• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Novel Do’a Anak Jalanan karya Ma’mun Affany memiliki unsur

instrinsik yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan amanat.

Jalanan adalah Tema yang terkandung dalam novel Do’a Anak Jalanan

adalah perjuangan tiga anak kecil yang bernama Dina, Adib dan Cindy dalam

menjalani hidup sebagai pengamen namun tetap semangat untuk bersekolah.

Menurut Sudjiman (1988:16) yang dimaksud dengan tokoh adalah

individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai

peristiwa dalam cerita. Tokoh dalam Novel Do’a Anak Jalanan ada enam

belas tokoh yaitu Dina, Adib, Cindy, Suratman (Abang), Kepala Sekolah,

Maya, Safira, Hanna, Fatimah, Ibu Salma, Ibu Winda, Ibu Hanna, Bibi,

Madya, Putri, dan Preman. Dina, Adib, dan Cindy merupakan tokoh

protagonis karena intensitas kemunculan dalam cerita sangat sering dan

menjadi pusat cerita. Suratman merupakan tokoh antagonis. Kepala Sekolah,

Maya, Safira, Hanna, Fatimah, Ibu Salma, Ibu Winda, Ibu Hanna, Bibi,

Madya, Putri, dan Preman merupakan tokoh tambahan karena intensitas

kemunculan dalam cerita tidak banyak, namun tokoh-tokoh tersebut

membantu dalam menghidupkan cerita.

Menurut Sudjiman (1988:30). Alur adalah peristiwa-peristiwa yang

diurutkan yang membangun tulang punggung cerita. Peristiwa-peristiwa tidak

hanya meliputi yang bersifat fisik seperti cakapan atau lakuan tetapi juga

termasuk perubahan sikap tokoh yang merubah nasib. Alur atau plot adalah

cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya

dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

Alur dalam Novel Do’a Anak Jalanan bersifat progresif atau alur

lurus karena peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis dan

berkesinambungan dari awal, tengah, dan akhir. Struktur alur dalam cerita

meliputi paparan yang berisi pengenalan tokoh dan latar kehidupan Dina,

Adib, dan Cindy sebagai pusat cerita. Rangsangan adalah peristiwa yang

mengawali timbulnya gawatan. Rangsangan sering ditimbulkan oleh

masuknya seorang tokoh baru sebagai katalisator. Rangsangan dimulai ketika

Dina dan Adib menghadiri perlombaan cerdas cermat antar SD se-Jakarta

Selatan yang diikuti oleh Cindy. Tahap berikutnya adalah gawatan yaitu

ketika uang setoran yang harus diberikan ke Suratman tidak mencukupi

target. Hal itu karena waktu ngamen mereka terpotong demi menghadiri

lomba cerdas cermat yang diikuti oleh Cindy. Akibatnya, Adib dan Dina

harus mendapat siksaan lagi dari Suratman.

Tahap selanjutnya yaitu konflik. Konflik adalah perselisihan yang

timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan (protagonis dan

antagonis). Konflik pada tahapan ini terjadi ketika Suratman mencari Adib

dan Cindy di sekolahnya karena sudah tidak pulang ke kontrakan selama tiga

hari, Dina, Adib, dan Cindy memang sengaja menghindar dari Suratman,

menghindar dari pukulan dan siksaan Abang. Namun Adib kabur menghindar

dari Suratman. Rumitan dalam cerita ini yaitu ketika Dina dan Adib berniat

menjemput Cindy yang dititipkan pada Fatimah, namun ternyata Cindy sudah

dijemput oleh Suratman yang mengaku sebagai Ayahnya Cindy kepada

keselamatan Cindy. Tahap selanjutnya klimaks yaitu ditandai ketika Adib dan

Dina pulang ke kontrakan dan Suratman meminta hasil ngamen mereka

selama tiga hari menghilang. namun uang yang dikumpulkan tidak

mencukupi, Suratman marah dan menyiksa Dina dan Adib habis-habisan.

Rasa sakit bercampur dendam akhirnya membuat Adib membunuh Suratman.

