• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD negeri se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD negeri se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman."

Copied!
287
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE – KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

GRACIA KRISTI MAHARANI Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pemahaman IPA Fisika

siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Godean yang masih mengalami kesalahan

konsep atau miskonsepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi

IPA Fisika siswa kelas V semester 2 se-Kecamatan Godean.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan

metode survei. Penelitian ini dilaksanakan di 20 Sekolah Dasar Negeri yang

berada di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman pada bulan Maret – Juni.

Populasi dalam penelitian ini siswa Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean

yang berjumlah 655. Sampel dari penelitian ini adalah 20 Sekolah Dasar Negeri

dengan jumlah responden 242 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan random sampling. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah tes tertulis. Instrumen penelitian ini adalah soal IPA Fisika

pilihan ganda dan uraian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa miskonsepsi IPA Fisika siswa

kelas V semester 2. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep pesawat

sederhana, cahaya, pembentukan tanah, pelapukan, dan lapisan penyusun bumi.

Pada instrumen pilihan ganda miskonsepsi terjadi rata-rata sebesar 40% .

Miskonsepsi terbesar terjadi pada konsep sifat-sifat cahaya dan pelapukan batuan

yakni sebesar 89,7% dan 53,7%. Sedangkan instrumen uraian rata-rata terjadi

sebesar 45%. Miskonsepsi terbesar pada konsep cahaya dan pengungkit, yakni

sebesar 62,2% dan 61,3%.

(2)

ABSRACT

MISCONCEPTION OF PHYSICS SCIENCE SUBJECT FIFTH GRADE STUDENTS SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN GODEAN

KABUPATEN SLEMAN

GRACIA KRISTI MAHARANI UniversitasSanata Dharma

Yogyakarta 2016

The background of this study is the lack of understanding of Physics Science u5th Grade Students semester 2 of SD Negeri Se Kecamatan Godean Kabupaten Sleman who still have misconceptions. This study aims to determine misconceptions Physical Science of the 5th Grade students semester 2 in Kecamatan Godean.

This research is quantitative descriptive research with survey method. This study was conducted in 20 State Elementary School located in Kecamatan Godean, Sleman in March to June. The population in this study were 665 students from all of SD Negerise Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. The samples of the study were 20 State Elementary Schools with 242 students the number of respondents. The sampling technique in this research was random sampling. Data collection techniques used were written test. This is a research instrument Physics Science subject multiple choice questions and descriptions.

These results indicate about the Physics Science misconception of fifth grade students of semester 2. Students have misconceptions on basic aircraft conception, light, soil formation, weathering and constituent layers of the earth. In the multiple-choice instrument misconceptions occur on average by 40%. The biggest misconception occurs in the concept of the properties of light and weathering of rocks which amounted to 89.7% and 53.7%. The description of the instruments occurs on average by 45%. The biggest misconception is light concept and levers, which amounted to 62.2% and 61.3%.

(3)

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

GRACIA KRISTI MAHARANI 121134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

GRACIA KRISTI MAHARANI 121134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN Karya ini aku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertaiku,

memberkatiku, serta memberi kekuatan dalam hidupku.

2. Bapak dan Ibu yang tak pernah lelah bekerja dan berdoa

untuk membiayaiku. Bapakku Ag. Harjanto yang selalu membimbingku, memberi semangat kepadaku. Ibuku Rita Purwaningsih yang selalu mendoakanku, memberiku kasih sayang dan semangat untuk hidup serta mengerjakan tugas akhir. Serta adikku, Bernardeta Parama Shinta yang selalu memberi penghiburan ketika lelah mengerjakan skripsi.

3. Kekasihku tercinta, Constantius Damar Wicaksono yang

selalu memberiku semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Ratna, Dita, Asri yang selalu menyemangati satu sama lain,

membantuku dalam berbagai hal.

5. Dosen pembimbing yang dengan senantiasa penuh kesabaran

dalam membimbing dan memberikan keteladanan.

6. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

(8)

v

MOTTO

Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia

menjadi pelayanmu, barang siapa ingin menjadi yang terkemuka

di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untu semuanya.

(Markus 10 : 43

44)

Orang yang tak berpengalaman mendapatkan kebodohan, tetapi

orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan.

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE – KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

GRACIA KRISTI MAHARANI Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pemahaman IPA Fisika

siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Godean yang masih mengalami kesalahan

konsep atau miskonsepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi

IPA Fisika siswa kelas V semester 2 se-Kecamatan Godean.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan

metode survei. Penelitian ini dilaksanakan di 20 Sekolah Dasar Negeri yang

berada di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman pada bulan Maret – Juni.

Populasi dalam penelitian ini siswa Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean

yang berjumlah 655. Sampel dari penelitian ini adalah 20 Sekolah Dasar Negeri

dengan jumlah responden 242 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan random sampling. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah tes tertulis. Instrumen penelitian ini adalah soal IPA Fisika

pilihan ganda dan uraian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa miskonsepsi IPA Fisika siswa

kelas V semester 2. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep pesawat

sederhana, cahaya, pembentukan tanah, pelapukan, dan lapisan penyusun bumi.

Pada instrumen pilihan ganda miskonsepsi terjadi rata-rata sebesar 40%.

Miskonsepsi terbesar terjadi pada konsep sifat-sifat cahaya dan pelapukan batuan

yakni sebesar 89,7% dan 53,7%. Sedangkan instrumen uraian rata-rata terjadi

sebesar 45%. Miskonsepsi terbesar pada konsep cahaya dan pengungkit, yakni

sebesar 62,2% dan 61,3%.

(12)

ix

ABSRACT

MISCONCEPTION OF PHYSICS SCIENCE SUBJECT FIFTH GRADE STUDENTS SEMESTER 2 SD NEGERI SE-KECAMATAN GODEAN

KABUPATEN SLEMAN

GRACIA KRISTI MAHARANI UniversitasSanata Dharma

Yogyakarta 2016

The background of this study is the lack of understanding of Physics Science u5th Grade Students semester 2 of SD Negeri Se Kecamatan Godean Kabupaten Sleman who still have misconceptions. This study aims to determine misconceptions Physical Science of the 5th Grade students semester 2 in Kecamatan Godean.

This research is quantitative descriptive research with survey method. This study was conducted in 20 State Elementary School located in Kecamatan Godean, Sleman in March to June. The population in this study were 665 students from all of SD Negerise Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. The samples of the study were 20 State Elementary Schools with 242 students the number of respondents. The sampling technique in this research was random sampling. Data collection techniques used were written test. This is a research instrument Physics Science subject multiple choice questions and descriptions.

These results indicate about the Physics Science misconception of fifth grade students of semester 2. Students have misconceptions on basic aircraft conception, light, soil formation, weathering and constituent layers of the earth. In the multiple-choice instrument misconceptions occur on average by 40%. The biggest misconception occurs in the concept of the properties of light and weathering of rocks which amounted to 89.7% and 53.7%. The description of the instruments occurs on average by 45%. The biggest misconception is light concept and levers, which amounted to 62.2% and 61.3%.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan dengan baik

skripsi yang berjudul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri se–Kecamatan Godean Kabupaten Sleman”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dalam memperoleh gelar Sarjana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, dengan segenap hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata

Dharma.

4. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Kintan Limiansih,

S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dalam pengerjaan skripsi

ini hingga selesai.

5. Terima kasih kepada Romo Paul Suparno, Ibu Sri Agustin, Ibu Ari, dan

Bapak Tarmadi yang telah menjadi validator dalam penelitian ini

(14)

xi

6. Kepala Bappeda Kabupaten Sleman yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.

7. Kepala UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Godean yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD se-Kecamatan

Godean, Kabupaten Sleman.

8. Kepala Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean yang telah memberi

kesempatan untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

9. Siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean Kabupaten

Sleman yang sudah membantu dan bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

10.Kedua orang tuaku, Bapak Ag. Harjanto dan Ibu Rita Purwaningsih yang

selalu memberiku dukungan dan motivasi, baik berupa doa, kasih sayang,

maupun semangat sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Serta

adikku Bernardeta Parama Shinta Kirana yang selalu memberiku

semangat untuk mengerjakan skripsi.

11.Kekasihku tercinta, Constantius Damar Wicaksono yang memberiku

semangat untuk menyelesaikan skrispi ini dengan baik. Terima kasih

untuk cinta dan kasih sayangnya.

12.Seluruh keluargaku Simbah Kakung, Simbah Uti, Om, Bulik, Budhe,

Pakdhe Keponakan yang tidak pernah bosan mengingatkanku untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13.Para sahabat Ratna, Dita, Asri, Puput, Marcel yang selalu menguatkan

(15)
(16)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

(17)

xiv

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Konsep ... 9

2. Konsepsi ... 11

3. Miskonsepsi ... 12

4. Hakikat Pembelajaran IPA ... 18

5. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2 ... 23

6. Miskonsepsi IPA ... 35

B. Hasil Penelitian Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 44

D. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ... 48

2. Tempat Penelitian ... 48

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 49

2. Sampel ... 51

D. Variabel Penelitian ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara ... 54

(18)

xv

3. Kuesioner ... 56

F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes ... 57

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Validitas ... 63

2. Reliabilitas ... 75

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskripsi ... 78

2. Pengolahan Data ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 82

2. Deskripsi Data Miskonsepsi ... 83

B. Pembahasan ... 134

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 139

B. Keterbatasan Penelitian ... 139

C. Saran ... 140

DAFTAR REFERENSI ... 142

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 SK dan KD IPA kelas V semester 2 ... 23

Tabel 2.2 Pengelompokan Gaya Berdasarkan Sumbernya ... 24

Tabel 2.3 Pengelompokan Jenis Tuas ... 26

Tabel 3.1 Daftar Populasi Sekolah ... 50

Tabel 3.2 Tabel Penentuan Sampel Berdasar Krejcie dan Morgan ... 51

Tabel 3.3 Hasil Penghitungan Tabel Krejcie ... 53

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda ... 59

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Uraian ... 61

Tabel 3.6 Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen ... 65

Tabel 3.7 Hasil Validitas Soal Pilihan Ganda ... 70

Tabel 3.8 Hasil Validitas Soal Uraian ... 72

Tabel 3.9 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda setelah divalidasi ... 73

Tabel 3.10 Kisi-kisi Soal Uraian setelah divalidasi ... 74

Tabel 3.11 Koefisien Korelasi ... 76

Tabel 3.12 Reliabilitas Soal Pilihan Ganda ... 76

Tabel 3.13 Reliabilitas Soal Uraian ... 77

Tabel 3.14 Data Jumlah Siswa, Akreditasi, Pendidikan Orangtua ... 80

Tabel 4.1 KD dan Nomor Soal yang Mewakili pada Instrumen Pilihan Ganda ... 84

Tabel 4.2 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Pengungkit ... 122

Tabel 4.3 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Bidang Miring ... 125

(20)

xvii

Tabel 4.5 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Sifat-sifat Cahaya ... 129

Tabel 4.6 Data Miskonsepsi Siswa Konsep Penggolongan

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh Gaya Magnet ... 24

Gambar 2.2 Contoh Gaya Gravitasi ... 24

Gambar 2.3 Contoh Gaya Gesek ... 25

Gambar 2.4 Contoh Pengungkit Pertama ... 26

Gambar 2.5 Contoh Pengungkit Kedua ... 26

Gambar 2.6 Contoh Pengungkit Ketiga ... 26

Gambar 2.7 Contoh Penerapan Bidang Miring ... 27

Gambar 2.8 Struktur Bumi ... 34

Gambar 2.9 Struktur Matahari ... 35

Gambar 2.10 Bagan Literature Map Penelitian Relevan ... 43

Gambar 3.1 Rumus Menghitung Sampel Penelitian ... 52

Gambar 4.1 Diagram Batang Miskonsepsi IPA secara umum ... 85

Gambar 4.2 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 1 ... 86

Gambar 4.3 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 2 ... 88

Gambar 4.4 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 3 ... 90

Gambar 4.5 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 4 ... 92

Gambar 4.6 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 5 ... 94

Gambar 4.7 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 6 ... 95

Gambar 4.8 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 7 ... 97

Gambar 4.9 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 8 ... 99

Gambar 4.10 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 9 ... 101

(22)

xix

Gambar 4.12 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 11 ... 104

Gambar 4.13 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 12 ... 106

Gambar 4.14 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 13 ... 108

Gambar 4.15 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 14 ... 109

Gambar 4.16 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 15 ... 111

Gambar 4.17 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 16 ... 113

Gambar 4.18 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 17 ... 114

Gambar 4.19 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 18 ... 116

Gambar 4.20 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 19 ... 118

Gambar 4.21 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Aitem 20 ... 119

Gambar 4.22 Diagram Batang Miskonsepsi IPA Uraian

(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Surat Ijin Penelitian Kesatuan Bangsa ... 146

Lampiran 1b Surat Ijin BAPPEDA ... 147

Lampiran 1c Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian ... 148

Lampiran 2a Kisi-kisi Instrumen Pilihan Ganda Expert Judgment ... 149

Lampiran 2b Kisi-kisi Instrumen Uraian Expert Judgment ... 177

Lampiran 2c Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen

Pilihan Ganda ... 192

Lampiran 2d Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen

Uraian ... 209

Lampiran 2e Hasil Uji Validitas Muka ... 213

Lampiran 3a Instrumen Soal Pilihan Ganda Uji Empiris ... 214

Lampiran 3b Instrumen Soal Uraian Uji Empiris ... 221

Lampiran 3c Hasil Validitas Instrumen Soal Pilihan Ganda

Uji Empiris ... 223

Lampiran 3d Hasil Validitas Instrumen Soal Uraian

Uji Empiris ... 227

Lampiran 3e Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda

Uji Empiris ... 228

Lampiran 3f Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Uraian Uji Empiris ... 229

