• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

G. Pembahasan

Pada bagian ini peneliti membandingkan data hasil dengan teori ataupun hasil penelitian yang sebelumnya. Beberapa teori dan hasil penelitian yang digunakan sudah dijelaskan pada Bab Kajian Teori, namun beberapa lainnya peneliti cari setelah data lapangan terkumpul. Hal ini sesuai dengan prinsip penggunaan teori pada penelitian kualitatif.

Status sosial ekonomi menurut Malo batasan tentang status sosial ekonomi yaitu “Status Sosial ekonomi merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu di dalam struktur tertentu dalam sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang baru dimainkan oleh si pembawa status”.125

Ormrod mengatakan “konsep status sosial ekonomi (disingkat SES) mencakup sejumlah variabel, termasuk penghasilan keluarga, tingkat pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua”.126 Dari pendapat para tokoh di atas mengatakan bahwa variabel status sosial ekonomi bisa dibedakan melalui kriteria seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

125Ade Citra Fadila & Dewi Ayu Hidayanti, “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orangtua terhadap Perilaku Anak”, Jurnal Sociologie, Vol.1, 2013, h.26

126Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan

Ada faktor yang utama dalam variabel Status Sosial Ekonomi. Penghasilan, menurut Suherman menjelaskan “adanya pembedaan yang sering kali membingungkan tentang pengertian pendapatan (income) dan penghasilan (earning), karena penghasilan bisa jadi lebih besar daripada pendapatan sebab secara teoritis, penghasilan bruto atau biasa disebut sebagai penghasilan bersih harus dikurangi dengan setiap ongkos yang dikorbankan oleh seseorang demi mendapatkannya pendapatannya”.127

Pekerjaan, dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, manusia harus bekerja untuk mendapatkan pendapatan agar kebutuhan hidupnya tercapai, maka dari itu setiap manusia harus memiliki pekerjaan atau profesi yang dijadikan sebagai identitas dirinya, “profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan dan keahlian dan biasanya memiliki kode etik”.128

Jeffries mengungkapkan “pekerjaan merupakan segi penting darikelas. Dikemukakannya pula bahwa pendidikan sering menjadi prasyarat bagi pekerjaan tertentu”.129 Sehingga pekerjaan itu adalah suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap individu untuk memenuhi kebutuhan atau mendapatkan penghasilan supaya bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarganya dan dirinya sendiri.

Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan, yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah sepanjang hidup untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa kini ataupun masa yang akan datang.130 Sehingga pendidikan sangat dibutuhkan seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih baik lagi kedepannya, dengan demikian ketiga faktor ini memang saling berkaitan satu sama lain yang dimulai dari pendidikan, ketika

127Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekeatan Kepada Teori Ekonomi

Mikro & Makro, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet.11, hal.101

128 Kaare Svalastoga, Diferensi Sosial, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet.1, hal. 27-28

129Sunarto Kamanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UniversitIndonesia, 2004), hal. 94

seorang individu mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi maka ia akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, setelah mendapatkan pekerjaan secara otomatis akan mendapatkan pengahsailan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarganya maupun dirinya sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 5 responden yang merupakan pengamen jalanan yang berada di pasar parung, dari kelima responden tersebut 4 diantaranya memiliki orang tua yang pekerjaannya memiliki penghasilan rendah.

Pertama R yang memiliki kedua orang tua yang bekerja sebagai pengamen karaoke dorong yang dalam sebulan tidak memiliki pengahasilan lebih dari 3 juta rupiah, R juga menuturkan bahwa kedua orang tuanya merupakan lulusan SMP. Jika dilihat dari aspek pekerjaan, penghasilan dan pendidikan kedua orang tua R, Alasan R menjadi pengamen jalanan tidak terlepas dari faktor status sosial yang dimiliki oleh kediua orang tuanya, karena pekerjaan mereka yang merupakan pengamen karaoke dorong dapat menjadi alasan yang kuat mengapa ia menjadi pengamen, hal ini dikarenakan secara tidak langsung orang tua R mendorong ia untuk menjadi pengamen jalanan, lalu dari segi penghasilan dan pendidikan yang kedua tergolong rendah dapat menjadi faktor penentu sehingga R termotivasi untuk menjadi pengamen jalanan, maka ketiga hal ini disinyalir mengakibatkan R menjadi pengamen jalanan untuk mendapatkan uang tambahan, menabung dan diberikan kepada orang tua.

Kedua M memiliki orang tua yang bekerja sebagai buruh bangunan dan ibu rumah tangga yang hanya mendapatkan penghasilan antara 500-900 ribu perbulan, jumlah itupun tidak menentu karena ayahnya hanya menjadi buruh bangunan ketika ada orang yang memanggil, dan juga orang tua M hanya merupakan lulusan SMP. Oleh karena itu, dengan penghasilan orang tua yang kurang cukup dan tidak menentu maka M hal ini menjadi penyebab M menjadi pengamen karena ia mengaku menjadi pengamen untuk mendapatkan uang jajan dan menabung untuk jalan-jalan pada kenaikan

kelas. Selain itu dari segi pendidikan yang terbilang rendah, orang tua R juga minim dalam memberi pembelajaran di rumah sebagai mana mestinya orang tua, sehingga tidak terbendungnya keinginan M untuk menjadi pengamen jalanan.