Tahap selanjutnya leraian. Leraian adalah tahap yang menunjukkan

peristiwa ke arah selesaian atau penyelesaian. Leraian dimulai ketika Adib

menyuruh Dina untuk memanggil polisi. Ia sudah pasrah, menyerahkan diri

kepada pihak yang berwajib. Tahap alur yang terakhir yaitu Selesaian.

Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian atau

penyelesaian dalam novel Do’a Anak Jalanan yaitu Dina dan Cindy

memutuskan untuk keluar dari kota Jakarta dan pergi ke Jawa Tengah.

Melanjutkan hidup disana, sambil mengumpulkan uang untuk membebaskan

Adib dari penjara.

Latar dalam novel Do’a Anak Jalanan meliputi tiga latar yaitu latar

tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat dalam novel Do’a Anak

Jalanan adalah rumah kontrakan, kamar mandi, mushola, sekolah Adib,

ruang kelas Adib, ruang kelas Dina, aula tempat lomba cerdas-cermat, kamar

Maya, rumah Fatimah, rumah Hanna, bis, angkot, pasar buah, jalan raya, dan

penjara. Latar waktu digambarkan dalam cerita adalah subuh, pagi, siang,

sore, petang dan malam. Latar sosial menunjukkan pada kehidupan Dina,

Adib dan Cindy yang hidup di daerah terminal Kampung Rambutan yang

Amanat yang terdapat dalam novel Do’a Anak Jalanan yaitu

perjuangan, cita-cita dan semangat untuk hidup lebih baik adalah tujuan hidup

bahagia meski harus ditukar dengan pengorbanan.

Sebuah karya sastra tidak dapat dikatakan utuh apabila tidak memiliki

unsur-unsur pembangun di dalamnya. Unsur tersebut adalah unsur intrinsik

yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar dan amanat. Unsur-unsur

tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Novel Do’a Anak Jalanan memiliki

unsur-unsur intrinsik yang saling berkaitan satu sama lain dan memiliki

hubungan timbal balik. Unsur-unsur inilah yang akan membangun dan

membentuk sebuah keutuhan cerita yang dapat dinikmati dan dipahami oleh

pembaca. Tokoh-tokoh dalam cerita merupakan pelaku dalam tema artinya

tokoh dalam cerita itulah yang bertugas menyampaikan tema melalui tingkah

laku, pola pikir, dan dialog antar tokoh.

Alur dan tema juga saling berkaitan karena di dalam jalan cerita dapat

ditemukan sebuah tema. Selain itu, tokoh dengan alur juga merupakan satu

bagian yang saling berkaitan. Hal ini menunjukkan bahwa alur dan tokoh

merupakan dua hal penting di dalam cerita yang saling mempengaruhi dan

menguntungkan satu dengan yang lainnya. Artinya, tanpa tokoh, alur tidak

dapat terjadi begitu pula dengan tokoh, tanpa adanya alur tidak akan

membentuk sebuah cerita yang utuh. Sebagai buktinya, di dalam novel Do’a

Anak Jalanan terdapat kejadian, konflik sampai dengan klimaks akan terjadi

jika ada alur dan tokoh atau pelaku tokoh seperti Dina, Adib, Cindy,

Salma, Ibu Winda, Ibu Hanna, Bibi, Madya, Putri, dan Preman yang

membentuk satu jalan cerita yang utuh di dalam novel tersebut.

Latar dengan tokoh juga memiliki hubungan yang saling berkaitan dan

bersifat timbal balik. Sifat-sifat latar, dalam banyak hal dapat mempengaruhi

sifat-sifat tokoh. Bahkan, barangkali tak berlebihan jika dikatakan bahwa sifat

seseorang akan dibentuk oleh keadaan latarnya. Selain itu, amanat dengan

tema juga merupakan bagian yang saling berkaitan. Amanat dapat

menyampaikan tema yang bersifat eksplisit atau tersirat.

Tokoh dan amanat berkaitan erat. Tokoh dapat menyampaikan amanat

didalam cerita melalui perwatakan, sikap, tindak tutur dan atau pencitraannya.