Lampiran 3g Instrumen Soal Pilihan Ganda dan Uraian Uji Penelitian ... 230

Lampiran 3i Hasil Sampel Instrumen Soal Pilihan Ganda dan

(24)

xxi

Lampiran 3j Rekap Jawaban Miskonsepsi Instrumen Pilihan Ganda

KD 5.1 ... 245

Lampiran 3k Rekap Jawaban Miskonsepsi Instrumen Pilihan Ganda

KD 5.2 ... 247

Lampiran 3l Rekap Jawaban Miskonsepsi Instrumen Pilihan Ganda

KD 6.1 ... 252

Lampiran 3m Rekap Jawaban Miskonsepsi Instrumen Pilihan Ganda

KD 6.2 ... 255

Lampiran 3n Rekap Jawaban Miskonsepsi Instrumen Pilihan Ganda

KD 7.1 ... 256

Lampiran 3o Rekap Jawaban Miskonsepsi Instrumen Pilihan Ganda

KD 7.3 ... 259

Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Guru ... 261

Lampiran 5 Daftar SD Negeri se-Kecamatan Godean ... 262

Lampiran 6 Dokumentasi Foto Penelitian ... 263

(25)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Pendidikan sangatlah penting terutama untuk membangun dan

mengembangkan suatu individu. Melalui pendidikan seseorang dapat

mewujudkan cita-cita dan mengembangkan dirinya. Salah satu cara yang

tepat untuk mendapatkan pendidikan adalah melalui sekolah. Sekolah atau

sering juga disebut satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan

yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan

informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan seperti yang diungkapkan

oleh Triwiyanto (2014:75). Di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa jenjang pendidikan

formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Pendidikan dasar terbagi menjadi dua, yakni pada Sekolah

Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu tempat yang memiliki

peran penting dalam dunia pendidikan. Seperti yang tercantum pada

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dijelaskan bahwa tujuan pendidikan dasar adalah memberi bekal

(26)

sebagai pribadi, anggota umat manusia, serta mempersiapkan siswa untuk

mengikuti pendidikan menengah. Agar tujuan pendidikan tersebut dapat

berjalan dengan lancar, maka diperlukan kurikulum khususnya untuk dunia

pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (UU No.20 Tahun 2003).

Salah satu mata pelajaran yang terdapat pada Sekolah Dasar adalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan deretan konsep serta skema

konseptual yang berhubungan satu sama lain dan tumbuh sebagai hasil

eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan

dieksperimentasikan lebih lanjut seperti yang diungkapkan oleh Samatowa

(2011:1). Mempelajari IPA berarti melatih anak untuk bersikap tanggung

jawab, disiplin, tekun, jujur, terbuka terhadap pendapat orang lain dan juga

mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu hal. Pada dasarnya

mata pelajaran IPA tidaklah rumit, karena berkaitan dengan lingkungan dan

alam sekitar siswa. Selain itu, dalam IPA terdapat beberapa aktivitas yang

membuat siswa menjadi tertarik untuk mengikutinya, seperti melakukan

percobaan-percobaan sederhana dan juga jelajah alam. Usman (2011:4)

menuturkan bahwa IPA di Sekolah Dasar perlu diajarkan dengan tujuan

untuk memberikan kesempatan berpikir kritis; membentuk kepribadian anak

secara keseluruhan; IPA bermanfaat bagi suatu bangsa, suatu bangsa banyak

tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA

(27)

IPA penting dan perlu dipahami secara tepat, namun faktanya sampai

saat ini masih ada siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari IPA. Hal

ini dibuktikan dengan pra survei (wawancara) yang dilakukan kepada

beberapa guru di SD Negeri Kecamatan Godean yang menyatakan bahwa

hasil belajar anak terutama mata pelajaran IPA sampai saat ini masih

tergolong rendah khususnya pada kelas V semester 2. Selain itu, pemahaman

konsep dari masing-masing anak terutama Fisika juga berbeda-beda, terlihat

dari jawaban mereka ketika ulangan harian. Apalagi pada materi-materi yang

dianggap sulit oleh beberapa siswa. Tidak hanya itu data PISA (Programme

for International Student Assessment) tahun 2015 menyatakan bahwa dari 76

negara, Indonesia termasuk rangking 69. PISA merupakan salah satu tes studi

internasional mengenai prestasi membaca, matematika, dan sains. Hal ini

menandakan bahwa prestasi siswa dalam bidang IPA masih rendah.

Saat ini di dalam dunia pendidikan, khususnya pada Sekolah Dasar,

miskonsepsi masih sering terjadi. Rahmi (2013) mengungkapkan dalam

penelitiannya mengenai miskonsepsi IPA Fisika, siswa masih mengalami

kesalahan konsep terutama dalam pokok bahasan gerak dan gaya.

Rendahnya pemahaman konsep siswa menjadi sebuah tanggung jawab

bagi seorang guru. Suparno (1992:2) mengungkapkan bahwa guru adalah

orang yang bertanggung jawab untuk menggerakkan proses berpikir dan

melakukan segala aktivitas melalui rangsangan-rangsangan, melalui

usaha-usaha pendidikan. Guru Sekolah Dasar dituntut untuk serba bisa atau sering

disebut sebagai “mumpuni”, karena menguasai berbagai mata pelajaran,

(28)

“mumpuni” seorang guru baiknya menguasai konsep terlebih dahulu sebelum

mengajarkannya kepada siswa. Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahan

konsep yang tertanam kepada diri siswa tersebut. Dahar (2011:62)

mengungkapkan bahwa konsep merupakan dasar bagi proses mental yang

lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi.

Seorang guru hendaknya memegang konsep yang bersumber dari

beberapa buku bahkan media cetak ataupun elektronik yang sudah dipercaya

kebenarannya, agar tidak terjadi kekeliruan saat pengajaran. Kekeliruan saat

pengajaran akan menyebabkan miskonsepsi pada anak. Suparno (2005:8)

mengungkapkan bahwa miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai

dengan konsep yang diakui oleh para ahli. Miskonsepsi sendiri dapat dilihat

dari jawaban siswa yang salah tetapi mempunyai keyakinan bahwa jawaban

tersebut benar. Miskonsepsi pada Sekolah Dasar biasanya terjadi pada materi

yang dianggap sulit.

Miskonsepsi sendiri perlu dihindari agar konsep yang tertanam pada

diri anak tidaklah salah hingga mereka dewasa nantinya, sehingga ketika

mereka menjelaskan materi yang sama maka penjelasan yang mereka berikan

itu benar adanya. Miskonsepsi perlu diteliti dengan tujuan untuk melihat

apakah materi yang diberikan dan dikembangkan kepada anak itu sesuai

dengan konsep yang ada atau justru berbeda, sehingga untuk ke depannya

tidak akan terulang kesalahan yang sama.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik dan bermaksud untuk

mengadakan penelitian mengenai “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas IV

(29)

Miskonsepsi ini perlu diteliti agar tidak terjadi kesalahan konsep

terus-menerus khususnya pada mata pelajaran IPA kelas V semester 2.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengungkapkan beberapa masalah yang mendasari penelitian

ini yaitu sebagai berikut:

1. Prestasi sains di Indonesia rendah.

2. Nilai hasil ulangan IPA siswa kelas V di Indonesia khususnya di

Kecamatan Godean masih rendah.

