih memudahkan menganalisis. Kelemahan model ini adalah alasan siswa yang tidak tercantum dalam pilihan itu, tidak
c. Tes Esai Tertulis
Dari tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa siswa dan dalam bidang apa. Setelah ditemukan miskonsepsinya, dapatlah
beberapa siswa diwawancarai untuk lebih mendalami, mengapa mereka mempunyai gagsan seperti itu.
d. Wawancara Diagnosis
Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru atau peneliti memang bebas bertanya kepada
siswa dan siswa dapat dengan bebas menjawab. Sedangkan dalam wawancara terstruktur, pertanyaan sudah disiapkan dan urutannya
pun secara garis besar sudah disusun, sehingga memudahkan dalam praktiknya.
e. Diskusi dalam Kelas
Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagsan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga apakah
gagasan mereka itutepat atau tidak. f. Praktikum dengan Tanya Jawab
Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep
pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan
Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa cara untuk
mendeteksi miskonsepsi pada siswa adalah dengan menggunakan peta konsep, tes pilihan ganda, tes esai, wawancara diagnosis, diskusi dalam
kelas dan praktikum dengan tanya jawab. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes pilihan ganda dan esai untuk mendeteksi miskonsepsi pada siswa. Dalam tes pilihan ganda, peneliti memberikan alasan yang
harus diisi oleh siswa berupa opsi yakin benar dan tidak yakin benar terhadap jawaban yang dipilih.
6. Hubungan Miskonsepsi dengan Jenis Pekerjaan Orang Tua
Miskonsepsi yang dialami siswa berhubungan dengan orang tua.
Suparno (2005: 35) juga menegaskan bahwa miskonsepsi akan lebih banyak lagi, jika yang mempengaruhi pembentukan konsep pada anak tersebut mempunyai banyak miskonsepsi, seperti orang tua, tetangga,
dan lain-lain. Hal ini diperkuat dalam aliran konvergensi yang diungkapkan oleh Husdarta (2010: 22) bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur
lingkungan dan pembawaan atau eksternal dan internal, kedua pengaruh itu dimisalkan dengan dua garis yang bertemu atau bergabung pada satu
tempat kemudian menjadi satu garis yang kuat.
Berdasar pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa orang tua dapat mempengaruhi miskonsepsi siswa. Rand Conger dalam Yusuf
(2009: 54) mengemukakan bahwa orang tua yang mengalami tekanan ekonomi atau perasaan tidak mampu mengatasi masalah finansialnya,
akhirnya mempengaruhi masalah siswa, seperti prestasi belajar rendah.
Ahmadi (1991: 83-84) menyatakan bahwa keadaan ekonomi miskin akan menyebabkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang
disediakan oleh orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik sedangkan keadaan ekonomi kaya memiliki keadaan yang sebaliknya.
Berdasar pendapat ahli dapat dikatakan bahwa tekanan ekonomi keluarga dapat menyebabkan masalah pada siswa seperti miskonsepsi
dan menyebabkan prestasi belajar rendah, hal ini dikarenakan kurangnya fasilitas seperti alat belajar dan biaya yang didapatkan siswa.
Tekanan ekonomi orang tua dipengaruhi oleh jenis pekerjaan orang tua. Jenis pekerjaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yang mempunyai ciri (sifat, keturunan, dan sebagainya) yang khusus,
sedangkan pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan dan sebagainya), tugas kewajiban, hasil bekerja, perbuatan (Depdikbud, 1994: 410-488). Jadi yang dimaksud dengan jenis
pekerjaan adalah suatu bentuk atau macam kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan.
Dalam penelitian ini pekerjaan yang dipakai meliputi PNS, wiraswasta, dan buruh. Tentu saja antara PNS, wiraswasta, dan buruh mempunyai tingkat penghasilan yang berbeda yang akhirnya
7. Hakikat Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai Sains. Dalam bahasa Inggris: Science berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2)
pengetahuan, pengertian, paham yang benar dan mendalam. Ilmu atau
Science mengalami perluasan dan merujuk ke pengetahuan alam yang sifatnya lebih pasti karena gejala yang diamati relatif nyata dan terukur, (Wonorahardjo, 2010: 11).