Alur merupakan jalan cerita dalam novel. Di dalam alur, banyak ditemukan

peristiwa, kejadian, konflik dan klimaks. Artinya, melalui rangkaian alur

dalam cerita, pembaca dapat menemukan amanat yang tersirat maupun

tersurat.

Latar tempat, waktu dan sosial yang dilibatkan di dalam cerita bukan

hanya sekedar memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) melainkan

juga sebagai suatu gambaran keadaan batin dan emosional tokoh. Melalui

pelataran yang bersifat konkrit atau nyata, pembaca dapat memetik hikmah

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Novel Do’a Anak Jalanan karya Ma’mun Affany memiliki unsur

instrinsik yang meliputi tokoh, penokohan, tema, alur, latar, dan amanat.

Keenam unsur intrinsik inilah yang dianalisis. Menurut Sudjiman (1988:16)

yang dimaksud dengan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami

peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh dalam

Novel Do’a Anak Jalanan ada enam belas tokoh yaitu Dina, Adib, Cindy,

Suratman (Abang), Kepala Sekolah, Maya, Safira, Hanna, Fatimah, Ibu

Salma, Ibu Winda, Ibu Hanna, Bibi, Madya, Putri, dan Preman. Dina, Adib,

dan Cindy merupakan tokoh protagonis. Suratman merupakan tokoh

antagonis. Tokoh tambahannya yaitu Kepala Sekolah, Maya, Safira, Hanna,

Fatimah, Ibu Salma, Ibu Winda, Ibu Hanna, Bibi, Madya, Putri, dan Preman.

Alur cerita dalam novel Do’a Anak Jalanan meliputi paparan yang

berisi pengenalan tokoh dan latar kehidupan Dina, Adib, dan Cindy sebagai

pusat cerita. Rangsangan dimulai ketika Dina dan Adib menghadiri

perlombaan cerdas cermat antar SD se-Jakarta Selatan yang diikuti oleh

Cindy. Tahap berikutnya adalah gawatan yaitu ketika uang setoran yang harus

diberikan ke Suratman tidak mencukupi target. Hal itu karena waktu ngamen

mereka terpotong demi menghadiri lomba cerdas cermat yang diikuti oleh

Konflik dalam cerita ini terjadi ketika Suratman mencari Adib dan

Cindy di sekolahnya karena sudah tidak pulang ke kontrakan selama tiga hari,

Dina, Adib, dan Cindy memang sengaja menghindar dari Suratman,

menghindar dari pukulan dan siksaan Abang. Namun Adib kabur menghindar

dari Suratman. Rumitan dalam cerita ini yaitu ketika Dina dan Adib berniat

menjemput Cindy yang dititipkan pada Fatimah, namun Cindy sudah

dijemput oleh Suratman yang mengaku sebagai Ayahnya Cindy kepada

Fatimah. Hal itu membuat Dina dan Adib harus kembali ke kontrakan demi

keselamatan Cindy. Klimaks yaitu ditandai ketika Adib dan Dina pulang ke

kontrakan dan Suratman meminta hasil ngamen mereka selama tiga hari

menghilang.

Namun uang yang dikumpulkan tidak mencukupi, Suratman marah

dan menyiksa Dina dan Adib habis-habisan. Rasa sakit bercampur dendam

akhirnya membuat Adib membunuh Suratman. Leraian dimulai ketika Adib

menyuruh Dina untuk memanggil polisi. Ia sudah pasrah, menyerahkan diri

kepada pihak yang berwajib. Selesaian atau penyelesaian dalam novel Do’a

Anak Jalanan yaitu Dina dan Cindy memutuskan untuk keluar dari kota

Jakarta dan pergi ke Jawa Tengah, melanjutkan hidup disana, sambil

mengumpulkan uang untuk membebaskan Adib dari penjara. Alur dalam

Novel Do’a Anak Jalanan bersifat progresif atau alur lurus karena peristiwa

yang dikisahkan bersifat kronologis dan berkesinambungan dari awal, tengah,

Tema dalam novel Do’a Anak Jalanan adalah Tema yang

terkandung dalam novel Do’a Anak Jalanan adalah perjuangan tiga anak

kecil yang bernama Dina, Adib dan Cindy dalam menjalani hidup sebagai

pengamen namun tetap semangat untuk bersekolah.