3. Pemahaman konsep anak di SD Negeri se-Kecamatan Godean terhadap

suatu materi yang berbeda-beda terutama pada IPA-Fisika semester 2.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai miskonsepsi IPA

Fisika kelas IV Semester 2 se-Kecamatan Godean khususnya materi gaya,

gerak dan energi, pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya serta pelapukan.

Adapun SD yang akan diteliti adalah SD yang menerapkan kurikulum 2006

atau KTSP. Peneliti menggunakan beberapa KD sebagai berikut:

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui

percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan

lebih mudah dan lebih cepat.

(30)

6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari

bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana miskonsepsi IPA Fisika

siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Godean?

E. Tujuan Masalah

Berkaitan dengan masalah yang diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah

untuk: mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD

Negeri se Kecamatan Godean.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bermakna

bagi:

1. Guru

Bagi guru, penelitian ini menjadi sumber pengetahuan, wawasan

mengenai miskonsepsi terutama pada pada mata pelajaran IPA. Selain

itu, guru juga dapat meningkatkan mutu untuk memperbaiki kualitas

(31)

2. Sekolah

Bagi sekolah, penelitian ini menjadi sumber wawasan dan masukan

mengenai, untuk memperbaiki kualitas cara pengajaran pada guru, agar

tidak terjadi kesalahan yang sama saat pembelajaran berlangsung.

3. Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman mengenai penelitian

yang dilakukan dan peneliti lebih mengetaui konsep mana saja yang

rentan terjadinya miskonsepsi..

G. Definisi Operasional

Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

1. Miskonsepsi adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara

konsep-konsep. Miskonsepsi dapat dilihat dari jawaban siswa yang

menjawab salah tetapi memiliki keyakinan bahwa jawaban itu benar.

2. IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam dengan

segala isinya.

3. Miskonsepsi IPA adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar

antara konsep-konsep terutama pada mata pelajaran yang berkaitan

dengan alam.

4. Siswa Kelas V SD adalah peserta didik yang duduk di bangku Sekolah

(32)

5. Kecamatan Godean adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah

Kabupaten Sleman. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan

(33)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini akan membahas landasan teori yang menjelaskan tentang kajian

teori mengenai konsep, konsepsi, miskonsepsi, hakikat pelajaran IPA,

pembelajaran IPA di SD kelas V semester 2, miskonsepsi IPA, penelitian yang

relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Konsep

a. Pengertian Konsep

Dahar (201:62) menjelaskan bahwa konsep adalah dasar bagi

proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan

generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus

mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan itu

didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Senada dengan

Dahar, Sudarminta (2002:87) mengungkapkan bahwa konsep adalah

suatu representasi abstrak dan umum tentang sesuatu. Konsep

menghubungkan subjek penahu, dan objek yang diketahui, pikiran

serta kenyataan. Sedangkan Berg (1991:8) mengatakan bahwa

konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau

ciri-ciri yang memiliki ciri khas dan yang terwakili dalam setiap

budaya atau oleh suatu tanda atau simbol. Konsep merupakan

abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi

(34)

Berdasarkan ketiga pendapat di atas data disimpulkan bahwa

konsep merupakan perumusan prinsip dan generalisasi yang

menghubungkan subjek, objek serta fakta yang memiliki kesamaan

ciri sehingga mempermudah komunikasi antara manusia dan yang

memungkinkan manusia untuk berpikir. Contoh konsep dalam

kehidupan adalah meja. Meja adalah sebuah benda berbentuk persegi

panjang, segitiga, lingkaran yang memiliki warna, bahan dan ukuran

yang bermacam-macam. Kata “meja” merupakan suatu abstraksi

yang menunjukkan kesamaan semua meja. Meja adalah simbol yang

dipakai oleh manusia untuk berkomunikasi mengenai suatu jenis

benda dengan ciri-ciri tertentu.

b. Ciri-ciri Konsep

Hamalik (2005:162) menyebutkan beberapa ciri-ciri konsep antara

lain:

1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara

konsep satu dengan konsep lainnya. Sehingga membuat adanya

keragaman antara konsep-konsep sebenarnya ditandai oleh

adanya atribut yang berbeda.

2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada

suatu atribut.

3) Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep

dengan konsep lainnya. Semakin kompleks suatu konsep

semakin banyak jumlah atributnya dan semakin sulit untuk

(35)

4) Kedominanan atribut, menunjukkan pada kenyataan bahwa

beberapa atribut dominan (obvious) daripada yang lainnya.

Atribut nyata, maka lebih mudah menguasai konsep dan jika

atributnya tidak nyata maka sulit untuk menguasai suatu konsep.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep

memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya adalah atribut konsep,

atribut nilai-nilai, jumlah atribut dan juga kedominanan atribut.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah pemahaman setiap murid terhadap suatu konsep

(Berg dalam Suryanto, 2002:13). Sebagai contohnya adalah mengenai

konsep tentang gaya. Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu tarikan atau

dorongan yang memungkinkan perubahan gerak benda. Tetapi siswa

terkadang menjadi bingung dalam membedakannya konsep dan satuan

antara gaya, massa dan berat. Dalam fisika berat adalah suatu gaya

dengan satuan Newton, sedangkan massa adalah ukuran inersia suatu

benda dengan satuan kg. Namun, siswa masih menuliskan bahwa berat

adalah sama dengan massa dan memiliki satuan kg. Mereka beranggapan

bahwa jika tidak ada gaya, maka benda tidak akan bergerak. Senada

dengan Berg, Rustaman (2012:26) juga mengungkapkan bahwa konsepsi

seseorang berbeda dengan konsepsi orang lain. Budi (1992: 114) juga

berpendapat bahwa konsepsi adalah kemampuan dalam memahami

(36)

Duit (1996), konsepsi adalah representasi mental mengenai ciri-ciri

dunia luar atau domain-domain teoritik. Konsepsi merupakan

perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu obyek yang

diamatinya yang sering bahkan selalu muncul sebelum pembelajaran,

sehingga sering diistilahkan konsepsi pra pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi

merupakan pemahaman seseorang dalam memahami konsep yang

diterima melalui indra maupun kondisi lingkungannya.

3. Mikonsepsi

a. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi merupakan penjelasan yang salah dan suatu

gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima

para ahli. Miskonsepsi terjadi bukan hanya berasal dari siswa, tetapi

bisa berasal juga dari guru maupun dari sebuah buku (Eka, 2014:1).

Senada dengan Eka, Suparno (2005:8) menjelaskan bahwa

miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep

yang diakui oleh para ahli. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep

awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep,

gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Penyebab miskonsepsi

dapat berasal dari siswa, guru, buku, konteks, dan metode mengajar.