Samatowa (2011: 3) berpendapat bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris yaitu natural science,
artinya ilmu pengetahuan alam. IPA ini membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
Iskandar (2001: 2-3) juga menambahkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebut sebagai ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Ilmu pengetahuan alam sebagai disiplin ilmu disebut juga sebagai produk IPA yang bentuknya berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Fakta dalam pembelajaran IPA merupakan pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, dan peristiwa yang benar-benar terjadi serta sudah dikonfirmasi secara objektif. Konsep dalam IPA adalah suatu ide yang menghubungkan beberapa fakta yang telah ada. IPA mempunyai suatu prinsip yang bersifat analitik sebab merupakan penggabungan dari konsep-konsep Ilmu Pengetahuan.
mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. Keterampilan proses dalam IPA juga memuat kegiatan melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Aspek-aspek keterampilan proses menurut Iskandar (2001:51) memuat beberapa hal yaitu: 1) mengamati, yang merupakan proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan semua alat indra, 2) pengklasifikasian, merupakan kegiatan mengklasifikasi adah kegiatan mengatur atau menyusun obyek-obyek, kejadian-kejadian, atau informasi ke dalam golongan atau kelas dengan mempergunakan cara tertentu untuk sistem tertentu, 3) pengukuran, yang merupakan kegiatan mengukur hasil pengamatan dengan jalan membandingkan dengan suatu standar yang telah ditetapkan, 4) pengidentifikasian dan pengendalian variabel, yaitu untuk menandai karakteristik obyek atau faktor dalam kejadian atau peristiwa yang tetap dan yang berubah di dalam kondisi yang berbeda-beda, 5) perumusan hipotesis, dilakukan untuk memberikan dugaan tentang hubungan alasan yang mungkin ditemukan di dalam percobaan atau penelitian, 6) perancangan eksperimen dan penyimpulan hasil eksperimen ialah suatu proses yang disusun dengan memuat langkah-langkah percobaan yang harus dilakukan. Perancangan eksperimen dilakukan agar mendapatkan data yang baik sehingga hasil nya dapat memuaskan,
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA
adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejala alam yang sifatnya lebih pasti karena didasarkan pada percobaan dan pengamatan
manusia secara terukur yang dikatakan sebagai keterampilan proses serta sebagai produk IPA yang bentuknya berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA.
a. Pengaruh belajar IPA
Purnomo (2008: 269) mengungkapkan bahwa pengalaman
belajar dalam kurikulum IPA membantu siswa untuk: (1) menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memahami dunianya dan
hal-hal yang mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, fleksibel, dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep
IPA, (5) menilai dan menggunakan produk teknologi IPA, (6) memahami bahwa karier dalam IPA dan teknologi sangat cocok bagi pria dan wanita, (7) membuat penilaian tentang isu-isu yang
berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggung jawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan
pemecahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu IPA dan teknologi, dan (10) menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
b. Fungsi IPA atau sains bagi manusia
Wonorahardjo (2010: 12-14) mengungkapkan beberapa fungsi
1) Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis
Karena belajar sains sangat berurusan dengan logika dan matematika, tentu saja sains sangat membantu kita berpikir lebih
sistematis, terutama dalam hal menghadapi permasalahan di dunia dan menyangkut alam.
2) Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama
lain antar gejala alam
Karena sains merupakan kumpulan pengetahuan mengenai
alam, kita dapat dengan mudah merujuk ke penjelasan alam untuk menjelaskan gejala-gejala alam di sekitar kita.
3) Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari
Salah satu sifat sains adalah kausatif. Jika ada hukum alam
berarti gejala alam dapat dijamin akan mengikuti hukum alam tersebut. Misal dalam meramal letusan gunung berapi, dinas meteorologi dan geofisika akan mengamati pola aktivitas
gunung tersebut dan meramalkan kapan terjadi letusan dan dengan demikian dapat diambil langkah evakuasi penduduk di
sekitarnya.
4) Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi kepentingan manusia
Dengan serangkaian pengamatan serius mengenai gejala alam dan dengan demikian sifat-sifatnya diketahui manusia,
dengan tujuan tertentu yang berkatan dengan kepentingan
manusia sendiri. Fungsi sains inilah yang paling terasa manfaatnya bagi manusia. Kita bayangkan saja seandainya
listrik tidak ditemukan oleh Thomas Alfa Edison, mungkin sampai sekarang kita masih menggunakan lampu minyak. 5) Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan
ilmunya mengenai alam
Karena dari pengamatan dan analisis yang mendalam
mengenai alam ilmuwan akan tahu sampai dimana alam dapat dimanfaatkan dan sampai dimana alam justru dirusak oleh
aktivitas manusia. Dengan pengetahuan inilah sebenarnya alam yang sudah terlanjur rusak dapat direhabilitasi dan dijaga dari pihak pelaku yang tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa IPA memiliki dampak yang besar terhadap diri manusia. Dengan adanya IPA, manusia dapat menjadi pribadi yang berpikir sistematis dan
manusia dapat memahami gejala alam sekitar guna menangani kelangsungan hidupnya di dunia.
8. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2
Ada beberapa materi yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Gaya
Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda
mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat
mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah (Sulistyanto, 2008: 89).