Latar dalam novel Do’a Anak Jalanan meliputi tiga latar yaitu latar

tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat dalam novel Do’a Anak

Jalanan adalah rumah kontrakan, kamar mandi, Mushola, sekolah Adib,

ruang kelas Adib, ruang kelas Dina, aula tempat lomba cerdas-cermat, kamar

Maya, rumah Fatimah, rumah Hanna, bis, angkot, pasar buah, jalan raya, dan

penjara. Latar waktu digambarkan dalam cerita adalah subuh, pagi, siang,

sore, petang dan malam. Latar sosial menunjukkan pada kehidupan Dina,

Adib dan Cindy yang hidup di daerah terminal Kampung Rambutan yang

merupakan tempat berlangsungnya aktivitas sosial masyarakat yang beragam.

Amanat yang terdapat dalam novel Do’a Anak Jalanan yaitu

perjuangan, cita-cita dan semangat untuk hidup lebih baik adalah tujuan hidup

bahagia meski harus ditukar dengan pengorbanan.

Sebuah karya sastra tidak dapat dikatakan utuh apabila tidak

memiliki unsur-unsur pembangun di dalamnya. Unsur tersebut adalah unsur

intrinsik yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar dan amanat.

Unsur-unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Unsur-unsur inilah yang

akan membangun dan membentuk sebuah keutuhan cerita yang dapat

B.

Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa

novel ini dapat digunakan sebagai bahan dan media pengajaran bahasa

Indonesia khususnya kajian struktural seperti tema, tokoh, penokohan, alur,

latar dan amanat dalam novel Do’a Anak Jalanan karya Ma’mun Affany di

bidang sastra di SMP dan SMA. Unsur intrinsik dan hubungan antarunsur di

dalam novel tersebut saling mendukung satu sama lain dalam membentuk

sebuah karya sastra yang utuh. Selain itu, melalui penelitian ini kita dapat

menemukan pesan-pesan sosial dan pesan moral yang terkandung dalam

karya sastra novel Do’a Anak Jalanan karya Ma’mun Affany dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

C.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada

peneliti selanjutnya untuk perlu membahas novel Do’a Anak Jalanan karya

Ma’mun Affany dari sudut sosiologi sastra sehingga dapat menganalisis dan

menemukan unsur-unsur sosiologis sastra dalam masyarakat yang dapat

diterapkan di SMP dan SMA. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat pula

mengkaji novel ini dari sudut psikologi, karena di dalam novel Do’a Anak

Jalanan karya Ma’mun Affany ini banyak terdapat hal-hal yang berkaitan

dengan sisi psikologi sastra sehingga dapat memperkaya ilmu dan

DAFTAR PUSTAKA

Affany Ma’mun. 2013. Do’a Anak Jalanan. Jakarta: Sofia Publishing House

bekerja sama dengan Penerbit Affany.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi III. Jakarta: Balai

Pustaka

Jabrohim. 2003. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita dan Masyarakat

Poetika.

Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja

Karya CV.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University.

Oktama Dian H, Yustina Dwi. 2006. “ Unsur-unsur Intrinsik Novel Memoar

Seorang Geisha Karya Arthur Golden serta Implementasinya dalam

Pembelajarannya di SMA”. Skripsi. Yogyakarta: PBSID Universitas

Sanata Dharma.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rene, Wellek dan Warren, Austin. 1993. Teori Kesusastraan. (Terj. Melanie

Budianta). Jakarta: Gramedia.

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra : Teori, Pendekatan, Metode, dan Teknik.

Yogyakarta: Sastra Pustaka Pelajar.

Satoto, Soediro. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: UNS Press.

Subhan, Muhammad. 2009. “Analisis Struktur Novel Durjana Tama”. Skripsi.