Sedangkan Feldsine (dalam Suparno, 2005:4) mengungkapkan

bahwa miskonsepsi adalah sebagai suatu kesalahan dan hubungan

(37)

Miskonsepsi merupakan kesalahan konsep terjadi perbedaan

konsepsi antara orang satu dengan yang lainnya dalam mempelajari

konsep dalam memahami makna konsep melalui proses presepsi

tahap-tahap perekaman informasi (Budi, 1992: 114).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi

adalah kesalahan konsep yang terjadi karena perbedaan konsepsi

antara orang satu dengan lainnya dalam mempelajari konsep

sehingga menyebabkan tidak adanya hubungan yang benar antara

konsep-konsep seperti yang diungkapkan oleh para ahli.

b. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi

Paul (2005:35) menjelaskan bahwa penyebab miskonsepsi itu

dapat dibedakan menjadi beberapa hal, di antaranya adalah:

1) Siswa

Miskonsepsi dari siswa dapat dikelompokkan dalam

beberapa hal, antara lain prakonsepsi atau konsep awal siswa

yang sudah salah, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik,

alasan yang tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap

perkembangan kognitif siswa yang belum tepat, kemampuan

siswa dalam memahami materi yang masih sulit, minat belajar

siswa yang rendah.

2) Guru

Seorang guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti

akan materi yang diajarkan secara benar, maka akan

(38)

bukan berasal dari lulusan fisika sehingga tidak menguasai ilmu

fisika dengan baik. Kebanyakan guru saat mengajar hanya

melalui penjelasan (berbicara dan menulis) bukan melalui

eksperimen ataupun diskusi. Pemberian rumusan materi juga

langsung ditujukan kepada siswa, sehingga siswa kurang

memahami konsep yang ada.

3) Buku Teks

Buku teks merupakan salah satu yang dapat menyebarkan

miskonsepsi. Beberapa buku teks melakukan kesalahan dalam

menjelaskan materi. Buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa

yang sedang belajar dapat juga menumbuhkan miskonsepsi

karena mereka sulit untuk menangkap isinya.

4) Konteks

Miskonsepsi dapat juga terjadi dari konteks kehidupan

siswa sehari-hari, misalnya pengalaman, bahasa sehari-hari,

teman lain, keyakinan dan ajaran agama. Pengalaman dari siswa

tentunya dapat menyebabkan miskonsepsi, misalnya pada kasus

kekekalan energi.

Dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengalami bahwa

mereka akan merasa lelah setelah bekerja keras. Tampak bahwa

energi hilang dan tidak kekal. Di sini siswa akan berpikir

tentang kekekalan energi dalam pengertian terbatas dan tidak

dalam pengertian luas. Selain itu, bahasa sehari-hari juga dapat

(39)

berat. Biasanya satuan berat menggunakan kg, tetapi dalam

fisika berat adalah suatu gaya dengan satuan Newton. Teman

dalam hal ini juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Misalnya

dalam kegiatan kerja kelompok. Jika salah satu dari anggota

kelompok yang dianggap pandai membuat kesalahan konsep,

maka teman lain dalam kelompok tersebut juga akan mengalami

kesalahan konsep.

Tidak hanya pengalaman, bahasa sehari-hari dan teman,

tetapi keyakinan dan ajaran agama juga dapat menyebabkan

miskonsepsi. Misalnya mengenai kisah penciptaan alam semesta

yang akan membuat siswa mempunyai dualisme gagasan, yakni

gagasan menurut ilmu dan gagasan menurut agama.

5) Metode Mengajar

Metode mengajar yang digunakan oleh guru, yang

menekankan satu segi konsep bahan yang digeluti akan

membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan,

tetapi hal ini justru akan menimbulkan miskonsepsi siswa. Guru

perlu kritis dengan metode yang digunakan dan tidak membatasi

diri dengan satu metode saja. Guru dapat menggunakan metode

ceramah, metode praktikum, metode demonstrasi dan metode

diskusi. Penggunaan beberapa metode mengajar akan

memperkecil tingkat miskonsepsi siwa.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi

(40)

konteks (pengalaman, bahasa sehari-hari, teman, keyakinan dan

ajaran agama) serta metode mengajar.

c. Mendeteksi Adanya Miskonsepsi

Miskonsepsi dapat dideteksi melalui enam cara yang

dikelompokkan sebagai berikut ini (Suparno, 2005: 121).

1) Peta Konsep

Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi

miskonsepsi Fisika yang dialami oleh siswa. Identifikasi

miskonsepsi dengan menggunakan peta konsep dapat diimbangi

dengan wawancara. Menggunakan peta konsep, siswa diminta

untuk mengungkapkan gagasan pokok tentang konsep yang

dianggap menggandung miskonsepsi dengan disusun secara

hirarkis. Miskonsepsi dapat dilihat dari proporsisi yang salah

dan tidak ada hubungan yang lengkap antar konsep.

2) Tes Multiple Choice dengan Reasoning terbuka

Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat diidentifikasi

dengan menggunakan tes multiple choice (pilihan ganda) dengan

reasoning (alasan) terbuka. Tipe tes ini mengharuskan siswa

untuk menjawab soal pilihan ganda dan menuliskan alasan

mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu (Amir dkk, 1987).

Melalui jawaban dari siswa itulah, peneliti dapat mengetahui

(41)

3) Tes Esai Tertulis

Tes esai tertulis juga menjadi salah satu cara untuk

mendeteksi adanya miskonsepsi. Tetapi sebelumnya guru harus

mempersiapkan tes esai terlebih dahulu. Selanjutnya Untuk

mengetahui lebih mendalami tentang miskonsepsi yang dialami

oleh siswa pada setiap bidangnya, maka guru dapat melakukan

wawancara.

4) Wawancara Diagnosis

Wawancara diagnosis dapat digunakan juga untuk

mendeteksi miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa

konsep terlebih dahulu yang diperkirakan sulit dimengerti siswa.

Kemudian siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka

mengenai konsep-konsep tersebut. Dari sinilah dapat dimengerti

konsep alternatif yang ada dan sekaligus dinyatakan dari mana

mereka memperoleh konsep alternatif tersebut. Wawancara

dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Untuk wawancara bebas,

guru dapat bertanya dengan bebas dan siswa juga dapat

menjawab sebebas mungkin. Wawancara terstruktur, guru sudah

menyiapkan garis besar daftar pertanyaan. Berdasarkan jawaban

yang diberikan oleh siswa, maka guru dapat mendeteksi

miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

5) Diskusi dalam Kelas

Diskusi dalam kelas bertujuan untuk mengungkapkan

(42)

Melalui diskusi inilah, guru dapat mengetahui sejauh mana

pemahaman mereka mengenai konsep yang sudah ada dan

kesalahan atau miskonsepsi yang terjadi pada siswa.

