• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan

Hasil validasi prototipe buku cerita oleh ahli bahsa mendapatkan skor rata-rata 3,3 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil uji coba prototipe, anak dapat memahami nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi ruwatan.

Hal yang mendorong tercapainya pemahaman tentang nilai-nilai pendidikan karakter adalah prototipe buku cerita tentang tradisi ruwatan disusun oleh peneliti dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Prototipe dikembangkan dalam bentuk buku cerita bergambar

Jean Piaget berpendapat bahwa tahap opersional konkret dimulai pada umur 7-11 tahun. Usia 9-11 tahun termasuk dalam operasional konkret. Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis (Anggota IKAPI, 2001:69). Dalam tahap ini anak-anak mulai menggunakan pemikiran yang logis untuk memecahkan suatu masalah. Ciri-ciri pemikiran konkret adalah sebagai berikut (Anggota IKAPI, 2001:77-86): adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh, melihat dari berbagai macam segi, serasi, klasifikasi, dan kausalitas.

Anak dalam tahapan ini, ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan kenyataan atau konkret. Oleh karena itu, peneliti dalam mengembangkan produk berupa buku cerita tentang tradisi ruwatan dilengkapi dengan gambar-gambar yang konkret dan yang ada di lingkungan sekitar anak

Buku cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak dengan memuat cerita yang menarik dan terdapat lebih banyak gambarnya (Hardjana,

2006:2). Sejalan dengan pendapat tersebut cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak, artinya cerita tersebut ditulis sesuai dengan pengalaman sehari-hari anak (Kurniawan, 2013:18). Tujuan dari buku cerita adalah buku cerita dapat membuat anak menjadi terinspirasi, membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, memperluas pengetahuan anak, menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak, mengembangkan imajinasi anak, dapat memotivasi anak untuk lebih banyak menggali literatur (Raines & Isbell, 2002:vii). Buku cerita anak dapat dibedakan menjadi dua yaitu fiksi dan non fiksi. Fiksi adalah cerita yang dibentuk, dibuat, diadakan, dan diciptakan. Cerita fiksi adalah cerita yang semula tidak ada kemudian dengan sengaja dibentuk, dibuat, diadakan, maupun diciptakan agar cerita tersebut menjadi ada dan cerita non fiksi adalah cerita yang berdasarkan kenyataan (Hardjana, 2006:4).

Melalui buku cerita dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik dan berwarna, anak akan menjadi lebih bersemangat dalam membaca. Gambar-gambar yang ada di dalam cerita tradisi ruwatan, membantu anak untuk memperjelas maksud dari cerita yang ditulis oleh peneliti. Sehingga anak dapat menangkap dan memahami maksud dari cerita tersebut. Gambar-gambar tersebut dapat dilihat dalam prototipe buku cerita tradisi ruwatan. Berikut ini merupakan beberapa gambar yang ada di dalam buku cerita:

Gambar 4.4 Gambar-Gambar Yang Ada di Dalam Buku Cerita

b. Prototipe yang dikembangkan cerita tentang tradisi ruwatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter

Pendidikan karakter diperlukan untuk mencapai karakter kebangasaan. Pendidikan karakter kebangsaan yaitu usaha yang dilakukan oleh suatu negara atau pemerintah melalui proses pendidikan dan pembelajaran guna mewujudkan kehidupan suatu bangsa dan negara dengan dasar ideologi, bermoral, bertoleran,bergotong royong, berakhlak mulia, berbudaya, dan berdasarkan Pancasila yang dijiwai oleh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:7). Pendidikan karakter kebangsaan dapat membentuk individu-individu yang berkarakter yang dimaknai dalam empat bagian yaitu olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa.

Karakter yang terkandung dalam tradisi ruwatan diantaranya meliputi olah hati meliputi bersyukur kepada Tuhan, hal tersebut ditunjukkan ketika tradisi ruwatan telah selesai diselenggarakan, keluarga menyediakan makanan tumpeng untuk disantap bersama oleh para warga. Olah pikir meliputi reflektif, hal tersebut ditunjukkan ketika pemotongan rambut anak yang diruwat. Hal tersebut melambangkan bahwa anak harus membuang pikiran yang buruk dan melakukan

yang baik. Olah raga/kinestetika meliputi berdaya tahan dan tangguh hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak yang diruwat menerima srah-srahan yang berupa kelapa, tebu wulung, dan bunga melati. Hal tersebut melambangan bahwa seseorang harus memiliki ketangguhan dan berdaya tahan yang kuat . Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan, hal tersebut dapat ditunjukkan ketika melakukan kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan tradisi ruwatan, masyarakat secara bersama-sama bergotong royong untuk membantu mempersiapkan pelaksanaan tradisi ruwatan. Berikut ini merupakan hasil refleksi yang diisi oleh anak.

Gambar 4.5 Hasil Refleksi anak

c. Produk yang dikembangkan dapat membantu anak dalam meningkatkan minat membaca

Kata “literasi” berasal dari bahasa Latin literatus, yang berarti orang yang belajar (Foster & Purves dalam Tiatri, 2004:44). Seorang literatus adalah

orang yang memiliki kemampuan membaca, menulis, dan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Latin (Tiatri, 2004:44). Dapat disimpulkan bahwa literasi anak adalah kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki oleh anak. Tujuan dari membaca adalah 1) memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan, 2) memperoleh informasi dan menambah wawasan, 3) dapat menambah kosa kata (Abidin, 2012:5-8).

Pengetahuan anak tentang tradisi ruwatan akan bertambah dengan adanya buku cerita tentang tradisi ruwatan. Selain menambah pengetahuan, kosakata anak juga akan bertambah belalui buku cerita tersebut. kemampuan membaca yang dimiliki oleh anak juga akan meningkat. Anak akan lebih tertarik dengan buku cerita yang memiliki banyak gambar, huruf yang digunakan besar-besar dan jelas, serta isi cerita yang tidak terlalu panjang. Oleh karena itu peneliti mendesain produk berupa buku cerita tentang tradisi ruwatan dengan dilengkapi oleh gambar-gambar yang menarik, huruf yang digunakan besar dan jelas, dan isi cerita tidak terlalu panjang. Sehingga anak dapat dengan mudah memahami maksud dari buku cerita tersebut. anak juga akan lebih termotivasi untuk membaca. Berikut ini merupakan data ketika anak membaca buku cerita tradisi ruwatan:

Dokumen terkait