Ketiga F memiliki ayah yang bekerja sebagai ojek online sekaligus juru parkir di pasar dan ibunya penjual makanan disekolah, penghasilan kedua nya jika digabungkan hanya sebesar 2.500.000, dan pendidikan yang diemban keduanya hanya sampai sekolah dasar. Ketiga hal ini lah yang mendorong F untuk menjadi pengamen jalanan karena ia termotivasi untuk menabung dan menambah uang jajan sekolahnya, sehingga ia termotivasi untuk mendapatkan uang dari hasil menjadi pengamen jalanan. Lalu jika dilihat dari pendidikan orang tuanya yang hanya sampai sekolah dasar, maka tidak heran kurangnya edukasi yang diberikan kepada orang tuanya bahwa anak seusianya tidak cukup umur untuk mencari penghasilan sendiri, terlebih pengamen merupakan pekerjaan yang berbahaya bagi anak dibawah umur.

Keempat A memiliki orang tua yang bekerja sebagai buruh tani di kampungnya, karena ia disini tinggal bersama tantenya yang juga memiliki anak yang menjadi pengamen jalanan, tantenya yang tidak bekerja hanya menyuruh anaknya yang merupakan sepupu A untuk menjadi pengamen, sementara orang tua A menjadi petani di kampung. Karena A memiliki sepupu yang menjadi pengamen jalanan maka secara tidak langsung ia tertarik untuk menekuni hal tersebut, terlebih tantenya yang merupakan lulusan SMP bahkan menyuruh anaknya sendiri untuk menjadi pengamen, hal tersebut menjadi faktor yang kuat bagi A untuk terjun kedunianya sekarang berada saat ini. Maka berdasarkan beberapa hal diatas A termotivasi untuk menjadi pengamen juga yang ingin mendapatkan uang untuk memenuhi keperluan sekolah, selain itu rendahnya pendidikan dan tantenya yang tidak mengedukasi A dengan baik menjadi hal yang kuat mengapa A menjadi pengamen jalanan.

Dari 5 responden hanya 1 anak jalanan yang memiliki orang tua yang berpenghasilan diatas 5 juta yaitu V, selain itu kedua orang tua V yang

merupakan lulusan SMK dapat mengedukasinya dengan baik dan sudah melarang keras V untuk mengamen, tetapi ia bersikeras untuk menjadi pengamen karena ingin memiliki uang jajan tambahan dan juga menabung. Meskipun orang tua V sudah memiliki status sosial ekonomi yang cukup baik, namun dorongan teman sebayanya untuk menjadi pengamen jalanan sangatlah kuat, meski ia menuturkan bahwa tidak menjadi pengamen jalanan karena pengaruh teman sebayanya, namun V telah tergiur melihat teman sebayanya mendapatkan uang dari hasil mengamen

Peneliti menyimpulkan Dari 5 orang anak jalanan hanya satu anak yang orang tuanya mempunyai penghasilan yang pasti karena bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan empat anak jalanan lain penghasilan orang tua nya tidak menentu, hal ini menyebabkan si anak mempunyai kemauan sendiri untuk membantu mencari nafkah untuk kebutuhan sekolah dan membantu sedikit kebutuhan sehari-hari keluarganya.4 dari 5 narasumber memiliki motif yang sama untuk menjadi pengamen yaitu untuk menambah uang jajan dan menabung untuk kebutuhan sekolah. Karena memang pada masa sekarang ini kebutuhan sekolah merupakan hal yang membutuhkan uang lebih, oleh karena itu mereka yang menjadi pengamen jalanan termotivasi untuk mengamen karena uang yang dihasilkan cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut, dan satu pengamen hanya ikut temannya untuk mengamen karena kurangnya pengawasan serta perhatian dari orang tuanya yang sibuk bekerja, sehingga walaupun penghasilan orang tua nya bisa mencukupi kebutuhan keluarganya tapi si anak tidak terlalu diperhatikan sehingga si anak mencari hiburan dan perhatian di luar yang menyebabkan si anak ikut mengamen dengan temannya. Dari kelima responden tersebut 4 orangtua diantaranya juga memiliki pendidikan yang rendah untuk mengedukasi anak-anak mereka agar tidak menjadi pengamen jalanan.

Peneliti membandingkan hasil penelitian dari skripsi sebelumnya dengan hasil penelitian skripsi peneliti saat ini, yaitu peniliti sebelumnya yang berjudul “Fenomena pekerja anak sebagai “Pak Ogah” di Kecamatan

Ciputat Tanggerang Selatan” yang kesimpulannya yaitu, bekerja karena adanya faktor pendorong yang berasal dari kemauan mereka sendiri untuk mencari uang, penelitian tersebut sama hasilnya dengan penelitian yang peneliti buat saat ini bahwa anak jalanan bekerja untuk mencari uang sendiri dari kemauan sendiri bukan suruhan dari orang tua.

Dokumen terkait