Depok: Universita Indonesia

Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metoda Linguistik Struktural. Surakarta:

Sebelas Maret University Press.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:

Gramedia.

Semi, Atar. 1993. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa Raya.

Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan

Teknik. Bandung: Tarsito.

Tuslianingsih . 2010. “Analisis Unsur Intrinsik Novel Rahasia Meede Karya

E.S.Ito dan Novel The Davinci Code Karya Dan Brown Sebuah

Perbandingan”. Skripsi. Depok: Universita Indonesia

Sinopsis Cerita

Do’a Anak Jalanan

Novel ini menceritakan tentang tiga anak kecil yang bernama Dina, Adib,

dan Cindy yang bukan saudara sekandung tapi tinggal bersama-sama. Dina

berumur 17 tahun ia duduk di kelas Sembilan III A, Adib berumur 13 tahun ia

duduk di kelas enam SD, dan Cindy yang masih duduk di kelas satu SD. Mereka

diadopsi oleh seorang preman yang bernama Suratman atau yang biasa dipanggil

Abang dan mereka tinggal di dekat terminal Kampung Rambutan, di sebuah

rumah kontrakan, berukuran 4 x 3 meter.

Adib dan Cindy bersekolah di sekolah yang sama, sedangkan Dina beda

sekolah. Ketiganya dipekerjakan oleh Suratman sebagai pengamen jalanan. Setiap

anak dibebani setoran empat puluh ribu, kecuali Cindy, hanya dua puluh ribu,

katanya masih kecil. Jadi total uang setoran mereka bertiga seratus ribu rupiah.

Tapi kalau kurang, Suratman akan menyiksa mereka, terutama Dina dan Adib.

Cindy selalu dilindungi dan dijaga oleh kakaknya karena bagi mereka Cindy tak

pantas mendapatkan perlakuan kasar.

Hidup sebagai pengamen jalanan tidak mematahkan semangat ketiganya

untuk sekolah. Mereka selalu mengutamakan sekolah.. Dina, Adib dan Cindy

memang tergolong pintar. Salah satu buktinya saat Cindy ditunjuk untuk

mewakili sekolahnya mengikuti lomba cerdas cermat tingkat SD se-Jakarta

Selatan walaupun akhirnya kalah. Hanya satu asa yang ingin mereka raih, mereka

demi meraih cita-cita dan masa depan yang lebih baik. Keadaan bukanlah alasan

untuk tak meraih masa depan, karena hidup hanya sekali dan harus dilewati.

Kerasnya hidup dalam penyiksaan dan cengkeraman Suratman, membuat

Adib selalu menyimpan dendam, hingga akhirnya ia membunuh Suratman demi

membela Dina yang disiksa Suratman di depan matanya. Hal itu mengakibatkan

Adib harus masuk penjara anak. Setelah kejadian itu, Dina dan Cindy mengambil

keputusan untuk pindah ke Jawa Tengah dan memulai hidup dan masa depan yang

BIODATA PENULIS

Maria Theresia Tetty Ose Hurek Making lahir di

Belang, Lembata, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 2

Mei 1988. Mengawali pendidikan semenjak duduk di

bangku taman kanak-kanak di Taman Kanak-Kanak Santa

Ursula Mingar, Lembata pada tahun 1991-1993

dilanjutkan ke jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar

Katholik Mingar, Lembata pada tahun 1995-2000 Setelah lulus SD, dilanjutkan ke

tingkat menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Katholik Ampera di

Waipukang, Ile Ape, Lembata pada tahun 2001-2003.

Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah atas di Sekolah Menengah

Atas Negri I Lewoleba, Lembata pada tahun 2004-2006. Pada tahun 2006

melanjutkan pendidikan ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yaitu di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni (JPBS), program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

(PBSID) dan lulus pada tahun 2013. Selain aktif dalam kegiatan kuliah, ia juga

mengikuti Program Pengalaman Lapangan mengajar di SMA SANTA MARIA

Yogyakarta dan Program Pengalaman Lapangan BIPA di LBI: ILCIC Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menulis skripsi dengan judul Analisis

Dokumen terkait