6) Praktikum dengan Tanya Jawab

Praktikum dengan tanya jawab akan membantu guru

untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Selama

kegiatan praktikum berlangsung guru memberikan beberapa

pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan setiap uraian

jawaban yang diungkapkan oleh siswa, apakah konsep tersebut

benar adanya ataukah keliru.

d. Kiat Mengatasi Miskonsepsi

Suparno (2005:55) menjelaskan bahwa secara garis besar

langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi

adalah:

1) mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa,

2) mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut,

3) mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi.

4. Hakikat Pembelajaran IPA

Nash (dalam Samatowa 2011:3) menyatakan bahwa IPA adalah

suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati

dunia bersifat analisis, cermat, serta menghubungkannya antara suatu

fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk

(43)

IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis

yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan

oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler

dalam Samatowa (2011:3) bahwa IPA merupakan ilmu yang

berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang

tersusun secara teratur, berlaku untuk umum yang berupa kumpulan dari

hasil observasi dan eksperimen artinya pengetahuan itu tersusun dalam

suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan,

saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang

utuh, sedangkan berlaku untuk umum artinya pengetahuan itu tidak

hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara

eksperimentasi yang sama akan memeroleh hasil yang sama atau

konsisten. Selanjutnya Winaputra dalam Samatowa (2011:3)

mengemukakan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan tentang

benda atau makhluk hidup tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan

cara memecahkan masalah.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

ilmu yang mempelajari tentang gejala alam, yang mempunyai objek dan

menggunakan metode ilmiah.

Hakikat IPA adalah suatu ilmu pengetahuan tentang alam yang

dapat diperoleh melalui proses ilmiah dan didasari oleh sikap ilmiah

(Srini, 1997:2). Hakikat IPA dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :

a. Hakikat IPA sebagai suatu produk

(44)

c. Hakikat IPA sebagai suatu sikap

Ketiga hakikat IPA di atas akan dijabarkan lebih lanjut di bawah ini.

a. IPA sebagai produk

Bentuk IPA sebagai produk terdiri dari fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum serta teori-teori. Fakta

merupakan salah satu hasil kegiatan empirik dalam IPA. Sedangkan

konsep, prinsip, hukum, serta teori merupakan hasil kegiatan analitik

dalam IPA. Berikut ini akan dijelaskan bentuk IPA sebagai sebuah

produk.

1. Fakta dalam IPA

Fakta dalam IPA merupakan pernyataan-pernyataan tentang

benda yang benar-benar ada, atau peristiwa yang betul-betul

terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif. Contoh fakta

dalam IPA adalah matahari terbit dari barat.

2. Konsep IPA

Konsep dalam IPA adalah suatu ide yang mempersatukan

fakta-fakta IPA atau penghubung antar fakta-fakta-fakta-fakta yang ada

hubungannya. Contoh konsep dalam IPA adalah berat

merupakan suatu gaya dengan satuan Newton, sedangkan massa

adalah ukuran inersia suatu benda dengan satuan kg.

3. Prinsip IPA

Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan di antara

konsep-konsep IPA. Prinsip IPA merupakan generalisasi induktif

(45)

Prinsip bersifat tentatif (sementara), dapat berubah bila ada

observasi baru yang dilakukan. Prinsip juga merupakan deskripsi

yang paling tepat tentang objek/kejadian. Contoh prinsip dalam

IPA adalah udara yang dipanaskan dapat memuai.

4. Hukum Alam

Hukum-hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima

meskipun juga bersifat tentatif, tetapi karena mengalami

pengujian-pengujian yang lebih keras daripada prinsip, maka

hukum akan bersifat lebih kekal. Contoh hukum alam dalam

IPA adalah energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan,

tetapi hanya bisa berubah bentu dari energi satu ke energi

lainnya (Hukum Kekekalan Energi).

5. Teori Ilmiah

Teori ilmiah adalah kerangka yang lebih luas dari fakta, konsep,

dan prinsip yang saling berhubungan. Teori dapat berubah jika

ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut.

Contoh teori dalam IPA adalah model atom (elektron berputar

pada orbitnya di sekitar inti) diganti dengan teori kuantum

(electron seperti awan yang bermuatan negatif melingkupi inti

atom).

b. IPA sebagai proses

Hakikat IPA sebagai suatu proses adalah suatu metode yang

digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Metode yang biasa

(46)

ilmiah atau keilmuan merupakan perpaduan antara pengetahuan

yang didapat melalui pikiran (rasionalisme) dan pengetahuan melalui

pengalaman (empirisme).

Langkah-langkah metode ilmiah adalah sadar akan adanya

masalah dan perumusan masalah; pengamatan dan perumusan

masalah yang relevan; penyusunan dan klasifikasi data; perumusan

hipotesis; dedukasi dan hipotesis; tes dan pengujian kebenaran

hipotesis. Sedangkan keterampilan proses IPA meliputi beberapa hal

seperti mengamati, mengukur atau menghirung, mengklasifikasikan,

mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, melakukan

eksperimen, menganalisis data, membuat laporan penelitian.

c. IPA sebagai sikap

Hakikat IPA sebagai sikap adalah mengenai berbagai keyakinan,

pendapat, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang

ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan

pengetahuan baru. Misalnya: rasa ingin tahu, rasa tanggung jawab,

disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

Ciri-ciri sikap ilmiah di antaranya adalah:

1. Objektif terhadap fakta

2. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan

3. Berhati terbuka

(47)

5. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2

Pada penelitian ini, peneliti mengambil pembelajaran IPA pada

kelas V Semester 2 dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Berikut adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.

Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model.

6.1 Mendeskripsikan sifat-sfiat cahaya.

6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan

menerapkan sifat-sifat cahaya.

Bumi dan Alam Semesta

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

Berdasarkan tabel 2.1, secara garis besar materi yang digunakan

yaitu mengenai gaya, pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, merancang

karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya, serta struktur bumi

(48)

a.Gaya

Gaya merupakan gerakan mendorong atau menarik yang

menyebabkan benda bergerak. Gaya yang dikerjakan pada suatu

benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu

benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan

berubah arah.

Berdasarkan sumbernya, gaya dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesek.

Berikut adalah tabel ringkasan pengelompokan gaya berdasarkan

sumbernya.

Tabel 2.2. Pengelompokan Gaya Berdasarkan Sumbernya

No Nama

Gaya

Pengertian Contoh

1. Gaya

magnet

Tarikan atau dorongan

yang disebabkan oleh

magnet.

Gambar 2.1. Contoh Gaya Magnet (sumber: https://kurniatria.wordpress.com/kelas- vii/gaya-dan-percepatan/macam-macam-gaya/)

2. Gaya

gravitasi

Gaya tarik-menarik yang

terjadi antara semua

partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Gaya gravitasi arahnya ke bawah. Gerak jatuhnya benda dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi.