Azmiyawati (2008: 82-90) mengungkapkan bahwa gaya dibedakan menjadi 3 yaitu:
1). Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi bumi sering disebut juga gaya tarik bumi. Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda-benda yang ada di bumi
tidak terlempar ke angkasa luar. Selain itu, gaya gravitasi membuat kita dapat berjalan di atas tanah. Gaya gravitasi juga
menyebabkan semua yang ada di bumi mempunyai berat sehingga tidak melayang-layang di udara. Penerapan gaya gravitasi berupa kelapa jatuh dari pohonnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kelapa jatuh dari pohonnya Sumber gambar: Azmiyawati (2008: 82) 2). Gaya Gesek
Gaya gesek merupakan gaya yang menimbulkan hambatan ketika dua permukaan benda saling bersentuhan. Penerapan gaya
gesek antara lantai dan box dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Gesekan antara lantai dan box
3). Gaya Magnet
Gaya tarik pada magnet dapat menarik benda-benda tertentu. Bahan dari besi atau baja dapat ditarik magnet. Bahan
dari plastik dan kayu tidak dapat ditarik magnet. Magnet mempunyai dua kutub. Pada keadaan bebas, magnet akan selalu menunjuk ke arah utara dan selatan. Ujung magnet yang
mengarah ke utara disebut kutub utara, sedangkan ujung magnet yang mengarah ke selatan disebut kutub selatan. Gambar garis
medan magnet antara dua kutub magnet senama dan tidak senama dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.3 Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan tidak senama
Sumber gambar: Azmiyawati (2008: 84)
b. Pesawat Sederhana
Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan
manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat
sederhana (Sulistyanto, 2008: 109).
Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos (Sulistyanto, 2008:
1) Tuas
Tuas lebih dikenal dengan nama pengungkit. Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas
digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut : a) Tuas golongan pertama
Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu
terletak di antara beban dan kuasa. Contoh alat yang menggunakan prinsip tuas golongan pertama dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 2.4 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan pertama
Sumber gambar: Azmiyawati (2008: 99) b) Tuas golongan kedua
Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di antara titik tumpu dan kuasa. Contoh alat yang menggunakan prinsip tuas golongan kedua dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 2.5 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan kedua
c) Tuas golongan ketiga
Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di antara titik tumpu dan beban. Contoh alat yang menggunakan
prinsip tuas golongan ketiga dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.6 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan ketiga
Sumber gambar: Azmiyawati (2008: 100)
2) Bidang Miring
Bidang miring adalah permukaan rata yang menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya.
Azmiyawati (2008: 101) mengungkapkan bidang miring tergolong pesawat sederhana karena dapat mempermudah pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Contoh penggunaan
bidang miring dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.7 Contoh penggunaan prinsip bidang miring Sumber gambar: Azmiyawati (2008: 101) 3) Katrol
penghubungnya. Azmiyawati (2008: 103) mengatakan ada beberapa jenis katrol sebagai berikut:
a). Katrol tetap : katrol yang tidak berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda.
b). Katrol bebas : katrol yang berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda.
c). Katrol rangkap : katrol yang terdiri dari lebih dari satu katrol yang disusun berjajar.
d). Katrol ganda atau takal : katrol yang terdiri dari beberapa katrol yang disatukan
Untuk lebih memperjelas pengertian, dapat dilihat penggolongan jenis katrol pada gambar sebagai berikut:
Gambar 2.8 Jenis katrol
Sumber gambar: Azmiyawati (2008: 103) 4) Roda Berporos
Roda berporos merupakan roda yang dihubungkan dengan
sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama.
c. Sifat - sifat Cahaya
Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda
d. Periskop
Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat pada
kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop
dapat digunakan untuk melihat benda yang berada di atas batas
pandang (Sulistyanto, 2008: 139).
e. Proses terbentuknya tanah
Tanah berasal dari batuan. Batuan akan mengalami pelapukan menjadi butiran yang sangat halus. Lama-kelamaan
butiran-butiran halus ini bertambah banyak dan terbentuklah tanah (Azmiyawati, 2008: 124).
Azmiyawati (2008: 125) mengungkapkan terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan kerak bumi dilihat dari proses terbentuknya yaitu sebagai berikut:
1) Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku.
2) Batuan Endapan (Batuan Sedimen)
Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan
hasil pelapukan batuan. Batuan ini dapat pula terbentuk dari batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan tumbuhan.
3) Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen
mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan dari
dalam Bumi. Jika mendapat panas terus menerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan malihan.
f. Proses Pembentukan Tanah karena Pelapukan Batuan
Batuan memerlukan waktu jutaan tahun untuk berubah menjadi tanah. Batuan menjadi tanah karena pelapukan. Batuan dapat
mengalami pelapukan karena berbagai faktor, di antaranya cuaca dan kegiatan makhluk hidup. Pelapukan yang disebabkan oleh faktor
cuaca ini disebut pelapukan fisika. Adapun makhluk hidup yang menyebabkan pelapukan, misalnya pepohonan dan lumut. Pelapukan
yang disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup ini disebut pelapukan biologi (Azmiyawati, 2008: 128)
g. Susunan Bumi
Dalam susunan bumi, peneliti membahas tentang selimut bumi dan lapisan penyusun bumi.
1) Selimut Bumi
Berbicara tentang Bumi, kita tidak boleh melupakan selubung udara yang menyelimuti Bumi. Selubung udara itu
disebut atmosfer. Azmiyawati (2008: 139-140) mengungkapkan bahwa atmosfer terdiri atas lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer.
Lapisan troposfer terbentang sejauh 10 km dari permukaan bumi. Lapisan troposfer merupakan lapisan yang paling dekat
lapisan troposfer terdapat lapisan stratosfer. Lapisan stratosfer
berjarak 10–50 km di atas permukaan bumi. Udara di lapisan stratosfer sangat dingin dan tipis. Lapisan di atas stratosfer yaitu
mesosfer. Lapisan mesosfer berjarak 50-80 km di atas permukaan bumi.
Lapisan di atas mesosfer yaitu lapisan termosfer. Lapisan
termosfer terbentang pada ketinggian 80–500 km di atas permukaan bumi. Di lapisan ini terjadi efek cahaya yang disebut
aurora. Lapisan yang paling jauh dari permukaan bumi yaitu lapisan eksosfer. Eksosfer ada di ketinggian 700 km di atas
permukaan bumi. Setelah lapisan eksosfer adalah angkasa luar. (Azmiyawati, 2008: 139-140)
2) Lapisan Penyusun Bumi
Azmiyawati (2008: 141) mengungkapkan ada tiga lapisan penyusun Bumi yaitu :
a) Kerak
Kerak adalah lapisan terluar permukaan bumi yang berupa batuan keras dan dingin setebal 15–60 km.
b) Selubung atau Mantel
Selubung atau mantel merupakan lapisan di bawah kerak yang tebalnya mencapai 2.900 kilometer. Lapisan
c) Inti
Inti terdiri atas dua bagian, yaitu inti luar dan inti dalam. Lapisan inti luar merupakan satu-satunya lapisan
cair. Lapisan ini mempunyai tebal ±2.255 kilometer, sedangkan lapisan inti dalam setebal ±1.200 kilometer. Inti dalam merupakan bola logam yang padat dan mampat,
bersuhu sangat panas sekitar 4.500°C.
B. Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan beberapa penelitian relevan atau mempunyai keterkaitan dengan judul penelitian. Penelitian tersebut antara lain :
Penelitian pertama oleh Norika (2014) dengan judul “Pemahaman dan
Miskonsepsi Konsep Gaya pada Siswa di Empat SMA Swasta di Yogyakarta”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada siswa dalam memahami konsep gaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa miskonsepsi yang banyak
dijumpai pada siswa di empat SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gaya akhir untuk menentukan/menetapkan penentuan gerak, tidak dapat
membedakan antara kecepatan dengan percepatan, dengan menghilangnya dorongan, kehilangan/menerima dorongan aslinya, hanya perantara/peralatan yang aktif yang menyebabkan gaya lebih besar,
Penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti
karena sama-sama meneliti tentang miskonsepsi materi gaya pada IPA Fisika. Pembedanya adalah jika penelitian tersebut mendeteksi miskonsepsi
materi gaya pada siswa SMA, sedangkan peneliti melakukan penelitian tentang miskonsepsi materi gaya ditambah pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, periskop, proses terbentuknya tanah, proses pembentuan tanah
karena pelapukan batuan dan susunan bumi pada siswa kelas V Sekolah Dasar.
Penelitian yang kedua oleh Suryanto dan Yuni (2002) dengan judul
“Pemahaman Murid Sekolah Dasar Terhadap Konsep-Konsep Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) mengetahui pemahaman murid sekolah dasar terhadap
konsep-konsep IPA berbasis biologi, (2) mengidentifikasi adanya miskonsep-konsepsi, dan (3) mencari penyebab miskonsepsi berdasarkan pola jawaban yang diberikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa miskonsepsi masih banyak terjadi pada konsep-konsep yang diteliti. Jika digunakan kriteria 75%
sebagai ambang batas pemahaman konsep yang benar maka hanya dtemukan suatu konsep yaitu konsep tentang bernapas yang dapat dipahami dengan baik oleh murid. Berdasarkan analisis terhadap pola jawaban yang