Gambar 2.2. Contoh Gaya Gravitasi

(sumber:

(49)

No Nama Gaya

Pengertian Contoh

kelas-vii/gaya-2/)

3. Gaya

gesek

Gaya yang ditimbulkan oleh dua permukaan yang saling bersentuhan

Gambar 2.3. Contoh Gaya Gesek (sumber:

http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/SMP/Fisika/Gaya&Ger ak/)

Sumber : Sulistyanto (2008: 89)

b.Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah semua jenis alat yang

digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia.

Kesederhanaan dalam penggunaannya menyebabkan alat-alat

tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana. Pesawat

sederhana dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah

tuas, bidang miring, katrol dan roda berporos.

Sulistyo dalam BSE (2008:109) mengungkapkan tuas

lebih sering dikenal dengan pengungkit. Pada umumnya, tuas atau

pengungkit menggunakan batang besi atau kayu yang digunakan

untuk mengungkit suatu benda. Terdapat tiga titik yang

menggunakan gaya ketika kita mengungkit suatu benda, yaitu

beban (B), titik tumpu (TT), dan kuasa (K). Beban merupakan

berat benda, sedangkan titik tumpu merupakan tempat

bertumpunya suatu gaya. Gaya yang bekerja pada tuas disebut

(50)

titik tumpu, dan kuasa. Tuas dapat dikelompokkan menjadi tiga

jenis. Berikut adalah tabel pengelompokan tuas.

Tabel 2.3. Pengelompokan Jenis Tuas

Tuas Jenis

Ke- Keterangan Contoh

Tuas jenis ke-1

Kedudukan titik tumpu terletak diantara beban dan kuasa.

(sumber:

http://bung-Kedudukan beban terletak diantara titik tumpu dan kuasa.

(sumber:

http://bung- azis.blogspot.co.id/2013/01/pesawat-sederhana.html)

* gerobak

* alat pemecah kemiri

Gambar 2.5. Contoh Tuas 2 (sumber:

Kedudukan kuasa terletak diantara titik tumpu dan beban.

(51)

Tuas Jenis

Ke- Keterangan Contoh

(sumber:

http://bung- azis.blogspot.co.id/2013/01/pesawat-sederhana.html)

* sekop

Gambar 2.6. Contoh Tuas 3 (sumber: http://www.artikelpendidikan.net/2011/04/ pesawat-sederhana.html)

Bidang miring adalah permukaan rata yang

menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Bidang

miring dapat ditemui pada jalan di daerah pegunungan yang

dibuat berkelok-kelok dengan tujuan memudahkan pengendara

agar dapat melewati jalan yang menanjak. Prinsip kerja bidang

miring juga dapat kamu temukan pada beberapa perkakas,

contohnya kampak, pisau, pahat, obeng, dan sekrup. Berikut

adalah gambar contoh dari penggunaan bidang miring.

Gambar 2.7. Contoh Penerapan Bidang Miring

(sumber:

http://sepatuselop.blogspot.co.id/2014/04/bidang-miring.html)

Gambar di atas adalah penggunaan bidang miring pada jalan di pegunungan dan pada tangga untuk naik ke rumah.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa contoh dari

(52)

sehari-hari adalah jalan berkelok-kelok dan tangga. Jalan di pegunungan

dibuat berkelok-kelok dengan tujuan agar para pengendara sepeda

motor lebih mudah untuk melewati jalan yang menanjak.

Sedangkan tangga menggunakan prinsip bidang miring agar

mempermudah kita untuk menuju tempat yang lebih tinggi.

Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya.

Biasanya pada katrol juga terdapat tali atau rantai sebagai

penghubungnya. Berdasarkan cara kerjanya, katrol merupakan

jenis pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan beban.

Katrol digolongkan menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas,

dan katrol majemuk. Katrol tetap merupakan katrol yang

posisinya tidak berpindah pada saat digunakan. Katrol bebas

kedudukan atau posisi katrol berubah dan tidak dipasang pada

tempat tertentu. Katrol majemuk merupakan perpaduan dari

katrol tetap dan katrol bebas.

Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan

dengan sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama. Roda

berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang

banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal,

roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda.

c.Sifat-sifat Cahaya

Sulistyo dalam BSE (2008:125) mengatakan bahwa

benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada

(53)

benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda

tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua

benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya.

Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan

bintang. Cahaya memiliki sifat-sifat antara lain:

1) Cahaya merambat lurus

Cahaya merambat lurus menyebabkan terbentuknya

bayangan dari benda yang terkena cahaya. Pembentukan

bayangan tersebut dimanfaatkan untuk membuat kamera.

Kamera merupakan alat yang digunakan untuk memotret.

Selain kamera contoh lain dari cahaya merambat lurus

adalah saat berkas cahaya lampu mobil sepeda atau motor

dinyalakan di malam hari maka berkas cahayanya akan

tampak merambat lurus.

2) Cahaya menembus benda bening

Kita dapat melihat dasar kolam. Elang dapat melihat ikan di

laut. Ini karena benda yang dikenai cahaya (air) berupa

benda bening. Benda bening adalah benda yang dapat

meneruskan sebagian besar cahaya yang diterimanya. Jadi,

air yang jernih termasuk benda bening. Selain benda bening

terdapat pula benda yang tidak ditembus cahaya. Benda ini

(54)

3) Cahaya dapat dipantulkan

Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur

(pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan

baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar

atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya

tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi

jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin dan

mengkilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini

misalnya cermin. Cermin merupakan salah satu benda yang

memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya

ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung

ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung.

4) Cahaya dapat dibiaskan

Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang

kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan.

Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah

melewati medium rambatan yang berbeda disebut

pembiasan. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang

rapat ke zat yang lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan

mendekati garis normal. Sebaliknya, apabila cahaya

merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang

(55)

5) Cahaya dapat diuraikan

Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya

(disperse). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih

menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang

kita lihat berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya

matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya

matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga

terbentuk warna-warna pelangi.

Sifat-sifat cahaya diterapkan dalam beberapa peralatan

misalnya periskop, teropong, dan lensa. Periskop berguna untuk

melihat benda-benda yang berada di balik tembok atau

penghalang yang tinggi. Alat ini dibuat dengan memanfaatkan

pembelokan cahaya dengan menggunakan dua cermin.

d.Struktur Bumi

Daratan tempat kita tinggal saat ini merupakan lapisan

bumi yang padat dan tersusun dari tanah dan batuan. Lapisan ini

disebut kerak bumi atau litosfer. Sebagian besar lapisan ini

terbentuk dari batuan.

1) Proses pembentukan dan jenis-jenis tanah

a) Penggolongan batuan berdasarkan warna, kekerasan,

dan permukaannya

b) Proses pembentukan tanah

Tanah merupakan hasil dari pelapukan yang terjadi

(56)

tanah akan mengalami perubahan secara terus

menerus karena adanya pengaruh dari lingkungan.

Perubahan cuaca, suhu, dan tekanan udara dapat

menyebabkan batuan memuai kemudian pecah

menjadi batuan-batuan yang lebih kecil lagi.

Batuan-batuan ini lama-kelamaan akan menjadi

butiran-butiran halus. Apabila terjadi hujan, buitran-butiran-butiran

halus tersebut kemudian akan terbawa oleh air dan

mengendap di daerah aliran. Pengendapan inilah

yang nantinya menyebabkan munculnya tumpukan

atau lapisan tanah yang kaya akan mineral. Selain

pengaruh suhu, curah hujan, dan tekanan, pelapukan

pada batuan juga dapat disebabkan oleh tumbuhan.

Tumbuhan yang hidup di atas batuan dapat

menyebabkan lapuknya berbagai jenis batuan.

Apabila berlangsung dalam waktu yang cukup lama

maka batuan akan pecah menjadi butiran-butiran

halus. Lapisan tanah yang merupakan hasil dari

pelapukan batuan memiliki komposisi yang

bermacam-macam. Ada tanah yan berpasir ada juga

tanah yang halus.

c) Komposisi dan jenis-jenis tanah

Jenis tanah yang dibentuk dari hasil pelapukan

(57)

dengan tempat yang lainnya. Hal ini sangat

dipengaruhi oleh jenis batuan yang membentuknya.

Berdasarkan komposisi penyusunnya, tanah

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tanah berpasir,

tanah berhumus, dan tanah liat.

2) Struktur Bumi

Bumi tempat kita tinggal saat ini merupakan salah

satu anggota tata surya dengan matahari sebagai pusatnya.

Jika bumi diiris maka akan tampak lapisan-lapisan seperti

pada gambar di samping. Struktur bumi dari dalam ke luar

adalah lapisan inti bumi dalam, inti bumi luar, selimut

bumi, dan kerak bumi. Lapisan inti bumi dalam merupakan

pusat bumi. Lapisan inti dalam memiliki diameter sebesar

2600 km. Lapisan ini terbentuk dari besi dan nikel padat

dan merupakan lapisan yang paling panas. Lapisan inti

bumi luar merupakan lapisan tersusun atas cairan yang

sangat kental. Ketebalan lapisan ini adalah 2200 km.

Lapisan inti bumi luar berbatasan dengan lapisan selimut

bumi. Lapisan ini memiliki ketebalan 2900 km dan terdiri

atas cairan silikat kental. Pada bagian atas lapisan selimut

ini berbatasan dengan kerak bumi. Pada bagian inilah sering

terjadi pergerakan yang diakibatkan karena melelehnya

kerak bumi bagian bawah dan menerobosnya cairan silikat

(58)

dikenal dengan sebutan magma. Pergerakan magma inilah

yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Berikut ini

adalah gambar struktur bumi.

Gambar 2.8. Struktur Bumi (sumber:

http://sainsmini.blogspot.co.id/2014/12/struktur-bumi-dan-bulan.html)

Dari gambar di atas, terlihat jelas bahwa susunan dari struktur

bumi dari yang paling luar adalah kerak bumi, kemudian mantel bumi,

inti luar, inti dalam.

3) Struktur Matahari

Matahari merupakan salah satu sumber cahaya yang

sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Beberapa makhluk

hidup menggunakan cahaya matahari untuk membuat

makanan pada proses fotosintesis. Sama halnya dengan

bumi, matahari juga tersusun atas beberapa lapisan.

Perbedaannya adalah pada bahan penyusunnya. Sebagian

besar lapisan yang ada pada matahari tersusun atas beberapa

gas.

Penyusun lapisan matahari diantaranya adalah

hidrogen, helium, oksigen, dan beberapa gas lainnya. Suhu

(59)

dalah inti matahari mencapai 15.000.000 °C. Matahari

menyerupai bola besar dengan diameter sekitar 1.400.000

km. Gas-gas yang

menyusun matahari merupakan gas yang aktif sehingga

setiap saat pada permukaan matahari terjadi

loncatan-loncatan api. Berikut ini adalah gambar struktur matahari.

Gambar 2.9 Struktur Matahari

(sumber:

https://ekliptika.wordpress.com/2014/11/28/lubang-hitam-raksasa-yang-batal-menyantap-makanan/)

6. Miskonsepsi IPA

Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep

yang diakui oleh para ahli (Suparno, 2005: 8). Miskonsepsi IPA

merupakan kesalahan konsep yang diungkapkan seseorang pada bidang

studi IPA. Suparno (2005:13) mengungkapkan miskonsepsi IPA yang

sering terjadi yang berhubungan dengan materi pelajaran IPA di SD di

antaranya adalah:

a. Gerak

Beberapa siswa mempunyai miskonsepsi tentang percepatan. Mereka

(60)

dengan benda yang sedang bergerak. Mereka tidak mengerti bahwa

ada yang disebut perlambatan atau percepatan negative, yang

arahnya berlawanan dengan benda yang sedang bergerak. Para ahli

menjelaskan miskonsepsi ini terjadi pada gerak parabola. Siswa sulit

untuk memahami mengapa kecepatan pada puncaks suatu proyektil

adalah nol, meskipun percepatannya tidak nol. Mereka berpikir, jika

kecepatan nol maka percepatannya juga harus nol.

b. Gaya, massa, dan berat

Beberapa siswa mempunyai miskonsepsi tentang gaya, karena

mereka menghubungkan gaya dengan suatu aksi dan gerak. Mereka

mengartikan bahwa setiap gaya mesti menyebabkan suatu gerakan.

Akibatnya, mereka berpikir bahwa bila tidak ada gerak sama sekali,

juga tidak ada gaya. Misalnya, jika siswa mendorong meja, dan meja

itu bergerak, siswa mengatakan bahwa ada suatu gaya yang bekerja

pada meja itu. Tetapi bila meja tidak bergerak, maka siswa tersebut

mengatakan tidak ada gaya yang bekerja pada meja. Menurut fisika,

meskipun meja tidak bergerak, tetap ada gaya yang bekerja padanya.

c. Gelombang dan optika

Beberapa siswa mempunyai miskonsepsi mengenai cahaya, di

antaranya sebagai berikut.

1) Lilin yang tidak terang tidak memancarkan cahaya pada

siang hari, hanya pada malam hari. Lilin redup hanya

Gambar

Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V  Semester 2
Tabel 2.2. Pengelompokan Gaya Berdasarkan Sumbernya
Gambar 2.3. Contoh Gaya Gesek (sumber: http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-
Tabel 2.3. Pengelompokan Jenis Tuas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk menciptakan aplikasi remote mikrotik yang dilengkapi dengan kemampuan setting hotspot otomatis dan menyediakan menu

Pada hari ini rabu tanggal dua puluh enam bulan juni tahun dua ribu tiga belas, Pokja pengadaan barang dan jasa Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga untuk

Pndiio hi etuj@.

Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini telah berkembang begitu pesat dalam segala aspek kehidupan, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Salah satunya

[r]

sMdsu@gedld tumfdin!.

yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan dalam kesekretariatan.. Di dalam lingkup aktivitasnya, unit sekretariat diharuskan untuk

EKONOMICS FACULTY ANDALAS UNIVERSITV. OTVNERSHIP CONCENTL{TION AND DIVIDEND